Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEJAHATAN KORPORASI DI INDONESIA

MATA KULIAH HUKUM KEJAHATAN BISNIS

KELAS : A

DOSEN :

DR. CHEPI ALI FIRMAN Z, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :

FERDIYANSYAH DWI PUTRA : 10040017126

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS HUKUM

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehinggah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “KEJAHATAN KORPORASI DI INDONESIA”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu
memberikan syafa’at kelak di hari kiamat.

Dalam penyusunan makalah ini banyak kesulitan dan hambatan yang kami
hadapi, namun berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak
akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan. Kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
didalamnya. kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................................I

KATA PENGANTAR ...............................................................................................II

BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................1

1. LATAR BELAKANG ...................................................................................1


2. TUJUAN PENULISAN .................................................................................1

BAB 2 IDENTIFIKASI MASALAH ........................................................................2

BAB 3 PEMBAHASAN ............................................................................................3

1. PENGERTIAN KORPORASI .......................................................................3


2. RUANG LINGKUP KORPORASI ...............................................................4
3. PENGATURAN KEDUDUKAN KORPORASI DALAM PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU ......................................5
4. PERTANGGUNG JAWABAN KEJAHATAN KORPORASI .....................6
A. MASALAH PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ...........................6
B. SIFAT PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI ............7
C. PENGARUH ASAS TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN ...........7
5. PENUNTUTAN DAN PEMIDANAAN KORPORASI................................9

BAB 4 KESIMPULAN ..............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................11


BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kejahatan korporasi atau dalam bahasa Inggris legal entities atau
corporation dalam perkembangan nya saat ini di Negara Republik
Indonesia sudah banyak terjadi dan berkembang. Sehingga perubahan
yang terjadi di dalam linkungan masyarakat itu menimbulkan beberapa
masalah yang akan terjadi , antara lain masalah yang akan terjadi yaitu
menngenai apakah korporasi itu merupakan suatu subjek hukum atau
bukan subjek hukum sehingga dapat menimbulkan kebingugan yang akan
terjadi mengenai pertanggung jawabannya tersebut. Masalah selanjutnya
yaitu sebagian besar masyarkat Indonesia hanya memandang sebuah
kejahatan itu sama seperti kejahatan korporasi selalu atau banyak yang
menyamakannya dengan kejahatan-kejahatan yang biasa seperti
pembunuhan, pemerkosan, penganiaaan dan lain-lainnya.
Timbulnya pandangan masyarakat yang menganggap kejahatan
korporasi sama saja dengan kejahatan lain dikarenakan karena banyaknya
media masa yang hanya menyorot atau memberitakan mengenai
kejahatan-kejahatan yang sifatnya biasa atau konvensional dengan jarang
menampilkan berita-berita mengenai kejahatan yang sebenarnya dengan
korban yang besar adalah kejahatan korporasi.

2. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memberikan informasi atau pengetahuan mengenai kejahatan
korporasi yang ada di Indonesia.
2. Untuk mengetahui informasi mengenai bagaimana pertanggung
jawaban pidana kejahatan korporasi yang terjadi di Indonesia.
(1)
BAB 2

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diuraikan beberapa masalah yang


terjadi :

1. Perkembangan kejahatan korporasi di Indonesia.


2. Kurangnya pengetahuan masyrakat mengenai kejahatan
korporasi sehingga meyamakannya dengan kejahatan
konvensional.
3. Kurangnya peran media masa yang kebanyakan hanya menyorot
atau memberikan informasi mengenai kejahatan konvensional
saja.

