Anda di halaman 1dari 111

SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA


SECARA SERENTAK DI KABUPATEN SOPPENG

OLEH:
IRWAN AKBAR
B12113319

PRODI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
HALAMAN JUDUL

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA


SECARA SERENTAK DI KABUPATEN SOPPENG

OLEH

IRWAN AKBAR

B 121 13 319

Duajukan sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana

pada Program Studi Hukum Administrasi Negara

PROGRAM STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

i
PENGESAHAN SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA


SECARA SERENTAK DI KABUPATEN SOPPENG

Disusundandiajukanoleh

IRWAN AKBAR
B121 13 319

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi yang dibentuk


Dalam rangka Penyelesaian Studi Program Sarjana
Prodi Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Pada hari Rabu, 22 November 2017
Dan Dinyatakan Diterima

PanitiaUjian
Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Razak, S.H.,M.H. Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H.,M.H
NIP:19571029 198303 1 002 NIP: 19731231 199903 1 003

A.n. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Pengembangan

Prof. Dr. AhmadiMiru, S.H., M.H.


NIP. 19610607 198601 1 003

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa :

Nama : Irwan Akbar

Nim : B 121 13 319

Prodi : Hukum Administrasi Negara

Judul : TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMILIHAN


KEPALA DESA SECARA SERENTAK DI
KABUPATEN SOPPENG”.

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi.

Makassar, Agustus 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Razak,SH.,MH Prof. Dr. Hamzah Halim,SH.,MH


NIP.19571029 198303 1 002 NIP. 19731231 199903 1 003

iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan

besar, baik nikmat iman, kesehatan, dan kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriring salam untuk

tuntunan dan suri tauladan Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam beserta

keluarga dan sahabat beliau yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai

Islam yang sampai saat ini dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia

dimuka bumi.

Skripsi yang ideal, katanya, sedikit atau banyaknya seharusnya

bisa menunjukan siapa kita, dan apa saja yang telah kita peroleh selama

sekian tahun kuliah. Ide skripsi ini lahir ketika hidup saya sedang berada

dalam fase perenungan eksistensial (tepatnya frustasi) tentang apa

makna kehidupan saya, siapa saya ini dan mau kemana. Awalnya saya

berfikir bahwa skripsi yang harus saya tulis harus sedapat mungkin

merupakan persoalan yang memang ingin saya ketahui, dan harus

menghasilkan jawaban atas pertanyaan saya sendiri. Pada suatu hari,

saat itu sudah sedemikian jenuh dan kehilangan minat dengan skripsi dan

kuliah, dan bahkan dengan sebagian besar kehidupan saya. Ujung-

ujungnya saya kembali mempertanyakan eksistensi diri dan makna hidup.

Kemudian saya berusaha berdoa dan memperbaiki shalat, karena saya

pikir dengan itu hidup akan lurus kembali (ternyata disinalah amat

bodohnya saya). Lalu, ada seorang yang-segala puji bagi Allah

v
didatangkanNya untuk menasehati saya. Katanya, „agama‟ bukanlah

hanya ibadah formal berupa shalat, puasa, zakat, dan semacamnya.

„Agama‟ (Ad-Diin) adalah setiap urusan yang dihadirkanNya dalam

kehidupanmu, sedangkan ibadah formal hanyalah indikator kebenaran

dari cara beragamu. Maka percuma jika mati-matian hanya memperbaiki

indikatornya, tanpa memeriksa permasalahan besarnya. Maka dari itu,

perbaikilah „agama‟-mu, periksalah permasalahan besarnya, bereskanlah

setiap urusan yang dihadirkanNya padamu dengan benar dan sebaik-

baiknya. Jika urusan-urusan dalam kehidupan sudah benar, barulah

indikatornya pun akan menunjukan tanda benar. Semakin tiap urusanmu

kau tangani dengan baik, akan bermakna pula shalatmu. Dan seandainya

itu semua sudah kau lakukan sambil mengharapkanNya dengan cara

yang disukaiNya, sudah pasti Dia sendiri yang akan mengulurkan

tanganNya padamu, karena dengan demikian berarti setiap amanahNya

yang disampaikan padamu dapat kau selesaikan dengan baik. Nasihat itu

terdengar demikian indah, dan menggugah saya. Rasanya baru setelah

itulah saya berusaha merubah hidup ini dengan berusaha sedikit lebih

serius dan ternyata teramat sangat tidak mudah. Semoga nasehat ini juga

bermanfaat buat pembaca skripsi ini.

Pada akhirnya, walaupun melalui sebuah perenungan yang lama,

tentunya ditambah dengan ketidakdisplinan dan ketidak susuaian dengan

target dan jadwal (ini kalimat penyesalan, bukan permohonan maklum).

Meskipun masih banyak kekurangan akhirnya penulis bisa menyelesaikan

vi
skripsi yang berjudul “ Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Pemilihan Kepala

Desa Secara Serentak di Kabupaten Soppeng” untuk memenuhi salah

satu syarat dalam menyelesaikan Studi Strata Satu (S1) pada Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua, adik

dan segenap keluarga penulis. Untuk Ayahanda dan ibunda

tercinta yang telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, yang

selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih

sayang serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.

2. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A selaku Rektor

Universitas Hasanuddin beserta segenap jajaran struktural di

Rektor Universitas Hasanuddin.

3. Ibu Prof. Dr. Farida Patitinggi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin, Wakil Dekan Bidang Akademik

dan Pengembangan Bapak Prof. Dr. Ahmadi Miru. S.H., M.H.,

Wakil Dekan Bidang Perencanaan dan Sumber Daya Bapak Dr.

Syamsuddin Muchtar, S.H., M.H. dan Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni Bapak Prof. Dr. Hamzah Halim S.H.,

M.H.

vii
4. Ketua Program Studi Hukum Administrasi Negara Bapak Prof. Dr.

Ahmad Ruslan, S.H.,M.H beserta Dosen di Bagian Hukum

Administrasi Negara dan Dosen di Bagian Hukum Tata Negara.

5. Kepada Bapak Dr. Romi Librayanto, S.H., M.H., selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama

menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Razak, S.H., M.H., selaku Dosen

Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H.,

selaku Dosen Pembimbing II. Diselah-selah rutinitasnya namun

tetap meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, dorongan,

saran, dan masukan dalam penyusunan skripsi penulis.

7. Bapak Prof. Dr. Andi Pangerang, S.H., MH., DFM, Bapak Dr. Zulkifli

Aspan, S.H., M.H., dan Bapak Muh. Zulfan Hakim, S.H., MH.,

selaku Dosen Penguji yang senantiasa memberikan saran dan

masukan dalam penyusunan skripsi penulis.

8. Bapak/Ibu staf pengajar (Dosen) Universitas Hasanuddin

khususnya Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin serta

seluruh staf Pegawai Akademik dan Perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin.

9. Pemerintah Kota Makassar khususnya Bagian Pertanahan selama

2 bulan pada periode bulan Oktober hingga awal Desember tahun

2016 telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menimbah ilmu.

viii
10. Bapak A. Agus Nongki, S.IP., M.SI selaku Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng serta

staf pegawai Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kabupaten Soppeng. Pak Ridwan, Pung Qistym yang telah

memberikan informasi kepada penulis selama melaksanakan

penelitian, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

11. Teman-teman KKN Gelombang 93 Universitas Hasanuddin

Kabupaten Soppeng. Terkhusus kepada teman-teman di Posko

Desa Jampu, Kecamatan Liliriaja Adi, Arif, Jhonatan, Erna, Lindah

dan Rahma.

12. Kepada Pimpinan PT. SARI MELATI KENCANA Bapak Stephen J.

McCarthy, Pak Alwi, Pak Budiasa, Pak Bahrul, Pak Arif Fadillah,

Pak yahya, Pak Yusuf, Pak Kuswanto, Pak Jo, Bang Reno, Bu

Juwita, kak zul dan Mita serta teman-teman di KS-PMA(RIII) Alwi

Ardinsyah, Nobert, Amir, Halim, Hakim, Akbar, Dirman serta teman-

teman yang lain yang tidak sempat penulis cantukan namanya,

terima kasih banyak.

13. Teman-teman di KAPAS (Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam

Soppeng) terkhusus kepada teman-teman seperjuangan tahun

2014.

14. Teman-teman di HMI Komisariat Hukum Unhas, GARDA TIPIKOR,

FORMAHAN.

15. Teman-teman di Pojok Workshop Unhas Akbar, Angga, Arwan,

Agung, Kiki telah menjadi teman-teman senasib sepenanggungan.

ix
16. Teman-teman di Kampus Kedua khususnya kepada saudara Kahar

Mawansyah serta teman-teman yang lain yang penulis tidak

sempat cantumkan namanya.

17. Teman-teman seperjuangan yang tak kenal lelah dalam mencari

nikmat dunia dengan cara apapun dan jalan apapun Adi, Agung,

Ali, Andis, Andika, Ardin, Bakor, Dede, Dzaral, Dzukri, Fadel,

Fahrul, Fatur”Swety”, Illang, iful, Oji, Ozy, Rahmat, Seno, Soleh,

Yudi.

18. Kepada para pendahulu di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

khususnya Bung Anzar, Kak Fadlan, dan Bung Frandy,

19. Kepada Teman-teman dan kakanda di Aliansi Unhas Bersatu

terima kasih telah berbagi ilmu kepada penulis.

20. Kepada Pak Gunawan, Pak Roni, Pak Usman, Pak Baso, Pung

Muli, Pak Dulla, Pak Mail, Pak Ramalang, Kanda Rais “Soppenk

city” , Puang, Penjual Bakso di depan alfamart Villa Mutiara”PA‟DE,

dan Pace Parkiran FH-UH terima kasih banyak.

21. Serta seluruh teman-teman di Prodi Hukum Administrasi Negara

Angkatan 2013 yang penulis tidak sempat sebutkan namanya

terima kasih banyak.

Makassar, 26 Agustus 2017

Penulis

x
ABSTRAK

IRWAN AKBAR (B121 13 319) Tinjauan Yuridis Pelaksanaan


Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak di Kabupaten Soppeng
(dibimbing oleh Abdul Razak dan Hamzah Halim).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme


dan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara serentak di Kabupaten
Soppeng, serta untuk mengetahui faktor apa saja yang menghambat
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa di Kabupaten Soppeng.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Soppeng. Untuk mencapai


tujuan tersebut penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa
penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan melakukan
wawancara langsung dengan narasumber.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pemilihan


Kepala Desa secara serentak di Kabupaten Soppeng mulai dari tahap
persiapan, pencalonan, pemungutan suara, dan penetapan telah berjalan
dengan aman, tertib dan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Desa. Selain itu dari hasil penelitian, penulis juga
mendapatkan hal-hal yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan
pemilihan kepala secara serentak di Kabupaten Soppeng. Faktor
penghambat pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak di
Kabupaten Soppeng diantaranya letak tempat pemungutan suara yang
tidak strategis, masih banyak warga masyarakat yang tidak menggunakan
hak pilihnya meskipun telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih dan
terdaftar sebagai pemilih dikarenakan kurangnya sosialisasi mengenail
pemilihan kepala desa.

Kata Kunci: Pelaksanaan, Pemilihan, Kepala Desa

xi
ABSTRACT

IRWAN AKBAR (B121 13 319) Overview of Juridical Implementation


of Village Head Election Simultaneously in Soppeng District (guided
by Abdul Razak and Hamzah Halim).

This study aims to find out how the mechanism and


implementation of village head election simultaneously in Soppeng
regency, and to determine what factors are inhibiting the implementation of
village head election in Soppeng regency.

This research was conducted in Soppeng District. To achieve the


goal the authors use data collection techniques in the form of literature
research and field research by conducting direct interviews with resource
persons.

The results of this study indicate that the implementation of village


head election simultaneously in Soppeng District starting from the stage of
preparation, nomination, voting, and determination has been run safely,
orderly and in accordance with Regional Regulation Soppeng District No.
4 of 2016 About Election, Appointment and Dismissal of Head Village. In
addition, from the results of the study, the authors also get things that
become factors inhibiting the implementation of head election
simultaneously in Soppeng District. Factors inhibiting the implementation
of village head elections simultaneously in Soppeng District such as the
location of polling stations that are not strategic, there are still many
people who do not exercise their voting rights even though they have
fulfilled the requirements as voters and registered as voters due to lack of
socialization of the village head election.

Keywords: Implementation, Election, Village Head

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................. xi

ABSTRACT ........................................................................................... xii

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 10

C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 10

D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penegakan Hukum...................................................................... 11

xiii
B. Pengertian Desa ......................................................................... 14

C. Pemerintahan desa ..................................................................... 20

D. Kepala Desa ............................................................................... 28

E. Prosedur dan Mekanisme Pemilihan Kepala Desa ...................... 32

F. Sejarah Pemilihan Kepala Desa di Indonesia .............................. 34

G. Penyelesaian Sengketa Pemilihan Kepala Desa ......................... 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian ............................................................................ 41

B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 41

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 42

D. Populasi dan Sampel .................................................................. 43

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 44

F. Analis Data.................................................................................. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 46

B. Mekanisme dan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara

Serentak di Kabupaten Soppeng ................................................. 50

C. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pemilihan Kepala

Desa Secara Serentak di Kabupaten Soppeng .......................... 88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 92

xiv
B. Saran .......................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Tabel1. Jumlah Kecamatan Desa dan Kelurahan .......................... 47

Tabel 2. Jumlah Penduduk ............................................................. 49

Tabel 3. Data Pemilih Kabupaten Soppeng .................................... 50

Tabel 4. Daftar Desa Peserta Pilkades dan Kepala Desa Terpilih

di Kabupaten Soppeng ..................................................... 52

Tabel 5. Penetapan Nomor Urut Calon Pilkades ............................ 66

Tabel 6. Jumlah Pemilih Pemilihan Kepala Desa ........................... 71

Tabel 7. Jumlah TPS Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak ..... 73

Tabel 8. Jumlah DPT Pemilihan Kepala Desa Kabupaten

Soppeng .......................................................................... 90

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Negara Indonesia merupakan suatu Negara yang menganut sistem

Demokrasi. Demokrasi itu sendiri diselenggarakan berdasarkan kehendak

dan kemauan rakyat atau dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas

persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat dan


1
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar . Ciri-ciri suatu

pemerintahan demokrasi yaitu adanya keterlibatan warga negara (rakyat)

dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak

langsung(perwakilan). Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia

merupakan suatu proses pergantian kekuasaan secara damai yang

dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan

konstitusi. Prinsip-prinsip dalam pemilihan umum yang sesuai dengan

konstitusi antara lain prinsip kehidupan ketatanegaraan yang

berkedaulatan rakyat (demokrasi).

Sebuah negara berbentuk Republik memiliki sistem pemerintahan

yang tidak pernah lepas dari pengawasan rakyatnya. Demokrasi

merupakan sebuah proses, artinya sebuah republik tidak akan berhenti di

satu bentuk pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki

kemauan yang terus berubah. Ada kalanya rakyat menginginkan

1
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

1
pengawasan yang superketat terhadap pemerintah, tetapi ada pula

saatnya rakyat bosan dengan para wakilnya yang terus bertingkah karena

kekuasaan yang seakan-akan tak ada batasnya. Pemerintah telah

membuat sebuah perjanjian dengan rakyatnya yang ia sebut dengan

istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak sosial

atau perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam sebuah pemilihan umum.

Melalui pemilihan umum, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi

wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang selanjutnya menentukan

masa depan sebuah negara.

Indonesia merupakan Negara yang berbentuk kesatuan yang

memberikan kewenangan kepada daerah-daerah untuk mengatur dan

mengurusi wilayahnya. Hal itu telah di atur dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia pada Pasal 18 ayat (2) yang

berbunyi”Pemerintahan daerah provinsi,daerah kabupaten, kota mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi” 2.

Daerah otonom berhak mengurus dan mengatur wilayahnya sendiri sesuai

dengan asas otonomi. Asas otonomi adalah prinsip dasar

penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan otonomi daerah 3 .

Penjelasan tersebut menegaskan bahwa adanya hak dan wewenang

kepada daerah untuk mengatur dan mengurusi daerahnya sesuai asas

dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas pembantuan 4 . Berdasarkan

2
Pasal 18 Ayat (2) UUD NRI
3
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
4
C.S.T. Kansil, & Christine S.T. Kansil, 2008, Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 3-4.

