Anda di halaman 1dari 87

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERNATE SMART CITY

(Studi Kasus Diskomsandi Kota Ternate)

SKRIPSI

Oleh:
Asri Karissya Aprilia Munim
170665201003

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai


Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Program Studi Ilmu Pemerintahan

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU PEMERNTAHAN
UNIVERSITAS BUMI HIJRAH
MALUKU UTARA
2021

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERNATE SMART CITY


(Studi Kasus Diskomsandi Kota Ternate)

Disusun Oleh

Asri Karissya Aprilia Munim

170665201003

Disetujui Untuk Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Pemerintahan
Universitas Bumi Hijrah Maluku Utara

Pembimbing I Pembimbing II

Mansur Djamal.S.Ip,M.Ip Isra Muksin.S.Sos,M.Si


NIDN : 1221078401 NIDN : 1216088602

ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Asri Karissya Aprilia Munim

NPM : 170665201003

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis atau dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang

berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Sofifi, 18 September 2021

Yang Menyatakan,

Asri Karissya Aprilia Munim

iii
MOTTO

Rasulullah bersabda : Barangsiapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.
(HR. Musilm)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali mereka mengubah
keadaan mereka sendiri.
(QS Ar Ra’d 11)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.

(QS Al Baqarah 286)

iv
PERSEMBAHAN

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan rahmat karunia

hingga saat ini saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Karya sederhana ini saya persembahkan

kepada :

1. Orang tua tersayang, Abi Ruslan Ashari dan Ummi Novita Boulu yang telah

memberikan dukungan dan kasih sayang untuk anak-anaknya.

2. Teman-teman IP Unibrah angkatan 2017 yang telah mendukung dari awal masa

perkuliahan sampai saat ini.

3. Almamater tercinta Universitas Bumi Hijrah Maluku Utara.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan,

kemauan, kesehatan, serta kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Pemerintahan Universitas Bumi Hijrah dengan judul : “ Implementasi

Kebijakan Ternate Smart City (Studi Kasus Diskomsandi Kota Ternate) ”

Dalam pembuatan skripsi ini tidak sedikit penulis mengh adapi kendala - kendala,

namun penulis berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna mengigat keterbatasan kemampuan,

pengetahuan, pengalaman dan waktu oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis

menerima kritik dan saran dari berbagai pihak sebagai bahan motivasi dan pertimbangan agar

penulis dapat menyusun tugas akhir yang lebih baik di masa yang akan datang baik dari sisi

penyajian materi maupun penyajian data-datanya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya, terlebih lagi kepada :

1. Bpak Sarbaini A. Karim, SKM.M.Kes Selaku Rektor Universitas Bumi Hijrah

Maluku Utara

2. Bapak Isra Muksin.S.Sos,M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Pemerintahan Universitas

Bumi Hijrah Maluku Utara.

vi
3. Bapak Mansur Djamal.S.Ip,M.Ip dan Bapak Isra Muksin.S.Sos,M.Si, Selaku Dosen

Pembimbing yang selalu memberikan arahan dan masukan serta dukungan untuk

segera menyelesaikan skripsi penulis.

4. Bapak Iksan Hasim,M.Si, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

Universitas Bumi Hijrah Maluku Utara dan Dosen Pembimbing Akademik yang

selama perkuliahan dengan sangat terbuka untuk memberi solusi yang penulis

keluhkan semasa perkuliahan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan amat

banyak ilmu dan pengalaman yang bermanfaat.

6. Abi Ruslan Ashari dan Ummi Novita Boulu yang selalu memberikan dukungan moril

dan materil serta doa yang tidak pernah putus untuk penulis, Adik-adikku Sabrani,

Hasan dan Husain yang selalu menjadi pelipur lara untuk Kakak Asri.

7. Bapak Anas,S.Pd,M.par Selaku Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan

Persandian Kota Ternate. Terimakasih banyak sudah bersedia menjadi narasumber

penulis dan memberikan banyak informasi yang penulis butuhkan.

8. Bapak Wahyusetia Permana, S.Kom Selaku Sekretaris Dinas Komunikasi Informatika

dan Persandian Kota Ternate. Terimakasih banyak sudah bersedia menjadi

narasumber penulis dan memberikan banyak informasi yang penulis butuhkan.

9. Ibu Nina Apriana Abbas, S.Kom, Selaku Kepala Seksi Aplkasi E-Gov Perangkat

Informatika. Terimakasih banyak telah membantu dan membina penulis selama

meneliti di Diskomsandi serta sudah bersedia menjadi narasumber penulis dan

memberikan banyak informasi yang penulis butuhkan.

10. Teman-teman angkatan 2017 Fakultas Ilmu Pemerintahan yang telah memberi

semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.

vii
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan atas doa dan

dukungan yang diberikan kepada penulis. Terimakasih untuk segala pihak yang turut

berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini, mohon maaf penulis tidak sebutkan satu per

satu. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh kalangan.

Sofifi, 18 September 2021

Asri Karissya Aprilia Munim

viii
INTISARI

ASRI KARISSYA APRILIA MUNIM. 170665201003. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN


TERNATE SMART CITY ( Studi Kasus Diskomsandi Kota Ternate ). Skripsi. Program
Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Bumi Hijrah Maluku Utara, 2021.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya paradigma baru dalam tata kelola
pemerintahan dan pelayanan publik di pemerintah daerah sebagai cara untuk meningkatkan
pengelolaan pemerintahan yang baik (Good Governance). Proses pengubahan sebuah kota
menjadi kota pintar (smart city) adalah sebuah proses yang sangat kompleks. Perubahan
menjadi smart city mempengaruhi bayak aspek dalam pelaksanaan perkotaan termasuk
pemerintahan, bangunan, mobilitas, tenaga, lingkungan, dan pelayanan masyarakat. Di kota
Ternate, implementasi dari smart city masih sangat baru, dengan begitu penelitian ini
berusaha untuk melihat bagaimana konsep smart city yang terjadi di Kota Ternate. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan evaluasi implementasi
kebijakan Ternate smart city. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Ternate yang telah
mengimplementasikan kebijakan Ternate smart city. Data yang digunakan ialah data primer
dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi,
observasi, dan studi pustaka. Metode analisis data menggunakan analisis coding yang
selanjutnya di deskripsikan secara cermat sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.
Hasil penelitian dan pembahasan, menunjukkan Implementasi kebijakan smart city di
Kota Ternate masih belum bisa di ukur secara tepat berdasar indikator yang diterapkan,
karena masih belum maksimalnya konsep kota pintar (smart city) yang di implementasikan di
Kota Ternate. smart city di Kota Ternate masih belum bisa di ukur secara tepat berdasar
indikator yang diterapkan, karena masih belum maksimalnya konsep kota pintar (smart city)
di implementas ikan di Kota Ternate. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
menurut teori Edward III yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi.
Sumberdaya menjadi faktor penghambat pelaksanaan kebijakan Ternate smart city.
Dikarenakan implementor dalam melaksanakan komunikasi belum optimal. Sedangkan
komunikasi, disposisi dan struktur birokrasi menjadi faktor pendorong pelaksanaan kebijakan
Ternate smart city karena ketiga faktor tersebut berjalan dengan baik.
Kata Kunci : Implementasi kebijakan, Smart City, Ternate

