OLEH
CAHYADI
B 111 12 666
SKRIPSI
CAHYADI
B 111 12 666
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2018
PENGESAHAN ÄKRIPSI
CAHYADI
B111 12 sg6
Panitia Ujian
&okretaris
A.n. Dekan
Wakil Dekan Bidan Akademik
Nama CAHYADI
No. Pokok B 111 12 666
Bagian Hukum Pidana
Judul "Proses Diversi dalam Penyelesaian Perkara Tindak Pidana yang
dilakukan Anak (Studi Kasus di wiìayah Hukum Kepolisìan Resor
Gowa Tahun 2015-2016)”
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi di Fakultas Hukum
Menpetahui,
Pembimbing I, Pembimbing I t
CA H YA D1
H I 1 1 1 2666
hm ti Hu kuiii
Bagian H msnm Pidana
J tid lit S kri psi Proscs Divci si I3alaifi Pen}'elesni«n P i kai'a Tindak Piclana Y:tng
Ui Jak rlkan Anak (Strid i Kasus Di \\'I Ia}’ah Huktinz Keçol isïan
Resoi Go»a Tahu n OU I 5-20 I ó )
\ Iemen uhi syarat rintri k diajtikan daïam rij ibn sï‹i-i psi sel›aga i rij ian zkhi i pi ogi'am sttidi.
akassai-, Janriari 20 ï
Metode penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian normatif empiris, yaitu
menggunakan pendekatan perundang-undangan (satute approach) dan
pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan untuk
menelaah semua Undang-Undang dan regulasi khususnya yang berkaitan
dengan diversi. Pendekatan kasus dengan menelaah kasus-kasus yang
berkaitan dengan anak yang berkonflik dengan hukum yang diselesaikan
melalui diversi.
Penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan diversi di Wilayah Hukum Polres
Gowa belum terlaksana secara optimal. Dalam mengupayakan diversi, aparat
kepolisian dari Polres Gowa masih mengalami beberapa hambatan yakni
terbatasnya waktu yang diberikan dalam mengupayakan diversi, kesulitan
menghadirkan para pihak yang terkait, terbatasnya jumlah penyidik anak yang
tersedia sehingga semua perkara yang melibatkan anak ditangani oleh pihak
Polres dan kurangnya kesadaran pihak korban terkait diversi sehingga menolak
adanya proses diversi yang diupayakan.
Kata Kunci:
Diversi, Tindak Pidana, Anak
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdullilah Penulis haturkan kepada Allah SWT atas
skripsi ini. Namun berkat doa, bantuan, semangat, dorongan, bimbingan, dan
kepada Kedua Orang Tuaku, ISMAIL dan NURSIAH yang telah melahirkan,
tercinta VIVI NOVALIA yang selama ini memberi semangat kepada penulis,
Serta Kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Ariestina Pulubuha, MA, Selaku Rektor Universitas
Hasanuddin Makassar.
v
2. Ibu Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.H. Selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Bapak Prof. Dr. Andi Muhammad Sofyan, S.H., M.H. Selaku Ketua Bagian
4. Bapak Dr. Syamsuddin Muchtar, S.H., M.H., dan ibu Dr. Hj. Haerana,
5. Bapak Prof. Dr. Muhadar, S.H., M.S., Dr. Amir Ilyas, S.H., M.H. Selaku
7. Kepala Kepolisian Resort Gowa yang telah meberikan izin dalam rangka
11. Seluruh Staf Akademik dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas yang
v
12. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya
Penulis,
Cahyadi
v
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI .............................. iv
ABSTRAK ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
DAFTAR ISI...................................................................................... ix
i
BAB III METODE PENELITIAN.................................................. 57
A. Tipe Penelitian ......................................................... 57
B. Lokasi Penelitian...................................................... 57
C. Jenis Dan Sumber Data ........................................... 57
D. Teknik Pengumpulan Data....................................... 58
E. Analisis Data ............................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
x
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam
dan negara. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut
dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak-
haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengatur jelas hak-
1
hak anak yang salah satunya adalah berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan kembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.1
melakukan tindak pidana. Oleh karena itu, maka diperlukan suatu sistem
pemikiran atau gagasan untuk hal tersebut dengan cara pengalihan atau
anak. Hal inilah yang mendorong ide diversi khususnya melalui konsep
1
Tim Pustaka Setia. 2002. Undang-undang Dasar 1945 Setelah Amandemen
Keempat Tahun 2002. Bandung. CV. Pustaka Setia. Hal.