2
ketiga asas di atas maka daerah dalam menjalankan pemerintahannya

memiliki hak, kewenangan, dan kewajiban dalam menyelenggarakan

urusan pemerintahannya 5 . Dengan adanya otonomi daerah ini maka

daerah sendiri yang berhak mengatur dan menjalankan pemerintahannya

sendiri tapi tetap berdasarkan aturan yang ada. Dalam pengelolaan

pemerintahan daerah yang bersifat otonom, segala proses

penyelenggaraan di serahkan kepada daerah termasuk penyelenggaraan

Pilkades yang selanjutnya diatur oleh Perda.

Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Terkait Pemilihan

Umum, dalam Pasal 1 angka 1 disebutkan pemilihan umum,selanjutnya

disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

dilaksanakan secara langsung ,umum, bebas, rahassia, jujur dan adil

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Akan

tetapi pada umumnya, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada

pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun

sekali. Keterlibatan seluruh masyarakat dalam pemilihan umum

merupakan salah satu ciri dari pemeritahan yang demokratis. Termasuk

Pengertian dari ketiga asas tersebut yakni asas dekonsentrasi adalah suatu asas yang menyatakan
pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal
tingkat yang lebih tinggi kepada pejabat-pejabat daerah tetapi tanggung jawab tetap ada pada
Pemerintah Pusat;
Asas desentralisasi adalah asas yang menyatakan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan
dari Pemerintah Pusat atau dari pemerintah daerah yang lebih tinggi ke pemerintah kepada
pemerintah daerah tingkat yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu;
Asas tugas pembantuan adalah asas yang menyatakan tugas turut serta dalam pelaksanaan
urusan pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dengan kewajiban
mempertanggungjawabkannya kepada pemerintah yang memberi tugas.

3
dalam penyelenggaraan pemilihan kepala desa yang selanjutnya disingkat

Pilkades. Pilkades dalam penyelenggaraannya dipilih langsung oleh

rakyat, bersifat langsung umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dan

tahapan penyelenggaraannya sama dengan Pilpres dan Pilkada kendati

demikian Pilkades tidak dimasukkan dalam rezim pemilu yang diatur

dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 terkait Pemilu. Pilkades

seakan menjadi anak tiri dalam pemilihan umum di Indonesia, padahal

Pilkades pada proses penyelenggaraannya lebih rawan secara

sosial,politik dibandingkan pemilu-pemilu yang lain. Pilkades selanjutnya

di atur khusus dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa,yang sebelumnya diatur Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah yang memuat pengaturan daerah sebagai

daerah otonom dan mengakui pemerintahan desa sebagai subsistem dari

penyelenggaraan pemerintahan dan desa berhak,memiliki kewenangan

untuk mengurus rumah tangga desa.

Pemilihan kepala desa secara konseptual sangat erat terkait dengan

upaya untuk mewujudkan tujuan yang hakiki dari adanya otonomi

pemerintahan desa itu sendiri, yaitu terciptanya pemerintahan desa yang

demokratis dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa. Adanya

otonomi desa berarti adanya pengakuan hak untuk mengatur urusan

rumah tanggahnya sendiri dengan dasar dari prakarsa dari masyarakat 6.

Namun dalam pelaksanaanya namun hak, kewenangan dan kebebasan

6
Juliantara, Dadang . 2003. Pembahuruan Desa, Bertumpu Pada Angka Terbawah. Yogyakarta.
Lappera Pustaka Utama.hlm.116.

4
dalam penyelenggaraan otonomi desa harus tetap mengunjunjung nilai-

nilai tanggung jawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia 7 .

Pemilihan kepala desa merupakan hal yang sangat penting dalam

penyelenggaraan otonomi desa, karena di dalam penyelenggaraan

otonomi di desa kepala desa mengemban fungsi yang penting dalam

penyelenggaraan roda pemerintahan di tingkat desa. Dimana kita ketahui

bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal - usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia 8 . Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 (UUDNRI Tahun 1945) menegaskan bahwa Negara mengakui dan

menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya

sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat


9
dan prinsip Negara Republik Indonesia . Pemerintah desa sendiri

merupakan struktur yang paling bawah dalam sistem pemerintahan

nasional, pemerintah desa mempunyai kedekatan dengan masyarakat

dari berbagai lapisan, golongan, kepentingan dan berbagai persoalan

dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa jika pemerintahan desa

7
Prof. Drs. Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
hlm. 166.
8
Pasal 1 angka 1 Undang – undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
9
Pasal 18B ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

5
berfungsi dengan baik, maka akan sangat memberikan pengaruh

signifikan terhadap kemajuan di berbagai bidang dalam masyarakat.

Namun saat ini telah disahkannya undang – undang yang mengatur

secara khusus mengenai desa yaitu Undang – undang No. 6 Tahun 2014

tentang Desa atau juga yang sering disebut UU Desa. Undang – undang

No. 6 Tahun 2014 tentang Desa juga ikut mempengaruhi system

pemilihan kepala desa. Berdasarkan Undang-undang Desa yang berlaku

saat ini, pemilihan kepala desa harus dilaksanakan secara serentak di

seluruh wilayah kabupaten dan kota. Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan Kepala

Desa secara serentak dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Tata

cara pemilihan kepala desa serentak di atur dengan atau berdasarkan

peraturan pemerinta 10 . Secara yuridis kata “dengan” harus ditafsirkan

bahwa pengaturan mengenai Pilkades harus dengan perda dan tidak

dilimpahkan lagi kebentuk peraturan lain. Berbeda dengan kata

“berdasarkan” yang secara bebas pengaturannya dapat didelegasikan

dengan peraturan lainnya. Akan tetapi dalam kenyataannya di beberapa

daerah kabupaten tidak mengatur secara tuntas pilkades di dalam perda,

sehingga harus dijelaskan lagi dalam bentuk peraturan lainnya, misal

Peraturan Bupati (Perbup). Kadang-kadang Perbupnya saling

bertentangan dan semakin tidak jelas pengaturannya. Hal inilah yang

menjadi kendala setiap daerah dalam menyelenggarakan pemilihan

10
Pasal 31 ayat (1) Undang-undang Nomor 6 tentang Desa

6
kepala desa, karena di dalam Undang-undang Desa mengatur bahwa

dalam penyelenggaraan pemilihan kepala desa, setiap daerah harus

memiliki Peraturan Daerah yang mengatur mengenai pemilihan kepala

desa secara serentak. Tidak hanya dengan perda, sesuai dengan

ketentuan dari Undang – undang mengatur bahwa dalam pemilihan

kepala desa harus juga diatur di dalam Peraturan Pemerintah sebagai

Peraturan pelaksanaan dari Undang – undang dan Permendagri sebagai

acuan setiap desa dalam membuat perda yang mengatur mengenai

pemilihan kepala desa. Saat ini, Peraturan Pemerintah yang mengatur

mengenai pelaksanaan dari Undang-undang Desa yang termasuk di

dalamnya mengenai pemilihan kepala desa adalah Peraturan Pemerintah

Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Desa perubahan dari Peraturan

Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Desa dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2014 Tentang

Pemilihan Kepala Desa. Sebagai bentuk efesiensi dan efektifitas dalam

menjalankan roda pemerintahan di desa, raperda pemilihan kepala desa

merupakan prioritas dan dipandang sebagai suatu kebutuhan yang

mendesak di sebagian besar wilayah desa. Perda merupakan pelakasana

peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi, dalam fungsi ini perda

tunduk pada asas peraturan perundang – undangan dimana perda tidak

boleh bertentangan dengan peraturan hirarki yang lebih tinggi. Pasca

disahkannya Undang-undang Desa, perda yang mengatur mengenai

pemilihan kepala desa yang telah ada sebelumnya harus ditinjau ulang

7
keberadaannya dan harus disesuaikan dengan peraturan yang lebih

tinggi. Hal ini merupakan salah satu hambatan dalam pelaksanaan

pilkades, banyak daerah yang mengakui kesulitan dalam penyusunan

raperda pilkades sehingga sampai saat ini masih banyak daerah yang

belum dapat melaksanakan pilkades karena terganjal masalah raperda

sebagai payung hukum dalam pelaksanaan pilkades. Mekanisme

pemilihan kepala desa secara serentak masih tergolong baru di dilakukan.

Pemilihan kepala desa secara serentak di sebagian kecil daerah namun

dengan adanya Undang-undang Desa mengatur hal terkait pemilihan

kepala desa secara lebih terperinci. Sebagai contoh terkait dengan

masalah dana pilkades yang saat ini sesuai dengan ketentuan dari

undang – undang berasal dari dana APBD kabupaten kota, berbeda

dengan sebelumnya dimana dana pilkades berasal dari desa yang

mengadakan pilkades. Selain dana pilkades, dalam Undang-undang Desa

juga mengatur mengenai adanya panitia kepala desa yang bertugas

mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon berdasarkan

persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara,

menetapkan calon Kepala Desa terpilih, dan melaporkan pelaksanaan

pemilihan Kepala Desa. Regulasi pemilihan kepala desa yang diatur

dalam Undang-undang Desa merupakan hal yang baru sehingga

membutuhkan penyesuaian dengan kondisi masyarakat desa dan tatanan

desa itu sendiri. Di daerah Sulawesi Selatan sendiri pemilihan kepala desa

secara serentak sejak berlakunya Undang-undang No. 6 tahun 2014 baru

8
berlangsung di beberapa kabupaten. Salah satunya di Kabupaten

Soppeng di bulan Desember tahun 2016. Penyusunan Peraturan daerah

tentang pemilihan kepala desa di kabupaten Soppeng dinilai lambat.

Pilkades yang pada awalnya direncanakan akan terselenggara pada bulan

oktober tahun 2016 dengan hanya 7 desa yang akan melaksanakan

pilkades baru terlaksana pada bulan desember dengan jumlah desa

bertambah menjadi 12 desa. Berbeda dengan daerah lain dimana hasil

dari pilkades serentak ini menyisahkan masalah. Banyak calon kepala

desa yang tidak terima dengan hasil pemilihan.

Terkait hal ini, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian di

Kabupaten Soppeng dikarenakan perda yang merupakan payung hukum

baru diterbitkan. Sehingga dalam penulisan penelitian ini penulis

mengangkat judul penulisan “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Desa Secara Serentak di Kabupaten Soppeng” juga untuk

mengetahui bagaimana mekanisme pelaksanaan pemilihan kepala desa

serentak serta apa saja yang menjadi kendala atau hambatan hukum

dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak ini.

9
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan yang

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme dan pelaksanaan pemilihan kepala desa

serentak di Kabupaten Soppeng berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan

pemberhentian Kepala Desa?

2. Apa saja faktor penghambat dalam pemilihan kepala desa secara

serentak di Kabupaten Soppeng?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui mekanisme dan pelaksanaan pemilihan kepala

desa secara serentak di Kabupaten Soppeng .

2. Untuk mengetahui apa faktor penghambat dalam pelakasanaan

pemilihan kepala desa secara serentak di Kabupaten Soppeng.

D. Manfaat Penulisan

1. Memberikan pemahaman mengenai mekanisme dan pelaksanan

pemilihan kepala desa secara serentak di Kabupaten Soppeng.

2. Agar pemilihan kepala desa yang akan diselenggarakan oleh

pemerintah daerah Kabupaten Soppeng sebagai penyelenggara dalam

pemilihan kepala desa secara serentak dapat berjalan lancar dan baik

kedepannya.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penegakan Hukum

Penegakan hukum dalam bahasa belanda disebut dengan

rechtstoepassing atau rechtshandhaving dan dalam bahasa inggris law

enforcement, meliputi pengertian yang bersifat makro dan mikro. Bersifat

makro mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan

bernegara, sedangkan dalam pengertian mikro terbatas dalam proses

pemeriksaan dipengadilan termasuk proses penyelidikan, penyidikan,

penuntutan hingga pelaksanaan putusan pidana yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap11. Penegakan hukum sebagai suatu proses yang

pada hakikatnya merupakan penerapan direksi yang menyangkut

membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum

akan tetapi mempunyai unsur-unsur penilaian pribadi. Secara

konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-

kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai

tahap akhir, untuk menciptakan, melahirkan dan mempertahankan

kedamaian pergaulan hidup12. Penegakan hukum merupakan suatu upaya

pemerintah untuk menciptakan keadilan dalam kehidupan masyarakat.

11
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008. Strategi Pencegahan Dan Penegakan
Hukum Tindak Pidana Korupsi, Refika Editama, Bandung, hlm. 87
12
Soerjono Soekanto, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 5.

11
Akan tetapi penegakan hukum yang dilakukan sampai saat ini sangat

bertolak belakang dengan prinsip penegakan hukum yang sebenarnya.

Masyarakat yang seharusnya memperoleh perlindungan hukum akan hak-

haknya malahan menjadi merasa ditindas. Menurut Soerjono Soekanto

ada 5 faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah sebagai

berikut13 :

1. Faktor Hukum;

Praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan

oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak,

sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah

ditentukan secara normatif. Peraturan yang dimaksudkan dalam faktor

hukum haruslah dijalankan secara efektif sebagaimana dalam peranturan

perundang-undangan harus menganut asas-asas umum. Misalkan saja

peraturan pelaksana sangat dibutuhkan untuk menerapkan Undang-

undang tapi belum peraturan pelaksana tersebut belum dibentuk dan

ketidakjelasan arti kata-kata dalam Undang-undang mengakibatkan

kesimpangsiuaran dalam penafsiran dan penerapannya.

2. Faktor Penegakan Hukum;

Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum

memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas

penegak hukum kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu

13
Ibid,Soejono Soekanto, 2012.hlm 7-8.

12
kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau

kepribadian penegak hukum. Penegak hukum yang dimaksudkan adalah

mereka yang berkecimpung dalam bidang penegakan hukum. Kalangan

tersebut mencakup mereka yang bertugas di Kehakiman, Kejaksaan,

Kepolisian, Pengacara dan Pemasyarakatan.

3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung;

Tanpa adanya Sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin

pegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Misalkan manusia yang

terdididk dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,

keuangan yang cukup dan sebagainya. Ketersedian sarana dan fasilitas

yang memadai merupakan suatu keharusan bagi keberhasilan penegak

hukum

4. Faktor Masyarakat; dan

Lingkungan masyarakat dimana hukum itu tersebut berlaku atau

diterapkan. Warga masyarakat harus harus mengetahui dan memahami

hukum yang berlaku, serta menaati hukum yang berlaku dengan penuh

kesadaran akan penting dan perlunya hukum bagi kehidupan masyarakat

5. Faktor Budaya.

Cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam

pergaulan hidup. Dalam hal ini kebudayaan mencakup nilai-nilai mana

merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik

sehingga dianut, dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari.

13
Efektif atau tidaknya itu hukum harus diawali dengan

mempertanyakan bagaimana hukumnya, kemudian disusul bagaimana

penegak hukumnya, lalu bagaimana sarana dan fasilistas yang

menunjang, bagaimana masyarakat merespon serta kebudayaan yang

terbangun

B. Pengertian Desa

Istilah “Desa” secara etimologis berasal dari kata “swadesi” bahasa

Sansekerta yang berarti wilayah, tempat atau bagian yang mandiri dan

otonom. Diintrudusir pula oleh Sutardjo Kartohadi Koesomo bahwa:

”Perkataan “desa” , “dusun”, “desi‟‟ (ingatlah perkataan swadesi), seperti

juga halnya dengan perkataan “negara‟‟, „‟negeri‟‟, ‟‟negari‟‟, „‟nagari”,

“negory” (dari perkataan “negarom‟‟), asalnya dari perkataan Sanskrit

(sansekerta), yang artinya tanah air, tanah asal, tanah kelahiran”. Ateng

Syafruddin juga memberikan informasi tentang istilah yang digunakan

sebagai kesamaan istilah“desa”, yakni ”swargama” (gramani), dhisa,

marga, nagari, mukim, kuria, tumenggungan, negorey, wanua atau

negoriy, manoa, banjar dan penanian14. Berikut definisi tentang desa dari

beberapa sumber literature dan ahli :

1. H.A.W. Widjaja

Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat istimewa.

Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah

14
Sirajuddin, Anis Ibrahim, Shinta Hadiyantina, Catur Wido Haruni,2016.Hukum Administrasi
Pemerintahan Daerah, Setara Press, Malang, hlm.329

14
keanekaragaman,partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat15.

2. R.H. Unang Sunardjo

Desa sebagai suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan

hukum adat yang menetapkan dalam suatu wilayah yang tertentu

batas-batasnya; memiliki ikatan lahir dan batin yang kuat, baik karena

keturunan maupun karena sama-sama memiliki susunan pengurus,

mempunyai harta dan harta benda, bertindak sebagai kesatuan dunia

luar dan tidak mungkin desa itu dibubarkan16.

