Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


DI KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN KEDIRI

Laporan Ini Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL)

OLEH :

GRESIVA DEVI ANGEL


16.1.03.02.0083

INDRA LADY SARASWATI


16.1.03.02.0013

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI


TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan (PKL) Program
Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI Kediri dan
Pembimbing Lapangan dari Instansi Tujuan.

Hari : Jum’at

Tanggal : 25 Agustus 2017

Kediri, 25 Agustus 2017


Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Ratih Kumalasari Niswatin,S.ST,M.Kom Dr. Luvy Indriastuti, S.H.M H.

NIDN.0710018501 KASUB BAGBIN NIP.19831129 200712 1 001

Menyetujui,
Ka. Prodi Teknik Informatika

Ahmad Bagus Setiawan, S.T., M.M., M.Kom.

NIY. 1130301117

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah yang diberikan-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
ini.

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini disusun sebagai salah satu syarat penulisan
laporan Tugas Akhir pada Fakultas Teknik Prodi Teknik Informatika di Universitas Nusantara
PGRI kediri.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :


1. Bapak Ahmad Bagus Setiawan, S.T., M.Kom., M.M selaku Kaprodi Teknik
Informatika.
2. Ibu Ratih Kumalasari Niswatin,S.ST,M.Kom. selaku Dosen Pembimbing yang
dengan sabar selalu memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan selama
proses pengerjaan laporan.

3. Bapak Subroto,S.H.,M.H. selaku Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Kediri yang


selalu memberikan motivasi.

4. Ibu Dr. Luvy Indriastuti, S.H.M H. selaku Pembimbing Lapangan di Kejaksaan


Negeri Kabupaten Kediri yang dengan sabar memberikan bimbingan dan
pengarahan selama proses Praktik Kerja Lapangan.

5. Orang tua kami yang selalu memberi semangat moril dan materiil.
6. Teman – teman yang telah membantu penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini masih
kurang sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dan mendukung demi kesempurnaan laporan ini.

Kami berharap semoga laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

ii
Kediri, 11 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................................................


i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................


ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................


iv

BAB I DESKRIPSI PERUSAHAAN .........................................................................................


1

1.1. Tinjauan Umum Instansi ............................................................................................... 1

1.2. Struktur Organisasi ....................................................................................................... 7

1.3. Kegiatan Instansi ........................................................................................................... 8

1.4. Gambaran TI di Instansi ............................................................................................. 11

BAB II PEMBAHASAN DAN HASIL ....................................................................................


12

2.1. Teori Singkat ............................................................................................................... 12

2.2. Deskripsi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan............................................................... 17

2.3. Bukti Kegiatan PKL .................................................................................................... 17

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................


26

1.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 26

1.2. Saran ........................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................


27

iii
DAFTAR LAMPIRAN
a. Foto Saat Pelaksaan Praktik Kerja Lapangan
b. Daftar Absensi
c. Lembar Kegiatan
d. Daftar Penilaian

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur organisasi Kejaksaan Negeri Kota Kediri ...................................................


7

Gambar 2. Tampilan login aplikasi SIMKARI.........................................................................19

Gambar 3. Tampilan homepage aplikasi SIMKARI.................................................................19

Gambar 4. Tampilan input data pendapatan di aplikasi SIMKARI..........................................20

Gambar 5. Tampilan homepage aplikasi desktop kejaksaan.....................................................21

Gambar 6. Tampilan menu Data Konfirmasi............................................................................21

Gambar 7. Tampilan menu Data Koreksi..................................................................................22

Gambar 8. Tampilan Input Data Konfirmasi.............................................................................22

Gambar 9. Halaman login SI PNBP Online..............................................................................24

Gambar 10. Halaman homepage SI PNBP Online....................................................................24

Gambar 11. Halaman input data SI PNBP Online....................................................................25

Gambar 12. Halaman input data SI PNBP Online....................................................................25

Gambar 13. Hasil Cetak PNBP Online......................................................................................26

iv
v
BAB I
DESKRIPSI PERUSAHAAN

1.1. Tinjauan Umum Instansi


Sebelum Reformasi, Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di
Indonesia. Pada zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan
Majapahit, istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan
jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari katakata
yang sama dalam Bahasa Sansekerta.

Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa adalah


pejabat negara di zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah
berkuasa (1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas untuk menangani
masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini dipimpin oleh seorang
adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi.
Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang mengatakan bahwa
adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi (oppenrrechter).

Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan jaksa dan
Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini yang menitahkan
pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat dan Officier van Justitie di dalam
sidang Landraad (Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen (Pengadilan Justisi ) dan

Hooggerechtshof (Mahkamah Agung) dibawah perintah langsung dari Residen / Asisten


Residen. Hanya saja, pada prakteknya, fungsi tersebut lebih cenderung sebagai
perpanjangan tangan Belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan Kejaksaan pada masa
penjajahan belanda mengemban misi terselubung yakni antara lain:

a. Mempertahankan segala peraturan Negara


b. Melakukan penuntutan segala tindak pidana
c. Melaksanakan putusan pengadilan pidana yang berwenang

Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam
menerapkan delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat dalam
Wetboek van Strafrecht (WvS).

1
Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi
difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan tentara
Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942, No.2/1944 dan
No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang pengadilan, yakni sejak
Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin (pengadilan tinggi) dan Tihooo
Hooin (pengadilan negeri). Pada masa itu, secara resmi digariskan bahwa Kejaksaan
memiliki kekuasaan untuk:

1. Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran


2. Menuntut Perkara
3. Menjalankan putusan pengadilan dalam perkara kriminal.
4. Mengurus pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.

Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam Negara
Republik Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang
diperjelas oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945. Isinya mengamanatkan
bahwa sebelum Negara R.I. membentuk badan-badan dan peraturan negaranya sendiri
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar, maka segala badan dan peraturan yang
ada masih langsung berlaku.

Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan
Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya, yakni
tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara Republik Indonesia, yakni dalam
lingkungan Departemen Kehakiman. Kejaksaan RI terus mengalami berbagai
perkembangan dan dinamika secara terus menerus sesuai dengan kurun waktu dan
perubahan system pemerintahan. Sejak awal eksistensinya, hingga kini Kejaksaan
Republik Indonesia telah mengalami 22 periode kepemimpinan Jaksa Agung. Seiring
dengan perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan pimpinan, organisasi,
serta tata cara kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami berbagai perubahan yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk negara dan sistem
pemerintahan. Menyangkut Undang-Undang tentang Kejaksaan, perubahan mendasar

2
pertama berawal tanggal 30 Juni 1961, saat pemerintah mengesahkan Undang-Undang
Nomor 15 tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI. UndangUndang
ini menegaskan Kejaksaan sebagai alat negara penegak hukum yang bertugas sebagai
penuntut umum (pasal 1), penyelenggaraan tugas departemen Kejaksaan dilakukan
Menteri / Jaksa Agung (Pasal 5) dan susunan organisasi yang diatur oleh Keputusan
Presiden. Terkait kedudukan, tugas dan wewenang Kejaksaan dalam rangka sebagai alat
revolusi dan penempatan kejaksaan dalam struktur organisasi departemen, disahkan
Undang-Undang Nomor 16 tahun 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi. Pada
masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan RI sesuai dengan
perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 kepada Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1991, tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Perkembangan itu juga mencakup
perubahan mendasar pada susunan organisasi serta tata cara institusi Kejaksaan yang
didasarkan pada adanya Keputusan Presiden No. 55 tahun 1991 tertanggal 20 November
1991.

Masa Reformasi, sedangkan pada masa Reformasi hadir ditengah gencarnya


berbagai sorotan terhadap pemerintah Indonesia serta lembaga penegak hukum yang ada,
khususnya dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi. Karena itulah, memasuki masa
reformasi Undang-undang tentang Kejaksaan juga mengalami perubahan, yakni dengan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 untuk menggantikan
UndangUndang Nomor 5 Tahun 1991. Kehadiran undang-undang ini disambut gembira
banyak pihak lantaran dianggap sebagai peneguhan eksistensi Kejaksaan yang merdeka
dan bebas dari pengaruh kekuasaan pemerintah, maupun pihak lainnya.

Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1)
ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan
undangundang”. Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis),
mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum, karena hanya institusi Kejaksaan
yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak
berdasarkan alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai
penyandang Dominus Litis, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana
putusan pidana (executive ambtenaar). Karena itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang

3
baru ini dipandang lebih kuat dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI
sebagai lembaga negara pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan. Mengacu pada UU tersebut, maka pelaksanaan kekuasaan negara yang
diemban oleh

Kejaksaan, harus dilaksanakan secara merdeka. Penegasan ini tertuang dalam Pasal 2 ayat
(2) UU No.16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan secara merdeka. Artinya, bahwa
dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi
jaksa dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. juga telah mengatur tugas dan
wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu:

Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,


putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;

d. Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan


undang-undang;

e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan


pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau
pemerintah. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan:

4
a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. Pengamanan peredaran barang cetakan;
d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
dan negara;

e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;


f. Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa Kejaksaan dapat
meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena bersangkutan tidak mampu berdiri
sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahyakan orang lain, lingkungan
atau dirinya sendiri. Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tersebut menetapkan
bahwa di samping tugas dan wewenang tersebut dalam undang-undang ini, Kejaksaan
dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Selanjutnya Pasal
33 mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina
hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau
instansi lainnya. Kemudian Pasal 34 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat memberikan
pertimbangan dalam bidang hukum kepada instalasi pemerintah lainnya. Pada masa
reformasi pula Kejaksaan mendapat bantuan dengan hadirnya berbagai lembaga baru
untuk berbagi peran dan tanggungjawab. Kehadiran lembaga-lembaga baru dengan
tanggungjawab yang spesifik ini mestinya dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan
dalam memerangi korupsi. Sebelumnya, upaya penegakan hukum yang dilakukan
terhadap tindak pidana korupsi, sering mengalami kendala. Hal itu tidak saja dialami oleh
Kejaksaan, namun juga oleh Kepolisian RI serta badan-badan lainnya. Kendala tersebut
antara lain:

1. Modus operandi yang tergolong canggih


2. Pelaku mendapat perlindungan dari korps, atasan, atau teman-temannya
3. Objeknya rumit (compilicated), misalnya karena berkaitan dengan
berbagai peraturan

4. Sulitnya menghimpun berbagai bukti permulaan

5
5. Manajemen sumber daya manusia
6. Perbedaan persepsi dan interprestasi (di kalangan lembaga penegak
hukum yang ada)