2
bahwa penjatuhan pidana terhadap anak nakal (delinkuen) cenderung
merugikan ini akibat dari efek penjatuhan pidana terutama pidana penjara,
pengklasifikasian yang rinci, yaitu anak remaja dini, remaja penuh dewasa
hal ini lembaga yudikatif) terhadap pelaku tindak pidana adalah objek dan
fair, hal ini berguna agar tidak terjadinya balas membalas atau pertikaian
suatu keadilan.
3
Sejalan dengan hal tersebut menurut Yenti Garnasih bahwa
“pidana merupakan alat yang paling ampuh yang dimiliki negara untuk
mengatakan:
khususnya “untuk tindak pidana anak perlunya ada tindakan lain dalam
2
Yenti Garnasih. “Kebebasan Berpendapat dan Kebijakan Criminal”. (LBH Pers),
hal.
4
perlindungan dan rehabilitasi terhadap anak sebagai orang yang masih
tempat.
5
formula keadilan khususnya dalam penegakan Hak Asasi Manusia (HAM),
mencakup juga anak sebagai korban dan saksi. Aparat penegak hukum
yang terlibat dalam penanganan ABH agar tidak hanya mengacu pada
Anak).
3
Ridwan Mansyur. “Keadilan Restoratif Sebagai Tujuan Pelaksanaan Diversi Pada
Sistem Peradilan Pidana Anak”. Law Enforcement & Justice Magazine REQUISITOIRE,
Vol. 39 2014, hal.
6
Perlindungan anak merupakan pekerjaan penting yang harus terus
anak ini pun dilakukan dari segala aspek, mulai pada pembinaan dalam
hanya ada di kota-kota besar, hal ini tentu saja menyebabkan tidak
terhadap para penegak hukum yang oleh banyak kalangan dinilai tidak
dengan hukum terutama anak sebagai pelaku, dan ada kesan kerap kali
dan melelahkan mulai dari tahap penyidikan oleh Polisi, tahap penuntutan
7
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsi dan
dengan hukum, dengan ini dalam hal anak sebagai pelaku tindak pidana.
B. Rumusan Masalah
membatasinya pada:
C. Tujuan Penelitian
8
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tindak Pidana
adolescent (remaja).
dilakukan oleh anak, dimana jika tindakan atau perbuatan itu dilakukan
perintah yang sah menurut hukum dan yang layak dari orang tua/wali,
tidak mau patuh, tidak dapat dikendalikan atau perilaku yang tak
4
Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruati Sistem Peradilan
Pidana Anak Di Indonesia, Jogjakarta: Genta Publishing, 2011, hal. 29.
1
Pidana Anak, menyatakan bahwa anak nakal adalah anak yang
sebagai anak adalah orang yang telah berumur 12 (dua belas) tahun
tindak pidana yang terjadi selama ini, maka diselesaikan secara pidana.
tindak pidana.7
5
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
6
Shanty Dellyana, 1988, Wanita Dan Anak Dimata Hukum, Liberty, Yogyakarta,
hal. 57
7
Eva Achjani Zulfa, Indriyanto Seno Adji, 2011, Pergeseran Paradigma
Pemidanaan, Lubuk Agung, Bandung, hal. 51.