(2)
BAB 3

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KORPORASI
Secara istilah Korporasi adalah suatu gabungan orang yang dalam
pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai subjek hukum
tersendiri, suatu personifikasi. Korporasi adalah badan hukum yang
beranggotakan tetapi mempunyai hak dan kewajiban sendiri terpisah dari
hak dan kewajiban anggota masing-masing.1
Secara harfiah Korporasi adalah berasal dari kata corporatio dalam
bahasa latin. Korporasi merupakan sebutan yang lazim digunakan di dalam
kalangan para ahli hukum pidana untuk menyebut apa yang ada dalam
hukum perdata apa yang disebut dengan badan hukum dan dalam bahasa
Inggris legal entities atau corporation. Doktrin lama hukum pidana
menempatkan bahwa manusia adalah satu-satunya subjek hukum pidana.2
Dengan demikian pada akhirnya “coportatio” itu berarti hasil pekerjaan
membadankan, dengan lain perkataan badan yang dijadikan orang, badan
yang dijadikan orang , badan yang diperoleh dengan perbuatan manusia
sebagai lawan terhadap badan manusia, yang terjadi menurut alam.3
Menurut Utrecht/Moh Soleh Diindang tentang korporasi ialah suatu
gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak secara bersama-
sama sebagai suatu subjek hukum tersendiri suatu personifikasi. Korporasi
adalah badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai hak kewajiban
sendiri terpisah dari hak dan kewajiban anggota lainnya.4

(3)

1
Chidir Ali,Badan Hukum,Alumni,Bandung,1987,hlm 64.
2
Muladi,opcit,hlm 5.
3
Soetan,K,Malikoel Adil, Pembaharuan Hukum Perdata Kita. (Jakarta:P.T Pembangunan, 1955)
halaman 83.
4
Chidir Ali,Badan Hukum (Bandung, Alumni,1987) hal 64.
2. RUANG LINGKUP KEJAHATAN KORPORASI
I.S Sutanto mengatakan ruang lingkup kejahatan korporasi pada
dasarnya meliputi penyalahgunaan kepercayaan masyarakat, kejahatan
pada konsumen, iklan yang menyesatkan, obat-obatan yang berakibat
sampingan.5 Sedangkan menurut Josef F Sheley membagi kejahatan
korporasi ke dalam enam kategori yaitu (a) menggelapkan/menipu para
pemegang saham, (b) menipu masyarakat, (c) menipu pemerintah, (d)
membahayakan keselamatan umum, (e) membahayakan pekerja, (f)
intevensi ilegal dalam proses politik.6
Kejahatan Korporasi selalu dilakukan dalam kegiatan ekonomi dengan
skala yang besar. Dengan demikian unsur kejahatan korporasi adalah
kejahatan yang dilakukan oleh orang yang terhormat dalam hubungan
dengan pekerjaannya dengan melanggar kepercayaan publik.7 Termasuk
pula dalam kejahatan korporasi adalah pencemaran lingkungan, produk
makanan yang tidak aman, iklan yang menyesatkan, kejahatan komputer,
kejahatan perbankan, dan penipuan terhadap dana masyarakat, penipuan
tenaga kerja dan lain-lain.8
Dalam membahas kejahatan korporasi maka harus dibedakan antara
crimes for corporation, crimes against corporation, dan criminal
corporation. Bentuk pertama adalah kejahatan korporasi dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa kejahatan korporasi dilakukan untuk kepentingan
korporasi bukan sebaliknya.

(4)

5
I.S Sutanto, Kejahatan Korporasi, Makalah Penataran Dosen Hukum Pidana dan
Kriminologi,Undip,Semarang, 1933 hal 5.
6
Josef F Sheley,Exploring Crime,Reading In Criminology And Criminal Justice,Belmont
California,wodworst publishing company,1987,p 108.
7
Edi Setiadi dan Rena Yulia,Hukum Pidana Ekonomi (Yogyakarta,Graha Ilmu)2010 hal 60.
8
Edi Setiadi dan Rena Yulia,Hukum Pidana Ekonomi (Yogyakarta,Graha Ilmu)2010 hal 60.
Bentuk kedua sering dinamakan employe crime yang sering dilakukan
oleh para kayawan atau pekerja terhadap korporasi jadi korporasi yang
menjadi korban,
misalnya penggelapan dana perusahaan oleh pegawai atau karyawan
perusahaan tersebut dan bentu ketiga yaitu korporasi jahat yang sengaja
dibentuk dan dikendalikan untuk melakukan kejahatan.9

