Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PELAPORAN PENANGANAN KECELAKAAN


TRANSPORTASI JALAN

Diajukan untuk Tugas pertemuan 1


Dosen Pengampu Bapak Alfan Baharuddin, M.T

Disusun Oleh
Adhi Izhar Mutaqin
Nomor Taruna 20.02.1032

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA OTOMOTIF


POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis berkesempatan untuk
menyelesaikan makalah yang telah dibuat ini. makalah ini merupakan bentuk dedikasi
dalam dunia Pendidikan Tinggi dan penulis berharap dengan penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruhmasyarakat baik itu taruna maupun pembaca.
Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah. Terkhusus ucapan terimakasih penulis
ucapkan kepada
1. Bapak I Made Suartika, ATD., M.Eng., SC. selaku Direktur Politeknik
Keselamatan Transportasi Jalan
2. Bapak Faris Humami, M.Eng. selaku Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa
Otomotif
3. Bapak Alfan Baharuddin, M.T.
4. Para Civitas Akademika Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan yang telah
membantu proses Pendidikan di kampus
5. Orangtua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan dalam segala hal
6. Korps taruna Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Angkatan XXXI yang
selalau memberi dukungan dan semangat dalam segala sutuasi
Makalah ini dibuat dengan sebaik-baiknya, namun tentu saja tidak lepas dari segala
kekurangan. Karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun, guna pembelajaran yang dapat memperbaikikekurangan penulisan dimasa
yang akan datang.

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 5
BAB I .................................................................................................................................. 6
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 6
I.1 Latar Belakang........................................................................................................... 6
I.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 8
I.3 Tujuan Makalah ......................................................................................................... 8
I.4 Manfaat Makalah ....................................................................................................... 8
BAB II................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
II.1 Definisi Kecelakaan lalu lintas jalan ........................................................................ 4
II.2 Dasar Hukum analisis dan investigasi kecelakaan transportasi jalan ....................... 4
II.3 Faktor yang mempengaruhi kecelakaan ................................................................... 5
II.4 Penyebab atau dampak yang terjadi ......................................................................... 6
II.5 Contoh kecelakaan Transportasi Jalan ..................................................................... 7
II.6 penanganan terhadap kecelakaan Transportasi Jalan ............................................... 8
BAB III ............................................................................................................................. 12
PENUTUP ........................................................................................................................ 12
III.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 12
III.2 Saran ..................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. block spot area .................................................................................................. 8
Gambar 2. Penyelidikan dan penyidikan kecelakaan .......................................................... 9
Gambar 3. Olah tempat kejadian perkara............................................................................ 9
Gambar 6. Menolong korban kecelakaan ......................................................................... 10
Gambar 7. Penyelidikan oleh kepolisian........................................................................... 11

5
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.
Persoalan lalu lintas yang dihadapi oleh kota-kota besar antara lain, yaitu kemacetan,
kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran lalu lintas (Tamin 1992; Firman 1998; Tamin 2005;
Steinberg 2007). Keadaan ini merupakan salah satu perwujudan dari perkembangan
teknologi transportasi yang modern. Perkembangan lalu lintas itu sendiri dapat memberi
pengaruh, baik yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif bagi kehidupan
masyarakat (Kurniawan 2016). Hal ini nampak telah membawa pengaruh terhadap
keamanan lalu lintas yang semakin sering terjadi, pelanggaran lalu lintas yang
menimbulkan kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas
disebabkan oleh banyak faktor tidak sekedar oleh pengemudi kendaraan yang buruk,
pejalan kaki yang kurang hatihati, kerusakan kendaraan, rancangan kendaraan, cacat
pengemudi, rancangan jalan, dan kurang mematuhinya rambu-rambu lalu lintas
(Chakrabartty & Gupta 2014).
Kecelakaan lalu lintas di jalan raya menyebabkan kematian sekitar 1,25 juta
manusia setiap tahun di seluruh dunia. Demikian laporan yang dirilis Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Oganitation/WHO). Kasus kecelakaan lalu lintas jalan yang
mematikan yang terjadi di Indonesia sendiri dan dilaporkan pada tahun 2013 mencapai
26.416, namun estimasi WHO mencapai 38.279. Korban kecelakaan terbesar pada
pengendara sepeda motor dan kendaraan roda tiga, yaitu 36 persen, pengemudi dan
penumpang bus mencapai 35 persen, dan pejalan kaki mencapai 21 persen. Sedangkan
jumlah kendaraan di Indonesia mencapai 104 juta lebih untuk semua jenis. Ironisnya tidak
semua orang yang terlibat dalam kecelakaan tersebut murni bersalah tetapi tetap saja
dijadikan sebagai tersangka (Nainggolan 2014),
Penyidikan merupakan tahapan penyelesaian perkara pidana setelah penyelidikan
yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya tindak pidana dalam suatu
peristiwa. Ketika diketahui ada tindak pidana terjadi, maka saat itulah penyidikan dapat
dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan. Pada tindakan penyelidikan, penekanannya
diletakkan pada tindakan “mencari dan menemukan” suatu “peristiwa” yang dianggap atau