ix
ABSTRACK

ASRI KARISSYA APRILIA MUNIM. 170665201003. IMPLEMENTATION OF THE


TERNATE SMART CITY POLICY (Case Study of Ternate City Diskomsandi). Essay.
Government Science Study Program, Bumi Hijrah University, North Maluku, 2021.
This research is motivated by the existence of a new paradigm in governance and
public services in local government as a way to improve good governance. The process of
turning a city into a smart city is a very complex process. The change into a smart city affects
many aspects of urban implementation including governance, buildings, mobility, manpower,
environment, and community services. In the city of Ternate, the implementation of the smart
city is still very new, so this study seeks to see how the smart city concept occurs in the city of
Ternate.This study uses qualitative research methods to describe the evaluation of the
implementation of the Ternate smart city policy. The location of this research is in Ternate
City which has implemented the Ternate smart city policy. The data used are primary data
and secondary data with data collection techniques in the form of interviews, documentation,
observation, and literature study. The data analysis method uses coding analysis which is
then described carefully in accordance with the objectives of this study.
The results of the research and discussion show that the implementation of smart city
policies in Ternate City still cannot be measured accurately based on the indicators applied,
because the smart city concept is still not optimally implemented in Ternate City. The smart
city in Ternate City still cannot be measured accurately based on the indicators that are
applied, because the smart city concept is still not optimal in implementing fish in Ternate
City. The factors that influence implementation according to Edward III's theory are
communication, resources, disposition and bureaucratic structure. Resources are an obstacle
to the implementation of the Ternate smart city policy. Because the implementor in carrying
out communication is not optimal. Meanwhile, communication, disposition and bureaucratic
structure are the driving factors for the implementation of the Ternate smart city policy
because these three factors work well.
Keywords: Policy implementation, Smart City, Ternate

x
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................................i
Persetujuan Pembimbing..................................................................................................ii
Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah.................................................................................iii
Motto...................................................................................................................................iv
Persembahan......................................................................................................................v
Abstrak...............................................................................................................................vi
Kata Pengantar..................................................................................................................vii
Daftar Isi.............................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1


1.2 Identifikasi Masalah ...............................................................................................6
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi Kebijakan .........................................................................................8


2.2 Kebijakan Smart City .............................................................................................11
2.3 Penelitian Terdahulu ...............................................................................................18
2.4 Kerangka Berfikir .....................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................................23
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................................................24
3.3 Data dan Sumber Data ............................................................................................24
3.4 Pengumpulan Data ..................................................................................................25
3.5 Analisis Data ...........................................................................................................26
3.6 Keabsahan Data ......................................................................................................27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Temuan Lapangan...................................................................................................45
4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................................46
4.3 Hasil Penelitian........................................................................................................51
4.4 Evaluasi Kebijakan .................................................................................................61

xi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................66
5.2 Saran........................................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................69
LAMPIRAN ......................................................................................................................71

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu............................................................................................31


Tabel 3.1 Time Schedule Penelitian....................................................................................40
Tabel 4.1 Presentasi Pengguna Aplikasi Lapor-SP4N........................................................57

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Utama Smart City...............................................................................25


Gambar 4.1 Alur Proses Pengaduan Aspirasi Masyarakat..................................................59
Gambar 6.1 Survey Kepuasan Masyarakat..........................................................................76
Gambar 6.2 Suasana Kantor Diskomsandi..........................................................................77
Gambar 6.3 Wawancara Dengan Kadis Diskomsandi.........................................................78
Gambar 6.4 Wawancara Dengan Sekretaris Diskomsandi..................................................78
Gambar 6.5 Wawancara Dengan Kasi Aplkasi E-Gov Perangkat Informatika..........................78
Gambar 6.6 Alur Pengaduan Aplikasi Lapor-SP4N............................................................79

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Smart City merupakan pengembangan dan pengelolaan kota dengan memanfaatkan

teknologi infomasi (TI), seperti menghubungkan, memonitor dan mengendalikan berbagai

sumber daya yang ada di dalam kota dengan lebih efektif dan efisien, serta untuk

memaksimalkan pelayanan kepada warganya. Dengan memanfaatkan keenam poin, konsep

smart city bukan lagi sesuatu yang tidak mungkin untuk dicapai. permasalahan yang terjadi.

pelayanan bagi masyarakat. Salah satu program percepatan reformasi birokrasi yang

dilakukan oleh Pemerintah Daerah ialah terkait pengembangan sistem pemerintahan

elektronik yang terintegrasi (e-government).

Dalam hal regulasi pemerintah pusat juga telah banyak memberikan ruang untuk

mengembangkan kota cerdas di setiap daerah, Pemerintah mengeluarkan peraturan presiden

No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), Bahwa untuk

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel serta

pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya diperlukan sistem pemerintahan berbasis

elektronik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterpaduan dan efisiensi sistem

pemerintahan berbasis elektronik diperlukan tata kelola dan manajemen sistem pemerintahan

berbasis elektronik secara nasional perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik. Dan ada pula Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang Satu

Data Indonesia, bahwa untuk memperoleh data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat

dipertanggungjawabkan, mudah diakses, dan dibagipakaikan, diperlukan perbaikan tata

kelola data yang dihasilkan oleh pemerintah melalui penyelenggaraan Satu Data indonesia.

1
Dengan adanya peraturan ini semakin meningkatnya pengguna internet dan akan semakin

tumbuhnya e-commerce, dan munculnya ide-ide kreatif di Indonesia menjadi peluang bagi

pembangunan kota pintar. Dari perpres diatas pemerintah menindak lanjuti tentang

pengembangan smart city dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 8 Tahun 2019,

Tanggal 9 September 2019 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Konkuren Bidang

Komunikasi dan Informatika, yang memberikan kesempatan daerah untuk bisa berinovasi

dengan leluasa membangun smart city di tiap-tiap daerah.

Berdasarkan data dan informasi yang telah diintegrasikan menjadi isu-isu penting ke

dalam dokumen RPJMD Provinsi Maluku Utara Tahun 2014-2019,terdapat isu strategis

daerah dimana salah satunya belum berkembangnya budaya kreativitas,inovasi,ekonomi

kreatif dan teknologi. Hal ini lah yang menjadikan landasan utama visi misi Walikota dan

Wakil Walikota Ternate Burhan Abdurahman dan Abudllah Tahir yang dikenal dengan

“Bahari Berkesan” yaitu “Terwujudnya Ternate Menjadi Kota Berbudaya, Agamais,

Harmonis, Mandiri, Berkeadilan Dan Berwawasan Lingkungan” yang menjadi impian

implementasi Ternate smart city ialah point Ternate Kota Mandiri yaitu terwujudnya kuaitas

hidup moderen yang merata, yang capaiannya diukur dengan pencapaian prestasi sebagai

peringkat pertama indeks pembangunan manusia (IPM) se Provinsi Maluku Utara. Kata

mandiri mengandung makna, menjadikan Ternate Kota Jasa dan Perdagangan sebagai pusat

perekonomian moderen Maluku Utara, Kondisi ini menggambarkan bahwa Kota Ternate

adalah Kota cepat tumbuh yang berpengaruh terhadap tumbuhnya PDRB setiap tahunnya.

Capaian ini merupakan bagian dari upaya implementasi Visi Ternate menjadi Kota

Mandiri”.Ini juga tercantum pada peraturan Walikota Ternate Nomor 17 Tahun 2019 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Informasi Publik Di Lingkungan Pemerintah Kota

Ternate.

2
Pada tanggal 24 Februari 2017 channel youtube Ternate Media telah

mempublikasikan video dimana Pemerintah Kota Ternate telah meluncurkan beberapa

aplikasi yang dapat membantu masyarakat dalam hal pelayanan publik selain itu dapat

memudahkan wisatawan yang berkunjung ke ternate agar dapat mengetahui informasi lebih

jelas tentang tempat wisata, hotel atau info pelayanan publik lainnya, beberapa aplikasi yang

dipublikasikan antara lain Ternate Pintar ialah apliksi berbasis android yang bertujuan

sebagai jembatan antara masyarakat dan pemerintah Kota Ternate aplikasi ini berusaha untuk

mengontrol dan mengintegrasi semua sektor seperti infrastruktur, ekonomi, pemerintahan,

mobilitas dll aplikasi ini juga memiliki fitur seperti informasi wisata/tempat yang meliputi

restoran hotel rumah sakit ATM dll, keluhan dan berita.