1
2. Pengertian Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana
hak-hak anak.
tentang batasan usia anak dapat dilihat antara lain pada ketentuan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 330 ayat (1) yang memuat
tersebut telah kawin sebelum berumur 21 (dua puluh satu) tahun dan
8
Abdul G. Nusantara, Hukum dan hak-hak Anak, disunting oleh Mulyana W.
Kusumah, Jakarta: Rajawali, 1986, hal. 23.
1
Ketentuan ini senada dengan Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang
pengertian anak, tetapi dapat dijumpai antara lain pada Pasal 45 dan
bahwa anak didik pemasyarakatan baik anak pidana, anak negara dan
9
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2011, hal. 3.
1
anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai
B. Konsep Diversi
dan tidak terdapat stigma yang menyatakan sebagai anak nakal. Maka
anak yang bersangkutan tidak menyandang cap jahat sebagai akibat dari
adanya ketentuan bagi narapidana anak ada keharusan untuk dibina dan
tahapan.
1
Pengaruh-pengaruh buruk tersebut dapat dihindari apabila
akan proses peradilan formal, dan tidak ada pencatatan kejahatan pada
anak tersebut.
Efek negatif akibat proses peradilan pidana anak, yaitu efek negatif
yang terjadi sebelum sidang, efek negatif pada saat sidang maupun efek
anak dalam proses peradilan pidana dapat berupa penderitaan fisik dan
nafsu makan maupun gangguan jiwa. Akibat semua itu, maka anak
terhadap anak, hal ini disebabkan dengan adanya putusan hakim. Dengan
1
rasa bersalah pada diri anak dan sampai pada kemarahan dari pihak
keluarga.10
pidana terhadap anak ini, United Nations Standart Minimum Rules for
anak ini, berdasar rekomendasi hasil pertemuan para ahli PBB tentang
dan The United Nations Rules for the Protection of Juveniles Deprived of
their Liberty.11
10
Apong Herlina,dkk., Perlindungan Terhadap Anak Yang Berhadapan Dengan
Hukum Manual Pelatihan Untuk POLISI, Jakarta: Polri dan UNICEF, him. 101-103.
Sebagaimana dikutip dalam Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan
Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, him. 3-4
11
Sebagaimana diketahui, berdasar rekomendasi hasil Pertemuan Para Ahli PBB
tentang “Children and Juveniles in Detention: Aplication of Human Rights Standards", di
Vienna, Austria tanggal 30 Oktober sampai dengan 4 November 1994,
1
Di Indonesia, diversi telah menjadi salah satu rekomendasi dalam
1. Definisi Diversi
diversi tercantum dalam Rule 11.1, 11.2 dan Rule 17.4. Selanjutnya dalam
menghimbau seluruh negara mulai tahun 2000, untuk mengimplementasikan The Beijing
Rules, The Riyadh Guidelines dan The United Nations Rules for the Protection of
Juveniles Deprived of their Liberty. Lihat Ewald Filler (Ed.), 1995, Children In Trouble
United Nations Expert Group Meeting, Austrian Federal Ministery for Youth and Family,
Fransz-Josefs-Kai 51, A-1010 Viena, Ausria, him. 199. Sebagaimana dikutip dalam Setya
Wahyudi, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia, him. 4.
12
Romli Atmasasmita, 1997, Peradilan Anak di Indonesia, Bandung: Mandar
Maju,hlm. 201. Sebagaimana dikutip dalam Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi
1
pelayanan sosial kemasyarakatan, dimana program ini sudah
1
tersanggah, karena persetujuan itu dapat saja diberikan
karena keputus asaan belaka di pihak remaja itu. Hal ini perlu
program-program diversi.
melanjutkan proses pada setiap saat (have the power to discontinue the
13
Setya Wahyudi, Op. at., him. 274-276
1
istilah, penyesuaian akhiran -sion,-tion menjadi -si. Oleh karena itu kata
masalah pelanggar anak dengan tidak mengambil jalan formal antara lain
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yangDisempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah, Bandung : Pustaka Setia, 2005, him. 84,87.