6
diduga sebagai tindakan pidana. Sedangkan pada penyidikan titik berat penekanannya
diletakkan pada tindakan “mencari serta mengumpulkan bukti”. Penyidikan bertujuan
membuat terang tindak pidana yang ditemukan dan juga menentukan pelakunya.
Pengertian penyidikan tercantum dalam Pasal 1 butir 2 KUHAP yakni dalam Bab I
mengenai Penjelasan Umum, yaitu: “Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang pidana yang terjadi
dan guna menemukan tersangkanya”.
Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 2 KUHAP, unsur-unsur yang terkandung dalam
pengertian penyidikan adalah: Pengertian penyidikan tercantum dalam Pasal 1 butir 2
KUHAP yakni dalam Bab I mengenai Penjelasan Umum, yaitu: “Penyidikan adalah
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.
Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 2 KUHAP, unsur-unsur yang terkandung dalam
pengertian penyidikan adalah: pertama, penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang
mengandung tindakantindakan yang antara satu dengan yang lain saling berhubungan.
Kedua, penyidikan dilakukan oleh pejabat publik yang disebut penyidik. Ketiga,
penyidikan dilakukan dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Keempat,
tujuan penyidikan ialah mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana yang terjadi, dan menemukan tersangkanya. Berdasarkan keempat
unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa sebelum dilakukan penyidikan, telah diketahui
adanya tindak pidana tetapi tindak pidana itu belum terang dan belum diketahui siapa yang
melakukannya. Adanya tindak pidana yang belum terang itu diketahui dari
penyelidikannya.
Menurut F.D. Hobbs Kartika, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas merupakan
kejadian yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya
trauma, cedera, ataupun kecacatan tetapi juga kematian. Kasus kecelakaan sulit
diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring pertambahan panjang jalan dan
banyaknya pergerakan dari kendaraan Kurniawan Pasal 1 butir 24 Undang-Undang No. 22
tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa yang dimaksud
Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan. Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang
mengakibatkankorban manusia dan/atau kerugian harta benda

7
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Transportasi jalan?
2. Dasar hukum apa yang memuat tantang kecelakaan transportasi jalan?
3. Apa sajakah faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya?
4. Apa sajakah dampak yang timbul akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan
raya?
5. Berikan contoh kecelakaan Transpotrasi Jalan yang terjadi di Indonesia?
6. Bagaimana solusi dan penanganan yang dapat di lakukan untuk masalah tersebut?

I.3 Tujuan Makalah


1. Mendiskripsikan faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya.
2. Mengetahui Dasar Hukum yang berkaitan dengan Kecelakaaan Transportasi
Jalan.
3. Mendiskripsikan dampak yang timbul dengan adanya permasalahan tersebut.
4. Mengidentifikasi solusi dan penanganan yang dapat di lakukan untuk masalah
tersebut.