Pasar Kita, aplikasi ini dibuat untuk memberikan informasi kepada masyarakat harga

komunitas umum di pasar-pasar ekonomi Ternate pemerintah dan masyarakat juga dapat

memantau stabilitas harga pasar. LPSE Kota Ternate atau lembaga pengadaan secara

elektronik, aplikasi ini memberikan informasi secara otomatis setiap kali ada informasi berita

maupun procurement atau hasil lelang terbaru. dan Info Harga SMS Gateway, ini dapat

memudahkan masyarakat dalam mencari harga pasar bahan pokok kebutuhan sehari-hari

termasuk komoditi pertanian seperti cengkeh,pala, kopra dll. Aplikasi ini dapat diunduh di

play store pada smartphone.

Akan tetapi sangat disayangkan berbagai macam aplikasi ini tidak banyak diketahui

oleh masyarakat Kota Ternate dikarenakan minimnya sosialisai yang dilakukan pemerintah

terhadap pengenalan aplikasi ini. Ditambah lagi beberapa kendala yang muncul beberapa saat

ini contohnya seperti aplikasi-aplikasi yang mendadak hilang dari daftar unduhan play store

seperti aplikasi Ternate Pintar,Pasar Kita dan LPSE Kota Ternate yang semuanya sudah tidak

bisa lagi diakses mengunakan aplikasi pengunduh daring bersamaan dengan ketidakfungsian

jasa layanan Info Harga SMS Gateway yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Ternate

3
untuk mengetahui harga komoditas barang keseharian hanya dengan mengirim pesan.

Ditambah lagi dengan adanya beberapa aplikasi yang mengalami gangguan pada server yang

berdampak pada kinerja aplikasi yang kurang baik.

Dihadapan berbagai masalah yang melanda beberapa aplikasi ini pemerintah Kota

Ternate mengambil solusi alternatif untuk memindahkan sebagian feature yang ada dalam

aplikasi-aplikasi tersebut dan mengalihkannya ke situs daring resmi Pemerintah Kota Ternate

(ternatekota.go.id) beberapa feature yang di implementasikan dalam situs ini berupa jasa

pelayanan publik dan informasi kepemerintahan Kota Ternate seperti statistik kependudukan,

data Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Ternate setiap tahunnya hingga

ringkasan APBD Kota Ternate. Namun dikarenakan hal ini aplikasi yang memiliki potensial

terabaikan dan hilang seperti aplikasi Ternate Pintar.

Langkah awal Kota Ternate untuk mewujudkan Ternate Smart City ialah dengan

memasang internet gratis melalui jaringan WiFi atau nirkabel di beberapa titik ramai ruang

publik Kota Ternate yang telah dilakukan sejak tahun 2017, Thamrin Marsaoly selaku Kepala

Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate mengatakan, fasilitas internet

gratis untuk warga Ternate ini direncanakan berjumlah sepuluh titik ruang publik, tujuan dari

pemasangan internet gratis untuk warga Ternate itu supaya masyarakat setempat bisa

mengakses internet tanpa harus membeli pulsa.Hal ini ditujukan agar masyarakat Kota

Ternate yang ingin mengakses internet gratis bisa datang ke titik-titik yang sudah ada internet

gratis. Hal ini juga dalam rangka mendukung visi pemkot Ternate menjadikan Ternate Kota

Smart City. Artinya kalau konsep ini sudah siap namun tidak didukung dengan fasilitasnya

kan tidak bagus. Olehnya itu tujuan menggratiskan internet ini agar warga Ternate ketika

memberikan informasi tentang pelayanan publik ke pemerintah sudah tidak perlu lagi beli

pulsa. Liputan6.com[ CITATION Hai17 \l 1033 ]

4
Sebagai kota kepulauan, Kota Ternate terdiri atas beberapa pulau yang ada di sekitar

Kota Ternate faktor inilah yang membuat Kota Ternate memakai nama smart island yang

dimana Ternate Smart Island adalah Program Pemerintah Kota Ternate sebagai wujud

Implementasi dari Konsep Smart City yaitu pelayanan publik berbasis pemanfaatan

Teknologi Informasi dan Komunikasi. Program ini di bangun sebagai salah satu bentuk

komunikasi antara Pemerintah dan Warga Kota Ternate dalam melayani masyarakat Kota

dengan menggunakan beberapa Aplikasi yang mudah untuk dioperasikan.

Ternate Smart Island Command Center berfungsi sebagai pusat pengelolaan data

untuk menajemen kota, pusat kontrol dan integrasi data/informasi kota sehingga diperoleh

data lengkap yang mampu memberikan informasi penting yang dibutuhkan untuk

pengambilan keputusan. Pada tahap awal TSI CC dibangun dengan tujuan menjembatani

antar Pemerintah Kota Ternate dengan Masyarakat melalui aplikasi yang dibangun yang

bersifat interaktif.

Aplikasi yang dibangun dinamakan SI APIK, singkatan dari Sistem Informasi

Pengaduan Pelayanan Publik. Warga dapat menggunakan aplikasi ini untuk melaporkan

kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kinerja pelayanan publik yang belum memuaskan,

misalnya masalah sampah, kemacetan, sambungan air bersih/air minum, Infrastruktur rusak,

kecelakaan, bencana alam, dan masalah sosial. Laporan dapat berupa foto sebagai jaminan

keaslian dari laporan tersebut. Aplikasi Si Apik dapat diunduh pada halaman website resmi

Ternate Smart Island atau play store & app strore.

Sangat disayangkan proses dalam pelayanan kurang cepat dan bisa memakan waktu

yang sedikit lebih lama serta sistem pada aplikasi atau website yang dibuat oleh pemerintah

sering kali error dan tidak bisa digunkan. Dan juga penerapan pelaksanaan kebijakan

pemerintahan Kota Ternate yang kurang sesuai dengan keadaan di lingkungan masyarakat,

5
dan ada beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan smart city ini dari pihak

pemerintahan maupun masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka penting untuk

mengangkat judul penelitian ini dengan judul: Implementasi Kebijakan Ternate smart city

(Studi Kasus Diskomsandi Kota Ternate).

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi permasalahan dalam penelitian tersebut adalah

1. Kurangnya tenanga ahli IT dan yang memahami tengang konsep smart city

2. Beberapa masyarakat yang tidak memahami IT dan kurangnya sosialisasi tentang

smart city

3. Belum maksimalnya kebijakan pemerintah terkait smart city

4. Beberapa fasilitas teknologi yang belum lengkap

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan peneliti sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi kebijakan pemerintah Kota Ternate dalam upaya

pelaksanaan smart city di Kota Ternate?

2. Apa saja Kendala yang dihadapi oleh pemerintahan Kota Ternate dalam upaya

pelaksanaan smart city Kota Ternate?

6
1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa saja yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Ternate

dalam mewujudkan Ternate Smart City.

2. Untuk mengetahui bagaimana kendala yang dihadapi oleh pemerintah Kota

Ternate dalam melaksanakan Ternate Smart City.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan dan pengembangan dalam ilmu pemerintahan,khususnya pengetahuan

terkait dengan peran pemerintah Kota Ternate dalam mewujudkan Ternate Smart

City.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti, dapat menambah khasanah pengetahuan tentang penyelengaraan

kebijakan smart city di Kota Ternate.

b. Bagi Pemerintah Kota Ternate dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan /

masukan untuk menjadikan Ternate Smart City yang lebih berkualitas.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi Kebijakan

Menurut [ CITATION Okt15 \l 1033 ] , Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to

implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana

untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-

undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-

lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat

mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan

publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam

bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik

tersebut. Rangkaian implementasi kebijakan dapat diamati dengan jelas yaitu dimulai dari

program, ke proyek dan ke kegiatan. Model tersebut mengadaptasi mekanisme yang lazim

dalam manajemen, khususnya manajemen sektor publik. Kebijakan diturunkan berupa

program program yang kemudian diturunkan menjadi proyek-proyek, dan akhirnya berwujud

pada kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun kerjasama

pemerintah dengan masyarakat.