7. Sarana dan prasarana yang belum memadai


8. Teror psikis dan fisik, ancaman, pemberitaan negatif, bahkan penculikan
serta pembakaran rumah penegak hokum

Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak dulu dengan pembentukan


berbagai lembaga. Kendati begitu, pemerintah tetap mendapat sorotan dari waktu ke
waktu sejak rezim Orde Lama. Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi yang lama yaitu
UU No. 31 Tahun 1971, dianggap kurang bergigi sehingga diganti dengan UU No. 31
Tahun 1999. Dalam UU ini diatur pembuktian terbalik bagi pelaku korupsi dan juga
pemberlakuan sanksi yang lebih berat, bahkan hukuman mati bagi koruptor. Belakangan
UU ini juga dipandang lemah dan menyebabkan lolosnya para koruptor karena tidak
adanya Aturan Peralihan dalam UU tersebut. Polemik tentang kewenangan jaksa dan
polisi dalam melakukan penyidikan kasus korupsi juga tidak bisa diselesaikan oleh UU
ini.Akhirnya, UU No. 30 Tahun 2002 dalam penjelasannya secara tegas menyatakan
bahwa penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang dilakukan secara konvensional
selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu, diperlukan metode
penegakan hukum luar biasa melalui pembentukan sebuah badan negara yang mempunyai
kewenangan luas, independen, serta bebas dari kekuasaan manapun dalam melakukan
pemberantasan korupsi, mengingat korupsi sudah dikategorikan sebagai extraordinary
crime. Karena itu, UU No. 30 Tahun 2002 mengamanatkan pembentukan pengadilan
Tindak Pidana Korupsi yang bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus tindak
pidana korupsi. Sementara untuk penuntutannya, diajukan oleh Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang terdiri dari Ketua dan 4 Wakil Ketua yang
masingmasing membawahi empat bidang, yakni Pencegahan, Penindakan, Informasi dan
Data, Pengawasan internal dan Pengaduan masyarakat. Dari ke empat bidang itu, bidang
penindakan bertugas melakukan penyidikan dan penuntutan. Tenaga penyidiknya diambil
dari Kepolisian dan Kejaksaan RI. Sementara khusus untuk penuntutan, tenaga yang
diambil adalah pejabat fungsional Kejaksaan. Hadirnya KPK menandai perubahan
fundamental dalam hukum acara pidana, antara lain di bidang penyidikan.

6
1. Kepala Kejaksaan Negeri Pangkat : Yuana wira TU
Kediri
Dra.Martini,SH.MHum
6. Urusan Keuangan Sri
Pangkat : Jaksa Utama Pertama
Widayati, SH
1.2. Struktur Organisasi

Dra. Martini, SH

Didi Maulana,SH Supriadi, SH Edi Subhan, SH Budi Heri S., Sh Iqbal Jauhari, SH

Masrif, SH Sri Widayati, SH Purwanto, SH Suprapti, SH Supriono, SH

Gambar 1. Struktur organisasi Kejaksaan Negeri Kota Kediri

2. Sub Bagian Pembinaan Pangkat : Muda Wira TU


Didi Maulana,SH. 7. Bendahara Pengeluaran
Yulianto N SH
Pangkat : Sena Wira TU
3. Seksi Intelijen Pangkat : Muda Wira TU
Supriadi,SH. 8. Urusan Perlengkapan
Purwanto
Pangkat : Jaksa Muda
4. Seksi Tindak Pidana Umum Pangkat : Yuana Wira TU
Edy Subhan, SH 9. Urusan Tata Usaha

Pangkat : Jaksa Muda Suprapti, SH

5. Urusan Kepegawaian Pangkat : Muda Wira TU

Masrif

7
10. Urusan Daskrimti dan Pangkat : Muda Wira TU
Perpustakaan Supriono
1.3.Kegiatan Instansi
A. Kasi Pidum Dan Simkari
Pelaksanaan PKL di Kejaksaan Negeri Kediri Kami ditempatkan di bagian
tempat berbeda setiap harinya, kami di minta membantu bagian yang banyak
tugasnya di hari tersebut. Salah satunya adalah di bagian Pidum dimana yang tugus
utamanya adalah menerima berkas penyidikan dari pihak kepolisian kemudian
untuk memriksa bagaimana berkas kasus atau perkara yang di lakukan oleh
tersangka dari hasil penyidikan, baik ringan atau pun berat kasus yang dilakukan
tersangka, maka dari itu Kasi Pidum dapat memberikan jangka waktu untuk
melakukan penuntutan atau perpanjangan penuntutan oleh kejaksaan penuntut
umum. Kasi Pidum yang mempunyai tugas dan wewenang di bidang Tindak
Pidana Umum yang meliputi prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan,
upaya hukum, pelaksanaan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap, eksaminasi serta pengawasan terhadap pelaksanaan
pidana bersyarat, pidana pengawasan, pengawasan terhadap pelaksanaan
keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnyaSedangkan pada ruangan
System Informasi Manajemen Kejaksaan Republik Indonesia (SIMKARI) tata cara
kerjanya adalah entry data Pidana Umum yang sudah mendapatkan ketetapan
hukum dari pengadilan, maka data tersebut harus di Input di SIMKARI. Sistem
Informasi Manajemen Kejaksaan Republik Indonesia, yang mana sistem ini
berdasarkan pada Surat Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-
155/J.A/12/1997 tentang Pengorganisasian pengelola operasional sistem informasi
manajemen Kejaksaan Republik Indonesia.Pengelola operasional Sistem informasi
kejaksaan RI Pada kejaksaan agung kejaksaan tinggi dan kejaksaan negeri
meliputi:

1. Penaggung jawab sistem/operasional SIMKARI


Tugas pokoknya adalah menjaga agar komitmen Pimpinan terhadap
eksistensi/keberadaan serta operasionalnya SIMKARI di eselon masing-
masing tetap berjalan dan dapat dioperasikan secara optimal sesuai sasaran

8
yang telah ditetapkan.Dalam menjalankan tugas pokok tersebut di atas,
mempunyai fungsi dan kewajiban sebagai berikut :
 Menguasai dan memahami sistem dan peraturan yang berlaku baik
pada unit organisasi yang menjadi tanggung jawabnya maupun
organisasi secara keseluruhan.