I.4 Manfaat Makalah


1. Bagi PKTJ Makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran untuk Taruna
Transportasi darat.
2. Bagi Penulis Makalah ini menjadi wadah bagi penulis dalam menuangkan ide yang
didapatkan guna memperluas ilmu tentang analisis dan investigasi kecelakaan,
serta dengan adanya makalah ini penulis menemukan materi yang dapat dikaji,
yang dapat menambah wawasan penulis dalam perkembangan di dunia
Transportasi.

8
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi Kecelakaan lalu lintas jalan


Kecelakaan lalu lintas menurut UU RI Pasal 1 No. 22 tahun 2009 pasal 1 adalah
suatu peristiwa di jalan raya tidak diduga dan tidak disengaja melibatkankendaraan dengan
atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korbanmanusia dan kerugian harta
benda. Di dalam terjadinya suatu kejadiankecelakaan selalu mengandung unsur ketidak
sengajaan dan tidak disangkasangkaserta akan menimbulkan perasaan terkejut, heran dan
trauma bagi orangyang mengalami kecelakaan tersebut. Apabila kecelakaan terjadi
dengandisengaja dan telah direncanakan sebelumnya, maka hal ini bukan 4
merupakankecelakaan lalu lintas, namun digolongkan sebagai suatu tindakan kriminal
baikpenganiayaan atau pembunuhan yang berencana.
II.2 Dasar Hukum analisis dan investigasi kecelakaan transportasi jalan
1. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
pasal 1 poin 24 menjelaskan definisi kecelakaan lalu lintas sebagai suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna
jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Pasal 229
mengatur tentang penggolongan kecelakaan lalu lintas, yaitu: Kecelakaan Lalu Lintas
ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
Kecelakaan Lalu Lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan
dan kerusakan kendaraan dan/atau barang. Kecelakaan Lalu Lintas berat merupakan
kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat
2. Direktorat Keselamatan Transportasi Darat
Direktorat Keselamatan Transportasi Darat menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kecelakaan yang serius adalah sebuah kecelakaan (satu kali kecelakaan) tetapi menelan
korban meninggal dunia lebih besar dari delapan orang. Secara prinsip setiap kecelakaan
lalu lintas jalan yang menimbulkan 62 korban jiwa manusia harus dilakukan investigasi
dan penelitian untuk mengetahui kemungkinan penyebab kecelakaan yang dapat dijadikan
rekomendasi guna mencegah terjadinya kecelakaan serupa terulang kembali (Al Qurni
2013).

4
Saat ini, kriteria kecelakaan yang diinvestigasi dan diteliti adalah kecelakaan lalu lintas
jalan yang bersifat luar biasa, yaitu: kecelakaan lalu lintas jalan yang menimbulkan korban
manusia yang mati delapan orang atau lebih, kecelakaan lalu lintas jalan yang
menyebabkan prasarana rusak berat, kecelakaan lalu lintas jalan yang mengundang
perhatian publik secara luas karena melibatkan tokoh ternama/penting atau figur publik,
kecelakaan lalu lintas jalan yang menimbulkan polemik/kontroversi, kecelakaan yang
berulang-ulang pada merk dan tipe kendaraan yang sama, kecelakaan yang sama pada satu
titik lokasi lebih dari tiga kali dalam setahun, dan kecelakaan lalu lintas jalan yang
mengakibatkan kerusakan/pencemaran lingkungan akibat bahan/limbah berbahaya beracun
(B3).
3. Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2009 tentang manajemen penyidikan tindak
pidana
Peraturan Kapolri ini menggantikan Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Tindak Pidana di Lingkungan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, mengatur tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana yang
digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan penyidikan Tindak Pidana bagi Penyidik
Polri, yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan organisasi dan perkembangan dinamika
penegakan hukum, sehingga peraturan ini dicabut dengan diterbitkannya Peraturan Polri
Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Pencabutan Perkap Nomor 14 Tahun 2012 Tentang
Manajemen Penyidikan Tindak Pidana.