Implementasi menurut[ CITATION Jon15 \l 1033 ] “Those Activities directed toward

putting a program into effect” (proses mewujudkan program hingga memperlihatkan

hasilnya), sedangkan menurut Horn dan Meter: “Those actions by public and private

individual (or group) that are achievement or objectives set forth in prior policy” (tindakan

8
yang dilakukan pemerintah). Jadi implementasi adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu

kebijakan ditetapkan. Implementasi merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai

tujuannya. Van Meter dan Van Horn [CITATION Agu08 \l 1033 ] mendefenisikan implementasi

kebijakan ialah suatu tindakan yang akan dilakukan baik oleh individu maupun dalam

kelompok dan pejabat-pejabat pemerintah dan swasta yang ditujukan demi tercapainya

tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh sebuah keputusan kebijaksanaan, mereka

menekankan bahwa tahapan implementasi baru terjadi selama proses legitimasi dilalui dan

pengalokasian sumber daya, dana yang telah disepakati tidak pada saat dimulai pada saat

tujuan dan sasaran kebijakan publik ditetapkan, tetapi tahap implementasi.

Hakekat implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan bertahap

yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada kebijakan yang telah

ditetapkan oleh otoritas berwenang. Pelaksanaan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk

undang-undang namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan

eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Keputusan tersebut

mengindentifikasikan masalah yang akan diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau

sarana yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses

implementasinya.[ CITATION NET16 \l 1033 ]

Menurut Edward III dalam[ CITATION Sut16 \l 1033 ] yang mengemukakan bahwa

implementasi kebijakan akan menjadi efektif apabila ditentukan oleh sumber daya, struktur

organisasi komunikasi, serta disposisi atau sikap. tersedianya sumber daya yang dibutuhkan

untuk melaksanakan kebijakan, adanya struktur organisasi dalam melaksanakan kebijakan,

Komunikasi berkaitan dengan kebijakan yang dihubungkan dengan komunikasi pada

organisasi atau publik, sikap dan tanggap dari pihak yang terlibat dan sumberdaya berkenaan

dengan ketersediaan sumber daya pendukung khususnya sumber daya manusia.

9
Dalam pandangan Edwards III, Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat

variabel, yakni [ CITATION Sub15 \l 1033 ]

1) Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar

implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan

dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target

group), sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.

2) Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan

konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya

tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya kompetensi implementor

dan sumber daya finansial.

3) Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti

komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi

yang baik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik

seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor

memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka

proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

4) Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan

kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Aspek dari struktur organisasi adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan

fragmentasi. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung

melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi

yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

10
Pada penelitian ini selain fokus terhadap proses implementasi yaitu pada aspek

kepatuhan, Peneliti juga akan menganalisa faktor-faktor apa yang saja berpengaruh terhadap

proses implementasi kebijakan Ternate smart city di Kota Ternate. Model implementasi yang

disampaikan oleh Edward III peneliti gunakan untuk menilai faktor-faktor apa saja yang

berpengaruh dalam proses implementasi kebijakan Ternate smart city di Kota Ternate.

Menurut peneliti model implementasi Edward III simpel dan mencakup segala aspek. Salain

itu model tersebut juga telah menjawab faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam proses

implementasi secara menyeluruh dalam kaitannya dengan implementasi kebijakan Ternate

smart city di Kota Ternate, yang terdiri dari komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur

birokrasi.

2.2 Kebijakan Smart City

Smart city atau kota pintar banyak diterapkan di berbagai kota pada negara maju sejak

awal perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Smart city mengarah pada sebuah

konsep bahwa sebuah kota yang pintar adalah kota yang dapat memahami keadaan emosi dan

perilaku masyarakat terhadap kepuasan layanan publik, menambah kepercayaan dan rasa

aman terhadap pemerintah, meningkatkan kualitas dan taraf hidup, memanfaatkan layanan

teknologi sebagai media interaktif antara masyarakat dan pemerintah, serta mengintegrasikan

berbagai komponen pemerintahan dengan respon yang cepat tanggap terhadap aspirasi

apapun yang datang dari masyarakat. Konsep Kota Cerdas (smart city) awalnya diciptakan

oleh perusahaan IBM (International Business Machines Corporation). Sebelumnya berbagai

nama sempat dibahas para ahli dunia dengan nama digital city atau Kota Cerdas (smart city) .

Intinya Kota Cerdas (smart city) ini menggunakan teknologi informasi untuk menjalankan

roda kehidupan kita yang lebih efisien. Versi IBM, Kota Cerdas (smart city) adalah sebuah

kota yang instrumennya saling berhubungan dan berfungsi cerdas. Kota Cerdas (smart city)

11
adalah sebuah konsep kota cerdas/pintar yang membantu masyarakat yang berada di

dalamnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan memberikan

informasi yang tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatannya atau pun

mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya.

Gambar 2.1 Sumber Gambar. Twitter Schneider Electrc @SchneiderElec diposting pada tanggal 8 Sep 2015

Kota Cerdas (smart city) cenderung mengintegrasikan informasi di dalam kehidupan

masyarakat kota. Definisi lainnya, Kota Cerdas (smart city) didefinisikan juga sebagai kota

yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern

untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi,

dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi

masyarakat

Konsep Kota Cerdas (smart city) pada umumnya meliputi:

1. Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk,

pemerintahan, mobilitas, dan lingkungan hidup.

2. Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur.

3. Kota Cerdas (smart city) dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT,

infrastruktur sosial, dan infrastruktur bisnis untuk meningkatkan kecerdasan kota.

4. Kota Cerdas (smart city) membuat kota lebih efisien dan layak huni.

12
5. Penggunaan smart computing untuk membuat Kota Cerdas (smart city) dan

fasilitasnya saling berhubungan dan efisien.

Kota Cerdas (smart city) mempunyai 6 dimensi, yaitu Smart Government, Smart

Economy, Smart Live, Smart Living, Smart People, dan Smart Mobility. Berikut adalah

penjelasan lebih lanjutnya. (Hidayatullah 2018)

1. Ekonomi pintar (inovasi dan persaingan), semakin tinggi inovasi-inovasi baru yang

ditingkatkan maka akan menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan

pasar usaha/modal.

2. Mobilitas pintar (transportasi dan infrastruktur), pengelolaan infrastruktur kota yang

dikembangkan di masa depan merupakan sebuah sistem pengelolaan terpadu dan

diorientasikan untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan publik.

3. Masyarakat pintar (kreativitas dan modal sosial), pembangunan senantiasa

membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal usaha (human

capital), maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan

pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan keterampilan

mereka dalam mengembangkan usahanya. Modal sosial termasuk elemen-elemen

seperti kepercayaan, gotong-royong, toleransi, penghargaan, saling memberi dan

saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap

pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa

tanggungjawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses

demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan.

4. Lingkungan pintar (keberlanjutan dan sumber daya), lingkungan pintar itu berarti

lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber daya,

keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak, bagi masyarakat dan publik

13
lingkungan yang bersih tertata, RTH yang stabil merupakan contoh dari penerapan

lingkungan pintar.

5. Cerdas hidup (kualitas hidup dan kebudayaan), berbudaya berarti bahwa manusia

memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat

dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian

budaya pada manusia, secara langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari

pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya,

dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.