3. PENGATURAN KEDUDUKAN KORPORASI DALAM PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
Sebagai upaya untuk mengetahui peraturan kedudukan korporasi dalam
peraturan perundang-undangan di Indonesia, ternyata pengaturan
korporasi, dapat melakukan suatu tindak pidana di luar ketentuan kuhp.
Ketetentuan peraturan perundang-undangan yang termasuk kedalam
kategori yang pertama terdapat dalam UU Darurat No. 7 Tahun 1955
tentang Tindak Pidana Ekonomi. Praktiknya, hanya beberapa UU yang
kerap digunakan aparat penegak hukum menjerat dugaan tindak pidana
tertentu yang dilakukan korporasi sekaligus bersama pengurusnya.
Misalnya, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, khususnya Pasal 78
ayat (14); UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, khususnya Pasal 116 ayat (1) dan (2), Pasal 117, dan
Pasal 119; UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. Selain itu, UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Perusakan Hutan (UU P3H). Dalam Pasal 83-103 UU
P3H ini diatur ancaman pidana yang dilakukan oleh korporasi.
Sedangkan, UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi seperti diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 diatur dalam Pasal
2 ayat (1) dan Pasal 3. Demikian pula, UU No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang diatur
dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2), serta Pasal 7, 8 dan 9.

(5)

9
Muladi dan Dwi Priyatno,Pertanggung Jawaban Pidana Korporasi Dalam Hukum
Pidana,Alumni,Bandung,1991,hal 175.
4. PERTANGGUNG JAWABAN KEJAHATAN KORPORASI
Tentang pertanggungjawaban pidana dari kejahatan korporasi 10bisa
dibaha mulai dari konsep pertanggungjawaban pidana secara umum.
Dalam hukum pidana konsep pertanggung jawaban pidana merupakan
konsep sentral yang lebih dikenal sebagai konsep kesalahan(mens rea )
Konsepsi mens rea mengatakan bahwa suatu perbuatan tidak
mengakibatkan seorang itu bersalah kecuali jika pikiran orang ituh jahat.

A. MASALAH PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA


Masalah pertanggungjawaban pidana bertalian erat dengan unsur
kesalahan, membicarakan unsur kesalahan dalam hukum pidana ini
berarti mengenai jantungnya, demikian dikatakan oleh Idema.11
Sejalan dengan itu menurut Saver ada trias, pengertian dasar dalam
hukum Pidana, yaitu:
a. Sifat melawan hukum (unrecht)
b. Kesalahan (schuld)
c. Pidana (strafe)12
Menurut Roeslan Saleh dalam pengertian perbuatan pidana tidak
termasuk hal pertanggungjawaban. Perbuatan pidana hanya
menunjuk pada dilarangnya perbuatan. Apakah orang yang telah
melakukan perbuatan itu kemudian juga dapat dipidana, tergantung
pada apakah dia dalam melakukan perbuatan itu mempunyai
kesalahan atau tidak. Apabila orang yang melakukan perbuatan
pidana itu mempunyai kesalahan, maka tentu dia akan dipidana.13

(6)

10
Edi Setiadi dan Rena Yulia,Hukum Pidana Ekonomi (Yogyakarta,Graha Ilmu)2010 hal 60.
11
Muladi dan Dwidja Priyatno,PertanggungJawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana (Sekolah
Tinggi Hukum Bandung) 1991 hal 55.
12
Sudarto,Hukum dan Perkembangan Masyarakat,Bandung: Sinar Biru, 1983, hal 6
13
Roeslan Saleh,Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana,Jakarta:Aksara Baru,1983,
hal 75
Berhubungan dengan itu Soedarto menyatakan dipidana seseorang tidaklah
cukup apakah orang itu telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
hukum atau bersifat melawan hukum. Jadi meskipun telah memenuhi rumusan
delik dalam Undang-Undang dan tidak dibenarkan, namun hal tersebut belum
memenuhi syarat dalam penjatuhan pidana. Untuk pemidanaan masih perlu
adanya syarat, bahwa orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan
atau bersalah.14