II.3 Faktor yang mempengaruhi kecelakaan


1. Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan, hampir
semua kejadian kecelakaan di lakukan dengan melanggar rambu-rambu lalu lintas.
Pelanggaran terjadi karena ketidak sadaran manusia dalam pelanggaran lalu lintas atau juga
manusia tidak mengetahui arti dari rambu-rambu lalu lintas tersebut. Bahkan banyak anak
muda yang mengendarai kendaraan tidak aturan seperti ugal-ugalan, dipakai area balap,
bahkan mengendarai dalam kondisi mabuk.
Disamping itu juga saat mudik banyak keluarga yang mengendarai sepeda motor yang
tidak tau aturan, satu keluarga dalam satu motor. Motor satu dipakai 4 sampai 5 orang.
Seperti itulah yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas terjadi dari faktor manusia.
2. Faktor Kendaraan

5
Kondisi kendaraan yang akan di jadikan sebagai alat transportasi kita juga harus di
perhatikan, apakah kendaraan memang sudah siap dikendarai atau belum di jalan raya.
Bahkan masih ada yang perlu di perbaiki. Faktor kendaraan yang sering terjadi yaitu ban
pecah, rem blong, bensin habis bahkan ada mesin yang kurang, yang mengakibatkan
kecelakaan pada diri kita. Untuk itu kita harus sering-sering memperhatikan dan
memperbaiki kendaraan kita.
3. Faktor Jalan
Faktor jalan terkait dengan jarak pandang kita, banyak jalanan yang
rusak,bergelombang yang sangat berbahaya bagi pegendara sepeda motor. Jalan
bergelombang banyak juga mengakibatkan ketidak stabilan dan keseimbangan dalam
mengendara, sehingga pengendara akan sulit mengendalikan kendaraannya yang
mengakibatkan bisa menabrak pengendara lainnya. Tidak hanya jalan berlubang dan
bergelombang, jalan berliku juga bisa mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Saat
pengendara tidak sadar dan tidak mengetahui adanya tikungan, pengendara bisa menabrak
pengendara lain yang ada dijalan bahkan juga tikungan diatas jurang pengendara bisa terjun
ke dalam jurang dan belum tentu juga selamat bagi pengendara.
4. Faktor Cuaca
Faktor cuaca juga bisa menjadi dampak yang buruk, terutama pada musim
hujan.apabila saat hujan deras masih mengedarai kendaraan pasti perasaan kita tidak enak
dan tidak karuan. Saat hujan deras bahkan berangin hendaknya kita berhenti dahulu sampai
hujannya reda. Bisa terjadi kecelakaan dengan pohon tumbang dan lawan arah karena
jalanan tidak jelas dari jarak pandang kita.
II.4 Penyebab atau dampak yang terjadi
1. Meningkatnya korban kecelakaan
Dari faktor – faktor tersebut sudah di ketahui bahwa kecelakaan lalu lintas bisa
menyebabkan semakin meningkatnya korban kecelakaan. Banyak contoh yang terjadi
termasuk kecelakaan bus rombongan haji yang menabrak dua rumah di pinggir jalan.
Hanya saja bus itu setelah mengantar rombongan haji, bus melaju kencang dan menabrak
dua rumah yang berada di pinggir jalan. Korban tewas adalah pengemudi bus sendiri atas
keteledoran dan keegoisannya sendiri. Akibat terjadi benturan keras, kondisi bus
mengalami rusak berat pada bagian depan, sedangkan dua rumah penduduk nyaris ambruk.
Tidak hanya itu saja yang terjadi, ada juga terdapat di jalan slamet riyadi, makam haji,
kartasura, sukoharjo kecelakaan antara sepeda motor dan truk, dengan ketidak sadaran