6. Pemerintahan yang cerdas (pemberdayaan dan partisipasi), kunci utama keberhasilan

penyelenggaraan pemerintahan adalah Good Governance, yang merupakan

paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang

mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi,

partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen

terhadap tegaknya nilai dan prinsip desentralisasi, daya guna, hasil guna,

pemerintahan yang bersih.[ CITATION Dir21 \l 1033 ]

Inilah Tantangan dan Faktor Sukses Smart City

Berikut ini adalah beberapa tantangan bagi pembangunan smart city.

1. Infrastruktur

Ketersediaan infrastruktur information and communications technology (ICT) masih

menjadi tantangan besar dalam mewujudkan kota pintar (smart city). Salah satu infrastruktur

yang krusial untuk diterapkan adalah masalah konektivitas yang tentunya akan berkaitan

dengan penerapan Internet of Things (IoT).Dengan adanya interkonektivitas dari IoT

tentunya akan memungkinkan otomatisasi dalam memperluas area kota pintar yang mana ke

14
depannya akan berkaitan erat terhadap penggunaan beragam solusi ICT, seperti cloud hingga

Data Center.

2. Data Integration

Ketika menerapkan smart city melalui beragam aplikasi akan membuat kebutuhan

informasi yang aktual menjadi penting. Data integration pun akan menjadi salah satu

tantangan tersendiri karena beragam informasi dari data tersebut akan diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat.

3. Sosialisasi

Sosialisasi menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi penerapan smart city. Hal ini

karena sosialisasi membutuhkan waktu serta adaptasi sosial yang tidak sebentar. Misalnya,

dengan memperkenalkan beragam teknologi yang akan diterapkan, tentunya akan mencakup

upaya mempersempit ketimpangan digital dan mengubah kebiasaan masyarakat di daerah

tersebut.

4. Keamanan

Meski membutuhkan informasi yang cepat, tepat, dan akurat, masyarakat juga tetap

membutuhkan keamanan dalam mengakses informasi. Jadi, keamanan masih merupakan

persoalan di jaringan sistem manapun. Terlebih jika sistem tersebut mencakup skala luas atau

seluruh kota, seperti smart city, ancaman keamanan perlu ditangani serius. Ketika sebuah

sistem terhubung, penangangannya juga akan semakin kompleks. Kompleksnya keamanan

tersebut juga bisa dilihat dari beberapa bagian infrastruktur smart city yang sangat mungkin

ditangani oleh penyedia jasa dan barang berbeda. Begitu banyaknya perangkat yang

terhubung ke jaringan atau sistem smart city juga merupakan tantangan tersendiri, misalnya

ketika kunci rumah kita terintegrasi dengan perangkat teknologi dan internet. Selain itu, juga

15
ketika berbicara tentang keamanan yang berhubungan dengan data pribadi, seperti akun

media sosial, rekening bank, hingga kartu kredit.

Berbagai tantangan di atas berkorelasi dengan sejumlah faktor sukses smart city,

seperti di bawah ini:

1. Manusia

Salah satu indikator penting dalam mewujudkan dan faktor sukses Smart City adalah

sumber daya manusia. Warga yang aktif melaporkan masalah lingkungan, misalnya, adalah

salah satu contohnya. Masyarakat yang aktif tentunya dapat membuat pemerintah kota akan

mendapat masukan untuk menentukan arah pembangunan serta perbaikan fasilitas dan

layanan publik.

2. Komitmen pemerintah

Faktor sukses Smart City juga berawal dari komitmen pemerintah setempat. Tanpa

komitmen pemerintah, impian untuk mewujudkan smart city akan sulit untuk diwujudkan.

Komitmen tersebut dapat diukur dari kebijakan-kebijakan yang menekankan percepatan

pembangunan smart city.

3. Ruang fiskal

Ruang fiskal juga mesti mendapat porsi perhatian yang besar dalam faktor sukses

Smart City. Ruang fiskal ini terkait dengan anggaran yang dialokasikan untuk penerapan

smart city. Misalnya, dengan menyediakan anggaran khusus di luar dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mereka.

16
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangka mewujudkan smart city,

sangat diperlukan adanya kerja sama dengan perusahaan penyedia jasa sistem informasi

terpadu. Pihak pemerintah harus jeli dalam melihat perusahaan terbaik yang memberikan

total solution, baik dari segi sarana dan prasarana. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun,

Lintasarta dapat menjadi pilihan mitra terbaik pemerintah dalam mewujudkan dan

mendukung faktor sukses Smart City di Indonesia. Hubungi kami di sini jika ingin

menggunakan layanan Lintasarta. [ CITATION lin20 \l 1033 ]

17
2.3 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang tentunya dinilai memiliki relevansinya dengan penelitian tersebut. Berikut tabel yang akan

menjelaskan beberapa penelitian tantang Smart City di berbagai kota yang ada di Indonesia:

Tabel 2.1

Jenis &
Nama Peneliti Metode Judul & Tahun Tujuan Hasil Perbedaan Penelitian
Penelitian
Anisa Jurnal Implementasi Bertujuan untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perbedaan dari jurnal
Rahmadanita Penelitian Kebijakan mengetahui implementasi kebijakan smart penelitian ini dengaan
EkoBudi Kualitatif Smart Implementasi government dalam rangka mewujudkan penelitian penulis ialah
Santoso Government Kebijakan smart city di Kota Bandung secara lokasi penelitian yang letak
Sadu Wasistiono Dalam Rangka Smart umum memberikan dampak yang positif geografisnya berbeda karena
Mewujudkan Government bagi target groups (kelompok sasaran). Kota Ternate memiliki
Smart City di Dalam Rangka Context of implementation (konteks beberapa pulau sehingga
Kota Bandung Mewujudkan implementasi) menunjukkan kondisi memakai slogan Ternate
(2019) Smart City di yang tidak baik sementara Content of Smart Island akan tetapi
Kota Bandung. policy (isi kebijakan) menunjukkan konsep yang dipakai sesuai
kondisi yang baik. Pada penelitian ini dengan konsep utama smart
faktor content of policy lebih city. Isu konseptual yang di

18
berpengaruh terhadap hasil dari pada angkat penulis juga berbeda
faktor context of implementation. Oleh dengan isu pembahasan
karena dalam penerapan kebijakan pada jurnal ini karena
smart government di Kota Bandung penulis membahas peran
lebih dipengaruhi oleh content of policy Diskomsandi dalam
dari pada context of implementation. mengimplementasikan
smart city di Kota Ternate.
Restu Ramadhan Jurnal Implementasi Bertujuan Pemerintah kota tangerang mempunyai Perbedaan ini dapat dilihat
Ria Arifianti Penelitian E-Government Untuk kebijakan smart city berbasis aplikasi dari perbedaan metode
Riswanda Studi Di Kota Mengetahui yaitu aplikasi Tangerang live untuk penelitian yang dipakai pada
Pustaka Tangerang Implementasi mempercepat pelayanan publik tetapi jurnal ini berbeda karena
Menjadi Smart E-Government dalam hal implementasi program smart penulis memakai metode
City (Studi Di Kota city belum berjalan dengan baik kualitatif serta yang diteliti
Kasus Aplikasi Tangerang dikarenakan beberapa masalah seperti hanya aplikasi tangerang
Tangerang Menjadi Smart sosialisasi yang belum maksimal, live sedangkan penulis
Live) (2020) City, Dengan sumberdaya manusia yang belum meneliti implementasi
Studi Kasus kompeten,penanganan layanan yang kebijakan smart city secara
Aplikasi masih lambat, serta tidak adanya keseluruhan secara konsep
Tangerang Live landasan hukum yang mengatur aplikasi dan indikator yang telah
tangerang live.(Ramadhan, Arifianti, diterapkan oleh Pemerintah
and Riswanda 2020) Kota Ternate.
Adi Suhendra Jurnal Kebijakan Tujuan dalam Hasil yang di dapatkan dalam penelitian Perbedaan pada jurnal