15
Setya Wahyudi, Op. Cit.,hlm. 56.
16
Romli Atmasasmita, 1997, Peradilan Anak di Indonesia, Bandung: Mandar
Maju,hlm. 201. Sebagaimana dikutip dalam Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi
dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, hlm.58.
2
manual pelatihan untuk polisi. Manual pelatihan untuk polisi menyebutkan
telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa
syarat.17
kriminal dewasa.19
17
Apong Herlina dkk, Perlindungan Terhadap Anak yang Berhadapan dengan
Hukum Manual Pelatihan untuk Polisi, Jakarta: POLRI-UNICEF,2004, hlm.330.
Sebagaimana dikutip dalam Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan
Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, him. 58
18
M. Nasir Jamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Pembahasan UU Sistem
Peradilan Pidana Anak (UU SPPA), Cet.2, Jakarta: SinarGrafika, 2013, him. 137.
19
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi
dan Restorative Justice, Bandung: Refika Aditama, 2009, him. 22.
2
2. Diversi Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak
peradilan pidana.20
tanggung jawab kepada anak. Pasal 7 Ayat (1) UU No. 11 tahun 2012
dalam hal tindak pidana yang dilakukan diancam dengan pidana penjara
sosial dan atau masyarakat yang hasilnya dibuat dalam bentuk Berita
20
Pasal 1 angka (7) UU No. 11. Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
2
kepentingan korban, kesejahteraan dan tanggungjawab anak,
penuntut umum wajib melakukan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah
dan barang bukti masih menjadi tanggung jawab penyidik sehingga dalam
menjadi kendala yang dihadapi oleh penuntut umum yaitu hingga saat ini
aturan dan tata cara pelaksanaan diversi dalam tahap penuntutan belum
peraturan Jaksa Agung atau peraturan lain yang relevan dengan hal
tersebut.
Pasal 7 Ayat (1) dan Pasal 42 Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah). Dengan adanya ancaman pidana ini membawa
2
konsekuensi bagi penuntut umum yang menangani perkara pelakunya
Anak yaitu:
persidangan.
dari penuntut umum dan 5 (lima) hari perpanjangan dari hakim Pengadilan
penahanan untuk paling lama 25 (dua puluh lima) hari 10 (sepuluh) hari
oleh hakim dan 15 (lima belas) hari dari Ketua Pengadilan yang menjadi
2
kendala adalah perkara yang dapat dilakukan penahanan menurut Pasal
kajian apakah perkara tersebut telah ne bis in idem atau dapat kemudian
di buka kembali proses persidangannya karena hingga saat ini belum ada
kepastian hukum namun hal ini perlu adanya pengaturan lebih jauh dalam
2
permasalahan dimana tidak setiap Kabupaten/Kota menyiapkan balai
Anak.
bisa bertentangan satu sama lain. Berkaitan dengan itu, hukum harus
1945), untuk itu setiap produk yang dihasiikan oleh legislatif harus
2
orang, bahkan harus mampu menangkap aspirasi-aspirasi hukum dan
kewajiban.
21
Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dan Hukum di Indonesia, (Jakarta : Kompas,
2003), hal. 121
22
Musrihah, Dasar dan teori llmu Hukum. (Bandung: Grafika Persada,2000), hal.