 Menguasai dan mampu menjabarkan/menterjemahkan kebutuhan


informasi yang menjadi tanggung jawab.

 Mengetahui hubungan secara keseluruhan antara sistem dan


peraturan pada unit organisasi yang menjadi tanggung jawabnya
dengan sistem dan peraturann secara keseluruhan dari
organisasinya.

2. Koordinator sistem informasi operasional SIMKARI


Tugas pokoknya adalah menjaga agar operasional harian SIMKARI pada
unit organisasinya masing-masing dapat berjalan sesuai sasaran yang telah
ditetapkan. Dalam menjalankan tugas pokok tersebut di atas, mempunyai
fungsi dan kewajiban sebagai berikut :

 Menguasai tahap-tahap pengoperasian sistem komputerisasi


SIMKARI yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

 Mampu menjabarkan atau menterjemahkan kebutuhan informasi


pada unit organisasinya bersama-sama dengan organisasi
PUSINSTAKRIM yang akan dijabarkan menjadi spesifikasi sistem
informasi users, sebagai dasar disain sistem informasi selanjutnya.

 Merumuskan jadwal waktu pengoperasian SIMKARI baik hari,


mingguan dan bulanan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan serta
memonitornya agar dapat terlaksana tepat waktu.

 Menjadi pengawas data entry operator baik dalam jadwal


pemprosesan, validitas data maupun pemprosesannya sendiri.

B. Tugas Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (DATUN)

9
Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara mempunyai tugas melaksanakan dan
atau mengendalikan penegakan, bantuan, pertimbangan dan pelayanan hukum dan
tindakan hukum lain negara, pemerintah dan masyarakat di bidang perdata dan tata
usaha Negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Perdata dan Tata Usaha
Negara menyelenggarakan fungsi:

 penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang perdata dan tata usaha


negara berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis;

 pelaksanaan tindakan hukum di dalam maupun di luar pengadilan mewakili


kepentingan keperdataan dari negara pemerintah dan masyarakat baik
berdasarkan jabatan maupun kuasa khusus;

 peningkatan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian aparat


tindak pidana khusus di daerah hukum Kejaksaan Negeri yang
bersangkutan.

 pemberian saran konsepsi tentang pendapat dan atau pertimbangan hukum


Jaksa Agung mengenai perkara perdata dan tata usaha negara dan masalah
hukum lain dalam kebijakan penegakan hukum

 Pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat yang menyangkut


pemulihan dan perlindungan hak dengan memperhatikan kepentingan
umum sepanjang negara atau pemerintah tidak menjadi tergugat.

C. Kasi Pidana Khusus (pidsus)


Pelaksanaan PKL di Kejaksaan Kepanjen di tempatkan di bagian Kasi
PIDSUS. Di sini juga bisa melihat langsung bagaimana para jaksa memeriksa
tersangka. Seksi Tindak Pidana Khusus (PIDSUS) ini sendiri mempunyai tugas
melakukan pengendalian kegiatan penyelidikan, penyidikan, prapenuntutan,
pemeriksaan tambahan, melaksanakan penetapan dan putusan
pengadilan,pengawasan terhadap pelaksanaan lepas bersyarat dan tindakan hukum
lainnya dalam perkara tindak pidana khusus. Dalam melaksanakan tugas, Seksi
Tindak Pidana Khusus menyelenggarakan fungsi:

10
 Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang tindak pidana khusus
berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis.

 Penyiapan rencana, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan penyelidian,


penyidikan, prapenuntutan, pemeriksaan, tambahan, penuntutan dan
pengadministrasiannya.
 Pelaksanaan penetapan hakim dan putusan pengadilan, pengawasan terhadap
pelaksanaan keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lain dalam
perkara tindak pidana khusus yang lain serta pengadministrasiannya.

 Pembinaan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkai dan member


bimbingan serta petunjuk teknis kepada penyidik dalam penanganan perkara
tindak pidana korupsi, ekonomi, dan tindak pidana khusus yang lain serta
pengadministrasiannya

 Peningkatan kemampuan, ketrampilan, dan integritas kepribadian aparat


tindak pidana khusus.

1.4. Gambaran TI di Instansi


Sumberdaya yang tersedia di Kejaksaan Negeri Kediri dalam pelaksanaan selama
praktek kerja lapang berlangsung perlengkapan atau alat pendukung kerja seperti
seperangkat komputer, printer internet dan alat tulis kantor (ATK) lainya. adanya alat atau
fasilitas yang lengkap dan mendukung merupakan salah satu untuk mempermudah dalam
melakukan pekerjaan sehingga dalam menyelesaikan proses penangan perkara ataupun
kasus yang diajukan oleh penyidik kepolisian kota kediri yang masuk ke kejaksaan negeri
kediri dapat terselesaikan dengan mudah dan cepat.