3. Sutoro Eko

Desa pada umumnya umumnya mempunyai pemerintahan sendiri

yang di kelola secara otonom tanpa ikatan hirarkis-struktural dengan

struktur yang lebih tunggi17.

4. Geertz

Desa berasal dari bahasa Sanskrit yang berarti daerah

pinggiran,tempat,daerah yang tergantung pada kekuasaan yang lebih

tinggi atau daerah yang di perintah oleh suatu kekuasaan di luar

desa18. Pandangan Geertz sendiri berbeda dengan pandangan Sutoro

mengenai desa.

5. Y Zakaria

15
Ibid.Prof. Drs. Widjaja, HAW. 2003.hlm. 3.
16
Josef Mario Monteiro, S.H. , M.H., 2016, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, hlm. 122
17
Ni’matul Huda, 2015, Hukum Pemerintahan Desa, Setara Press, Malang, hlm 34.
18
Ibid.Ni’matul Huda, 2015. hlm.34.

15
Desa adalah negara kecil, karena sebagai masyarakat hukum, desa

memiliki semua perangkat suatu negara, seperti wilayah, warga, aturan

dan pemerintahan. Selain itu, pemerintahan desa memiliki alat

perlengkapan desa seperti polisi dan pengadilan yang memiliki

kewenangan untuk menggunakan kekerasan didalam teritori atau

wilayah hukumnya19.

6. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip Suhartono

disebutkan bahwa desa adalah: (1) Sekelompok rumah di luar kota

yang merupakan kesatuan; kampung; dusun; (2) Udik atau dusun;

(3)tempat; tanah; daerah20.

Desa dilihat dari sudut pandang hukum dan politik yang telah

menekankan kepada tata aturan yang menjadi dasar pengaturan

kehidupan masyarakat, desa di pahami sebagai suatu daerah kesatuan

hukum yang dimana bertempat tinggal suatu masyarakat, yang berkuasa

(memiliki wewenang) mengadakan pemerintahan sendiri21 dan seringkali

dipandang sebagai suatu pemerintahan terendah di Indonesia atau

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai identitas, entitas yang

berbeda-beda dan memiliki batas-batas wilayah yang berwenang

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasar.

Pengertian tentang desa menurut undang-undang adalah:

19
Y Zakaria, 2005, Pemulihan Kehidupan Desa dan UU No 22 Tahun 1999, Dalam Desentralisasi,
Globalisasi, dan Demokrasi Lokal, LP3S, Jakarta, hlm. 332.
20
Suhartono, 2001, Politik Loca, Parlemen Desa Awal Kemerdekaan Sampai Jaman Otonomi
Daerah, Lapera: Yogyakarta, hal. 9.
21
Kartohadikoesoemo, 1984, Desa,PN Balai Sartika:Jakarta, hlm, 16.

16
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah

Daerah Pasal 1, Desa adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan

nama lain, selanjutnya disebut adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia22.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1,

Desa adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa,adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia23.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2015 perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa Pasal

1,Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

22
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
23
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

17
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia24.

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diakui otonominya.Desa

sebagai unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat

dengan segala latar belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai

peranan yang sangat strategis, khususnya dalam pelaksanaan tugas

dibidang pelayanan publik. Maka desentralisasi kewenangan-kewenangan

yang lebih besar disertai dengan pembiayaan dan bantuan sarana

prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna penguatan otonomi

menuju kemandirian dan alokasi. Desa memiliki kewenangan untuk

mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan

kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi desa yang memiliki

otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang

seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan

Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan

perwujudan Otonomi Daerah.Selanjutnya mengenai kewenangan desa di

atur khusus dalam Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 Tentang

Kewenangan Desa25.

24
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2015
25
Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Kewenangan Desa

18
Desa juga memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni, Desa berhak:

a. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak

asalusul,

adat-istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa;

b. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa;

c. Mendapatkan sumber pendapatan;

Desa berkewajiban;

a. Melindungi dan menjaga persatuan, keatuan serta kerukunan

masyarakat

desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa;

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa; dan

e. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa;

Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan

kemampuan penyelenggaraan Pemerintahan secara berdaya guna dan

berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai

dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam

menciptakan pembangunan hingga ditingkat akar rumput, maka terdapat

beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa yakni:

pertama, faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga,

19
kedua, faktor luas yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan

masyarakat, ketiga, faktor letak yang memiliki jaringan perhubungan atau

komunikasi antar dusun, keempat, faktor sarana prasarana, tersedianya

sarana perhubungan, pemasaran, sosial, produksi, dan sarana

pemerintahan desa, kelima, faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup

beragama dan kehidupan bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat,

keenam, faktor kehidupan masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata

pencaharian masyarakat.

C. Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa merupakan suatu sistem dalam

penyelenggaraan tata kelola desa. Pembentukan pemerintahan desa

bertujuan untuk memberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakatnya berdasarkan hak asal-usul dan ciri khas

daerah tersebut. Hal tersebut sebenarnya sebagai usaha dalam


26
mewujudkan nilai demokrasi . Kedaulatan masyarakat desa yang

memiliki kekhasan tersendiri dan keanekaragaman budaya, suku, dan lain

sebagainya sudah sepantasnya diberikan kewenangan dalam

menentukan arah pemerintahannya sendiri. Pemerintahan desa memiliki

peranan yang sangat strategis dalam hal memberdayakan masyarakat

desa ke arah yang berkemajuan dan tentunya masih tetap

mempertahankan nilai yang tumbuh berkembang dalam masyarakat desa.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal


26
Kuanta Magnar, 1984, Pokok-Pokok Pemerintah Daerah Otonom dan Wilayah Administratip,
CV. Armico, Bandung, hlm.22.

20
25 bahwa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut

dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat desa. Selanjutnya

pada pasal 26 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 disebutkan : Kepala

Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan

Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa perangkat desa adalah Pembantu Kepala Desa dan pelaksanaan

tugas menyelenggaraan Pemerintahan Desa, melaksanakan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

pemberdayaan masyarakat desa. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan

fungsinya, kepala desa bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa

membuat rencana strategis desa. Hal ini tercantum pada Pasal 55

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Badan

Permusyawartan Desa juga memiliki hak untuk mengawasi

penyelenggaraan pemerintahan desa.Pemerintah desa berkewajiban

melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sesuai dengan kewenangannya.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 18

disebutkan bahwa kewenangan desa meliputi kewenangan dibidang

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa,

pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa,

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat desa.

Untuk melaksanakan tugas-tugas ini diperlukan susunan organisasi dan

perangkat desa yang memadai agar mampu menyelenggarakan

21
pemerintahan dengan baik. Dengan demikian susunan organisasi

pemerintah desa yang ada saat ini perlu dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dalam upaya melaksanakan amanat Undang-undang Desa.

Berikut sejarah singkat pengaturan pemerintahan desa di awal

kemerdekaan Negara Republik Indonesia sampai dengan dengan lahirnya

Undang – undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

1) Pengaturan Pemerintahan desa pasca kemerdekaan Negara

Republik Indonesia

Pada masa kemerdekaan pengaturan desa kemudian menjadi

fokus utama dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948

tentang Pemerintahan Daerah. Kehendak dari Undang-undang Nomor 22

Tahun 1948 mengadakan penataan kembali struktur wilayah desa dengan

membentuk desa-desa baru dengan teritorial yang lebih luas. Namun

walau pun Undang-undang. No. 22 Tahun 1948 mengadakan gagasan

dasar yang dikehendaki Pasal 18 UUD 1945 dalam kenyataannya tidak

mencapai seperti hal-hal yang diharapkan. Penyebab penghambat

gagasan-gagasan tersebut ialah, pertama, desa sebagai bagian penting

dalam pemerintahan daerah tidak diperbaharui, kedua, Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1948 tidak diikuti pembaharuan perangkat peraturan

Perundang-undangan27.

Kemudian lahir Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang

Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang mengatur pembagian wilayah di

27
Ibid.Ni’matul Huda, 2015. hlm. 122.

22
Republik Indonesia dalam daerah besar dan kecil yang berhak mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri. Namun dengan berlakunya

kembali UUD 1945 berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Oleh sebab

itu pemerintahan di daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang.

Nomor 1 Tahun 1957 yang merupakan pelaksanaan dari UUD Sementara

1950 menjadi tidak sesuai lagi. Untuk mengatasi hal ini, pada 7 November

1959 dikeluarkan Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 tentang

Pemerintahan Daerah. Lalu pengaturan daerah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan

Daerah. Menurut Undang-Undang ini yang dimaksud dengan desa adalah

kesatuan masyarakat hukum kesatuan penguasa yang berhak mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri28.

Kemudian pengaturan lebih lanjut dituangkan dalam Undang-

undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Pembentukan Desa Praja atau

daerah otonom adat yang setingkat di seluruh Indonesia. Undang-undang

ini tidak sesuai dengan jiwa dan semangat dari Pasal 18 UUD 1945

karena dalam Undang-undang. Nomor 19 Tahun 1965 ini muncul

keinginan untuk menyeragamkan nama desa. Namun dalam

perkembangannya aturan ini tidak dapat dilaksanakan karena beberapa

alasan29.

Pada rezim Orde Baru, hak-hak masyarakat desa cenderung

28
Pasal 1 ayat (4) UU. No. 18 Tahun 1965 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah
29
Sirajuddin, Anis Ibrahim, Shinta Hadiyanti , Catur Wido Haruni. 2016, Hukum Administrasi
Pemerintahan Daerah, Setara Press, Malang, hlm. 333.

23
terabaikan. Terbukti pada rezim tersebut, pemerintahan terlalu berfokus

pada pembangunan di pusat saja, sementara pembangunan di daerah-

daerah masih sangat minim. Pada masa itu fokus perhatian terlalu

sentralistik tanpa memperhatikan daerah-daerah lain. Hal ini tentu tidak

sejalan dengan apa yang tertuang dalam common platform dalam konteks
30
kehidupan berbangsa dan bernegara . Seharusnya landasan

fundamental yang menjadi pijakan pertama dan utama dalam

pembangunan bangsa dan negara ialah Pancasila untuk mewujudkan cita

dari negara Republik Indonesia.

Pengaturan Daerah pada awal rezim Orde Baru ialah dengan

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah,

kemudian mendelegasikan pengaturan desa dengan undang-undang. Lalu

pengaturan desa diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang Pemerintahan Desa. Undang-undang tersebut bertujuan untuk

menyeragamkan nama, bentuk, susunan, dan kedudukan pemerintahan

desa. Dengan demikian undang-undang ini tidak memiliki hak pengaturan

wilayahnya.

Kemudian beranjak dari kegelisahan dan kesengsaraan yang

dirasakan mayoritas warga negara, rezim Orde Baru runtuh pada tahun

1998. Era berikutnya dikenal dengan istilah era Reformasi. Dimana dalam

berbagai aspek kehidupan bernegara dipandang perlu untuk dirubah.

Salah satunya ialah dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun

30
Jimly Asshiddiqie., 2015, Konstitusi Bernegara, Setara Press, Malang, hlm. 22.

24
1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintahan yang terlalu
31
sentralistik kemudian diubah menjadi desentralistik. Pemberian

kewenangan desa dalam hal mengurusi rumah tangganya dirasa perlu

untuk dioptimalkan agar terjadi pemerataan dalam hal pembangunan. Jadi

fokus tidak hanya pada pusat, namun didaerah-daerah pun harus

diperhatikan. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 telah memberikan

kesempatan bagi desa dalam memberdayakan masyarakat desa. Desa

yang otonom memberikan ruang gerak yang luas pada perencanaan

pembangunan yang merupakan kebutuhan bagi masyarakat desa dan

tidak lagi terlalu tergantung dari program pemerintah. Namun disadari

bahwa masih ada kekurangan dalam pengaturan daerah pada Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999. Kekurangan yang selama ini terjadi

karena adanya ketidakjelasan pengaturan kewenangan pemerintahan

daerah provinsi dan kabupaten/kota.

Setelah Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang

Pemerintahan Daerah kemudian berganti Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 yang juga mengatur Pemerintahan Daerah namun perbedaan

dari keduanya tidak terlalu signifikan. Kemudian diperbaharui lagi dengan

Undang-undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

dan kemudian di tahun yang sama lahirlah Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa.

31
Moh. Mahfud MD. 2014, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pres, Jakarta, hlm. 344.

25
2) Pemerintahan Desa Dilihat Dari Pengaturan Undang – undang No.

6 Tahun 2014 Tentang Desa

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 6 tahun

2014, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan,kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Hal yang perlu di garis bawahi berdasarkan ketentuan di atas

adalah desa berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahannya sendiri. Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014, Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam system

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Didalam

pemerintahan desa tidak hanya terdiri dari kepala desa beserta perangkat-

perangkat lain di bawahnya, namun juga terdiri dari masyarakat setempat

yang tergabung menjadi suatu kelompok yang disebut Badan

Permusyawaratan Desa (BPD). Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

pelakasanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,

dan pemeberdayaan masyarakat desa berdasarkan Pancasila, Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan

Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal tersebut memperkuat

26
dan mempertegas penyelenggaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI).

Pengaturan Desa berasaskan32:

(a) Rekognisi;

(b) Subsiadiaritas;

(c) Keberagaman;

(d) Kebersamaan;

(e) Kegotongroyongan;

(f) Kekeluargaan;

(g) Musyawarah;

(h) Demokrasi;

(i) Kemandirian;

(j) Partisipasi;

(k) Kesetaraan;

(l) Pemberdayaan;dan

(m) Keberlanjutan;
33
Pengaturan Desa bertujuan :

1. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah

ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya

Negara Kesatuan Republik Indonesia;

32
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
33
Pasal 4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

27
2. Memberikan kejelasan dan kepastian hukum atas desa dalam system

ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi

seluruh rakyat Indonesia;

3. Melestarikan dan memajukan adat,tradisi dan budaya masyarakat

desa;

4. Mendorong prakarsa,gerakan,dan partisipasi masyarakat desa untuk

pengembangan potensi dan asset desa guna kesejahteraan bersama;

5. Membentuk pemerintahan desa yang professional, efisien dan efektif,

terbuka, serta bertanggung jawab;

6. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna

mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;

7. Meningkatkan ketahanan social budaya masyarakat desa guna

mewujudkan masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan

sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;

8. Memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi

kesenjangan pembangunan nasional; dan

9. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

D. Kepala Desa

Kepala desa merupakan pemimpin dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa. Kepala desa memiliki peran penting sebagai

perpanjangan tangan pemerintah di desa. Dengan posisi demikian prinsip

pengaturan kepala desa sebagai berikut34:

34
Ibid.Ni’matul Huda, 2015. hlm.218.

28
a. Sebutan kepala desa disesuaikan dengan sebutan local;

b. Kepala desa berkedudukan di tingkat desa sebagai pemimpin di desa;

c. Kepala desa dipilih secara demokratis dan secara langsung oleh

masyarakat desa,kecuali ditentukan lain;dan

d. Pencalonan kepala desa dalam pemilihan langsung tidak menggunakan

basis

partai politik sehingga kepala desa dilarang untuk menjadi partai politik.

Dalam melaksanakan tugas kepala Desa dituntut untuk mengabdi dan

berintegritas tinggi.Adapun kewajiban kepala desa dalam melaksanakan

tugas sesuai Pasal 26 Undang-undang Desa, yaitu:

a. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap

akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota;

b. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap

akhir masa jabatan kepada Bupati/Walikota;

c. Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa secara

tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun

anggaran;dan

d. Mempublikasikan hasil penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

masyarakat desa yang bersangkutan setiap akhir tahun anggaran.

Adapun fungsi Kepala Desa yaitu35 :

a. Menyelenggarakan pemerintahan desa;

35
Josef Mario Monteiro, S.H. , M.H., 2016, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, hlm. 127-128.

29
b. Menetapkan peraturan desa;

c. Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa;

d. Memegang pengelolaan keuangan dan aset desa;

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

f. Membina kehidupan masyarakat desa;

g. Membina ketertiban dan ketentraman masyarakat desa;

h. Membina dan mengembangkan perekonomian masyarakat desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif

untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa;

i. Mengembangkan sumber pendapatan desa;

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagai kekayaan negara

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;

k. Mengembangkan kehidupan kehidupan sosial budaya budaya

masyarakat desa;

l. Memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

n. Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan;

o. Melaksanakan wewenang lain sesuai peraturan perundang-undangan.

Adapun kewenangan Kepala Desa yaitu36 :

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

36
Pasal 26,Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa

30
b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

d. Menetapkan Peraturan Desa;

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

f. Membina kehidupan masyarakat Desa;

g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif

untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa; mengembangkan

kehidupan sosial budaya masyarakat Desa; memanfaatkan teknologi

tepat guna;

k. Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

l. Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

m. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

31
E. Prosedur dan Mekanisme Pemilihan Kepala Desa

Pemilihan kepala desa dilaksanakan melalui 4 tahapan,yakni sebagai

berikut37 :

a. Persiapan;

1) Pemberitahuan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa

tentang akhir masa jabatan yang disampaikan 6 (enam) bulan

sebelum berakhir masa jabatan;

2) Pembentukan panitia pemilihan kepala Desa oleh Badan

Permusyawaratan Desa ditetapkan dalam jangka waktu 10

(sepuluh) Hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan;

3) Laporan akhir masa jabatan kepala Desa kepada bupati/walikota

disampaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah

pemberitahuan akhir masa jabatan;

4) Perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh panitia kepada

bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain dalam jangka waktu

30 (tiga puluh) Hari setelah terbentuknya panitia pemilihan; dan

5) Persetujuan biaya pemilihan dari bupati/walikota dalam jangka

waktu 30 (tiga puluh) Hari sejak diajukan oleh panitia.

b. Pencalonan;

1) Pengumuman dan pendaftaran bakal calon dalam jangka waktu 9

(sembilan) Hari;

37
Pasal 41,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Desa

32
2) Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi, klarifikasi, serta

penetapan dan pengumuman nama calon dalam jangka waktu 20

(dua puluh) Hari;

3) Penetapan calon kepala Desa sebagaimana dimaksud ialah paling

sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang calon;

4) Penetapan daftar pemilih tetap untuk pelaksanaan pemilihan kepala

Desa;

5) Pelaksanaan kampanye calon kepala Desa paling lama 3 (tiga) Hari;

dan

6) Masa tenang paling lama 3 (tiga) Hari.

c. Pemungutan Suara;

1) Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara;

2) Penetapan calon yang memperoleh suara terbanyak; dan/atau

3) Dalam hal calon yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1

(satu) orang, calon terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah

perolehan suara yang lebih luas.

d. Penetapan.

1) Laporan panitia pemilihan mengenai calon terpilih kepada Badan

Permusyawaratan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah

pemungutan suara;

2) Laporan Badan Permusyawaratan Desa mengenai calon terpilih

kepada bupati/walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah

menerima laporan panitia;

33
3) Bupati/walikota menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan

pengangkatan kepala Desa paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak

diterima laporan dari Badan Permusyawaratan Desa; dan

4) Bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk melantik calon kepala

Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterbitkan

keputusan pengesahan dan pengangkatan kepala Desa dengan tata

cara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

F. Sejarah Pemilihan Kepala Desa di Indonesia

Selama ini Pilkades tidak pernah kering dari pembicaraan mulai dari

mulut kemulut, dari pena ke pena, dan dari otak ke otak. Hal ini terjadi

mengingat karena Pilkades adalah refleksi bagaimana demokrasi itu

mencoba di implementasikan. Disisi lain Pilkades merupakan sarana

sirkulasi elit dan transfer kekuasaan ditingkat lokal. Dalam konteks ini

Pilkades diharapkan secara langsung membuat masyarakat mengerti

akan hak dan kewajibannya. Pilkades adalah suatu moment dimana

masyarakat mengerti posisi mereka sebagai warga, dalam percaturan

politik di desa tersebut. Dimana terjadi proses interaksi antara rakyat dan

pemerintah sebagai wujud adanya demokrasi dari rakyat,oleh rakyat dan

untuk rakyat. Dimaklumi bersama, Pilkades tidak sesederhana apa yang

kita bayangkan. Di dalamnya berimplikasi tentang banyak hal mengenai

hajat hidup dan kepentingan orang banyak. Mulai dari proses, hasil hingga

pasca kegiatan Pilkades adalah satu kesatuan yang utuh dan erat terkait

di dalam menentukan arah dan agenda enam tahun ke depan ke mana

34
desa tersebut akan dibawa.Berikut uraian singkat mengenai sejarah

pemilihan kepala desa dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia.

Dalam UUD NRI Tahun 1945, baik sebelum maupun setelah

amandemen tidak ada satu ketentuan pun yang secara eksplisit mengatur

tentang pemilihan kepala desa. Walaupun sebenarnya desa dan sistem

pemerintahannya mempunyai peranan sangat penting dalam

pembangunan NKRI, mengingat semua masyarakat bertempat tinggal

didesa atau dengan sebutan istilah lainnya. Dan pemerintahan desalah

yang bersentuhan langsung dengan denyut nadi kehidupan masyarakat.

Baru pada tahun 1979 pada masa orde baru pemerintah mulai mengatur

mengenai tatacara pemilihan kepala desa dan perangkat desa termasuk

membatasi masa jabatannya dengan terbitnya Undang-undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa. Undang-undang ini menempatkan

kepala desa bukanlah sebagai pemimpin masyarakat Desa, melainkan

sebagai kepanjangan tangan pemerintah supra Desa, yang digunakan

untuk mengendalikan penduduk dan tanah Desa. Undang-undang Nomor

5 tahun 1979 tentang Pemerintah Desa menegaskan bahwa kepala Desa

dipilih oleh rakyat melalui demokrasi langsung. Ketentuan pemilihan

kepala Desa secara langsung itu merupakan sebuah sisi demokrasi di

Desa. Disaat presiden, gubernur dan bupati ditentukan oleh parlemen,

kepala Desa justru dipilih secara langsung oleh rakyat. Dari sinilah akar

rumput dari pemilihan kepala desa. Kemudian banyak aturan perundang-

35
undangan yang lahir setelah Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tapi

tidak ada yg mengatur secara khusus tentang pemilihan kepala desa.

Baru di tahun 2005 lahirlah peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005

tentang desa membawa harapan terhadap proses demokrasi yang ada di

desa dan menjadi dasar hukum secara normatif. Dijelaskan pada Pasal 46

ayat (1) peraturan pemerintah tersebut bahwa kepala desa dipilih

langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat,

sedangkan pada ayat (2) menyatakan bahwa pemilihan kepala desa

bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dan dengan

lahirnya Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa ada hal baru

yang diatur didalamnya terkait dengan pemilihan kepala desa yaitu pasal

31 ayat (1) Undang- undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa yang

menjelaskan bahwa pemilihan kepala desa dilaksanakan secara serentak

satu kali diseluruh wilayah kabupaten atau kota atau dapat

bergelombang38. Dan selanjutnya terbitlah peraturan pemerintah sebagai

peraturan pelaksana dari Undang-undang desa tersebut yakni Peraturan

pemerintah Nomor 43 tahun 2014, terkhusus mngenai pilkades diatur

dalam Permendagri Nomor 112 tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala

Desa.Setahun berselang kemudian Peraturan pemerintah Nomor 43 tahun

2014 diganti menjadi Peraturan pemerintah Nomor 47 tahun 2015.Dan

kemudian selanjutnya diberi kewenangan ketiap daerah untuk mnyusun

38
Pasal 2, Permendagri Nomor 112 tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa

36
perdanya terkait adanya otonomi daerah termasuk perda mengenai

Pilkades.

Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa menjelaskan

bahwa,Pemilihan kepala desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di

desa dalam rangka memilih kepala desa yang bersifat langsung, umum,

bebas,rahasia, jujur, dan adil 39. Pemilihan Kepala Desa (pilkades) yang

didasarkan pada peraturan perundang undangan yang ada. Pendasaran

itu penting adanya hal ini dikarenakan proses pilkades sangat panjang

dan saling terkait, mulai dari pendaftaran untuk mendapatkan bakal calon,

memilih dan menetapkan Kepala Desa yang berdedikasi, cakap, dan

mampu untuk melaksanakan semangat otonomi daerah, Sebagai suatu

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul

dan adat istiadat setempat, desa merupakan suatu wilayah yang diakui

dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten

serta dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Kepala Desa dalam memimpin

desa tidaklah berjalan tanpa dukungan dari masyarakat. Termasuk

dukungan dari Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai Badan Perwakilan

yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa yang

berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung

dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan

terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa. Dalam hal ini kepala desa

39
Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa

37
adalah yang memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa yang

bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD.

Untuk menentukan Kepala Desa harus dilakukan melalui Pemilihan

kepala desa yang diselenggarakan oleh panitia pencalonan dan pemilihan

Kepala Desa yang selanjutkan disebut panitia pemilihan yang dibentuk

oleh BPD yang keanggotaannya terdiri dari anggota BPD dan pamong

desa yang bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan pelaksanaan pencalonan dan pemilihan Kepala Desa.

Semua kegiatan Pemilihan kepala desa harus dilakukan dengan

perencanana yang matang dan melibatkan berbagai pihak

terkait.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47

Tahun 2015 Tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa.

G. Penyelesaian Sengketa Pemilihan Kepala Desa

Melihat beberapa pengaturan tentang desa pada umumnya atau

berbagai perundang-undangan yang terkait penyelenggaraan Pilkades,

mulai dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan

Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 112 tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa

(Pilkades), dan peraturan-peraturan lain yang daya berlakunya pada

38
lingkup daerah seperti Perda atau Peraturan Bupati/ Wali Kota, dari

semua regulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat aturan

hukum yang mengatur secara khusus bagaimana peran serta pengadilan

dalam penyelesaian sengketa Pilkades, sebagaimana sengketa pemilu

pada umumnya. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang

diharapkan mampu memberi kejelasan dan mekanisme penyelesaian

sengketa hasil suara Pilkades diselesaikan paling lambat 30 (tiga puluh)

hari oleh bupati/wali kota sejak tanggal diterimanya penyampaian hasil

pemilihan dari panitia pemilihan kepala desa dalam bentuk keputusan

bupati/wali kota. Dengan kata lain, Undang-undang Nomor 6 tahun 2014

tentang Desa belum mengatur bagaimana sengketa yang bersumber dari

proses penyelenggaraan Pilkades, apabila diperiksa, diadili, dan diputus

oleh lembaga pengadilan. Demikian pula Peraturan Pemerintah Nomor 43

tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6

tahun 2014 tentang Desa, juga tidak mengatur lebih lanjut bagaimana

mekanisme penyelesaian sengketa Pilkades baik menyangkut proses

maupun hasil. Namun, sebagai amanat Pasal 46 Peraturan Pemerintah

Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang

Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Menteri Dalam Negeri telah

mengeluarkan Peraturan Mendagri Nomor 112 tahun 2014, dimana dalam

Permendagri ini upaya penyelesaian sengketa Pilkades dibagi dua yakni

menyangkut proses dan hasil. Dalam praktiknya sengketa Pilkades yang

paling sering terjadi adalah dalam hal penghitungan suara. Hasil

39
perolehan suara merupakan penentu keterpilihan kandidat kepala desa

sebagai kepala desa. Dari sudut pandang ini, jelas sekali bahwa sengketa

Pilkades adalah sengketa yang dapat disebabkan oleh karena terjadinya

kesalahan penghitungan suara, penggelembungan atau manipulasi suara

maupun hal-hal lain yang mempengaruhi hasil penghitungan suara.

Berdasarkan Permendagri Nomor 112 tahun 2014 dapat

disimpulkan bahwa sengketa Pilkades yang menyangkut “proses

pemilihan” diselesaikan secara mandiri oleh Panitia Pemilihan, dimana

sifat putusan panitia pemilihan tersebut bersifat “final dan mengikat” (final

and binding). Sedangkan sengekta Pilkades menyangkut penghitungan

hasil suara diselesaikan oleh bupati/wali kota dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari sejak ususlan pengesahan diterima oleh bupati/wali kota.

40
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian Empiris

yang dimana memadukan antara bahan dari buku-buku dan Peraturan

Perundang-undangan. Selain itu juga, dalam penelitian ini penulis

melakukan wawancara langsung ke pihak yang bersangkutan untuk

melengkapi data dalam penulisan skripsi ini yang berjudul “ Tinjauan

Yuridis Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak di

Kabupaten Soppeng”.

B. Lokasi Penelitian

Dalam rangka pengumpulan data, informasi, dan dasar-dasar hukum

dalam penyusunan proposal ini, maka lokasi penelitian dilakukan di Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng dan 5 Desa

penyelenggara PILKADES yakni, Desa Goarie, Desa Soga , Desa Watu,

Desa Gattareng, Desa Gattareng Toa dan Desa Leworeng. Penulis

memilih Kabupaten Soppeng sebagai objek penelitian dengan alasan

bahwa :

1. Berdasarkan informasi yang didapat sebelumnya Kabupaten Soppeng

sudah menggelar Pilkades serentak 12 Desa.

2. Keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti dan efisiensi waktu.

41
C. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang dipergunakan dalam penulisan

skripsi ini terbagi atas 2 , yaitu :

1. Data primer, adalah bahan-bahan hukum yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh penulis secara langsung dari sumber datanya atau

data yang diperoleh secara langsung dari responden dilapangan atau

dilokasi penelitian. Responden merupakan pihak-pihak yang

berkompeten terkait penelitian ini. Responden yang yakni wawancara

dengan pihak-pihak yang ada di Dinas Pemberdayaan Masyrakat dan

Desa Kabupaten Soppeng , pihak-pihak terkait penyelenggara

Pemilihan Kepala Desa Serentak di Kabupaten Soppeng. Data primer

tersebut disebut juga sebagai data asli, data baru yang memiliki sifat up

to date (kebaruan) atau bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri

dari :

a. Norma atau Kaidah dasar,yaitu pembukaan UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

b. Peraturan dasar,yaitu batang tubuh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

c. Peraturan Perundang-undangan:

1) Undang-undang dan peraturan yang setaraf

2) Peraturan Pemerintah dan peraturan yang setaraf

3) Keputusan/Peraturan Menteri dan peraturan yang setaraf

4) Peraturan Daerah.

42
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan penulis

dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder ini,penulis peroleh

dari berbagai literatur-literatur yang ada yang terkait dengan

permasalahan pilkades serentak, pemerintahan desa atau kelurahan

dan hasil-hasil penelitian atau hasil karya dari kalangan hukum.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generilisasi uang terdiri dari atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristk tentang apa yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Untuk penulisan skripsi ini penulis mengambil Populasi peneletian yang

ada kaitannya dengan masalah-masalah yang dibahas. Adapun populasi

pada penelitian ini adalah Panitia Pemilihan Kabupaten Kepala Desa

Kabupaten Soppeng, Tim Pengawas Pemilihan Kepala Desa Kabupaten

Soppeng, Panitia Pemilihan Kepala Desa, Kepala Desa, Anggota BPD

dan Tokoh Masyarakat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diharapakan dapat

mewakili jumlah populasi atau bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan sampel dalam penulisan skripsi

ini menggunakan metode pengambilan sampel berupa Proportional

Purposive Sampling, yaitu dalam menentukan sampel sesuai dengan

43
wewenang atau kedudukan sampel yang telah mewakili dengan masalah

yang hendak diteliti. Adapun responden dalam penelitian ini adalah:

a. Panitia Pemilihan Kabupaten Kepala Desa Kab. Soppeng: 2 orang

b. Tim Pengawas Pemilihan Kepala Desan Kab. Soppeng : 1 orang

c. Panitia Pemilihan Kepala Desa : 1 orang

d. Kepala Desa : 5 orang

e. Anggota BPD : 4 orang

f. Tokoh Masyarakat : 2 orang

Jumlah : 15 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data yang relevan dengan pembahasan

tulisan ini, maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Penelitian kepustakaan (library research) pengumpulan data pustaka

diperoleh dari berbagai data yang berhubungan dengan hal-hal yang

diteliti, berupa buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan

penelitian ini. Disamping itu juga data yang diambil penulis ada yang

berasal daari dokumen-dokumen penting maupun dari peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Penelitian lapangan (field research) dengan cara wawancara (interview)

langsung dengan pihak-pihak terkait dengan pelaksanaan Pemilihan

Kepala Desa di Kabupaten Soppeng.

44
F. Analisis Data

Setelah penulis memperoleh data primer dan data sekunder seperti

yang telah diuraikan diatas, maka untuk menyelesaikan sebuah karya tulis

(skripsi) yang terpadu dan sistematis,digunakan suatu sistem analisis

data yaitu analisis kualitatif dan deskriptif, yaitu dengan cara

menyelaraskan dan menggambarkan keadaan yang nyata mengenai

masalah Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak di

Kabupaten Soppeng.

45
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Soppeng

a. Keadaan Geografis dan Administrasi Pemerintahan

Dasar hukum pembentukan Kabupaten Soppeng adalah Undang-

undang Nomor 29 Tahun 1959. Secara administratif pemerintahan

Kabupaten Soppeng Memiliki luas wilyah 1.359,44 km², berjarak ± 154 Km

dari Kota Makassar Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan Ibu kota

Watansoppeng, Kecamatan Lalabata. Soppeng terletak pada

depresiasi sungai Walanae yang terdiri dari daratan dan perbukitan

dengan luas daratan ± 700 km2 serta berada pada ketinggian rata-rata

antara 100-200 m diatas permukaan laut. Kabupaten Soppeng merupakan

salah satu kabupaten dari 21 kabupaten dan 3 kota yang ada di Sulawesi

Selatan. Adapun wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten

Soppeng adalah sebagai berikut:40

a. Sebelah Utara Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Wajo;

b. Sebelah Selatan Kabupaten Bone;

c. Sebelah Timur Kabupaten Wajo dan Kabupaten Bone;

d. Sebelah Barat Kabupaten Barru.

Kabupaten Soppeng Memiliki 8 Kecamatan, 50 Desa dan 21

Kelurahan sebagaimana dalam table berikut :

40
Website id.wikipedia.org diakses pada Selasa, 25 Juli 2017 Pukul 23.47 Wita

46
Tabel 1

Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan

No. Kecamatan Desa/Kelurahan

1. Mario Riwawo 1.Desa Barae


2.Desa Congko
3.Desa Gattareng
4.Desa Gattareng Toa
5.Desa Goarie
6.Desa Watutoa
7.Desa Mario Riaja
8.Desa Mario Rilau
9.Desa Mario Ritengnga
10.Desa Soga
11.Desa Watu
12.Kel. Tettikengrarae
13.Kel. Labessi
14.Desa Watutoa
2. Mario Riawa 1.Desa Bulue
2.Desa Laringgi
3.Desa Panincong
4.Desa Patampanua
5.Desa Tellulimpoe
6.Kel. Attang salo
7.Kel. Batu-Batu
8.Kel. Kaca
9.Kel. Limpomajang
10.Kel.Manorang Salo
3. Lili Riaja 1.Desa Barang
2.Desa Jampu
3.Desa Pattojo
4.Desa Rompegading
5.Desa Timusu
6.Kelurahan Appanang
7.Kelurahan Galung
8.Kelurahan Jennae
4. Lili Rilau 1.Desa Abbanuangnge
2.Desa Baringeng
3.Deso Kebo
4.Desa Masing
5.Desa Palangiseng
6.Desa Parenring
7.Desa Paroto
8.Desa Tetewatu

47
9.Kel. Cabbenge
10.Kel. Pajalesang
11.Kel. Macanre
12.Kel. Ujung
5. Ganra 1.Desa Belo
2.Desa Enrekeng
3.Desa Ganra
4.Desa Lompulle
6. Donri-donri 1.Desa Donri-Donri
2.Desa Kessing
3.Desa Labokong
4.Desa Lalabata Riaja
5.Desa Leworeng
6.Desa Pesse
7.Desa Pising
8.Desa Sering
9.Desa Tottong
7. Citta 1.Desa Citta
2.Desa Kampiri
3.Desa Labae
4.Desa Tinco
8. Lalabata 1.Desa Maccile
2.Desa Mattabulu
3.Desa Umpungeng
4.Kel. Bila
5.Kel. Botto
6.Kel. Lalabata Rilau
7.Kel. Lapajung
8.Kel. Lemba
9.Kel. Ompo
10.Kel. Salo Karaja
Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten

Soppeng 2017

b. Keadaan Demografi (Kependudukan)

Keberadaan penduduk merupakan sumber daya manusia baik

selaku individu maupun kelompok dan sekaligus sebagai modal dasar

dalam pembangunan. Peningkatan kemampuan masyarakat melalui

berbagai program pembangunan agar masyarakat dapat mencapai tingkat

kemampuan yang diharapkan. Memberikan wewenang secara

48
proporsional kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam

rangka membangun diri dan lingkungannya secara mandiri tentu akan

sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pembangunan suatu

daerah terlepas dari peran serta pemerintah daerah itu sendiri. Sumber

daya manusia dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja yang produktif

untuk mencapai tujuan pembangunan, dalam arti manusia harus

difungsikan, dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Berikut uraian

data jumlah penduduk Kabupaten Soppeng 41:

Tabel 2
Jumlah Penduduk

No. Kecamatan Jumlah(Jiwa)


1. Marioriwawo 44.578

2. Lalabata 44.549

3. Ganra 11.421

4. Liliriaja 27.164

5. Lilirilau 38.589

6. Citta 8.055

7. Donri Donri 23.085

8. Marioriawa 28.071

Jumlah Penduduk Kab.Soppeng 225.512

Sumber : BPS Kabupaten Soppeng proyeksi penduduk 2013

Data pemilih tetap di Kabupaten Soppeng berdasarkan Pemilihan

Kepala Daerah tahun 2015 sebagai berikut :

41
Website BPS Kabupaten Soppeng diakses pada hari Rabu, 26 Juli 2017 pukul 01.01 Wita

49
Tabel 3
Data Pemilih Kabupaten Soppeng

No. Kecamatan Jumlah Pemilih


1. Kecamatan Liliriaja 22.077 Pemilih
2. Kecamatan Citta 6.791 Pemilih
3. Kecamatan Lilirilau 31.563 Pemilih
4. Kecamatan Ganra 5.084 Pemilih
5. Kecamatan Donri-Donri 9.692 Pemilh
6. Kecamatan Marioriwawo 37.884 Pemilih
7. Kecamatan Lalabata 34.143 Pemilih
8. Marioriawa 22.147 Pemilih
Jumlah 181.997 Pemilih
Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten

Soppeng

B. Mekanisme dan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara

Serentak di Kabupaten Soppeng

Sebelum peraturan yang mengatur tentang desa secara khusus

lahir yakni Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014. Pengaturan tentang

desa sebelumnya diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah menjadi Undang-

undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah yang

selanjutnya dibentuk Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa sebagai peraturan pelaksana. Dari pengaturan tersebut

maka lahirlah Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 6 Tahun

2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan

Pemberhentian Kepala Desa.

50
Mekanisme pemilihan kepala desa secara serentak masih

tergolong baru di dilakukan. Pemilihan kepala desa secara serentak di

sebagian kecil daerah namun dengan adanya Undang-undang Desa

mengatur hal terkait pemilihan kepala desa secara lebih terperinci.

Sebagai contoh terkait dengan masalah dana pilkades yang saat ini

sesuai dengan ketentuan dari undang – undang berasal dari dana APBD

kabupaten kota, berbeda dengan sebelumnya dimana dana pilkades

berasal dari desa yang mengadakan pilkades. Selain dana pilkades,

dalam Undang-undang Desa juga mengatur mengenai adanya panitia

kepala desa yang bertugas mengadakan penjaringan dan penyaringan

bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan

pemungutan suara, menetapkan calon Kepala Desa terpilih, dan

melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa. Regulasi pemilihan

kepala desa yang diatur dalam Undang-undang Desa merupakan hal yang

baru sehingga membutuhkan penyesuaian dengan kondisi masyarakat

desa dan tatanan desa itu sendiri.

Berdasarkan Undang-undang Desa yang berlaku saat ini, pemilihan

kepala desa harus dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah

kabupaten dan kota. Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menetapkan

kebijakan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara serentak dengan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan harusnya ditetapkan

kebijakan pelaksanaan pemilihan kepala desa oleh pemerintah daerah.

Maka haruslah segera disusun perda sesuai dengan amanat dari Undang-

51
undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Pemerintah daerah

Kabupaten Soppeng sebagai pihak penyelenggara pilkades maka

haruslah segera menyusun perda untuk melaksanakan pemilihan Kepala

Desa di Kabupaten Soppeng. Akhirnya pada tahun 2016 lahirlah Perda

Nomor 4 tahun 2016 Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Desa.

Pada tanggal 13 Desember 2016 di Kabupaten Soppeng telah

diselenggarakan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak di 6

Kecamatan. Berikut uraian datanya :

Tabel 4

Daftar Desa peserta Pilkades dan Kepala Desa terpilih di Kabupaten

Soppeng

No. Kecamatan Desa Kepala Desa Terpilih

1. Marioriwawo Desa Goarie A.Sillang

Desa Gattareng Toa Muhammad Nur

Desa Gattareng Rappe

Desa Soga H. Budirman Aziz

Desa Watu Juhari, SE., MM

2. Citta Desa Tinco Mannahawu

3. Lilirilau Desa Tetewatu Eka Wijaya, S. Kom

Desa Masing H. Muhammad Tang

Desa Parenring Hasse Tangsi, SH

4. Liliriaja Dessa Pattojo H. Herman Maulid, A.

52
Ma.

5. Ganra Desa Lompulle Amri

6. Donri-Donri Desa Pising Hj. Sitti Salmiah, SE

Desa Leworeng Rusdi, S.Sos

Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten

Soppeng

Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016

Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhetian Kepala Desa

Perubahan dari Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 6 Tahun

2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan

Pemberhentian Kepala Desa. Peraturan Daerah inilah yang menjadi

landasan hukum pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak di

Kabupaten Sopeng. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan A.

Zulfan selaku Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kabupaten Soppeng sebagai berikut :42

Landasan hukum pelaksanaan pelaksanaan pemilihan kepala desa


secara serentak di Kabupaten Soppeng adalah Peraturan Daerah
Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhetian Kepala Desa Perubahan dari
Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 6 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pencalonan,Pemilihan,Pelantikan dan
Pemberhentian Kepala Desa.
Perihal ditundahnya pelaksanaaan pemilihan kepala desa yang

pada awalnya dijadwalkan dilaksanakan bulan Oktober baru dilaksanakan

pada bulan Desember tahun 2016. Berdasarkan hasil wawancara dengan

42
Wawancara dengan A. Zulfan selaku Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Soppeng pada hari Senin, 19 Juni 2017 pukul 14.00 Wita

53
A. Zulfan selaku Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kabupaten Soppeng sebagai berikut43 :

Dikarenakan efisiensi anggaran sebagaimana anggaran Pemilihan


Kepala Desa sebelum berlakunya Undang-undang Desa bersumber
dari Desa yang akan menyelenggarakan Pilkades, namun sejak
berlakunya Undang-undang Desa Anggaran Pilkades dibebankan
ke APBD.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 Tentang

Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa. Maka dalam

pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak di Kabupaten

Soppeng sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2016

Tentang Desa sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan;

2. Tahap Pencalonan;

3. Tahap Pemungutan Suara; dan

4. Tahap Penetapan.

Sebelum pemilihan kepala desa itu dilaksanakan terlebih dahulu

dilakukan pembentukan panitia oleh BPD dan Bupati sebagaimana yang

dimaksud dalam Peraturan daerah Nomor 4 Tahun 2016 Tentang

Pemilihan, pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa yang di

jelaskan pada tahap persiapan pemilihan berikut ini :

1. Persiapan Pemilihan

Pada tahap ini BPD memberitahukan kepada kepala desa

mengenai akan berakhirnya masa jabatan kepala desa secara tertulis 6

43
Wawancara dengan A. Zulfan selaku Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Soppeng pada hari Senin, 19 Juni 2017 pukul 14.00 Wita

54
bulan sebelum masa jabatan kepala desa akan berakhir. Demikian pula

kepala desa harus melaporkan penyelenggaraan pemerintahan desa

secara tertulis kepada BPD dan Bupati secara tertulis dalam jangka waktu

30 hari setelah pemberitahuan oleh BPD. Laporan pemerintahan desa

merupakan syarat adminitrasi bagi kepala yang akan mencalonkan diri

pada periode berikutnya. Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 4 Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Desa.

1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan

berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan

sebelum masa jabatan Kepala Desa berakhir.

2) Kepala Desa menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan

Desa pada akhir masa jabatan secara tertulis kepada BPD dan Bupati

dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) merupakan syarat administrasi bagi Kepala Desa

yang akan mencalonkan diri pada periode berikutnya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan A. Zulfan selaku Sekretaris Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng sebagai berikut :

Dari 13 desa yang menyelenggarakan pilkades secara serentak di


Kabupaten Soppeng. Beberapa calon kepala desa sebelumnya

55
menjabat dan kembali mencalonkan diri. Bahkan berhasil kembali
menduduki kembali jabatan Kepala Desa44.

Selanjutnya pembetukan panitia pelaksana pemilihan yang terdiri

dari panitia pemilihan dan panita pemilihan kabupaten 45. Panitia pemilihan

di bentuk oleh BPD yang berjumlah paling sedikit 5 orang dan paling

banyak 7 orang. Terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota.

Pembetukan panitia pemilihan tingkat desa dibentuk sesuai dengan


amanat Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun
2016 Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemeberhentian
Kepala Desa. Wawancara dengan A. Juhamzah selaku Wakil Ketua
BPD Desa Goarie46.

Sedangkan panitia pemilihan kabupaten yang ditetapkan dan

dibentuk oleh Bupati, jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan

kemampuan daerah dan bertanggung jawab pada Bupati 47. Berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,

Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa Pasal 6 tekait panitia

pemilihan. Panitia ditetapkan dengan keputusan BPD dalam jangka waktu

10 hari sejak pemberitahuan mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala

Desa Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1. Panitia pemilihan

yang ditetapkan oleh BPD berasal dari unsur perangkat Desa, pengurus

lembaga kemasyarakatan Desa dan tokoh masyarakat Desa setempat.

Susunan panitia pemilihan terdiri dari seorang ketua merangkap anggota,

44
Wawancara dengan A. Zulfan selaku Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Soppeng pada hari Senin, 19 Juni 2017 pukul 14.00 Wita
45
Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Peberhentian Kepala Desa
46
Wawancara dengan A. Juhamzah selaku wakil Ketua BPD Desa Goarie pada hari Rabu, 16
Agustus 2017 pukul 13.41 Wita
47
Pasal 9 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Peberhentian Kepala Desa

56
sekretaris merangkap anggota, bendahara merangkap anggota dan

beberapa anggota dengan jumlah panitia paling sedikit 5 orang dan paling

banyak 7 orang. Sebagaimana hasil wawancara dengan H. Dammare

selaku Ketua BPD Desa Soga sebagai berikut48:

Bahwa jumlah anggota panitia pemilihan yang dibentuk yakni


berjumlah paling banyak 7 orang, paling sedikit 5 orang dan
susunan panitianya merangkap.

Apabila jumlah TPS lebih dari 1 maka Panitia Pemilihan kepala

desa mengangkat ketua dan dan petuga TPS dalam bentuk surat

keputusan yang berjumlah 7 orang terdiri dari Ketua, Wakil ketua,

Sekretaris dan 4 orang Anggota disampaikan secara tertulis oleh BPD

kepada Bupati melalui Camat dalam jangka waktu 3 hari sejak

penetapannya 49 . Sebelum melaksanakan tugasnya Panitia Pemilihan

terlebih dahulu harus menandatangani fakta integritas. Jika Panitia

Pemilihan memiliki hubungan darah dengan calon, maka BPD

mmberhentikan yang bersangkutan dan menggantikannya dengan

keputusan BPD melalui meknisme musyawarah BPD50. Adapun tugas dan

wewenang Panitia Pemilihan, sebagai berikut51:

a. Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan, mengawasi

dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan;

48
Wawancara dengan H. Dammare selaku Ketua BPD Desa Soga pada hari Rabu, 16 Agustus 2017
Pukul 11.57 Wita.
49
Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
50
Pasal 7 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
51
Pasal 8 Ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

57
b. Merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan kepada Bupati melalui

camat;

c. Melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih;

d. Mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon;

e. Menetapkan calon yang telah memenuhi persyaratan;

f. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan;

g. Menetapkan nomor urut calon;

h. Menetapkan tempat, jadwal dan tata cara pelaksanaan kampanye;

i. Menentukan dan menetapkan jumlah dan lokasi TPS;

j. Memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan dan tempat

pemungutan suara;

k. Melaksanakan pemungutan suara;

l. Menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan

hasil pemilihan;

m. Menetapkan calon Kepala Desa terpilih;

n. Mengangkat dan menetapkan ketua dan petugas TPS;

o. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan; dan

p. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan

pelaksanaan pemilihan.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang Panitia Pemilihan wajib

berlaku jujur, adil, transparan dan penuh tanggung jawab. Panitia

58
Pemilihan juga bertanggung jawab kepada BPD 52 . Panitia Pemilihan

Kabupaten di tetapkan dengan keputusan Bupati dalam jangka 30 hari

sejak terbentuknya Panitia pemilihan, jumlahnya disesuaikan dengan

kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah dan bertanggung jawab

pada Bupati 53.