19
Arwanto Penelitian Pemerintah penelitian ini ini adalah dalam pengelolaan dan penelitian ketiga ini ialah
Ginting Kualitatif Daerah Dalam adalah untuk pengembangan smart city di Kota fokus pembahasannya yaitu
Membangun menjelaskan Medan pemerintah kota telah jurnal ini membahas tentang
Smart City di peran organisasi mengeluarkan peraturan Walikota peran ODP kota medan
Kota Medan. pemerintahan Medan No 28 tahun 2018 tentang Smart dalam pengkoordinasian
(2018) daerah (OPD) City Kota Medan. Tidak hanya itu, kebijakan smart city di kota
dalam pemerintah Kota Medan juga telah medan sedangkan fokus
mengkoordinasi membuat master plan peta jalan penelitian penulis ialah
kan pembangunan smart city untuk peran Dinas komunikasi
smart city pada membangun keterpaduan antar OPD. informatika dan persandian
tingkat kota Adapun kendala dalam mewujudkan dalam menerapkan
smart city adalah belum meratanya kebijakan smart city di Kota
infrastruktur dan sumber daya manusia Ternate. Serta lokasi
untuk memanfaatkan TIK (Teknologi penelitian yang letak
Informasi dan Komunikasi) dalam geografisnya berbeda karena
proses tata kelola dan pelayanan publik. Kota Ternate memiliki
(Suhendra and Ginting 2018) beberapa pulau sehingga
memakai slogan Ternate
Smart Island.

Nur Faidati Jurnal Analisa Studi ini Dari penelitian yang dilakukan, Jurnal keempat ini selain
Muhammad. Penelitian Strategi bermaksud diketahui bahwa pengembangan smart lokasi penelitian dan letak

20
Khozin. Kualitatif Pengembangan mencermati city di Kota Yogyakarta dilakukan georafis masing-masing
Kota Pintar strategi yang dengan melanjutkan atau memanfaatkan daerah yang berbeda jurnal
(Smart City): dilakukan oleh apa yang sudah dilakukan oleh penelitian ini juga memiliki
Studi Kasus Pemerintah Pemerintah Kota Yogyakarta terutama pembahasan penelitian yang
Kota Kota Yogakarta terkait dengan pemanfaatan TIK dalam berbeda karena fokus
Yogyakarta Dalam penyediaan pelayanan publik serta pembahasannya ialah
(2018) mengembangka menjalin kemitraan lain yang memiliki mencermati strategi yang
n kota menjadi keterkaitan dengan pengembangan telah direncanakan oleh
kota pintar smart city. unit pelayanan informasi dan pemerintah yogyakarta
(smart city). keluhan (UPIK) sebagai bagian dari dalam menerapkan
penerapan open government di Kota kebijakan skmart city.
Yogyakarta. Layanan UPIK mulai sedangkan pembahasan
diluncurkan pada 31 Januari 2004. penelitian penulis pada studi
Layanan UPIK merupakan media untuk kasus Diskomsandi
menampung aspirasi masyarakat pemerintah Kota Ternate
sehingga pemerintah dapat mengetahui belum memiliki master plan
permasalahan yang ada di masyarakat. atau rancangan peraturan
aplikasi lain yang mampu yang mengatur secara
mengefisienkan dan mengefektifkan sistematis mengenai
penggunaan sumber daya dalam implementasi kebijakan
penyediaan pelayanan publik bagi smart city di kota Ternate .
masyarakat, Pemerintah Kota

21
Yogyakarta menerbitkan Peraturan
Walikota Yogyakarta No. 15 Tahun
2015 tentang E-Government.dalam
konteks ini dimaknai sebagai
penyelenggaraan kepemerintahan yang
berbasis elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik
secara efektif dan efisien.(Faidat and
Khozin 2018)
Fahrisya Tiko. Jurnal Advokasi Fokus Penelitian ini sampai pada kesimpulan Jurnal penelitian yang
Septiarika. Penelitian Kebijakan penelitian pada realisasi paradiplomasi selama terakhir ini memiliki
Enny Studi dalam advokasi kerjasama dan kolaborasi kebijakan perbedaan dalam isu
Suryanjari. Pustaka Kerjasama kebijakan antara dua kota membantu mewujudkan konseptual yang diangkat
Smart City selama pemerintahan yang efisien dan inovatif. dalam pembahasan ini
Bandung dan kerjasama tahun Kerja sama Smart City diwujudkan karena jurnal penelitian ini
Seoul lewat 2016-2019. dalam kemitraan Sister City dalam membahas mengenai kerja
Kemitraan membangun Smart LBEG: Smart sama antara Kota Bandung
Sister City Living, Smart Branding, Smart dan Kota Seoul Korea
tahun 2016- Environment dan Smart Government. Selatan dalam kemitraan
2019 (2020) (Septiarika 2020) sister city, ini membuat
perbedaan yang cukup besar
dalam penelitian penulis

22
Dari kelima hasil riset di atas dapat kita lihat bersama berbedaan masing-masing jurnal pnelitian, perbedaannya adalah isu konseptual

masing-masing daerah yang diteliti, konsep dimana buah pemikiran seseorang atas kelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga

melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan

berfikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan. Terdapat perbedaan antara kelima riset di atas yang fokus

pembahasannya terpaku pada Kota Pintar saja, sedangkan pembahasan riset yang akan saya teliti yaitu kota Ternate menerapkan konsep Smart

island dimana kota Ternate juga memiliki pulau-pulau seperti moti, hiri dan batang dua oleh sebab itu Ternate memilih kata Smart Island untuk

mengambarkan penerapan pelayanan publik berbasis teknologi informasi.

23
2.4 Kerangka Pikir

Upaya untuk meningkatkan pelayanan, pemerintah daerah dapat melakukan inovasi

seperti implementasi kebijakan smart city yang mengacu pada peraturan presiden No.95

Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Kebijakan dan

program peningkatan mutu dibidang teknologi dan informasi demi kemajuan ilmu

pengetahuan guna meningkatkan sumber daya manusia di Kota Ternate, melalui peningkatan

kualitas pemahaman teknologi informasi yang dapat diselengarakan oleh Dinas Komunikasi

Informatika dan Persandian Kota Ternate atau masyarakat dalam bentuk kegiatan sosialisasi

pengenalan teknologi informasi dan juga upaya pemarataan fasilitas teknologi diberbagai

kalangan masyarakat seperti usaha memperluas jaringan internet gratis kepada masyarakat

umum dan juga perbaikan aplikasi layanan publik yang mefasilitasi keluhan-keluhan

masyarakat harus dilakukan dengan urgensi yang secepatnya dan diharapkan juga

pemerintahan kota Ternate dapat mewujudkan Ternate kota cerdas sesuai dengan dimensinya

yaitu Smart Government, Smart Economy, Smart Live, Smart Living, Smart People, dan

Smart Mobility agar dapat mewujudkan pelayanan publik yang maju dan sejahtera di Kota

Ternate ini. Dengan beberapa kebijakan ini sangat diharapkan dapat menjadi sebuah langkah

awal dalam upaya Kota Ternate dalam mewujudkan cita-cita smart city agar dapat maju dan

bersaing dengan kota-kota besar yang lain di Indonesia.

24
Bagan 2.1
Kerangka Berfikir

Upaya peningkatan Pelayaan


melalui kebijakan Smart City

Penyelengaraan kebijakan
smart city di Kota Ternate

Implementasi kebijakan Indikator Konsep Peningkat Kinerja Pemkot


menurut Edward III : Smart City : 1. Peningkatan wawasan
1. Komunikasi 1. Ekonomi Pintar tentang teknologi informasi
2. Sumberdaya 2. Mobilitas 2. Penyediaan sarana dan
3. Disposisi 3. Masyarakat Pintar prasarana pelayanan publik
4. Struktur Birokrasi 4. Lingkungan Pintar berbasis teknologi
5. Kualitas Hidup 3. Akses teknologi informasi
yang mudah

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis dan menggambarkan mengenai

Upaya Pemerintah Kota Ternate dalam mewujudkan Ternate Smart City, sehingga tergolong

dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Berdasarkan pendapat

tersebut, maka penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

atau mendeskripsikan secara terperinci bagaimana sifat serta hubungan antara fenomena

sosial tertentu. Tidak terlepas dari pokok permasalahan dalam penelitian, maka tujuan

dilakukannya penelitian deskripsi ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana Upaya

Pemerintah Kota Ternate dalam mewujudkan Ternate Smart City.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian digunakan

untuk meneliti dan memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, dimana peneliti

merupakan instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis

data bersifat induktif, sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun

di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat

sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat

tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menggunakan penelitia kualitatif sebagai metode

penelitian yang digunakan pada penelitian ini.

26
Adapun alasan penulis menggunakkan penelitian deskriptif kualitatif yaitu,selain

ingin mendeskripsikan atau menggambarkan permasalahan yang ada penulis juga ingin

mengetahui informasi yang terkait rencana penelitian ini secara mendalam dalam konteks

Upaya Pemerintah Kota Ternate dalam mewujudkan Ternate Smart City, Tujuan penelitian

ini pula bukan semata-mata untuk mengeneralisasikan seperti halnya penelitian kuantitatif.

3.2Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah lingkungan,tempat,atau wilayah yang direncanakan oleh

peneliti untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Tempat merupakan daerah atau wilayah

dimana subjek atau objek penelitian yang hendak diteliti. Penelitian ini dilakukan di Kota

Ternate tepatnya di Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian dimana lokasi tersebut

dipilih oleh peneliti karena merupakan fokus pembahasan yang diteliti yaitu tentang Ternate

Smart City.

2. Time Schedule Penelitian

Tabel 3.1

April Mei Juni


No Uraian Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1
Penelitian
2 Perencanaan
Pelaksanaan
3
Siklus I
Pelaksanaan
4
Siklus II
6 Pengelolaan
Data

27
Penyusunan
7
Laporan

3.3 Data Dan Sumber Data Penelitian

Pekerjaan mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif dengan metode studi kasus

yaitu melalui Fieldwork ,yaitu suatu pekerjaan mencatat, mengamati, mendengarkan,

merasakan, mengumpulkan dan menangkap semua fenomena,data,informasi tentang kasus

yang diselidiki.

Sumber data adalah subjek tempat asal data dapat diperoleh berupa bahan pustaka

atau orang (informan).Berdasarkan pengertian tersebut dapatlah dimengerti bahwa yang

dimaksud dengan sumber data adalah dari mana peneliti akan mendapatkan dan mengali

informasi berupa data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif,

maka sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

3.4 Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dan akurat, maka dalam penelitian ini

penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan beberapa teknik sebagai berikut:

1. Teknik Observasi

Teknik pengumpulan data diperoleh dimana peneliti menggunakan pengamatan

terhadap gejala-gejala subjek yang diselediki dengan perantara sebuah alat. Digunakannya

teknik ini karena yang diteliti adalah tingkah laku manusia dimana teknik ini akan lebih

efektif dan lebih sesuai, tentu saja dilakukan dengan berpedoman pada arah yang lebih

spesifik, sistematis, terfokus, sistematis, dan direkam dengan cermat untuk dapat diuji akurat.

28
2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang mengajukan pertanyaan langsung

oleh pewawancara kepada informan dan pertanyaan dicatat atau direkam. Wawancara yang

dilakukan terhadap informan adalah wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas atau

mendalam. Ketika wawancara dengan informan, dengan bincang-bincang terlebih dulu

dengan informan tanpa dilupakan pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab, sehingga

sasaran da permasalahan dapat dilacak tanpa menggurui informan. Artinya secara informal

tanpa disadari oleh subjek bahwa ia sedang diwawancarai.

Untuk lebih leluasa peneliti dalam menggali informasi dari informan tentang berbagai

data diperlukan, namun tetap mengacu pada tujuan pencarian data, maka penelitian akan

menggunakan wawancara semistruktur yang menggunakan menggunakan inti-inti atau

pokok-pokok pembicaraan namun dalam pelaksanaan interview mengajukan pertanyaan

secara bebas, pokok-pokok pertanyaan tidak perlu diyanyakan secara berurutan tetapi dapat

dimodifikasi saat wawancara berlangsung. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana pihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

dikemukakan oleh informan.

Melalui wawancara bebas dan mendalam ini diharapkan peneliti bisa dengan leluasa

melakukan wawancara dengan informan untuk mengetahui secara setail data mengenai

kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Ternate dalam upaya mewujudkan Ternte

Smart City yang lebih baik dan berkualitas.

3. Tenik Dokumentasi

29
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan

pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya

merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seorang atau lembaga untuk keperluan

pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi keilmiahan yang

sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas

pengetahuan terhadap sesuatu yang diselediki dan menguji hipotesis.

Banyak data yang terkumpul tidak menjamin bahwa hasil penelitian akan baik pula,

sebaliknya, sedikitnya data terkumpul tidak memastikan bahwa hasil penelitian tidak

memuaskan. Keadaan ini sangat ditentukan oleh pemanfaatan yang terkumpul, apakah

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau tidak. Pada dasarnya analisis adalah kegiatan untuk

memanfaatkan data sehingga diperoleh suatu kebenaran atau tidak benar dari suatu proses.

Jadi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau foto,film. Dokumen dijadikan sebagai

sumber data yang berfungsi untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

3.5 Analisis Data

Analisis data penelitian merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan

analisis ini data akan Nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian

dan mencapai tujuan akhir penelitian. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini

adala teknik analisis data deskriptif kualitatif, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata dan

bukan angka-angka. Dengan tujuan mengambarkan keadaan atau fenomena yang ada di

dalapangan dengan dipilih-pilih secara sistematis menurut kategorinya dengan mengunakan

bahasa yang mudah dicerna dan mudah dipahami oleh masyarakat umum.

Analisis merupakan proses penyusunan data, supaya data dapat ditafsirkan peneliti.

Menyususn data berarti mengelompokan dalam pola atau kategori. Sedangkan tafsiran atau

interpretasi artinya memberikan makna pada analisis dalam menjelaskan pola atau kategori.

30
Dan mencari hubungan antara beberapa konsep,[ CITATION Mol09 \l 1033 \m Mol09]

menjelaskan bahwa analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, megorganiasaikan data, memilah-milahnya menjadi sesuatu yang dapat

dikelola, mensistematiskannya, mencari data dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.

3.6 Keabsahan Data

Pengambilan data melalui tiga tahapan, diantaranya yaitu tahap pendahuluan, tahap

penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih kurang. Dari ketiga tahapan ini, untuk

mengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahapan penyaringan data. Oleh sebab itu,

jika terdapat data yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan

data sekali lagi dilapangan sehingga data tersebut memeliki validitas yang tinggi. Dalam

pengecekan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, pelaksanaan. Teknik

pemeriksaan didasarkan atas criteria tertentu. [ CITATION Mol09 \l 1033 ]ada empat criteria

yang akan digunakan, derajat kepercayaan (credebility), kebergantungan (trasferabiliity), dan

kepastian (confirbility)

1. Kridibilitas

Kribilitas data digunakan dalam penelitian ini untuk membuktikan kesesuaian antara

hasil pengematan dengan kenyataan dilapangan. Apakah data atau informasi yang diperoleh

sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.

2. Dependabilitas

Untuk menhindari kesalahan untuk memformulasikan hasil penelitian, maka

kumpulan data interpretasi data kemudian dikonsultasikan dengan berbagai pihak untuk ikut

31
memeriksa proses penelitian yang dilakukan peneliti agar temuan penelitian dapat

dipertahankan dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

3. Konfirmabilitas

Konfoirmabilitas dalam penelitian ini dilakukan bersama dengan dependabilitas,

perbedaanya terletak pada orientasi penilaiannya. Konfimabilitas digunakan untuk menilai

hasil penelitian, terutama yang berkaitan dengan deskripsi temuan penelitian dan diskusi hasil

penelitian.