6
pengemudi sepeda motor yang tidak menaati lalu lintas, tapi tidak menimbulkan korban
jiwa hanya luka ringan saja.
2. ketidak nyamanan
Dari itu semua masyarakat sekitar merasa tidak nyaman dengan adanya kecelakaan lalu
lintas. Bahkan juga bisa menyebabkan trauma yang berat bagi yang melihat kecelakaan
tersebut. Anak – anak kecil yang ingin belajar naik kendaraan jadi bimbang dan ragu.
3. Mengganggu jalannya lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas hampir setiap hari terjadi, dengan kejadian tersebut bisa
membuat jalanan macet total, bahkan juga bisa mengakibatkan kecelakaan juga. Jalan tidak
jadi lancar malah macet. Selain macet juga pengguna jalan yang lain jadi resah gelisah
melihatnya. Dari peristiwa itu bisa mengganggu pengguna jalan yang lain
II.5 Contoh kecelakaan Transportasi Jalan
Hari Senin tanggal 25 Oktober 2021 jam 04.03 WIB, Bus TransJakarta bernomor
body BMP 240 dengan nomor kendaraan B 7477 TK berangkat dari pool PO. Bianglala
Metropolitan di Ciputat, Tangerang Selatan menuju ke halte ujung Pinang Ranti, Jakarta
Timur. Jam 04.40 WIB, Bus 1 tiba di halte ujung Pinang Ranti.
Jam 06.07 WIB, Bus 1 berangkat memulai pelayanan di koridor 9 dari halte Pinang
Ranti mengantar penumpang sampai ke halte Pluit, Jakarta Utara. Jam 07.02 WIB Bus 1
tiba di halte ujung Pluit. Kemudian Bus 1 melanjutkan perjalanan menuju ke halte ujung
Pinang Ranti. Dari Halte Pluit, Bus 1 melewati Halte Penjaringan, Jembatan Tiga, Jembatan
Dua, Jembatan Besi, Latumenten, St. Grogol, Grogol 2, S. Parman, Podomoro City, RS.
Harapan Kita, Slipi Kemanggisan, Slipi Petamburan, Senayan JCC, Semanggi, Gatot
Subroto LIPI, Gatot Subroto Jamsostek, Kuningan Barat, Tegal Parang, Pancoran Barat,
Pancoran Tugu, Tebet BUMD. Setelah menaik dan menurunkan penumpang di Halte
Cikoko, lalu Bus 1 melanjutkan perjalananan ke halte Cawang Ciliwung yang berjarak 600
meter.
Pada jam 08.39 WIB, mendekati halte Cawang Ciliwung, Bus 1 menabrak bus
Trans Jakarta bernomor body BMP 211 dengan nomor kendaraan B 7113 TGB yang saat
itu sedang proses penaikan dan penurunan penumpang di halte Cawang Ciliwung arah
Pinang Ranti di Jalan MT. Haryono. Bagian depan bus 1 menabrak bagian belakang Bus 2
dan sehingga Bus 2 terdorong maju kedepan sejauh 17,7 meter. Korban akibat kecelakaan
ini adalah 2 (dua) orang meninggal dunia, 5 (lima) orang mengalami luka berat dan 26
orang luka ringan. Korban meninggal dunia termasuk Pramudi Bus 1. Faktor penyebab

7
terjadinya kecelakaan tabrakan beruntun adalah kurangnya waktu dan kualitas istirahat
Pramudi 1, sehingga mengakibatkan terjadinya kelelahan dan microsleep saat bertugas.
Faktor penyebab fatalitas pada kasus kecelakaan in adalah:
1. Bus transjakarta tidak dilengkapi dengan fasilitas airbag pada bagian pengemudi;
2. Superstructure kabin bus 1 korosif sehingg tidak mampu menahan benturan dan tidak
mampu melindungi awak bus dan penumpang; dan
3. Posisi penumpang yang berdiri pada kendaraan tersebut. Beberapa penumpang Bus 1
dan Bus 2 yang berdiri terlontar saat kecelakaan.
KNKT menyampaikan beberapa rekomendasi keselamatan kepada Direktorat Jenderal
Perhubbungan Darat dan PT. Transportasi Jakarta, untuk mencegah terulangnya kecelakan
serupa dikemudian hari.
II.6 penanganan terhadap kecelakaan Transportasi Jalan
1. Pelaksanaan mapping blackspot area

Gambar 1. block spot area


Salah satu metode yang dapat digunakan dalam rangka mengurangi jumlah kecelakaan
adalah dengan mengidentifikasi lokasi / daerah yang menjadi titik rawan kecelakaan(
blackspot ). Dengan mengetahui lokasi tersebut, maka dapat dilakukan penanganan khusus
yang sesuai dan diharapkan dapat mencegah dan mengurangi tingkat fatalitas kecelakaan
yang terjadi. Agar dapat dilakukan upaya penanganan kecelakaan yang sesuai dan tepat
sasaran, selain mengidentifikasi titik rawan juga dilakukan analisa terhadap penyebab
kecelakaan di titik tersebut
2. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan kecelakaan lalu lintas

8
Gambar 2. Penyelidikan dan penyidikan kecelakaan
Polisi lalu lintas berwenang untuk melakukan penyelidikan tentang terjadinya suatu tindak
pidana, yang dalam hal ini adalah kelalaian dalam mengemudikan kendaran bermotor
hingga menyebabkan orang lain meninggal dunia. Penyelidikan ini dilakukan dalam rangka
untuk memastikan telah terjadinya suatu tindak pidana. Dalam hal terjadi kecelakan lalu
lintas, maka penyelidik polisi lalu lintas mendatangi tempat kejadian perkara dan mencari
keterangan tentang kecelakan tersebut. Faktor manusia dan kendaraan masih menjadi
penyebab utama kecelakaan. Hal ini tentunya menghambat kinerja polisi dalam melakukan
tugas pokonya sebagai penegak hukum
3. Melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Gambar 3. Olah tempat kejadian perkara


Penyidik kepolisian dalam melakukan pembuktian terkait dengan dugaan bahwa Tersangka
melakukan kealpaan dilakukan dengan melihat olah TKP. Tidak hanya olah TKP saja
penyidik juga melihat apakah pengendara sudah menggunakan prinsip kehati-hatian atau
belum (Julian et al 2012; Wyatt 2014).
Menurut Edy Prasetyo, ukuran hati-hati ini dilihat dari jarak pengendara dengan
pengendara lainnya, kecepatan yang digunakan oleh pengendara, apakah pengendara sudah
mematuhi ramburambu lalu lintas atau belum serta adakah perhatian yang dilakukan oleh

9
pengendara terhadap situasi di sekelilingnya. Dalam hal ini penyidik melakukan olah TKP
untuk dapat menetukan bagaimana terjadinya kecelakaan tersebut dengan memberikan
tanda ditempat ditemukannya korban dan barang bukti. Setelah pemberian tanda dilakukan
pengukuran TKP dan pemasangan garis polisi. Untuk mempermudah penyidikan, penyidik
membuat gambar sketsa kecelakaan dan melakukan rekayasa peristiwa.
4. Menolong korban kecelakaan

Gambar 6. Menolong korban kecelakaan


Saat terjadi kecelakaan lalu lintas tentu saja ada yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas
tentu saja sangat membutuhkan pertolongan satlantas Polres Pasuruan dalam hal ini
terbukti memberikan Dialektika Vol. 14, No. 1, 2019, hal.59-67 65 pertolongan kepada
korban kecelakaan tersebut dan memastikan korban berada ditempat yang seharusnya
termasuk membawa kerumah sakit. Korban kecelakaan dan tentu saja korban kecelakaan
tersebut membutuhkan pertolongan baik secara langsung maupun tidak langsung, secara
langsung korban kecelakaan mungkin akan ditolong oleh warga sekitar dilokasi kecelakaan
apabila kondisinya memungkinkan. Satlantas Polres Pasuruan juga memiliki fungsi untuk
memberikan pertolongan bagi korban maupun pelaku yang terluka, sehingga dapat
dilaksanakan langkah selanjutnya. Untuk korban kasus kecelakaan yang meningggal dunia
ataupun untuk mengantarkan kerumah sakit untuk dilakukan visum atau perawatan.
5. Melakukan penangkapan, penahanan, dan penyitaan