3
2
b. Perlindungan Hukum Represif
kehidupan. Oleh karena itu anak harus dibantu orang lain dalam
2
dan kewajiban anak secara manusiawi positif.23
baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang menjamin anak benar-benar
kepada anak yang iahir saja, ietapi termasuk anak yang masih didalam
anak tersebut mati sebelum dilahirkan maka anak dianggap tidak pernah
ada, hal ini termuat dalam Pasal 2 KUHPerdata. Dalam Pasal 330
kekuasaan orang tua atau wali. Selain diatur dalam Pasal 330
23
Romli Atmasasmita. Peradilan Anak di Indonesia. Mandar Maju. Bandung,
1997. Hal 165.
2 Aminah Aziz, Op Cit Hal
2
KUHPerdata perlindungan anak ini diatur juga dalam Pasal 345, 353, 365,
(legal culture). Perlindungan anak dalam hukum pidana terbagi dua yaitu:
didalam KUHP dan diluar KUHP, perlindungan anak sebagai pelaku tindak
292, 293, 294, 295, 297, 314, 330, 332, 337, 342, 364, 347 Ayat (1) dan
Diluar KUHP banyak sekali mengatur perlindungan anak, antara lain dapat
dilihat dalam UU No. 12 Tahun 1948 jo. UU No.1 tahun 1951 tentang
3
dan masyarakat untuk berperan memberi perlindungan terutama
kemerdekaan.
3
kebebasan dan hak asasi anak serta berbagai kepentingan yang
c. Perlindungan (protection)
3
perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran terhadap anak,
anak.
kepada anak yang tidak mempunyai orang tua dan terlantar, anak
3
mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan
berhak memperoleh asuhan oleh negara, atau orang, atau badan lain
demikian anak yang tidak mempunyai orang tua itu dapat tumbuh dan
3
Ayat (4), bantuan itu bersifat tidak tetap dan diberikan dalam jangka
1945), untuk itu setiap produk yang dihasilkan oleh legislatif harus
Salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah
Gosita mengatakan:
3
Bismar Siregar menyebutkan:
terdapat dalam:
1945 serta sesuai dengan prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak, meliputi:
25 Wagiati Sutedjo, 2006, Hukum Pidana Anak, Bandung: PT. Refika Aditama,
hal. 62
3
terhadap anak tidak boleh membeda-bedakan antara yang satu
pertimbangan utama.
26
Dikutip dari Penjelasan Umum Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak
3
perubahan signifikan dari UU No. 3 Tahun 1997 Perubahan Ketentuan
Umum.
tahun).
3
Lembaga atau tempat pelayanan sosial yang melaksanakan
atas: anak dalam proses pidana (Pasal 3); dan anak yang menjalani
1. Diversi
3
anak dan orang tua/wali, korban dan atau orang tua/wali (apabila
setempat. (Pasal 9)
28
Penjelasan: Ketentuan ini merupakan Indikator bahwa semakin rendah
ancaman pidana semakin tinggi prioritas Diversi. Diversi tidak dimaksudkan untuk
dilaksanakan terhadap pelaku tindak pidana yang serius, misalnya pembunuhan,
pemerkosaan, pengedar narkoba dan terorisme yang diancam pidana di atas 7 (tujuh)
tahun
29
Umur anak dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk menentukan prioritas
4
pemberian Diversi dan semakin muda umur anak semakin tinggi prioritas Diversi.
4
g. Hasil kesepakatan diversi dapat berbentuk: a) perdamaian dengan
30
Berdasarkan ketentuan pasal 29 (3), pasal 42 (3) dan pasal 52 ayat (3)
4
Penetapan Diversi dibuat oleh Ketua Pengadilan Negeri
4
dan pejabat tersebut wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu
b. Identitas anak, anak korban dan atau anak saksi (meliputi nama,
nama orang tua, alamat, wajah dan hal lain yang dapat
31
Pasal 107 menentukan: Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus
ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diberlakukan.
32
Ketentuan Pidananya pada pasal 97: Setiap Orang yang melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
33
Pasal 1 Ketentuan Umum angka 18 Pendamping adalah orang yang
dipercaya oleh anak untuk mendampinginya selama proses peradilan pidana
berlangsung.