Selanjutnya Panitia Pemilihan Kabupaten berdasarkan Pasal 10

Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang

Pemilihan, pengangkatan dan Peberhentian Kepala Desa mempunyai

tugas dan wewenang sebagai berikut :

a. Merencanakan, mengkoordinasikan dan menyelenggarakan semua

tahapan pelaksanaan pemilihan tingkat Kabupaten;

b. Melakukan bimibingan teknis pelaksanaan pemilihan Kepala Desa

terhadap Panitia Pemilihan;

c. Menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara;

d. Memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan kotak suara

serta perlengkapan pemilihan lainnya;

e. Menyampaikan surat suara dan kotak suara dan perlengkapan

pemilihan lainnya kepada Panitia Pemilihan;

f. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan pemilihan pada tingkat

Kabupaten;

g. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan; dan

52
Pasal 8 Ayat (2), (3) Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
53
Pasal 9 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

59
h. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditetapkan dengan

Keputusan Bupati.

Berdasarkan Pasal 9 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng

Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Desa dibentuklah Panitia Pemilihan Kepala Desa

oleh Bupati Kabupaten Soppeng untuk menyelenggarakan Pemilihan

Kepala Desa Secara Serentak yang telah dilaksanakan pada tanggal 13

Desember 2016 berdasarkan keputusan Bupati Soppeng Nomor

658/XI/2016 yang ditetapkan pada tanggal 5 November 2016 sebagai

berikut54 :

Susunan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kabupaten Soppeng

Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Soppeng

Wakil Ketua : Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat

Sekretariat Daerah Kabupaten Soppeng

Sekretaris : Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan

Desa Kabupaten Soppeng

Anggota : 1. Kepala Bagian Hukum dan Perundang-undangan

Sekretariat Daearah Kabupaten Soppeng

2. Kepala Bidang Pemerintahan Desa BPM dan Pemdes

Kabupaten Soppeng

54
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng

60
3. Kepala Sub Bagian Perundang-undangan dan

Dokumentasi Setda Kabupaten Soppeng

4. Kepala Sub Bidang Pengembangan Aparatur

Pemerintahan Desa dan BPM dan Pemdes

Kabupaten Soppeng.

5. Suriani, S.sos

6. A. Irwansyah, SE.

7. Syamsuddin, SE, M.Si.

8. Jumasniati, S.Sos

9. Adi Swandi

10. Muhammad Irsan, SH.

2. Tahap Pencalonan

Sebagaimana syarat calon pada Pasal 11 Peraturan Daerah

Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,

Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa. PNS yang mencalonkan

diri dalam pemilihan Kepala Desa selain harus memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 harus pula mendapatkan izin

tertulis dari pejabat pembina kepegawaian.

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut 55 :

a. Warga Negara Indonesia;

b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

55
Pasal 11 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

61
c. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila dan Undang Undang

Dasar 1945;

d. Bependidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau

sederajat;

e. Berusia paling rendah 25 tahun pada saat mendaftar;

f. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;

g. Tidak sedang menjalani hukuman penjara;

h. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara karena melakukan

tindak pidana yang diancam penjara paling singkat 5 tahun atau lebih,

kecuali setelah selesai menjalani hukuman pidana mengumumkan

secara jujur dan terbuka kepada public serta bukan sebagai pelaku

kejahatan berulang-ulang;

i. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan

yang berkekuatan hukum tetap;

j. Berbadan sehat dan bebas narkoba;

k. Tidak pernah menjabat sebagai Kepala Desa selama 3 kali masa

jabatan;

l. Tidak pernah diberhentikan secara tidak hormat sebagai Kepala Desa;

m. Menyampaikan Visi dan Misi;

n. Menyampaikan daftar riwayat hidup dan pekerjaan;

o. Menyampaikan harta kekayaan; dan

p. Menyampaikan laporan peyelenggaraan pemerintahan desa pada

akhir masa jabatan kepala desa bagi Kepala Desa aktif.

62
PNS yang akan mencalonkan diri mendapatkan izin cuti sejak

ditetapkan sebagai calon sampai dengan selesainya pelaksanaan

penetapan calon terpilih. Setelah terpilih menjadi Kepala Desa, yang

bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi

Kepala Desa tanpa kehilangan hak sebagai PNS, dan berhak pula

mendapatkan tunjangan Kepala Desa dan penghasilan lainnya yang

sah 56 . Begitu pula dengan Kepala Desa dan Perangkat Desa harus

memenuhi persyaratan yang dimaksud pada Pasal 11 harus mendapatkan

cuti dari yang berwenang sampai selesainya pelaksanaan penetapan

calon terpilih dan Kepala Desa yang mencalonkan diri digantikan oleh

Sekretaris Desa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, begitupun

juga Sekretaris Desa yang mencalonkan diri menjadi menjadi Kepala

Desa dalam waktu bersamaan maka Kepala Desa ditunjuk oleh Bupati

dari PNS. Anggota BPD yang mencalonkan diri dalam Pemilihan Kepala

Desa harus pula memenuhi persyaratan yang di maksud dan harus

mengundurkan diri sebagai anggota BPD. Demikian pula perangkat Desa

harus diberi cuti dan memenuhi persyaratan yang di maksudkan Pasal 11

dan tugasnya digantikan oleh Perangkat Desa yang lainnya berdasarkan

keputusan Kepala Desa57.

Bagi yang ingin mencalonkan diri menjadi Cakades harus

mengajukan surat permohonan pendaftaran bakal calon kepada Panitia

56
Pasal 12 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
57
Pasal 13 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

63
Pemilihan dengan tembusan surat kepada BPD, Camat dan Bupati. Surat

permohonan dibuat dengan tulisan tangan dan di buat 4 rangkap, rangkap

pertama dibubuhi materai Rp. 6.000,00 58. Panitia Pemilihan selanjutnya

memverifikasi kelengkapan dan keabsahan administrasi pencalonan

paling lama 20 hari59. Apabila bakal calon memenuhi persyaratan kurang

dari 2 orang maka Panitia Pemilihan memperpanjang waktu pendftaran

dan penjaringan ulang selama 20 hari. Dan apabila masih tetap kurang

dari 2 orang maka Pemilihan Kepala Desa di tunda dan dikelompokkan

pada gelombang berikutnya. Bakal calon yang sudah dinyatakan menjadi

calon tidak lebih dari 5 orang dan tidak boleh mengundurkan diri sebagai

calon 60 . Dalam hal 2 calon dan salah satunya meninggal dunia maka

Pilkades harus ditundah dan dimasukkan pada gelombang berikutnya.

Penetapan nomor calon dilaksanakan dengan pencabutan nomor (sistem

undi) yang disiapkan oleh Panitia Pemilihan secara terbuka dan tidak

memihak 61 . Selanjutnya dituangkan dalam berita acara dan hasilnya

ditetapkan dengan keputusan Panitia Pemilihan. Berikut hasil wawancara

dengan A. Muhammad Qisthim selaku Kepala bidang Pemerintahan Desa

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng dan

58
Pasal 16 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
59
Pasal 18 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
60
Pasal 20 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
61
Pasal 22 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

64
juga selaku Anggota pada Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat

Kabupaten sebagai berikut62 :

Pelaksanaan penetapan nomor urut calon Kepala Desa di


Kabupaten Soppeng dilaksanakan di kantor Desa setempat
penyelenggara Pilkades yang di laksanakan secara serentak pada
hari Jumat 2 Desember 2016 Pukul 08.30 s/d 16.00 Wita.

Selanjutnya mengenai pelaksanaan penetapan nomor urut calon di

Desa Gattareng dan Desa Gattareng Toa sebagaimana hasil wawancara

dengan Kepala Desa Gattareng saudara Rappe dan Kepala Desa

Gattareng Toa saudara Muhammad Nur sebagai berikut:

Di Desa Gattareng pengundian nomor urut calon pada saat itu


berlangsung tertib dan aman dikarenakan calon kepala hanya ada
2 calon. Hasil wawancara dengan Rappe selaku Kepala Desa
Gattareng63.

Pelaksanaan pengundian nomor urut calon di Desa Gattareng Toa


baru dimulai pada pukul 10.00 Wita dikarenakan salah satu calon
kepala desa pada waktu itu terlambat datang. Namun itu tidak
menghambat proses penetapan nomor urut calon sebagaimana
yang hasil wawancara dengan Muhammad Nur selaku Kepala Desa
Gattareng Toa64.

Hal serupa juga disampaikan oleh Tawiruddin selaku Ketua BPD

Desa Gattareng Toa yang sempat penulis wawancarai berikut hasil

wawancaranya65:

Pada saat pelaksanaan penetapan nomor urut calon kepala desa


yang dilaksanakan dikantor Desa Gattareng Toa. Salah satu calon
kepala desa pada saat itu terlambat datang. Meskipun demikian

62
Wawancara dengan A. Muhammad Qisthim selaku Kepala bidang Pemerintahan Desa Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng Senin, 19 Juni 2017 jam 15.00 Wita
63
Wawancara dengan Rappe selaku Kepala Desa Gattareng pada hari Senin, 21 Agustus 2017
pukul 09.00 Wita.
64
Wawancara dengan Muhammad Nur selaku Kepala Desa Gattareng Toa pada hari Senin, 21
Agustus 2017 pukul 10.13 Wita.
65
Wawancara dengan Tawiruddin Selaku Ketua BPD Desa Gattareng Toa pada hari Senin, 21
Agustus 2017 pukul 12.05 Wita.

65
pelaksanaan pengundian nomor urut calon berjalan aman dan
tertib.
Tabel 5

Penetapan Nomor Urut Calon Pilkades Kab. Soppeng

No. Desa Nama Calon Nomor urut

1. Goarie Guliling 1

A.Heryulis, S.Sos 2

Pammu 3

A.sillang 4

2. Tinco Mannahawu 1

Agusman, S.sos 2

3. Watu Drs. Arsyad 1

Wahyuddin 2

Asriadi 3

Juhari, SE, MM 4

4. Pattojo Herman Maulid, A.Ma 1

Muh. Hatta, S.IP, MM 2

Rusdi, SE 3

5. Lompulle Hj. A. Irmawati 1

Haeruddin 2

Amri, S.Sos 3

Sudarman 4

Darwis 5

66
6. Gattareng Rappe 1

Joni Efendi 2

7. Soga H. Budiman 1

Sunardi. H 2

8. Leworeng Kahar, SE 1

Rusdi, S.Sos 2

Nur Syamsi 3

9. Masing H. Muhammad Tang 1

Andi Junaidi 2

Herman 3

10. Tetewatu Perry Pribadi 1

Sumardin, S.pd 2

Eka Wijaya, S.kom 3

11. Pising Ramli Hari, SE 1

Drs. A. Herman 2

Hj. Sitti Salmiah, SE 3

12. Gattareng Muh. Nur 1

Toa

Irwansa, S.IP 2

13. Parenring Hasse Tangsi, SH 1

Suhardi, S.Sos 2

Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kab. Soppeng


Data Pilkades serentak tahun 2016

67
Selanjutnya setiap calon Kepala Desa wajib menyampaikan tim

kampanye kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa satu hari sebelum

kampanye dan dilaksanakan selama 3 hari sebelum dimulainya masa

tenang. Kampanye yang dimaksudkan adalah Pertemuan terbatas, tatap

muka, dialog, penyebaran bahan kampanye kepada muka umum,

pemasangan alat peraga di tempat yang sudah ditentukan oleh panitia 66.

Berikut hasil wawancara dengan A. Sillang selaku Kepala Desa Goarie 67:

Pelaksanaan pemilihan kepala desa mulai dari proses pencalonan


berjalan lancar, begitupun pada saat penetapan nomor urut calon
yang dilaksanakan di kantor Desa Goarie berlangsung tertib sesuia
dengan aturan. Pada saat masa kampanye antusias masyarakat
masih kurang, meskipun begitu semuanya berjalan sesuai dengan
aturan tanpa ada kendala dan masalah yang timbul.

Adapun tokoh masyarakat Desa Goarie yang sempat penulis temui

yakni Abu berikut hasil wawancaranya68:

Pemilihan kepala desa kemarin berbeda dengan sebelumnya karna


aturannya yang baru, tapi Alhamdulillah berjalan aman dan tertib
tidak seperti pemilihan kepala desa sebelumnya.

Selanjutnya larangan kampanye di atur dalam Pasal 31 ayat 1

Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 tahun 2016 Tentang

Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa. Pelaksanaan

kampanye di Pilkades serentak di Kabupaten Soppeng. Berdasarkan hasil

wawancara dengan A. Muhammad Qisthim selaku Kepala bidang

Pemerintahan Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

66
Pasal 30 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
67
Wawancara dengan A. Sillang selaku Kepala Desa Goarie pada hari Jumat, 16 Juni 2017 pukul
19.00 Wita
68
Wawancara dengan Abu selaku Tokoh Masyarakat Desa Goarie pada hari Jumat, 18 Agustus
pukul 15.00 Wita

68
Kabupaten Soppeng dan juga selaku Anggota pada Panitia Pemilihan

Kepala Desa tingkat Kabupaten sebagai berikut 69:

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak baru pertama


dilaksanakan, berbeda dengan pemilihan yang lain yang pernah
terlaksana sebelumnya. Antusias masyarakat masih kurang dalam
pelaksanaan kampanye. Sehinga Kampanye Pemilihan Kepala
Desa di Kabupaten Soppeng berjalan aman,tertib dan sesuai
dengan aturan.

Masa tenang yang diatur dalam Pasal 32 Peraturan Daerah

Kabupaten Soppeng Nomor 4 tahun 2016 Tentang Pemilihan,

Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa.

Hak memilih sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 24

Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 tahun 2016 Tentang

Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa adalah

sebagai berikut70:

a. Warga negara Republik Indonesia;

b. Penduduk Desa dan berdomisili di Desa yang bersangkutan sekurang-

kurangnya 6 (enam) bulan sebelum disahkannya daftar pemilih

sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau surat

keterangan penduduk dan Kartu Keluarga;

c. Pada hari pemungutan suara, sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun

atau sudah/pernah menikah;

d. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan

yang berkuatan hukum tetap;


69
Wawancara dengan A. Muhammad Qisthim selaku Kepala bidang Pemerintahan Desa Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng Senin, 19 Juni 2017 jam 15.00 Wita
70
Pasal 24 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

69
e. Tidak sedang terganggu jiwa dan ingatannya ; dan

f. Terdaftar sebagai pemilih.

Pendaftaran pemilih dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan dengan

mendatangi rumah penduduk dengan mengelompokkan pemilih

berdasarkan RT, RW dan Dusun tempat tinggal pemilih. Selanjutnya

pemilih yang sudah terdaftar dimutakhirkan dan divalidasi oleh Panitia

Pemilihan sesuai data penduduk di Desa71. Dimutakhirkan yang dimaksud

adalah72 :

a. Memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai pada waktu pelaksanaan

pemungutan suara sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun;

b. Belum berumur 17 (tujuh belas) tahun, tetapi sudah/pernah menikah;

c. Telah meninggal dunia;

d. Pindah domisili ke Desa lain;

e. Belum terdaftar sebagai penduduk pada Desa yang bersangkutan.

Selanjutnya nama pemilih disusun berdasarkan abjad masing-

masing Dusun dan ditetapkan sebagai DPS kemudian diumumkan paling

lama 3 hari setelah penetapannya di tempelkan pada tempat terbuka agar

mudah dilihat dan dibaca oleh masyarakat. Selanjutnya pemilih yang

belum terdaftar dalam DPS segera melapor kepada Panitia Pemilihan

Kepala Desa atau Kepala Dusun/RT/RW. Pemilih tambahan yang sudah

ditetapkan beserta DPS ditetapkan menjadi DPT dan diumumkan. Panitia

71
Pasal 25 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
72
Pasal 25 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

70
Pemilihan memberikan surat panggilan kepada pemilih yang terdaftar

dalam DPT dengan tanda terima paling lambat 1 hari sebelum

pemilihan 73. Berikut data pemilih Pilkades di Kabupaten Soppeng tahun

201674 :

Tabel 6

Jumlah Pemilih Pemilihan Kepala Desa Kabupaten Soppeng

No. Kecamatan Desa Jumlah Pemilih

1. Marioriwawo Desa Goarie 4338

Desa Gattareng Toa 1774

Desa Gattareng 2191

Desa Soga 1370

Desa Watu 2988

2. Citta Desa Tinco 1177

3. Lilirilau Desa Tetewatu 1136

Desa Masing 1656

Desa Parenring 77

4. Liliriaja Dessa Pattojo 1988

5. Ganra Desa Lompulle 2239

6. Donri-Donri Desa Pising 73

Desa Leworeng 73

73
Pasal 28 Ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
74
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng

71
Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten

Soppeng

Selanjutnya mengenai penetapan DPT penetapan pemilih

pemilihan Kepala Desa Secara serentak. Data yang sebelumnya ada

kembali diperiksa dan disesuaikan dengan data masyarakat menjelang

pemilihan Kepala Desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan A.

Muhammad Qisthim sebagai berikut:75

Data yang ada sebelumnya pada saat pelaksanaan pemilihan


Kepala Daerah mengenai DPT harus diperiksa ulang dan
disesuaikan dengan data masyarakat sekarang.

3. Tahap Pemungutan Suara

Berdasarkan Peraturan Daerah Pasal 33 Nomor 4 Tahun 2016

Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa,

pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa ditentukan oleh Bupati. Waktu

pemungutan suara dimulai pada pukul 07.00 Wita sampai dengan pukul

13.00 Wita dilaksanakan di TPS yang ditentukan dan dipersiapkan oleh

Panitia Pemilihan. Berdasarkan hasil wawancara dengan A. Muhammad

Qisthim sebagai berikut76 :

Pelaksanaan Pemungutan Suara berjalan sesuai dengan waktu


yang telah ditentukan yakni dimulai pada pukul 07.00 dan ditutup
pukul 13.00 walau demikian masih banyak pemilih yang tidak
datang memberikan suaranya dalam pemungutan suara.

75
Wawancara dengan A. Muhammad Qisthim selaku Kepala bidang Pemerintahan Desa Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng Senin, 19 Juni 2017 jam 15.00 Wita
76
Wawancara dengan Bapak A. Muhammad Qisthim selaku Kepala bidang Pemerintahan Desa
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng pada hari Senin, 19 Juni 2017
pukul 15.00 Wita

72
Demikian pula yang disampaikan oleh Kepala Bagian Hukum dan

Perundang-Undangan Sekretariat Kabupaten Soppeng A. Bakri Alam juga

selaku Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Kabupaten sebagai

berikut 77:

Bahwa Pemungutan Suara berjalan dengan sesuai dengan waktu


yang telah ditentukan dikarenakan antusias masyarakat yang tinggi
akan tetapi masih banyak pemilih yang terdaftar sebagai pemilih
tetap tidak memberikan suaranya.

Hal serupa juga disampaikan oleh A. Sillang selaku Kepala Desa

Goarie berikut hasil wawancaranya78:

Di Desa Goarie dengan jumlah pemilih yang tersebar di 7 Dusun


dengan jumlah TPS disesuaikan dengan jumlah Dusun akan tetapi
masih banyak yang tidak menggunakan hak pilihnya.

TPS berada pada setiap Dusun atau lebih dari 1 TPS pada

gabungan beberapa Dusun dengan menempatkannya pada lokasi yang

mudah dijangkau 79 . Adapaun jumlah TPS pada pelaksanaan Pemilihan

Kepala Desa Secara Serentak yang dilaksanakan pada tanggal 13

Desember 2016 sebagai berikut:

Tabel 7

Jumlah TPS Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak

No. Kecamatan Desa Jumlah TPS

1. Marioriwawo Desa Goarie 7

77
Wawancara dengan Bapak A. Bakri Alam selaku Kepala Bagian Hukum dan Perundang-
Undangan Sekretariat Kabupaten Soppeng pada hari Rabu, 21 Juni Pukul 11.00 Wita
78
Wawancara dengan A. Sillang selaku Kepala Desa Goarie pada hari Jumat, 16 Juni 2017 pukul
19.00 Wita
79
Pasal 33 Ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

73
Desa Gattareng Toa 3

Desa Gattareng 3

Desa Soga 3

Desa Watu 4

2. Citta Desa Tinco 2

3. Lilirilau Desa Tetewatu 2

Desa Masing 3

Desa Parenring -

4. Liliriaja Dessa Pattojo 3

5. Ganra Desa Lompulle 3

6. Donri-Donri Desa Pising -

Desa Leworeng -

Jumlah 33

Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten

Soppeng

Berdasarkan hasil wawancara dengan A. Muhammad Qisthim

sebagai berikut:80

Dari jumlah TPS yang ada pada setiap Desa yang jumlahnya
bervariasi disesuaikan dengan jumlah Dusun ataupun jumlah
warga/DPT yang ada. Misalkan di Desa Goarie dengan Jumlah 7
TPS dikarenakan terdapat 7 dusun dan banyaknya jumlah DPT
disetiap Dusun.

Berikut hasil wawancara dengan Juhari selaku Kepala Desa


Watu81:

80
Wawancara dengan A. Muhammad Qisthim selaku Kepala bidang Pemerintahan Desa Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng Senin, 19 Juni 2017 jam 15.00 Wita

74
Masih banyak warga masyarakat yang tidak datang memberikan
suaranya pada hari pemilihan, dikarenakan sebagian warga
masyarakat banyak bermata pencaharian di luar kota, menempuh
pendidikan di luar kota dan tidak datang pada saat pemilihan.

Panitia Pemilihan bersama-sama dengan Panitia Pemilihan

Kabupaten memfasilitasi penyedian peralatan pemungutan suara dan

kelengkapan peralatan dan peralatan yang dimaksud sudah berada di

tempat pemilihan sebelum pemungutan suara dilaksanakan82. Pada saat

pemungutan suara dilaksanakan, setiap calon berhak berada di tempat

yang disediakan oleh Panitia Pemilihan. Ketika calon tidak hadir

digantikan dengan menempelkan foto dan nomor urut pada kursi yang

telah disediakan83. Setiap calon menugaskan 1 orang saksi dengan surat

mandat untuk menghadiri dan menyaksikan jalannya pemungutan suara.

Surat mandat tersebut harus diserahkan sebelum pemungutan suara

dimulai. Saksi juga berhak untuk mengajukan pertanyaan, keberatan,

penolakan dan persetujuan dalam hal mewakili calon berkaitan dengan

pelaksanaan pemungutan suara84.

Selanjutnya Panitia Pemilihan sebelum dilakukannya pemungutan

suara harus memanggil saksi dan mempersilahkan saksi menempati

tempat yang telah disediakan oleh petugas TPS, membuka dan

81
Wawancara dengan Juhari selaku Kepala Desa Watu pada hari senin, 21 Agustus 2017 pukul
13.00 Wita.
82
Pasal 34 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
83
Pasal 35 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
84
Pasal 36 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

75
mengeluarkan seluruh isi kotak suara, mengidentifikasi jenis dan

menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan pemungutan

suara, memberikan penjelasan mengenai tata cara pemungutan suara

dan menunjukan kotak suara sebagai tempat penyimpanan surat suara

yang telah dicoblos. Kotak suara yang telah dibuka tadi kembali ditutup,

dikunci dan di segel dengan kertas yang telah dibubuhi cap stempel

Panitia Pemilihan dalam keadaan kosong setelah meyakinkan calon/saksi,

pemilih, BPD, pengawas dan warga masyarakat. Kegiatan Panitia

Pemilihan/Petugas TPS dibuatkan berita acara yang ditanda tanganioleh

Ketua Panitia atau Petugas TPS atau yang mewakili bersama dengan

sekurang-kurangnya 2 orang anggota Panitia Pemilihan/Petugas TPS

serta dapat ditanda tangani oleh saksi dari calon. Selama pelaksanaan

pemungutan suara berlangsung ,anak kunci kotak suara dipegang oleh

Ketua Panitia Pemilihan/ketua TPS atau yang mewakili 85 . Pemilih atau

DPT yang hadir ditempat pemilihan kemudian diberikan selembar surat

suara oleh Panitia Pemilihan/Petugas TPS melalui pemanggilan

berdasarkan urutan daftar hadir. Pemilih sebelum mencoblos terlebih

dahulu memeriksa atau meneliti surat suara agar surat suara yang akan

dicoblos tidak cacat atau rusak, apabila cacat atau rusak Panitia

Pemilihan/Petugas TPS mengganti dengan surat suara yang baru.

Selanjutnya pemilih memberikan suara dengan cara mencoblos nama/foto

atau ruang dalam kotak calon yang terdapat dalam surat suara

85
Pasal 37 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

76
menggunakan alat yang telah disediakan oleh Panitia Pemilihan atau

Petugas TPS didalam bilik suara. Jika terjadi kekeliruan dalam proses

pencoblosan pemilih dapat meminta pergantian surat suara kepada

Panitia Pemilihan/Petugas TPS, pergantian surat suara yang dimksud

hanya 1 kali. Surat suara yang telah dicoblos kemudian dimasukkan

kedalam kotak suara dalam keadaan terlipat86.

Pemilih tidak dapat diwakili atau dibantu untuk mencobls surat

suara kecuali bagi pemilih yang mengalami cacat fisik (Tunanetra,

tunadaksa atau mempunyai halangan fisik lain) dapat dibantu oleh Panitia

Pemilihan/Petugas TPS atau orang lain atas permintaan pemilih yang

bersangkutan dan wajib merahasiakan pilihan pemilih yang bersangkutan.

Pemilih yang menjalani rawat inap atau sejenisnya, yang sedang

menjalani hukuman penjara , pemilih yang tidak mempunyai tempat

tinggal tetap memberikan suara pada TPS khusus berdasarkan

kesepakatan Panitia Pemilihan/Petugas TPS dan seluruh saksi atau

calon. Setelah berakhirnya waktu pemungutan yakni pukul 13.00 Wita

maka perhitungan suara dilakukan, dilaksanakan oleh Panitia

Pemilihan/Petugas TPS dengan terlebih dahulu mehitung jumlah pemilih

yang memberikan suara berdasarkan DPT, menghitung jumlah surat

suara yang tidak terpakai dan menghitung jumlah surat suara yang

dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos jika ada.

Selanjutnya Panitia Pemilihan/Petugas TPS memeriksa keadaan kotak

86
Pasal 38 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

77
suara, membuka kotak suara dan memulai perhitungan surat suara.

Setiap lembar surat suara dari dalam kotak suara diperlihatkan kepada

saksi dan diteliti satu demi satu untuk mengetahui kondisi surat suara,

menyebutkan nomor urut yang tercoblos dalam surat suara dan

mencatatnya dipapan tulis yang dillihat oleh saksi masing-masing calon

dan surat suara yang telah dihitung dimasukkan kedalam kotak suara.

Perhitungan surat suara harus selesai di TPS pada hari pelaksanaan

pemungutan suara dengan disaksikan oleh saksi calon, BPD pengawas

dan warga masyarakat87.

Surat suara dianggap sah apabila88 :

a. Menggunakan surat suara yang telah ditetapkan;

b. Surat suara ditandatangani oleh Ketua Panitia Pemilihan atau ketua

TPS;

c. Tidak terdapat tambahan tulisan atau tanda-tanda lain selain yang telah

ditetapkan;

d. Tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang

memuat satu calon;

e. Tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak atau garis segi empat

yang memuat nomor, foto dan nama calon yang telah ditentukan;

f. Tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kotak

segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon;

87
Pasal 40 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
88
Pasal 41 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

78
g. Tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang

memuat nomor, foto, dan nama calon;

h. Surat suara tidak rusak dan/atau tidak berubah bentuk; dan

i. Menggunakan alat pencoblos yang disiapkan Panitia

Pemilihan/Petugas TPS.

Dalam hal perbedaan pendapat mengenai sah atau tidaknya

coblosan surat suara, Panitia Pemilihan/Petugas TPS wajib memberikan

keputusan berdasarkan musyawarah mufakat dengan saksi-saksi calon

dan keputusan tersebut dituangkan kedalam berita acara pemilihan

calon 89 . Setelah perhitungan suara selesai, Panitia Pemilihan /Petugas

TPS membuat berita acara perhitungan surat suara yang ditanda tangani

oleh ketua dan sekurang-kurangnya 2 orang anggota Panitia Pemilihan

/Petugas TPS serta dapat ditanda tangani oleh saksi atau calon. Berita

acara tersebut kemudian di berikan kepada masing-masing saksi calon

atau calon yang hadir sebanyak 1 eksemplar. 1 eksemplar disimpan

dalam kotak bersama dengan surat suara , dokumen administarsi dan

peralatan pemungutan suara yang pada bagian luar kotak suara di temple

label atau segel. 1 eksemplar ditempel pada tempat umum. Panitia

pemilihan selanjutnya menyerahkan berita acara tersebut beserta alat

kelengkapan administrasi dan alat perlengkapan pemungutan suara

89
Pasal 41 Ayat (1), (2) Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

79
kepada BPD dan di simpan di Kantor Desa atau tempat lain yang terjamin

keamanannya90.

Dari 13 Desa peserta Pemilihan Kepala Desa Serentak terdapat 3


Desa PAW yakni, Desa Leworeng, Desa Pising dan Desa
Parenring. Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu (PAW) melalui
musyawarah Desa di atur didalam Pasal 58 Peraturaran Daerah
Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa. Berdasarkan hasil
wawancara dengan A. Muhammad Qisthim91

Musyawarah Desa yang diselenggarakan khusus untuk

pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa antarwaktu dilaksanakan paling lama

dalam jangka waktu 6 bulan terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan92.

Berikut mekanisme PAW sebagaimana yang dimkasud pada Pasal 58

Ayat 1 Peraturaran Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016

tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

sebagai berikut :

a. Kegiatan yang dilakukan sebelum penyelenggaraan musyawarah Desa

adalah :

1. Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa antarwaktu oleh Badan

Permusyawaratan Desa paling lama dalam jangka waktu 15 (lima

belas) hari terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan;

2. Pengajuan biaya pemilihan Kepala Desa antarwaktu dengan beban

APD Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa antarwaktu kepada

90
Pasal 42 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
91
Wawancara dengan A. Muhammad Qisthim selaku Kepala bidang Pemerintahan Desa Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Soppeng Senin, 19 Juni 2017 jam 15.00 Wita
92
Pasal 58 Ayat ( 1) Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

80
Penjabat Kepala Desa paling lambat dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak Panitia Pemilihan Kepala Desa antarwaktu

terbentuk;

3. Pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh Penjabat Kepala Desa

paling lama dalam jangka waktu (tiga puluh) hari terhitung sejak

diajukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa antarwaktu;

4. Pengumuman dan pendaftaran bakal calon Kepala Desa antarwaktu

oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa antarwaktu dalam jangka waktu

15 (lima belas) hari;

5. Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon Kepala

Desa antarwaktu oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa antarwaktu

dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari; dan

6. Penetapan calon Kepala Desa antarwaktu oleh Panitia Pemilihan

Kepala Desa antarwaktu paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling

banyak 3 (tiga) orang calon yang dimintakan pengesahan

musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai calon Kepala Desa

antarwaktu yang berhak dipilih dalam musyawarah Desa.

b. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyelenggarakan musyawarah

Desa yang meliputi kegiatan :

1. Penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh Ketua Badan

Permusyawaratan Desa yang teknis pelaksanaan pemilihannya

dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa antarwaktu;

81
2. Pengesahan calon Kepala Desa antarwaktu yang berhak dipilih oleh

musyawarah Desa melalui musyawarah mufakat atau melalui

pemungutan suara;

3. Pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa antarwaktu oleh Panitia

Pemilihan Kepala Desa antarwaktu melalui mekanisme musyawarah

mufakat atau melalui pemungutan suara yang telah disepakati oleh

musyawarah Desa;

4. Pelaporan hasil pemilihan calon Kepala Desa antarwaktu oleh Panitia

Pemilihan Kepala Desa antarwaktu kepada musyawarah Desa;

5. Pengesahan calon Kepala Desa antarwaktu terpilih oleh musyawarah

Desa;

6. Pelaporan hasil pemilihan Kepala Desa melalui musyawarah Desa

kepada Badan Permusyawaratan Desa dalam jangka waktu 7 (tujuh)

hari setelah musyawarah Desa mengesahkan calon Kepala Desa

terpilih;

7. Pelaporan Calon Kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa oleh

Ketua Badan Permusyawaratan Desa kepada Bupati paling lambat 7

(tujuh) hari setelah menerima laporan dari Panitia Pemilihan Kepala

Desa antarwaktu;

8. Penerbitan Keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan

calon Kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak

diterimanya laporan Badan Permusyawaratan Desa; dan

82
9. Pelantikan Kepala Desa oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk

paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan keputusan

pengesahan pengangkatan calon Kepala Desa terpilih dengan

urutan acara pelantikan sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai PAW diatur dalam Peraturan

Bupati Nomor 34 Tahun 2016 Pasal 64 tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor Tahun 2016 tentang

Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa.