10
Gambar 7. Penyelidikan oleh kepolisian
Adanya fungsi melakukan penyidikan yang bagian dari upaya represif. Kepolisian juga
berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan berkenaan dengan
pemenuhan persyaratan teknis dan layak jalan kendaraan bermotor. pelaksanaan
penyidikan tetap harus memberikan perlindungan terhadap penghakiman,
Setelah merasa cukup dalam memberikan pertnyaan terhadap tersangka polisi melakukan
pemberkasan dan melakukan penyidikan ketempat kejadian perkara dengan melakukan
pemotretan, yang terdiri dari foto situasi secara keseluruhan, foto posisi dari kendaraan
yang terlibat kecelakaan, foto korban sebelum dipindahkan dari TKP, foto kerusakan yang
ada pada kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas dan foto bekas-bekas yang
tertinggal.
Setelah terjadinya kecelakaan lalu lintas tentunya polisi harus segera melakukan
penindakan kepada pelaku terjadinya kecelakaan yaitu dengan melakukan penangkapan.
Hal ini bertujuan agar pelaku tidak pergi meninggalkan TKP atau berusaha melarikan diri.
Penangkapan terhadap pelaku tindak pidana kelalaian yang mengakibatkan orang lain
meninggal dunia adalah suatu tindakan penyidik berupa penangkapan sementara waktu
kebebasan tersangka apabila telah terdapat cukup bukti, guna kepentingan penyidikan.
Sesuai dengan kewajiban penyidik yang disebutkan pada Pasal 7 huruf D bahwa penyidik
berwenang untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
Pasal 17 KUHP menyebutkan bahwa “Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang
yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.”

11
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan kecelakaan kendaraaan jalan yaitu faktor kelalaian
pengendara dan faktor kendaraan, dimana kelalaian pengendara terkait tidak tertib lalu
lintas seperti kecepatan dan rambu lalu lintas. Sementara faktor kendaraan yang terkait
dengan kendaraan jarang dipelihara oleh pengendara sehingga menyebabkan kerusakan
pada kendaraan tersebut dan penanganan penyidikan terhadap kecelakaan lalu lintas jalan
yaitu dengan melakukan mapping blackspot area, menolong korban kecelakaan
pelaksanaan penyelidikan, penyidikan serta penangkapan/penahanan tersangka. Kemudian
Selain faktor pengemudi, faktor kendaraan seperti kondisi mesin, rem, lampu, ban, dan
muatan bisa menjadi penyebab kecelakaan, demikian halnya faktor cuaca berupa kondisi
hujan, kabut, atau asap.
III.2 Saran
Saran dari saya upaya apa yang dilakukan untuk menghindari atau mengurangi
kecelakaan yang disebabkan oleh manusia maupun sarana transportasi yaitu menaati
peraturan lalu lintas, bersikap was was atau waspada, jaga jarak aman kendaraan, jauhkan
ponsel pada saat berkendara, tidak mengantuk saat berkendara, hindari penggunaan
narkoba atau miras pada saat berkendaran dengan menaati peraturan lalu lintas yang telah
di tetapkan oleh pemerintah dapat menekan angka kecelakaan di jalan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_jalan#:~:text=Transportasi%20jalan%20adalah
%20segala%20bentuk,membawa%20barang%20melewati%20jalan%20setapak

https://knkt.go.id/news/read/investigasikecelakaan%20lintas%20dan%20angkutan%20jal
an%20mobil%20transjakarta%20b%207477%20tk%20di%20jalan%20mt%20har
yono,%20dki%20jakart
https://www.ugm.ac.id/id/berita/21920-pakar-ugm-sebut-empat-faktor-penyebab-
kecelakaan-di-jalan-
tol#:~:text=Selain%20faktor%20pengemudi%2C%20faktor%20kendaraan,hujan
%2C%20kabut%2C%20atau%20asap.
edia.neliti.com/media/publications/191403-ID-none.pdf
https://www.peraturanpolri.com/2015/12/peraturan-kapolri-nomor-14-tahun-2012.html
Nainggolan A (2014) Pelaksanaan penyidikan tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang
menyebabkan matinya korban berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. JOM Fakultas Hukum 1 (2):1-15
Chakrabartty A & Gupta S (2014) Traffic congestion in the metropolitan City of Kolkata.
Journal of Infrastructure Development 6 (1):43-59.
Undang-Undang Nomor Tentang Kitab Undang-Undang Hukum acara Pidana, Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981., Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 76
tahun 1981

13

Anda mungkin juga menyukai