4
didampingi oleh orang tua 34 dan/atau orang yang dipercaya oleh
anak korban atau anak saksi, atau pekerja sosial. (Pasal 23)
(Pasal 24)
5. Penahanan
a. Anak tidak boleh ditahan apabila ada jaminan dari orang tua/wali
rehabilitasi).
34
Apabila orang tua sebagai tersangka atau terdakwa perkara yang sedang
diperiksa maka ketentuan ini tidak berlaku (pasal 23 ayat 3)
4
anak di LPKS (Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial).
(Pasal 32)
5. Penyitaan
6. Hakim
4
b. KPN dapat menetapkan majelis hakim dengan syarat: 1)
bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. (Pasal 43)
(Pasal 52)
4
ketentuan tersebut tidak dilaksanakan, sidang anak batal demi
h. Dalam hal anak korban dan/atau anak saksi tidak dapat hadir
4
atau advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya,
umum.
dan penjara.
4
dijatuhkan kepada anak dilarang melanggar harkat dan martabat
anak.
peraturan pemerintah.
anak dalam rangka menjamin tumbuh dan berkembang bagi anak. Tujuan
38
Penjelasan: Penyerahan kepada seseorang adalah penyerahan kepada orang
dewasa yang dinilai cakap, berkelekauan bsik, dan bertanggung jawab, oleh Hakim serta
dipercaya oleh Anak.
39
Penjelasan: Tindakan ini diberikan kepada Anak yang pada waktu melakukan
tindak pidana menderita gangguan jiwa atau penyakit jiwa.
40
Penjelasan: Perbaikan akibat tindak pidana misalny a memperbaiki kerusakan
yang disebabkan oleh tindak pidananya dan memulihkan keadaan sebeum terjadinya
tindak
5
diversi yaitu harus diupayakan sebagai sarana mewujudkan kesejahteraan
adalah bahwa anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha
saat sekarang maupun masa datang, dan hak asasi yang paling
hak anak yang fundamental terlanggar. Oleh karena itu, negara melalui
langkah-langkah strategis.
5
melibatkan pelaku, korban, keluarga mereka dan pihak lain yang terkait
menyatakan:
H. Anshori. 2015. Restorative Justice menuju Sistem Peradilan Pidana Terpadu. Majalah Varia
42
5
1. Kejahatan dirumuskan sebagai pelanggaran seseorang terhadap
hasil;
yang terbaik;
10. Tindak pidana dipahami dalam konteks menyeluruh, moral, sosial dan
ekonomi; dan
5
korban, pelaku dan masyarakat, sementara kepentingan negara diwakili
perkara anak sangat dimungkin karena salah satu tugas hakim adalah
Kekuasaan Kehakiman).
masyarakat;
5
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
B. Lokasi Penelitian
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber
5
D. Teknik Pengumpulan Data.
F. Analisis Data.
5
BAB IV
adalah masih tergolong usia anak-anak. Oleh karena itu, berbagai upaya
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang dilakukan dengan tujuan agar
Mengingat ciri dan sifat yang khas pada anak dan demi
proses penyelesaian di luar jalur pengadilan dalam hal tindak pidana yang
5
pendekatan keadilan restoratif. Pasal 1 ayat (6) UU No 11 Tahun 2012
pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk
tidak dilaksanakan.
Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara
5
a. Telah berpengalaman sebagai penyidik;
anak; dan
Dari data yang diperoleh penulis dari Polres Gowa tahun 2015-
2016, data tindak pidana yang dilakukan oleh anak di wilayah hukum
Tabel I
Data Tindak Pidana yang Dilakukan Oleh Anak di Wilayah Hukum
Polres Gowa Tahun 2015-2016
Tercapai Tidak Tercapai Persentasi %
No. Tahun Jumlah
Diversi Diversi capaian
1 2015 73 47 26 64.4
2 2016 52 38 19 73.7
Jumlah/rata-rata 125 85 45 68.7
Sumber data: Polres Gowa, 2017
Berdasarkan data tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
terlaksana. Pada tahun 2015, jumlah kasus yang melibatkan anak sebagai
5
Perlindungan hukum terhadap anak dalam proses peradilan
anak wajib dilindungi oleh hukum yang berlaku dan oleh sebab itu harus
haruslah penyidik anak, ketentuan ini sesuai dengan pasal 1 ayat (8) UU
5
43
Hasil wawancara di Polres Gowa pada tanggal 12 Desember 2017.