Di Kabupaten Sopeng ada 3 Desa pemilihan Kepala Desa PAW

yakni Desa Leworeng, Desa Pising dan Desa Parenring. Berikut hasil

wawancara dengan Sukardi selaku ketua BPD Desa Leworeng terkait

Pelaksanaan PAW93:

Pelaksanaan PAW di Desa Leworeng kemarin berjalan aman dan


lancar mulai dari tahapan persiapan sampai pada tahapan
pemilihan dan pelantikan. Pada saat pemilihan PAW terdapat 73
DPT dan hanya 1 yang tidak menggunakan hak pilihnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh A. Mahmud Ismail selaku Tokoh

Masyarakat Desa Leworeng94:

Pelaksanaan PAW tidak ada kendala sama sekali, semuanya


lancar dan berjalan sesuai aturan yang ada. Partsipasi warga
masyarakat yang terdaftar DPT hampir semuanya memberikan
suaranya.

93
Wawancara dengan Sukardi selaku Ketua BPD Desa Leworeng pada hari Selasa, 22 Agustus
2017 Pukul 10.05 Wita.
94
Wawancara dengan A. Mahmud Ismail selaku Tokoh Masyarakat Desa Leworeng pada hari
Selasa, 22 Agustus 2017 Pukul 11.17 Wita.

83
4. Tahap Penetapan

Penetapan calon terpilih 95:

(1) Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah

suara sah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai calon Kepala

Desa terpilih.

(2) Dalam hal jumlah calon Kepala Desa terpilih yang memperoleh suara

terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) calon pada Desa dengan TPS

lebih dari 1 (satu), calon terpilih ditetapkan berdasarkan suara

terbanyak pada TPS dengan jumlah pemilih terbanyak.

(3) Dalam hal jumlah calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak

yang sama lebih dari 1 (satu) calon pada Desa dengan TPS hanya 1

(satu), calon terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah tempat tinggal

dengan jumlah pemilih terbesar.

(4) Dalam hal jumlah calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak

yang sama sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),

maka calon terpilih yang ditetapkan adalah calon yang memiliki

pengalaman bekerja paling lama di lembaga pemerintahan, tingkat

pendidikan paling tinggi, dan usia paling muda. Ketentuan lebih lanjut

mengenai penetapan calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) diatur dalam Peraturan Bupati.

Panitia Pemilihan menyampaikan laporan hasil pemilihan kepada

BPD dengan tembusan kepada Camat paling lama 7 hari setelah

95
Pasal 43 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

84
pemungutan suara. Selanjutnya BPD menyamapaikan laporan hasil

pemilihan kepada Bupati melalui camat paling lama 7 hari setelah

menerima penyampaian dari Panitia Pemilihan. Laporan BPD tersebut

sekaligus sebagai permohonan pengesahan dan pengangkatan calon


96
terpilih menjadi Kepala Desa kepada Bupati . Pengesahan dan

pengangkatan ditetapkan dengan keputusan Bupati, di tetapkan paling

lama 30 hari sejak diterimanya laporan dari BPD97.

Kepala Desa dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk

oleh Bupati atau pejabat lain paling 30 hari setelah ditetapkan dengan

keputusan Bupati98. Pelantikan dapat dilaksanakan secara serentak pada

1 tempat atau dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan masyarkat

setempat sesuai dengan sosial budaya. Apabila pelaksanaan pelantikan

calon terpilih jatuh pada hari libur maka pelantikan dilaksanakan pada hari

kerja berikut atau sehari sebelum hari libur 99.

Susunan Acara Pelantikan Kepala Desa Kabupaten Soppeng sebagai

berikut100:

1. Pembacaan Keputusan Bupati tentang Pengesahan Pengangkatan

Kepala Desa

96
Pasal 44 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
97
Pasal 45 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
98
Pasal 46 Ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
99
Pasal 47 Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
100
Pasal 46 Ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

85
2. Pengambilan Sumpah / Janji Jabatan oleh Bupati atau Pejabat yang

ditunjuk.

3. Penandatanganan berita acara pengambilan sumpah/janji.

4. Kata pelantikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

5. Penyematan tanda jabatan oleh Bupati atau pejabat lain yang ditujuk.

6. Penandatanganan berita acara serah terima jabatan dan penyerahan

memori serah terima jabatan,

7. Pembacaan amanat/sambutan Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk.

8. Pembacaan Doa.

Susunan kata-kata sumpah/janji Kepala Desa sebagaimana yang

dimaksud adalah sebagai berikut101:

“Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi

kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-

jujurnya, dan seadil-adilnya;bahwa saya akan selalu taat dalam

mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara;

dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta

melaksanakan segala peraturan perundang – undangan dengan selurus –

lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia”.

101
Pasal 46 Ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

86
Selanjutnya Pelantikan Desa terpilih sebagaimana hasil wawancara

dengan Sekretaris Dinas Pemerintahan Desa A. Zulfan dan juga selaku

Wakil Ketua Tim Pengawas Pemilihan Kepala Desa sebagai berikut 102:

Pelantikan Kepala Desa terpilih di Kabupaten Soppeng


dilaksanakan secara bertahap dikarenakan masa akhir jabatan
Kepala Desa beberapa Desa peserta Pilkades Serentak berbeda.
Dari 13 Desa peserta Pilkades 10 Kepala Desa terpilih dilantik
pada hari sabtu, 31 Desember 2016 di Lamung latue Kabupaten
Soppeng. Selanjutnya 3 Kepala Desa teripilih dari 3 Desa yaitu,
Desa Gattareng, Desa Soga dan Desa Masing baru dilantik pada
bulan April tahun 2017 dikarenakan masa jabatannya Kepala Desa
sebelumnya belum berakhir. Pelantikan tersebut dilaksanakan
dikantor Desa masing-masing.

Berikut hasil wawancara dengan H. Budirman Aziz selaku Kepala

Desa Soga103:

Pelantikan dilaksanakan dikantor Desa Soga pada hari Kamis, 27


April 2017 dilantik langsung oleh Bupati Kabupaten Soppeng dan
disaksikan oleh warga masyarakat Desa Soga ungkapnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Desa Gattareng saudara

Rappe sebagai berikut104:

Saya selaku Kepala Desa terpilih baru dilantik pada bulan April
2017 berbeda dengan Kepala Desa terpilih lainnya yang dilantik
pada akhir bulan Desember tahun 2016 sehubungan juga masa
jabatan Kepala Desa periode sebelumnya baru berakhir.

102
Wawancara dengan A. Zulfan selaku Wakil Ketua Tim Pengawas Pemilihan Kepala Desa
Kabupaten Soppeg pada hari Senin, 19 Juni 2017 Pukul 14.10 Wita
103
Wawancara dengan H. Budirman Aziz selaku Kepala Desa Soga pada hari Rabu, 16 Agustus
2017 Pukul 09.38 Wita
104
Wawancara dengan Rappe selaku Kepala Desa Gattareng pada hari Senin, 21 Agustus 2017
Pukul 09.00 Wita

87
C. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa

Secara Serentak di Kabupaten Soppeng

Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak yang dilaksanakan

pemerintah daerah Kabupaten Soppeng sesuai amanat yang terkandung

dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, maka

dituangkanlah dalam bentuk perda yang menjadi landasan hukum

pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak di Kabupaten

Soppeng yakni, Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 Tentang

Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa. Namun tidak

tuntasnya pengaturan tentang Pemilihan Kepala Desa dalam peraturan

daerah, maka diatur lagi dalam bentuk Peraturan Bupati yakni Peraturan

Bupati Soppeng Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang

Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa.

Dari pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak di

Kabupaten Soppeng yang dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2016

sudah dapat dikatakan berjalan sesuai dengan aturan. Meskipun demikian

masih ada hal yang perlu dibenahi sehingga pelaksanaan Pemilihan

Kepala desa Secara Serentak pada gelombang selanjutnya dapat berjalan

tanpa adanya hambatan. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor

penghambat sebagai berikut :

1. Letak TPS yang tidak strategis

88
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak memang baru

pertama kali dilaksanakan di Kabupaten Soppeng. Sehingga Pada

pelaksanaan pemilihan masih mengacu pada pemilihan yang pernah

terjadi sebelumnya misalnya saja penempatan letak TPS. Penempatan

TPS yang tidak strategis ini berdampak pada proses pelaksanaan

pemilihan Kepala Desa.

TPS yang tidak berada pada tempat yang mudah di jangkau


masyarakat berdampak terlambatnya warga yang terdaftar sebagai
DPT untuk datang memberikan suaranya pada hari pemilihan. Ini
terjadi di sebagian besar TPS di Desa penyelenggara Pemilihan
Kepala Desa. Berdasarkan Hasil wawancara dengan Sekretaris
Dinas Pemerintahan Desa Kabupaten Soppeng A. Zulfan selaku
Wakil ketua Tim Pengawas Pemilihan Kepala Desa Kabupaten
Soppeng105.

Hal serupa juga disampaikan oleh salah satu Panitia Pemilihan

Kepala Desa Goarie saudari Herlina sebagai berikut106 :

Pemilihan letak TPS mengacu pada pelaksanaan pemilihan yang


pernah terjadi sebelumnya namun bedahnya jumlah TPS dikurangi
dari Pemilihan sebelumnya yakni jumlah TPS pada Dusun
sebelumnya berjumlah 2 TPS tetapi pada saat pelaksanaan
Pemilihan Kepala Desa jumlah TPS hanya 1 seperti di Dusun
Bunne dan Dusun Libureng.

2. Kurangnya Sosialisasi terkait Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa

Serentak.

Dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa, masih ada masyarakat

yang telah memenuhi persyaratan menjadi pemilih dan terdaftar sebagai

pemilih namun tidak menggunakan hak pilihnya dalam pelaksanaan


105
Wawancara dengan A. Zulfan selaku Wakil ketua Tim Pengawas Pemilihan Kepala Desa
Kabupaten Soppeng pada hari Senin, 19 Juni 2017 pukul 14.00 Wita
106
Wawancara dengan Herlina selaku Panitia Pemilihan Kepala Desa Goarie pada hari Rabu, 21
Juni 2017 pukul 10.00 Wita

89
pemilihan kepala desa secara serentak di Kabupaten Soppeng. Hal itu di

karenakan kurangnya sosialisasi terkait pelaksanaan pilkades ataupun

pemberitahuan kepada warga masyarakat, terutama warga masyarakat

yang bertempat tinggal atau bermata pencaharian di luar daerah. Dari 10

Desa peserta Pemilihan Kepala Desa dengan mekanisme Pemilihan

langsung dan 3 Desa dengan Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu di

Kabupaten Soppeng terdapat 5 Desa lebih dari 30 % bahkan ada yang

sampai 44 % DPT tidak menggunakan hak pilihnya yakni Desa Goarie,

Desa Watu, Desa Soga, Desa Gattareng dan Desa Gattareng Toa. Berikut

uraian data DPT Pemilihan Kepala Desa Kabupaten Soppeng tahun 2016:

Tabel 8

Jumlah DPT Pemilihan Kepala Desa Kabupaten Soppeng 2016

No Desa Jumlah DPT yang DPT yang Presentase


DPT memilih tidak
memilih
1. Goarie 4338 2972 1366 31,5 %

2. Tinco 1177 930 247 26,6 %

3. Watu 2988 1925 1063 35,6 %

4. Pattojo 1988 1563 425 21,4 %

5. Lompulle 2239 1892 347 15,5 %

6. Gattareng 2191 1225 966 44 %

7. Soga 1370 856 514 37,5 %

8. Masing 1656 1305 351 21,2 %

9. Tetewatu 1136 946 190 16,7 %

90
10. Gattareng 1744 1142 602 34,5 %

Toa

Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten

Soppeng Tahun 2017

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap

beberapa pihak terkait. Masih banyak warga masyarakat yang tidak

menggunakan hak pilihnya dikarenakan sebagian warga masyarakat

bermata pencaharian diluar daerah, sedang menempuh pendidikan diluar

daerah dan tidak datang pada saat pemilihan kepala desa untuk

memberikan suaranya.

91
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka

berikut dibawah ini kesimpulan dari permasalahan yang diangkat oleh

penulis, yakni:

1. Mekanisme Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak di Kabupaten

Soppeng dari Tahapan Persiapan, Tahapan Pencalonan, Tahapan

Pemungutan Suara dan Tahapan Penetapan. Pada tahapan persiapan

yakni pemberitahuan BPD kepada Kepala Desa terkait berkahirnya

masa jabatan Kepala Desa, pembetukan Panitia Pemilihan Kabupaten

oleh Bupati dan pembetukan Panitia Pemilihan oleh BPD. Tahapan

Pencalonan, Panitia telah menjalankan tugas dan wewenangnya yakni

melakukan penjaringan, verifikasi berkas kepada calon kepala desa.

Tahapan Pemungutan Suara yang dilaksanakan berjalan dengan aman

dan lancar meskipun partisipasi masyarakat masih kurang dalam

memilih pemimpin desa. Sementara pada Tahapan Penetapan, Kepala

Desa terpilih selanjutnya dilantik oleh Bupati Kabupaten Soppeng.

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak di Kabupaten

Soppeng dari Tahap Persiapan, Pencalonan, Pemungutan Suara, dan

Penetapan telah berjalan dengan aman, tertib dan sesuai dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang

Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa.

92
2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara

Serentak ini adalah letak TPS yang tidak strategis sedangkan banyak

warga yang bertempat tinggal jauh dari tempat pemungutan suara atau

TPS dan masih banyaknya warga masyarakat yang terdaftar sebagai

DPT namun tidak memberikan suaranya pada saat Pemilihan Kepala

Desa di karenakan kurangnya sosialisasi terkait pelaksanaan Pemilihan

Kepala Desa Secara Serentak ini.

B. SARAN

1. Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng perlu

mengevaluasi kembali pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak

agar kedepannya pelaksanaan pemilihan kepala desa yang akan

dilaksanakan menjadi lebih baik lagi. Terkhusus dalam hal pemilihan

tempat pemungutan suara (TPS).

2. Kurangnya partisipasi warga masyarakat dan kurangnya kesadaran

warga masyarakat dalam memanfaatkan hak suaranya seyogyanya

menjadi perhatian serius oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng

sehingga Pemerintah Kabupaten Soppeng atau pihak terkait perlu

melakukan penyuluhan atau sosialisasi mengenai pemilihan Kepala

Desa dan pentingnya hak suara masyarakat dalam pemilihan kepala

desa.

93
DAFTAR PUSTAKA

C.S.T. Kansil, & Christine S.T. Kansil. 2008. Pemerintahan Daerah di


Indonesia, Sinar Grafika: Jakarta.
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah. 2008. Strategi
Pencegahan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, Refika
Editama: Bandung
Juliantara, Dadang . 2003. Pembahuruan Desa, Bertumpu Pada Angka
Terbawah. Lappera Pustaka Utama: Yogyakarta

Jimly Asshiddiqie. 2015. Konstitusi Bernegara, Setara Press: Malang.

Josef Mario. 2016. Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Yustisia:


Yogyakarta.

Kartohadikoesoemo, 1984. Desa. PN Balai Sartika: Jakarta

Kuntana Magnar. 1984. Pokok-Pokok Pemerintah Daerah Otonom dan


Wilayah Administratip, CV. Armico: Bandung.

Moh. Mahfud MD. 2014. Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pres:

Jakarta.

Ni‟matul Huda. 2015. Hukum Pemerintahan Desa, Setara Press: Malang.

Soerjono Soekanto. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan


Hukum, PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta

Sirajuddin, Anis Ibrahim, Shinta Hadiyantina, Catur Wido Haruni. 2016.


Hukum Administrasi Pemerintahan Daerah, Setara Press: Malang.

Suhartono. 2001. Politik Loca, Parlemen Desa Awal Kemerdekaan


Sampai Jaman Otonomi Daerah, Lapera: Yogyakarta

Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo


Persada: Jakarta.

Y Zakaria.2005.Pemulihan Kehidupan Desa dan UU No 22 Tahun 1999,


Dalam Desentralisasi, Globalisasi, dan Demokrasi Lokal, LP3S:
Jakarta.

1
Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Undang – undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang

Desa

Permendagri Nomor 112 tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa

Permendagri Nomor 44 tahun 2016 Tentang Kewenangan Desa

Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 Tentang

Pemilihan, Pengangkatan dan Peberhentian Kepala Desa

Peraturan Bupati Nomor 34 Tahun 2016 tentang Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 4 Tahun 2016 tentang

Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

Internet :

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Soppeng#Geografis

https://soppengkab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/12

Anda mungkin juga menyukai