Selain di dukung hardware diatas, untuk menunjang kinerja di Kejaksaan Negeri


Kediri. Salah satunya adalah software untuk entry Tagihan Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) yang memiliki beberapa fitur yang membantu pekerjaan di Kejaksaan
Negeri Kediri khususnya untuk mengelola data – data agar tidak dilakukan pencatatan
secara manual, software yang ada memiliki fitur untuk CRUD ( Create, Read, Update,
Delete ) dan memiliki perlindungan keamanan software yang cukup baik karena
dilengkapi fitur login sehingga tidak semua orang bisa menggunakan software nya, selain

11
itu software – software nya hanya di pasang di jaringan lokal Kejaksaan Negeri Kediri
sehingga keamanan nya sudah baik.

BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL

2.1. Teori Singkat


2.1.1. Pengertian Kejaksaan Negeri
Kejaksaan adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di
bidang penuntutan dan penyidikan pidana khusus berdasarkan KUHP. Pelaksanaan
kekuasaan negara diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung RI (berkedudukan di
ibukota negara), Kejaksaan Tinggi (berkedudukan di ibukota provinsi), dan
Kejaksaan Negeri (berkedudukan di ibukota kabupaten). Kejaksaan merupakan
lembaga representasi pemerintah dalam menuntut seseorang yang melakukan
tindakan melawan hukum. Lembaga ini akan menindak lanjuti BAP dari kepolisian
dan akan membawa yang berperkara ke meja hijau atau ke lembaga pengadilan
untuk mendapatkan keputusan yang adil bagi kedua belah pihak yang berperkara.

Kejaksaan dapat bertindak sebagai penggugat atau tergugat dalam perkara perdata.

Ada pun fungsi Kejaksaan Negeri adalah sebagai berikut:


1. Melakukan penuntutan
2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,


putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat.

4. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan


pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

12
2.1.2. Tugas, Wewenang Kejaksaan
Kejaksaan Negeri merupakan suatu lembaga peradilan yang berada di
Indonesia. Kejasaan Negeri tersebut memiliki enam bidang yang sangat substansi
atau pokok, keenam bidang tersebut adalah:

1. Sub. Bagian Pembinaan;


2. Seksi Intelejen;
3. Seksi Pidana Umum;
4. seksi Pidana Khusus;
5. Datun (Perdata dan Tata Usaha Negara);
6. Pemeriksaan.

Kepala Kejaksaan Negeri dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa


unsur pembantu pimpinan dan unsur pelaksanaan yang menyelenggarakan fungsi
sebagai:

1. Perumusan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis berupa pemberian


bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan sesuai dengan
tugasnya;

2. Pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana, pembinaan,


menejemen, administrasi, organisasi, dan ketatalaksanaan serta
pengelolaan atas Milik Negara yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan penegakan hukum baik


preventiv maupun represif yang berintikan keadilan dibidang pidana,
pemberian bantuan, pertimbangan, pelayanan dan penegakan hukum
dibidang perdata dan tata usaha negara serta tindakakn hukum dan tugas
lain untuk menjamin kepastian hukum, kewibawaan pemerintah dan
penyelamatan kekayaan negara berdasarkan peraturan
perundangundangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kejaksaan
Agung.

4. Penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat


perawaatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan hakim karena

13
tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat
dibahayakan oleh orang lain, lingkungan, atau dirinya sendiri.

5. Pemberian pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah daerah


hukum kejaksaan negeri yang bersangkutan, dalam hal penyusunan
peraturan perundang-undangan, serta peningkatan kesadaran hukum
masyarakat, koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis
seerta pengawasan baik dalam maupun dengan instansi terkait atas
pelaksanaan tugas.
6. Memimpin dan mengendalikan kejaksaan negeri dalam melaksanakan
tugas, wewenang dan fungsi kejaksaan di daeerah hukumnya serta
membina aparatur kejaksaan dilingkungan kejaksaan negeri yang
bersangkutan agar berdaya guna dan berhasil guna;

7. Melakukan atau mengendalikan kebijakan pelaksanaan penegakan


hukum dan keadilan baik prefentif maupun represif yang menjadi
tanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;

8. Melaksanakan penyelidikan, penyidikan, pra penuntutan, pemeriksaan


tambahan, eksekusi dan tindakan hukum lainnya, berdasarkakn
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Jaksa Agung;

9. Melakukan koordinasi penaganan perkara pidana meliputi penyidikan,


penyelidikan, dan melaksanakan tugas-tugas yustisial;

10. Melakukan penyegahan dan pelarangan terhadap orang yang terlibat


dalam suatu perkara pidana untuk masuk kedalam atau keluar
meninggalkan kekuasaan Negara Republik Indonesia;

11. Membina dan melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah dan


organisasi lain di daerah hukkumnya untuk mencegah masalah yang
timbil terutama yang menyangkkut tanggung jawabnya;