5
mengutamakan kepentingan terbaik anak agar anak menjalani kehidupan
SPPA juga mengatur ketentuan pidana untuk para penydik yang tidak
5
pertimbangan atau saran dari pembimbing kemasyarakatan, dan apabila
perlu juga dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan,
rahasia.
UU No. 11 Tahun 2012 adalah perkara anak yang berumur 12 tahun dan
6
belas) tahun, tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun,
bersangkutan melakukan tindak pidana seorang diri atau ada orang lain
dalam hal ini yang berumur 12 tahun keatas dan atau dengan orang
dewasa atau TNI. Bertolak dari hal tersebut maka pada waktu
44
Hasil wawancara di Polres Gowa pada tanggal 12 Desember
6
tersebut, dengan sendirinya menurut hukum penyerahan berkas perkara
hukum atas tersangka dan tanggung jawab hukum atas segala barang
Bripda Siti Hajar Rahmat selaku penyidik anak pada Polres Gowa, dapat
lingkungan rumah pelaku, dari hasil litmas Bapas nantinya akan keluar
6
terlapor (pelaku), orang tua atau wali terlapor, pelapor (korban), orang tua
atau wali pelapor, tokoh masyarakat, dan dengan di dampingi Bapas dan
Peksos (Pekerja Sosial). Khusus untuk wilayah Gowa, pihak korban akan
di dampingi oleh pekerja sosial dan pihak pelaku di dampingi oleh Bapas
terakhir dan dalam waktu yang singkat. Hal ini sesuai dengan asas
pembalasan.
6
Meskipun telah diupayakan, diversi ini masih belum dilaksanakan
45
Hasil wawancara di Polres Gowa pada tanggal 12 Desember 2017.
46
Hasil wawancara di Polres Gowa pada tanggal 12 Desember 2017.
6
adanya penyidik yang telah mengikuti pelatihan tentang peradilan
anak. Polsek di wilayah hukum Gowa, belum memiliki penyidik
yang telah mengikuti pelatihan. Hal ini menjadi hambatan yang
besar, karena syarat penyidik telah ditentukan oleh undang-
undang. Dengan demikian, maka semua kasus yang melibatkan
anak di pusatkan di polres Gowa. Banyaknya kasus dan
terbatasnya penyidik, menjadi jangka waktu diberikan UU belum
dapat dioptimalkan. Selain itu, orang tua korban kadang-kadang
berubah pikiran. Awalnya mau menyelesaikan perkaranya melalui
diversi, namun setelah diadakan pertemuan untuk mengambil
keputusan malah yang bersangkutan bersikukuh untuk melanjutkan
kasus tersebut.
bahwa tingkat kesadaran orang tua masih rendah. Sosialisasi ini dapat
Selain itu, bagi penyidik juga seharusnya berbicara terlebih dahulu kepada
pihak anak yang menjadi pelaku, agar pada saat proses mediasi, tidak
korban tidak ingin melaksanakan diversi, jika pihak pelaku juga di lain sisi
diterima pihak korban. Oleh karena itu, perlu diatur sedemkian rupa
Acara dilakukan.
6
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
anak sebagai pelaku pada tahun 2015 dan tahun 2016, hanya
B. Saran
6
tidak hanya mereka yang ditugaskan pada Polres, melainkan
di tingkat Polsek.
6
DAFTAR PUSTAKA
Musrihah, 2000. Dasar dan Teori llmu Hukum. Bandung: Grafika Persad.
6
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN