OLEH:
ANDI PRATIWI YASNI PUTRI
B111 13 550
SKRIPSI
pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Marwati Riza, S.H.,M.Si. Dr. Zulkifli Aspan, S.H., M.H.
NIP. 19640824 199103 2 002 NIP. 19680711 200312 1 004
An. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Pengembangan,
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
di bidang Pendidikan
Pembimbing I Pembimbing II
iii
: Andi Pratiwi Yasni Putri
: B 111 13 550
: Ilmu Hukum
: Hukum Tata Negara
: Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren Antara Pemerintah
Provinsi Dan Pemerintahan Kabupaten/Kota di bidang Pendidikan
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Shalawat dan Salam
penyelesaian skripsi ini. Khususnya kepada Ibunda tercinta, Hj. Andi Asni,
kepada penulis dan dukungan dalam segala hal. Terimakasih atas kasih
kepercayaan, dan segala hal yang telah Ibunda dan Ayahanda berikan, yang
lupa penulis haturkan untuk nenek tercinta Hj. Rohani Sanusi dan kakek
Malik Yasni Putra dan Andi Tania Yasni Aldini. Terimakasih atas
tingginya kepada Ibu Prof. Dr. Marwati Riza, S.H., M.Si. dan Bapak Dr.
vii
dan dengan tulus memberikan arahan, bimbingan, bantuan, dan
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. selaku Rektor
Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan
skripsi ini.
5. Ibu Prof Dr. Marwati Riza, S.H ,M.Si. selaku Ketua Departemen
Universitas Hasanuddin.
viii
6. Bapak Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H. selaku Penasehat
Akademik.
ix
12.Sahabat-sahabatku Cws Khadija Fadillah, Andi Resky Noviana,
Andi Kumala Yusri , Anisa Indah Lestari dan Aulia Indah Sari
Agustiasari,A.Riska,Rahma,Yeyen,Fenny,Riska,Fitri,Andy,Ruri
dan semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang
Posko Induk.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis dengan ikhlas akan menerima segala masukan dan
skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan data terkait isi
dari skripsi ini, dan dapat memberikan masukan kepada pihak terkait
x
didalam isi skripsi ini yang mendukung ke arah yang lebih baik. Akhir kata,
penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga kita selalu diberikan
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
PENGESAHAN SKRIPSI.....................................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................................iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI.....................................................iv
ABSTRAK....................................................................................................................................v
ABSTRACT................................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................vii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian......................................................................................................6
xii
C. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................34
D. Analisis Data................................................................................................................34
BAB V PENUTUP..................................................................................................................60
A. Kesimpulan.................................................................................................................60
B. Saran.............................................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................62
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terdiri atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu terdiri atas Daerah
1
abadi, dan keadilan sosial.
1
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
1
negara. Untuk itu pendidikan yang merupakan salah satu hak asasi
Sehingga diperlukan pula peran negara dalam arti peran pemerintah pusat
Kementerian Negara.
wilayah kerja bagi Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dan wilayah
2
menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di wilayah Daerah
Kabupaten/Kota.
pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Daerah dapat
dihapus dan digabung dengan daerah lain apabila daerah yang bersangkutan
tiga kategori, yakni urusan pemerintahan yang dikelola oleh pemerintah pusat, urusan
2
yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam menyelenggarakan
2
Siswanto Sunarno,2012.Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia, Sinar Grafika Ofset,
Jakarta, hal 34.
3
kabupten/kota, atau antar pemerintahan daerah yang saling terkait ,
3
tergantung dan sinergis.
menjadi manusia yang memiliki derajat. Daerah adalah bagian yang tak
pada lokasi lintas Negara ataupun lintas daerah provinsi, sedang provinsi
berada pada lintas kota/ kabupaten, sedang untuk tingkat kota/ kabupaten
bidang dan sub bidang, maka pusat, daerah provinsi dan kota/ kabupaten
3
Ibid, hal 35.
4
provinsi berwenang mengelola pedidikan menengah dan untuk
4
kota/kabupaten mengelola pendidikan dasar.
5
pendidikan, perizinan pendidikan dan bahasa dan sastra. .
dalam hal ini adalah SMA, MA dan SMK dari Pemerintah Kabupaten/Kota
6
kepada Pemerintah Provinsi.
5
Melihat latar belakang yang di uraikan maka penulis berpendapat
di bidang Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat penelitian
6
2. Memberikan pemahaman kepada penulis untuk menerapkan
7
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Pemerintahan
1. Pengertian Pemerintahan
penyelenggaraan fungsi eksekutif dari negara yang dalam hal ini dapat
7
level yang paling rendah, seperti Kepala Desa.
8
Hal ini berbeda, istilah pemerintahan diartikan dengan perbuatan.
(in the broad sense) dan dalam arti sempit (in the narrow sense).
Pemerintah dalam arti luas itu mencakup semua alat kelengkapan negara,
7 Hestu Cipto dan Y. Theresjanti, 2000. Dasar-Dasar Hukum Tata Negara Indonesia,
Universitas Atmajaya Yogyakarta:Hal 45
8PipinSyarifin dan Dedah Jubaedah, 2005. Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka
BaniQuraisy: Hal 63
8
legislative, dan yudisial atau alat-alat kelengkapan negara lain yang
9
sempit pemerintah adalah cabang kekuasaan eksekutif.
dapat dipahami melalui dua pengertian di satu pihak dalam arti fungsi
10
pemerintahan (kumpulan dari kesatuan-kesatuan pemerintahan).
11
adalah:
asas kerukunan;
kekuasaan negara;
9
Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia,
(Bandung: Alumni, 1997), hlm. 158-159.
10
Philipus M. Hadjon, dkk. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.
(Yogyakarta:GajahMada University Press.2008),6.
11
Romi Librayanto. 2008. Trias Politica Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Pusat
Kajian Politk, Demokrasi Dan Perubahan Sosial. Makassar.Hlm. 16-17
9
Sehingga dalam perwujudan dari negara hukum Indonesia hanya
Pemberiankewenanganpemerintahdaerah untuk
12
tujuannya, yaitu:
12
Widjaja. 2005.Penyelenggaraan otonomi di Indonesia. Jakarta. Hlm. 146
10
Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
13
UUD NRI Tahun 1945.
pelayanan dasar dan urusan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
13
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
11
tenaga kerja, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, administrasi
Pemberiankewenanganpemerintahdaerah untuk
14
peraturan sampai keputusan substansial.
UUD NRI 1945 yang secara umum termaktub dalam Pasal 18 ayat (2)
14
La Ode Bariun. 2015. Hakikat Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Penyelesaian
Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah Yang Berkeadilan. Disertasi. Program
Pasca Sarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.Hlm. 136
12
pemerintahan pusat. Dan ayat (6) juga menyatakan, pemerintahan daerah
15
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi
16
sepenuhnya.
a. Asas Desentralisasi
17
Joenarto, desentralisasi adalah memberikan wewenang dari pemerintah
15 Ibid. hlm. 80
16 Lukman Santisi Az. 2015. Hukum Pemerintahan Daerah Mengurai
Problematika Pemekaran Daerah Pasca Reformasi Di Indonesia. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Hlm 82
17
Joeniarto, Perkembangan Pemerintahan Lokal (Jakarta: Bina Aksara, 1992).
13
Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan
18
Asas Otonomi.
19
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
18
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (8)
19
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pasal 1 butir e
14
lokal untuk rencanakan dan melaksanakan pembangunan. Kelima,
20
keputusan.
21
depan untuk meluruskan penyelenggaraan otonomi daerah.
b. Asas Dekonsentrasi
22
menyelengarakan urusan–urusannya yang terdapat di daerah.
20
Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara, PT. RajaGrafindoPersada: Bandung, Hal 331-332
21
Lukman Santisi. Op.Cit. hlm. 79
22
Ibid.hal 332
15
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai
23
jawab terakhir dari pemerintah tingkat atasan yang bersangkutan.
24
Daerah provinsi. Penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah
23
Ibid.hal 334
24
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (11)
16
otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang
Tugas dan kewajiban daerah selain berasal dari tugas yang timbul
sebut tugas pembantuan atau yang telah secara popular disebut orang
25
menugaskan.
karena tidak ada tugas yang dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya
25
Ibid.hal.335
17
a. Sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk
c. Fungsi/jabatan
untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum wewenang berarti hak
26
mengelola sendiri.
dua aspek, yaitu aspek politik dan aspek hukum, sedangkan kewenangan
hanya beraspek hukum semata. Artinya kekuasaan itu dapat bersumber dari
26
Ridwan HR. Op. Cit. Hlm. 99
18
dicermati ada sedikit perbedaan antara istilah kewenangan dengan istilah
27
seharusnya digunakan dalam konsep hukum publik.
Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum publik, lingkup
28
peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.
29
Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa:
Setiap tindakan pemerintahan disyaratkan harus bertumpu atas
kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui tiga
sumber yaitu atribusi, delegasi dan mandat. Kewenangan atribusi
lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh
undang-undang dasar sedangkan kewenangan delegasi dan
mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan.
27
Nuryanto A. Daim. 2014. Hukum Administrasi Perbandingan Penyelesaian
Maladministrasi oleh Ombudsman dan Pengadilan Tata Usaha Negara. Laksbang
Justitia. Surabaya. Hal. 38-39
28
Loc. Cit.
29
hilipus M. Hadjon. 2010. Hukum Administrasi dan Good Governance. Jakarta:
Universitas Trisakti. Hlm. 25
19
harus ditunjuk dasar hukumnya dan komponen konformitas hukum
30
mengandung adanya standar wewenang.
paut dan tidak dapat dipisahkan dengan asas legalitas. Asas legalitas
30
Muh. Hasrul. 2015. Kekuasaan Gubernur Di Daerah (Eksistensi Gubernur Sebagai
Wakil Pemerintah Di Daerah Dalam Mewujudkan Pemerintahan Yang Efektif.
Rangkang Education Dan Republik Institute. Yogyakarta Dan Jakarta.Hlm. 47
20
dasar penyelenggaraan pemerintahan dan Negara, khususnya dalam
negara hukum.
Oleh karena itu asas legalitas merupakan asas yang menjadi landasan
31
kewenangan pemerintah.
wewenang yang telah ada oleh Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara
Mengenai atribusi, delegasi, dan mandat ini H.D. van Wijk/ Willem
organ pemerintahan).
31
NomensenSinamo, 2010. Hukum Administrasi Negara, Jalan Permata Aksara, Jakarta,
Hal 91-92
21
b. Delegatie: overdracht van een bevoegheid van het ene
32
organ lain atas namanya).
Berbeda dengan van Wijk, F.A.M. Stronik dan J.G. Steenbeek
menyangkut pelimpahan wewenang yang telah ada oleh organ yang telah
secara logis selalu didahului oleh atribusi. Dalam hal mandate dikemukakan
32 Ridwan HR, 2016. Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm.101-102
22
sementara secara yuridis wewenang dan tanggung jawab tetap berada
33
pada organ kementerian.
dilimpahkan itu;
diperoleh secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari peraturan
33
Ibid, hlm. 102-103.
34
Ibid.hal 104
23
wewenang yang diatribusikan sepenuhnya berada pada penerimaan
yang ada hanya pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada
35
pejabat lainnya.
B. Urusan Pemerintah
dalam Pasal 9 ayat (2) meliputi: politik luar negeri, pertahanan keamanan,
36
yustisi moneter dan fiskal nasional, dan agama.
37
Dekonsentrasi.
pada ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah
35
Ibid.hlm. 105
36
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 9
37
Ibid.Pasal 10
24
pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar
38
pelaksanaan Otonomi Daerah.
39
provinsi, dan ada bagian urusan diserahkan kepada kabupaten/kota.
wakil Pemerintah Pusat atau kepada instansi vertikal yang ada di daerah
pada lokasi lintas Negara ataupun lintas daerah provinsi, sedang provinsi
38
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 9 ayat 3-4
39
Sarman, 2011,Hukum Pemerintah Daerah Di Indonesia,Rineka Cipta,Jakarta,hal 59.
25
40
berada pada era dalam kota/kabupaten. Pembagian urusan
pemerintahan konkuren, jika kita masuk kedalam bidang dan sub bidang,
kewenangannya sendiri-sendiri.
a. Provinsi
41
Daerah Provinsi.
yang dipilih secara langsung oleh rakyat di provinsi setempat untuk masa
jabatan lima tahun, sehingga dalam hal ini gubernur bertanggung jawab
dapat juga dilantik oleh Mendagri atas nama Presiden. Selain itu, gubernur
40
Diakses melalui Hukumpedia.com pada tanggal 31 Oktober 2016 di Makassar
41
Berdasarkan prinsip pada Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan DaerahPasal 13 ayat (3)
26
bersangkutan, sehingga gubernur bertanggung jawab kepada Presiden.
42
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan .
43
wilayah Daerah kabupaten/kota.
b. Kabupaten/Kota
Secara umum, baik kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama.
Kabupaten bukan bawahan dari provinsi maka bupati atau walikota tidak
42
Pengertian Provinsi dan Kabupaten diakses melalui www.infomasiahli.com pada tanggal
2 November 2016 di Makassar
43
Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 13 ayat (3)
27
daerah otonom yang diberi wewenang mengatur urusan pemerintahannya
sendiri.
44
dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.
45
sebagai kepala pemerintahan. Urusan pemerintahan umum adalah
44
Ibid.Pasal 13 ayat 4
45
Ibid.Pasal 9
28
ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal,
46
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
C. Pendidikan
46
Ibid.Pasal 25 ayat 1-4
29
yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945
berakhlak mulia, serta berimandan bertakwa kepa Tuhan Yang Maha Esa.
47
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa.”
48
dan ketakwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
47
Supardi U.S. Arah Pendidikan Di IndonesiaDalam Tataran Kebijakan Dan Implementasi
Jurnal Formatif 2(2): 111-121 ISSN: 2088-351X. hal. 116
48Muhyiddin, Al Halaj. 2012. Meluruskan Arah Pendidikan Nasional. Alkautsar.co.
http://alkautsar.co/?p=1012. diakses: 3 Februari 2017
30
pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah
49
kepentingan strategis nasional.
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
49
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 3
31
Pendidikan mengubah perilaku manusia dari yang tidak beradab ke
50
mengajar, dan melatih.
50
Engkoswara dan AanKomariah. Administrasi Pendidiikan.Alfabeta,Bandung,hal 20-21
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
1. Data Primer
2. Data Sekunder
ilmiah serta sumber-sumber tercatat lain yang terkait dengan materi yang
penulis bahas.
33
C. Jenis Penelitian
1. Wawancara
secara langsung kepada responden dalam hal ini adalah pihak Dinas
Selatan atau ahli hukum yang mengerti tentang objek penelitian penulis.
2. Studi dokumen
D. Analisis Data
34
BAB IV
termuat dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Cita tersebut kemudian
mendapat pendidikan”.
dalam hal ini adalah pemerintah. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 31 ayat
menyatakan bahwa:
35
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.”
upaya untuk mewujudkan salah satu cita bangsa Indonesia yaitu untuk
Dalam hal ini penulis menilai bahwa sistem tersebut merupakan penjabaran
keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI yang pada Pasal 1
menyatakan bahwa:
36
Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan
yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah secara
proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan
pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah
bahwa:
37
(5) Urusan Pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden
sebagai kepala pemerintahan.
yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah
urusan yang bersifat konkuren ini senantiasa ada bagian urusan yang
diserahkan kepada provinsi, dan ada pula bagian urusan yang diserahkan
51
pemerintahan.
52
pemerintahan yang wajib dan urusan pemerintahan pilihan . Adapun yang
51
Diakses melalui digilib.unila.ac.id pada tanggal 13 Februari 2017 di Makassar.
52 Ketentuan Pasal 11 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah.
38
Selanjutnya urusan pemerintahan yang wajib diatur dalam Pasal 12
manusia. Hal inipun sejalan dengan amanat Pasal 28 C ayat (1) UUD NRI
Tahun 1945.
minimal yang harus diikuti oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung
39
Selanjutnya hal tersebut diatur jugal dalam Pasal 11 yang
menyatakan bahwa:
nampaknya tidak serta merta akan membawa kearah yang lebih baik
40
(4) Negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
pendidikan dan kebudayaan, maka menurut penulis bahwa isi dari Pasal
penulis akan menguraikan isi dari aturan sistem pendidikan nasional. Hal
menegaskan bahwa :
41
berkebangsaan Indonesia, untuk itu dalam peraturan SISDIKNAS
berikut:
42
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
menetapkan hari aktif untuk kegiatan belajar setiap tahunnya, selain itu
43
akan semakin bertambah jam belajar efektifnya. Kewenangan-
namun hal itu tertutupi dengan adanya standar nasional yang diwujudkan
1) Manajemen Pendidikan
pada:
44
a) Penetapan standar nasional pendidikan (SNP), dan;
2) Kurikulum
3) Akreditasi
45
Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) tidak memiliki
5) Perizinan Pendidikan
46
(PAUD) dan Pendidikan Non-Formal (PNF) yang diselenggarakan
oleh masyarakat.
tersebut.
Daerah, maka kewenangan provinsi dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi
Sulawei Selatan yang telah membentuk tim yang diatur dalam surat Gubernur
Mendagri sudah dilakukan mulai pada tanggal 1 oktober 2016 sesuai dengan
47
saat peralihan SK. Namun, yang terjadi adanya pelaksanaan mutasi dari
16.383 khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) SMA dan SMK telah
53
provinsi.
tetapi itu semua sudah dimasukkan dalam berita acara terkait P3D, Bupati
54
beserta Sekertaris Daerah dan disaksikan DPR dan DPRD.
53
Hasil wawancara Bapak H. Ruslim selaku Kepala Bidang Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 17
Januari 2017 jam 14:01
54 Hasil wawancara Bapak A. Mappisau selaku kasubag Menegah Kejuruan Dinas
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 18 Januari 2017 jam 12:07
48
Untuk daerah Sulawesi Selatan dalam menyikapi tentang Undang-
Biro aset yang menangani langsung kendalanya yang satu atap (lokasi)
SMP karena dihitung dengan neraca dan semua diserahkan pada biro
55
aset.
dan pendukung yaitu hanya sisi waktu yang sangat singkat untuk melakukan
pendataan untuk P3D. Namun yang menjadi kendala dari segi aset karena
ada beberapa SMA/SMK alamatnya tidak jelas dalam artian belum memiliki
provinsi dan pada dasarnya kendala hanya pada waktu pendataan P3D yang
49
data personil telah cukup tersedia di samping itu juga ditunjang oleh
56
sumber daya manusia pengelola pendataan yang telah memadai.
sehingga untuk itu sumber daya manusianya tidak siap seperti halnya
tidak mengalami masalah dalam hal pengalihan aset hanya saja provinsi
57
provinsi belum mendapatkan gaji.
56
Hasil wawancara Bapak Ahdar Saleh dari dinas Pendidikan kota Makassar pada tanggal
19 januari 2017 jam 14:00
57
Hasil wawancara Bapak Ahdar Saleh dari dinas Pendidikan kota Makassar
pada tanggal 19 januari 2017 jam 14:00
50
memiliki kekuatan hukum mengikat karena secara subtansi, telah diatur
Daerah.
perubahan pembagian,
58
Pemerintahan Daerah, hal tersebut dipadatkan menjadi satu urusan..
58
Dian Agung WicaksoNomor 2015. Transformasi Pengaturan Distribusi Urusan
Pemerintahan dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintahan Daerah. Jurnal Ilmu
HukumVolume 2 Nomor 3 Tahun 2015 [ISSN 2460-1543] [e-ISSN 2442-9325].