B. SIFAT PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI


Mengenai kedudukan sebagai pembuat dan sistem
pertanggungjawaban korporasi, terdapat sistem-sistem sebagai berikut:
a. Pengurus korporasi sebagai pembuat dan penguruslah yang
bertanggungjawab.
b. Korporasi sebagai pembuat dan penguruslah yang
bertanggungjawab.
c. Korporasi sebagai yang membuat dan korporasilah yang
bertanggungjawab.15

C. PENGARUH ASAS TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN


Asas tiada pidana tanpa kesalahan yang dalam bahasan Belanda
dikenal dengan istilah “ geen strafe zonder schuld ” di Jerman dikenal
“keine straf ohne schuld”

(7)

14
Muladi dan Dwidja Priyatno,PertanggungJawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana (Sekolah
Tinggi Hukum Bandung) 1991 hal 55.

15
B.Mardjono Reksodiputro,Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Tindak Pidana Korporasi,
(Semarang: FH UNDIP,1989) hal 9
Asas tersebut tidak kita jumpai dalam KUHP sebagaimana halnya asas
legalitas.
Secara singkatnya asas geen straf zonder schuld tidak menghendaki
dipidananya seseorang yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran
peraturan pidana, akan tetapi tanpa kesalahan. Asas termaksud
walaupun tidak dimuat di dalam KUHP, namun secara umum orang
berpendapat bahwa asas tadi adalah wajar dan selayaknya harus ada
dalam hukum pidana. Sehubungan dengan asas tersebut diatas
R.Achamad, S.Soema di Praja menyatakan bahwa asas geen straf
zonder schuld kini bukan merupakan asas yang di luar peraturan
perundang-undangan.
Adagium tiada pidana tanpa kesalahan dalam hukum pidana
lazimnya dipakai dalam arti tiada pidana tanpa kesalahan subjektif atau
kesalahan tanpa dapat dicela. Akan tetapi dalam hukum pidana orang
tidak dapat berbicara tentang kesalahan tanpa adanya perbuatan yang
tidak patut. Karenanya asas kesalahan diartikan sebagai tiada pidana
tanpa ada perbuatan yang tidak patut yang objektif, yang dapat
dicelakan pada pelakunya. Asas kesalahan adalah merupakan asas
yang fundamental dalam hukum pidana demikian fundamentalnya
sehingga meresap dan menggema dalam hampir semua ajaran penting
dalam hukum pidan. Asas inipun diterima juga terhadap pelaku
pelanggaran itu dalam Arrest Hoge Raad tanggal 14-2-1916, NJ
1916.681 yang terkenal dalam Arrest Susu, meskipun Hoge Raad
mengartikan kesalahan dalam arti sempit sebagai kesengajaan atau
keaalpaan.16

(8)

16
Muladi dan Dwidja Priyatno,PertanggungJawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana (Sekolah
Tinggi Hukum Bandung) 1991 hal 55
Menurut Soprato bahwa korporasi dapat memiliki kesalahan, asalkan : badan-
badan bisa didapat kesalahan, bila kesengajaan atau kelalaian terdapat pada,
orang-orang yang menjadi alat-alatnya . Kesalahan itu tidak bersifat individual ,
karena hal itu menyangkut badan yang bersifat kolektif. Dapatlah hal itu disebut
sebagai kesalahan kolektif, yang dapat dibebankan kepada pengurusnya. Selain
daripada itu cukup alasan untuk menganggap badan mempunyai alasan dan karena
itu harus menanggungnya dengan harta kekayaannya, karena ia misalnya
menerima keuntungan yang terlarang. Hukuman denda yang setimpal dengan
pelanggaran dan pencabutan keuntungan tidak wajar yang dijatuhkan pada pribadi
seseorang, karena mungkin hal itu melampaui kemampuannya.17

5. PENUNTUTAN DAN PEMIDANAAN KORPORASI


Pemidanaan terhadap korporasi sekalipun sering dikaitkan dengan
masalah financial, namun sebenarnya mengandung tujuan yang lebih jauh.
Agar dalam menjatuhkan pidana pada korporasi misalnya dalam bentuk
penutupan sebagian atau seluruhnya usaha dilakukan secara hati-hati. Hal
ini disebabkan dampak putusan tersebut sangat luas. Yang hanya
menderita tidak hanya yang berbuat salah tetapi juga orang yang tidak
berdosa seperti buruh, pemegang saham dan konsumen suatu pabrik. Di
berbagai Negara biasanya untuk penuntutan dan pemidanaan korporasi
biasanya dianut apa yang dinamakan “bipunishment provisions” artinya
baik pelaku (pengurus) maupun korporasi itu sendiri dapat dijadikan
subjek pemidanaan.18

(9)

17
Suprato,op cit,hal 37
18
Muladi,Pelaksanaan Pemidanaan Di Bidang Hukum Ekonomi (Jakarta:FH UNKRIS,1989) hal 8.
BAB 4

KESIMPULAN

Bahwa kejahatan korporasi merupakan kejahatan sering dilakukan oleh para


eksekutif demi kepentingan dan keuntungan perusahaan yang berakibat kerugian
pada masyarakat yang ada, misalnya kejahatan lingkungan, kejahatan pajak, iklan
yang menyesatkan dan lain-lainnya. Kejahatan korporasi atau corporate crime
bukan suatu organisasi melainkan merupakan merupakan kelompok dunia usaha
dan dapat dilakukan oleh perorangan( direkturnya) atau oleh perusahaan itu
sendiri.

Biasanya kejahatan korporasi atau corporate crime kriteria pelakunya adalah


orang yang memiliki status sosial yang tinggi di kalangan masyarakat. Dengan
perkembangannya perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dan
perkembangannya korporasi menyadarkan lembaga legislatif untuk menentukan
bahwa korporasi dipandang sebagai subjek hukum, hal ini dapat terlihat dengan
adanya beberapa peraturan perundang-undangan yang menganggap mengakui
bahwa korporasi sebagai subjek hukum dan dapat dianggap sebagai pelaku
kejahatan dan dapat dimintai pertanggungjawaban secara hukum. Dengan
demikian diakuinya korporasi sebagai subjek hukum yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari adanya kejahatan korporasi yang akan terjadi dan
meminimalisir akan terjadinya suatu kejahatan korporasi tersebut.

(10)
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
1. Ali, Chidir,1987, ) Badan Hukum,Bandung, Alumni.

2. K,Malikoel, Adil, Soetan,1955,Pembaharuan Hukum Perdata


Kita,Jakarta:P.T Pembangunan.
3. Setiad,Edi,dan Yulia,Rena,2010,Hukum Pidana Ekonomi,Yogyakarta:Graha
Ilmu.
4. Muladi dan Priyatno,Dwi, 1991,Pertanggung Jawaban Pidana
Korporasi Dalam Hukum Pidana,Alumni,Bandung.
5. Muladi,1989,Pelaksanaan Pemidanaan Di Bidang Hukum
Ekonomi,Jakarta:FH UNKRIS.
6. Reksodiputro,B.Mardjono,1989, Pertanggungjawaban Korporasi
Dalam Tindak Pidana,Semarang: FH UNDIP.
7. Saleh,Roeslan,1983,PerbuatanPidana dan Pertanggungjawaban
Pidana,Jakarta:Aksara Baru.
8. Sudarto1983,,Hukum dan Perkembangan Masyarakat,Bandung: Sinar
Biru.

B. MAKALAH
1. I.S Sutanto, Kejahatan Korporasi, Makalah Penataran Dosen
Hukum Pidana dan Kriminologi,Undip,Semarang, 1933 hal 5.
2. Josef F Sheley,Exploring Crime,Reading In Criminology And
Criminal Justice,Belmont California,wodworst publishing
company,1987,p 108.

(11)

Anda mungkin juga menyukai