2.1.3. Aplikasi Berbasis Web

14
Yang dimaksud dengan aplikasi web atau aplikasi berbasis web adalah
aplikasi yang dijalankan melalui browser. Aplikasi seperti ini pertama kali dibangun
hanya denganmenggunakan bahasa yang disebut dengan HTML (HyperText
Markup Language) dan protokol yang digunakan dinamakan HTTP (HyperText
Transfer Protokol). Namun,tentu saja hal seperti ini memiliki kelemahan. Semua
perubahan harus dilakukan padalevel aplikasi. Pada perkembangan berikutnya,
sejumlah skrip dan objek dikembangkan untuk memperluas kemampuan HTML.
Pada saat ini, banyak skrip seperti itu antara lain yaitu PHP, ASP, ASP.NET
sedangkan contoh yang berupa objek antara lain adalah applet (Java).
Dengan mengembangkan kemampuan HTML, yakni dengan menggunakan
perangkat lunak tambahan, perubahan informasi dalam halaman-halaman web dapat
ditangani melalui perubahan data bukan melalui program. Sebagai implementasinya,
aplikasi web dapat dikoneksikan ke database. Dengan demikian, perubahan
informasi dapat dilakukan oleh operator atau yang bertanggung jawab terhadap
kemutakhiran data dan tidak menjadi tanggung jawab pemrogram atau web master.
Konsep yang mendasari aplikasi web sebenarnya sederhana. Operasi yang
melatarbelakanginya melibatkan pertukaran informasi antara komputer yang
meminta informasi yang disebut client, dan komputer yang memasok informasi
(atau disebut server). Secara lebih detail, server yang melayani permintaan dari
client sesungguhnya berupa suatu perangkat lunak yang dinamakan webserver.
Secara internal, webserver inilah yang berkomunikasi dengan perangkat lunak lain
yang disebut middleware dan middleware inilah yang berhubungan dengan
database. Model seperti inilah yang mendukung web dinamis. Dengan
menggunakan web dinamis, dimungkinkan untuk membentuk aplikasi berbasis web
yang berinteraksi dengan database.

2.1.4. Aplikasi Berbasis Dekstop


Aplikasi dalam bahasa awam sering disebut sebagai sebuah kumpulan
program atau script. Aplikasi Desktop yang dibangun dengan menggunakan Struts
framework terdiri dari komponen-komponen individual yang digabungkan menjadi
satu aplikasi. Aplikasi tersebut dapat diinstal dan dieksekusi oleh aplikasi container.
Komponen-komponen tersebut dapat digabungkan karena mereka terletak dalam

15
sebuah konteks aplikasi yang sama, yang menjadikan mereka bergantung satu
dengan yang lainnya, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

2.1.5. Sistem Informasi


Sistem diartikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berkaitan
untuk secara bersama-sama menghasilkan satu tujuan. Mengenai hirarki
pengelompokkannya, dapat dikemukakan bahwa apabila suatu komponen didalam
suatu sistem membentuk sistem sendiri maka komponen ini dinamakan subsistem
dan seterusnya sehingga akan ada nama-nama modul, submodul, aplikasi dan
subaplikasi. Hirarki ini berlaku relatif, tergantung dari jenjang manajerial manakah
dimulainya. Menurut Tata S, Analisis Sistem Informasi (2003 : 10) : “Sistem adalah
setiap kumpulan dari komponen atau sub-sistem yang berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.”

Informasi diartikan sebagai hasil pengolahan data yang digunakan untuk suatu
keperluan, sehingga penerimanya akan mendapat rangsangan untuk melakukan
tindakan. Data adalah fakta yang jelas lingkup, tempat dan waktu-nya. Data
diperoleh dari sumber data primer atau sekunder dalam bentuk berita tertulis atau
sinyal elektronis.

2.1.6. Borland Delphi


Menurut kusnassriyanto (2011:1), pada awalnya delphi adalah proyek rahasia
di borland yang berevolusi menjadi sebuah produk yang disebut AppBuilder. Sesaat
sebelum rilis pertama dari borland, novell appbuilder dirilis sehingga borland harus
memberikan nama baru untuk proyek tersebut. Salah satu tujuan asli dari delphi
pada waktu itu adalah untuk menyediakan konektivitas database untuk programmer
sebagai fitur kunci dan database yang paling populer pada waktu itu adalah oracle.
Menurut kusnassriyanto (2011:2-3), delphi yang pertama dirilis yaitu delphi 1
(1995), untuk windows 3.1 (16 bit). Setahun kemudian delphi 2 versi 32 bit yang
kompatibel dengan windows 95, kemudian secara periodik setiap tahun delphi
mengeluarkan versi terbaru, dan ketika buku ini ditulis, delphi XE2 sudah
diumumkan dan akan segera dirilis.

16
Menurut kusnassriyanto (2011:3-4), kelebihan borland delphi yaitu: (a) kemudahan
penyusunan user interface, (b) bahasa object pascal, (c) dapat membuat program
yang sangat ringan menggunakan installer atau bahkan tanpa installer sama sekali,
(d) ukurannya kecil sehingga distribusinya akan jauh lebih baik.

Menurut kusnassriyanto (2011:5), delphi yaitu perangkat pengembangan program


yang sifatnya umum, dapat digunakan untuk membuat segala jenis program.
Sebagai contoh aplikasi bisnis, yaitu aplikasi yang digunakan untuk membantu
kegiatan bisnis atau operasional perusahaan termasuk di dalamnya yaitu aplikasi
accounting, customer relationship management, aplikasi kepegawaian, aplikasi
pengelolaan pabrik, Point Of Sales (POS) yang dapat dikembangkan dengan
database seperti mysql.

2.2. Deskripsi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan


2.2.1. Dibidang Kasi Pidana Umum (PIDUM) dan SIMKARI
Selama praktek kerja lapang berlangsung di Kejaksaan Negeri Kediri kegiatan
yang dilakukan antara lain; menyusun berkas perkara pra peradilan, menyusun
berkas petikan putusan, menyusun berkas barang bukti, menyusun berkas berita
acara pengabilan barang bukti, menyusun berita acara pelaksanaan putusan
pengadilan, menyusun berkas riwayat perkara atau berkas putusan, menata berkas
putusan, menyimpan berkas perkara putusan ke gudang, entry data pidana umum
Sistem Informasi Kejaksaan Negeri Republik Indonesia (SIMKARI)

2.2.2. Di bidang DATUN


Selama praktek kerja lapangan di kejaksaan yaitu diruangan Perdata dan Tata
Usaha Negara (DATUN) kegiatan yang dilakukan antara lain: menyalin laporan
bulanan bidang perdata dan tata usaha Negara, menyusun berkas-berkas
perkara,membuat surat undangan, , mengisi jurnal kegiatan jaksa.

2.2.3. Di bidang Pidana Khusus (PIDSUS)


Kegiatan yang lakukan di Kejaksaan Negeri Kediri di bagian Kasi PIDSUS
adalah menulis berkas tentang tindak pidana khusus, mengisi laporan bulanan,
mengisi daftar isi order, membantu menyusun berkas-berkas

17
2.3. Bukti Kegiatan PKL
2.3.1. Aplikasi Lokal di Kejaksaan Negeri Kota Kediri
Ada dua jenis aplikasi yang di gunakan dalam jaringan lokal Kejaksaan
Negeri Kota Kediri yaitu aplikasi berbasis web dan aplikasi berbasis desktop.
Aplikasi ini di pasang di server jaringan lokal Kejaksaan Negeri Kota Kediri
sehingga dapat diakses melalui PC yang terhubung di jaringan lokal Kejaksaan
Negeri Kota Kediri.
Aplikasi – aplikasi yang terpasang dan digunakan dilindungi oleh proteksi
password yaitu dengan menggunakan fitur login yang menurut kami sudah cukup
menjamin keamanan untuk skala aplikasi yang dipasang di jaringan lokal.
Username dan password yang digunakan dalam aplikasi pun terjamin karena
hanya dimiliki oleh internal Kejaksaan Negeri Kota Kediri.

1. Aplikasi Web
Aplikasi berbasis web yang ada adalah Sistem Informasi Manajemen
Kejaksaan Republik Indonesia yang digunakan untuk mengelola data
pendapatan di Kejaksaan Negeri dan juga data-data lainnya. Aplikasi ini
dilindungi oleh fitur login dan hanya dapat diakses melalui IP Address yang
tidak semua orang tau sehingga keamanan nya sangat baik.

Berikut screenshot dari aplikasi web Sistem Informasi Manajemen Kejaksaan


Republik Indonesia :

18
Gambar 2. Tampilan login aplikasi SIMKARI

Gambar 3. Tampilan homepage aplikasi SIMKARI

19
Gambar 4. Tampilan input data pendapatan di aplikasi SIMKARI

2. Aplikasi Desktop
Aplikasi berbasis desktop yang ada adalah aplikasi pengelolaan data
konfirmasi dan koreksi pendapatan negara yang digunakan di sistem operasi
berbasis windows dan dibuat menggunakan bahasa pemrograman Delphi.
Aplikasi ini mempunyai fungsi berupa CRUD (Create, Read, Update, Delete)
data konfirmasi dan data koreksi pendapatan Negara.
Berikut screenshot dari Aplikasi Pengelolaan Data Konfirmasi dan Koreksi
Pendapatan Negara :

20
Gambar 5. Tampilan homepage aplikasi desktop kejaksaan.

Terdapat beberapa submenu di dalam menu “DATA KONFIRMASI” yaitu


menu untuk input data, ubah data, hapus data, dan kirim & cetak data seperti
pada gambar di bawah.

Gambar 6. Tampilan menu Data Konfirmasi.

21
Sama halnya dengan menu data konfirmasi, terdapat beberapa submenu di
dalam menu “DATA KOREKSI” yaitu menu untuk input data, ubah data,
hapus data, dan kirim & cetak data seperti pada gambar di bawah.

Gambar 7. Tampilan menu Data Koreksi.

Dalam menu Input Data Konfirmasi terdapat beberapa kolom yang di isikan
yaitu NTPN, NTB, Akun, dan jumlah yang di setorkan

22
Gambar 8. Tampilan Input Data Konfirmasi
2.3.2. Aplikasi Online Kementerian Keuangan RI
Sistem Informasi PNBP Online ini terpasang di website Kementerian
Keuangan RI dan dapat diakses memalui jaringan internet, sama halnya dengan
aplikasi lokal di Kejaksaan Negeri Kota Kediri aplikasi ini juga mempunyai fitur
login dan setiap kejaksaan negeri hanya mempunyai satu akun untuk mengakses ke
aplikasi ini. Setiap Kejaksaan Negeri di seluruh Indonesia akan mempunyai akses
ke sistem informasi ini sehingga keamanan dan kualitas hardware serta software
nya harus memadai. Aplikasi ini berfungsi untuk melakukan laporan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) ke Kementerian Keuangan RI dengan menginput
data-data nya.

Pembayaran dan penyetoraan PNBP menggunakan Sistem Billing dalam


sistem informasi PNBP online. Sistem informasi PNBP Online atau SIMPONI
adalah sistem informasi yang dikelola oleh Ditjen Anggaran Kemenkeu dalam
rangka memfasilitasi pengelolaan PNBP yang meliputi:

 Sistem perencanaan PNBP


 Sistem Billing, dan
 Sistem pelaporan PNBP

Sistem billing adalah sistem yang memfasilitasi penerbitan kode billing


dalam rangka pembayaran atau penyetoran penerimaan negara Manfaat penerapan
Sistem Billing PNBP adalah :

 Mempermudah dam menyederhanakan proses pengisian data dalam


rangka penyetoran dan pembayaran PNBP

 Menghindari atau meminimalisir kemungkinan terjadinya human error


dalam perekaman data pembayaran dan penyetoran PNBP

 Memberikan kemudahan dan fleksibilitas melalui beberapa alternative


saluran pembayaran dan penyetoran PNBP

 Memberikan akses kepada wajib bayar dan wajib setor PNBP untuk
memonitor status atau realisasi pembayaran dan penyetoran PNBP

23
Berikut screenshot dari Sistem Informasi PNBP Online :

Gambar 9. Halaman login SI PNBP Online

Gambar 10. Halaman homepage SI PNBP Online

Dalam aplikasi ini pihak kejaksaan negeri akan melakukan input PNBP sebagai
laporan ke Kementerian Keuangan RI. Tampilan aplikasi untuk proses inputnya
seperti pada gambar 11.

24
Gambar 11. Halaman input data SI PNBP Online

Ada beberapa jenis data yang harus di input ke aplikasi ini, selain data di atas
pihak kejaksaan negeri juga input data seperti pada gambar di bawah

Gambar 12. Halaman input data SI PNBP Online

Gambar tertampil melebihi satu layar, sehingga tombol “Simpan” terlihat di layar
bagian bawah (harus di-scroll down), isi form isian Biling sesuai dengan
kebutuhan pembayaran kewajiban dan apabila selesai klik tombol “Simpan”.

25
Setelah data berhasil disimpan, klik cetak untuk mencetak Kode Biling.

Gambar 13. Hasil Cetak PNBP Online

26
BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Kejaksaan Negeri Kabupaten Kediri adalah lembaga negara yang melaksanakan
kekuasaan negara, khususnya di bidang penuntutan dan bertindak sebagai badan yang
berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan di wilayah Kabupaten Kediri. Dalam
melaksanakan kegiatan nya yang sebagian besar berkaitan dengan data tuntutan berbagai
masalah hukum, Kejaksaan Negeri Kabupaten Kediri didukung oleh beberapa software
baik itu software dari pemerintah pusat ataupun software di Kejaksaan Negeri Kabupaten
Kediri sendiri untuk mendukung pekerjaan.

Tidak semua pekerjaan di Kejaksaan Negeri Kabupaten Kediri sudah didukung


software atau teknologi di bidang TI, ada beberapa pekerjaan yang masih dilakukan secara
manual. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pekerjaan harus dilakukan secara
manual antara lain karena tidak dipertimbangkannya untuk menerima teknologi baru dan
permasalahan kebijakan yang sering kali menjadi penghambat di lembaga-lembaga
pemerintah. Walaupun sudah didukung oleh teknologi TI berupa software untuk
mengelola data, di Kejaksaan Kabupaten Negeri Kediri masih dilakukan pengarsipan
dokumen secara manual yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga karena
mempertimbangkan sisi keamanan dan keakuratan data dengan adanya bukti-bukti fisik

1.2. Saran
Bagi mahasiswa peserta PKL yang sudah menempuh selama kurang lebih satu bulan
semoga bisa memahami dan mengerti apa yang telah di dapat selama PKL di Kejaksaan
Negeri Kabupaten Kediri, Karena hal yang ada dalam kampus dalam hal ini teori tidak
dapat di terapkan jika tidak tahu praktek secara riilnya. Jadi antara teori dan praktek harus
bersinergis.Penulis menyarankan agar mahasiswa bersungguh-sungguh dalam
mempelajari dan memahami semua materi yang telah diberikan kepada para pembimbing
lapangan yang nantinya bisa menjadi bekal dalam dunia kerja.

27
DAFTAR PUSTAKA

Azis, Abdul, Pemantauan Terhadap Kinerja Kejaksaan Terhadap Proses Peradilan Pidana.
Tulisan disampaikan pada Workshop Pemantauan Kejaksaan diselenggarakan oleh MaPPI dan
Yayasan TIFA di Jakarta. 28-30 Juni 2004.

Harkristuti Harkrisnowo. Membangun Strategi Kinerja Kejaksaan bagi Peningkatan


Produktivitas, Profesionalisme, dan Akuntabilitas Publik: Suatu Usulan Pemikiran. Makalah
disampaikan pada Seminar Strategi Peningkatan Kinerja Kejaksaan dalam Rangka
Mewujudkan Supermasi Hukum. Diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kejaksaan Agung di Jakarta. 22 Agustus 2001.

Supandji, Hendarman, Peningkatan Peran Masyarakat Melalui Program Pemantauan Guna


Penguatan Fungsi Pengawasan Internal Kejaksaan. Makalah disampaikan pada Lokakarya
Pemantauan Kejaksaan diselenggarakan oleh MaPPI FHUI dan Yayasan TIFA di Jakarta.
28309 Juni 2004.

28
LAMPIRAN

29
Foto Saat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang Di Kejaksaan Negeri Kediri

Bangunan Gedung Kantor Kejaksaan Negeri Kota Kediri

30
Bangunan Gedung Kantor Pos Pelayanan Hukum Gedung Kejaksaan Negeri Kota Kediri

Jalan Penghubung Gedung

Tempat Parkir Samping Tempat Parkir Belakang

31

Anda mungkin juga menyukai