Universitas Padjadjaran. Bandung. Hlm.476
51
59 60
masing Sebagaimana dikemukakan Hoessein, otonomi daerah
61
hampir di setiap urusan pemerintahan Sebagaimana kewenangan di
59
Rozali Abdullah, 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah
secara Langsung, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. hlm. 12.
60
Hoessein, B. 2001.Prospek Resolusi Kebijakan dan Implementasi Otonomi Daerah dari
Sudut Pandang HukumTata Negara, disampaikan pada Seminar dan Lokakarya
Nasional Strategi Resolusi Kebijakan dan Implementasi Otonomi Daerah Dalam
Kerangka Good Governance, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta,
61
Lihat lampiran PP Nomor 38 Tahun 2007
52
berkewenangan dalam konteks urusan yang sifatnya lintas
62
Kabupaten/Kota saja Sehingga pada bidang pendidikan sub urusan
63
multicultural, campur tangan pemerintah pusat perlu dibatasi. Sehingga
62 Budiyono, Muhtadi dan Ade Arif Firmansyah. 2015. Dekonstruksi Urusan Pemerintahan
Konkuren Dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Kanun Jurnal Ilmu Hukum
Nomor 67 Th. XVII (Desember, 2015) PP 419-432. Hlm 423-424.
63
H.A.R. Tilaar. 2009. Kekuasaan dan pendidikan Manajemen Pendidikan Nasional
Dalam Pusaran Kekuasaan. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm.222
53
pemeirntah pusat, pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah provinsi
wilayah yang sangat luas dengan beragam etnis dan budaya yang ada di
sifat dari urusan rumah tangga daerah. Artinya, dengan penyerahan atau
64
pokok atau bertumpu pada otonomi.
64
Ibid. hal. 422-423
54
pemetaan urusan pemerintahan konkuren antar tingkat pemerintahan. Terjadi
aset daerah karena jika kewenangannya dialihkan tentu saja unsur pelaksana
65
dan asetnya juga harus beralih.
sama, perbedaannya akan nampak dari skala atau ruang lingkup Urusan
66
pemerintah Provinsi. Banyak kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota
65
Ibid. hal. 421
66
Lihat lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
55
menjadi kewenangan Kabupaten/Kota dialihkan menjadi kewenangan
konsekuensi tersendiri.
tentu saja dapat merugikan peserta didik yang ada karena ketidakjelasan
status mereka.
56
paling lama dua tahun terhitung sejak diundangkan. Kemudian perubahan
67
kewenangan baru harus direvisi.
hanya SD, SMP, dan TK. Terkait implikasi hukum karena peralihan ini
(juknis) yang mengatur tentang peralihan P3D karena sampai sekarang ini
belum ada aturan untuk itu. Jadi dasar peralihan P3D, Undang-Undang
regulasi baik berupa peraturan menteri yang dapat menjadi acuan dalam
Jadi perlu adanya muatan lain terkait peraturan lebih lanjut tentang
67
Reghi Perdana. 2016.Implikasi Perubahan Pembagian Urusan Pemerintahan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Biro Hukum Kementerian PPN/Bappenas. Hal. 4
57
karena ini amanat undang-undang yang sifatnya wajib maka segera
2014 tentang Pemerintahan Daerah yang sifatnya sudah kuat karena telah
68
adanya aturan yang mengatur di bawah undang-undang tersebut.
beralih SMA ke SMP hanya bisa mutasi sepanjang selevel. Mutasi kota ke
provinsi ada proses dan digaji sampai 2016 SK terbit 1 oktober rentang
69
waktu masih pemerintah kota yang mengaji.
dilihat cerminan rule of law yang substantif atau hanya rule of law yang
kesejahteraan sosial.
68
Hasil wawancara Bapak Ahdar Saleh dari dinas Pendidikan kota Makassar
69
Hasil wawancara Bapak Ahdar Saleh dari dinas Pendidikan kota Makassar
58
Sehingga pemerataan pendidikan dapat berkualitas meskipun ada
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kabupaten/kota.
60
B. Saran
61
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
62
Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara, PT. RajaGrafindoPersada: Bandung,
63
B. Peraturan Perundang-undangan
C. Sumber Internet
64