32
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Lapangan

Temuan lapangan ini melakukan analisis bagimana membahas tentang implementasi

kebijakan Ternate smart city (studi kasus Diskomsandi Kota Ternate) atas dasar penelitian

yang telah dilakukan di Dinas Komunkasi Informatika dan Persandian Kota Ternate. Analisa

ini di awali dengan menjelaskan profil dari objek penelitian serta penjelasan tentang

kebijakan smart city menurut Perpres Nomor 95 tahun 2018 tentang sistem pemerintahan

berbasis elektronik (SPBE), Bahwa untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih,

efektif, transparan, dan akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas dan terpecaya

diperlukan sistem pemerintahan berbasis elektronik yang saat ini sedang diterapkan oleh

pemerintah Kota Ternate khususnya Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian.

Disamping itu implementasi kebijakan Ternate smart city akan dibandingkan dengan

Peraturan-Peraturan dan Undang-Undang yang relevan dengan kebijakan Ternate smart city,

sehingga akan menunjukan tingkat akuntabilitas pemerintah kota. Kemudian akan diketahui

kendala-kendala yang dihadapi diskomsandi.

33
4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Ternate merupakan daerah otonomi bagian dari provinsi Maluku Utara, terdiri

dari 8 (delapan) pulau, yakni : pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau Tifure, pulau

Mayau, Pulau Gurida, Pulau Makka dan Pulau Mano. Kota Ternate mempunyai potensi

strategis sebagai kota perdagangan yang dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Secara

geografis Kota Ternate terletak pada posisi 0o-2o Lintang Utara dan 126o-128o Bujur Timur

dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut yang beragam dan

disederhanakan/dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu ; Rendah (0 - 499 M), Sedang (500-

699 M), Tinggi (lebih dari 700 M). Luas wilayah Kota Ternate adalah 5.795,4 Km2 dan lebih

didominasi oleh wilayah laut 5.633,34 Km2 sedangkan luas daratan 162,069 Km2. Jumlah

penduduk Kota Ternate pada akhir tahun 2015 berjumlah 212.997 jiwa yang terditribusi

pada 7 kecamatan, dengan tingkat persebaran yang tidak merata pada setiap kecamatan.

 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Maluku

 Sebelah Timur dengan Selat Halmahera

 Sebelah Barat dengan Laut Maluku

Kota Ternate mempunyai ciri daerah kepulauan dimana wilayah terdiri dari tujuh

buah pulau, lima diantaranya berukuran sedang merupakan pulau yang dihuni penduduk

sedangkan tiga lainnya berukuran kecil dan hingga saat ini belum berpenghuni.

Dinas komunikasi, informatika dan persandian merupakan gabungan dari dinas

perhubungan dan beberapa bidang lainnya.Tetapi sebelum bergabung dengan dinas

perhubungan,Pada tahun 2008 Diskomsandi adalah kantor di bagian kominfo. Dan pada

tahun 2016 membentuk dinas sendiri yang berlokasi di kantor wali kota lama tepatnya di

jalan Yos Sudarso. Dasar hukum pembentukan Dinas Komunikasi, Informatika dan

34
Persandian Kota Ternate adalah berdsarkan, Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah dan Perda Kota Ternate No.11 Tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan

perangkat daerah. Mengingat betapa pentingnya komunikasi, Pemerintah daerah khususnya

harus dapat menjalin proses komunikasi yang harmonis dengan masyarakat. Pemerintah

daerah tidak dapat berjalan sendiri dalam mengembangkan potensi daerahnya apabila tidak

didukung oleh masyrakat, begitu juga sebaliknya masyarakat tidak akan mendukung

pemerintah, apabila tidak memiliki pengatahuan yang cukup akan kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah. Atas dasar itulah pemerintah Kota Ternate melalui Dinas

Komunikasi,Informatika dan Persandian berupaya memberikan pelayan Informasi yang

seimbang kepada masyarakat maupun lembaga-lembaga lain melalui berbagai kegiatan

hariannya sesuai dengan tugas dan fungsi.

Pada Peraturan Walikota No. 6A Tahun 2019 di sebutkan bahwa Dinas Komunikasi,

Informatika dan Persandian mempunyai tugas dan fungsi yaitu perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi, pemberdayaan dan pembinaan serta pengendalian kebijakan di bidang komunikasi

dan informasi meliputi pengembangan informasi, aplikasi dan telematika, pendayagunaan

pers dan media masa, pengelolaan persandian dan data statistik sektoral serta keamanan

informasi.

A. Visi Misi Kota Ternate

Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana instansi pemerintah

harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif, serta

produktif, visi tidak lain adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan

berisikan cita dan citra yang ingin diemban dan diwajibkan oleh instansi pemerintah. Dengan

mengacu pada batasan tersebut, juga visi menjadi bagian integral dalam penyusunan dan

35
penetapan perencanaan strategis. Sadar akan hal itu, Kota Ternate menetapkan visi sebagai

berikut “ Terwujudnya Ternate menjadi kota berbudaya, agamais, harmonis, mandiri,

berkeadilan dan berwawasan lingkungan”.

Misi merupakan deskripsi tugas-tugas utama yang bersifat global dalam rangka

mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Misi adalah suatu yang harus dilaksanakan oleh

organisasi (instansi pemerintah) agar tujuan organisasi dapat tercapai dan berhasil dengan

baik. Dengan pernyataan misi yang ditetapkan ini, Berdasarkan rumusan visi pembangunan

Kota Ternate sebagaimana telah duraikan diatas, maka rumusan misi pembangunan daerah

jangka menengah Kota Ternate dalam tahun 2016-2021 ke depan adalah sebagai berikut:

1. Membangun Ternate yang Mandiri Adil dan Sejahtera

2. Membangun Kota Ternate sebagai Kota Berbudaya dan Agamais

3. Mewujudkan infrastruktur Jasa dan Perdagangan yang merata antar wilayah

perkotaan

4. Membangun Kota Ternate sebagai Kota pesisir dan maritim

5. Membangun Kota Ternate sebagai pusat destinasi wisata unggulan berbasis

Budaya,Sejarah dan Bahari.

B. Tahap Pelaksanaan Kebijakan Smart City Kota Ternate

Tahap implementasi kebijakan Ternate smart city dilaksanakan dan dipantau langsung

oleh dua SKPD yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan

Daerah Kota Ternate (Bappelitbangda) dan Dinas Komunikasi,Informatika dan Persandian

Kota Ternate (Diskomsandi) serta seluruh OPD yang terlibat. Yang mana kita ketahui bahwa

kebijakan smart city ini adalah pembaharuan sistem pemerintahan yang mengunakan sarana

telekomunikasi untuk mempermudah pelayanan publik dan membangun infrastruktur

pendukung teknologi komunikasi dan informasi untuk mefasilitasi masyarakat dalam hal ini

36
akses internet,Maka dari itu Bappelitbangda dan Diskomsandi bekerja sama dalam inovasi

kebijakan smart city. Berikut penjelasan singkat dari Bappelitbangda dan Diskomsandi :

1. Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota

Ternate.

Alamat kantor Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan

Daerah Kota Ternate Berada di Jl. Cengkeh Afo No 14 Maliaro, Kota Ternate. Berdasarkan

pada peraturan Walikota Ternate No.40 Tahun 2017 tugas dari Bappelitbangda ialah

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan

pembangunan, penelitian dan pengembangan daerah. Dalam hal ini berdasarkan paparan di

atas maka Bappelitbangda juga salah satu unsur pelaksana pemerintah daerah yang ikut serta

dalam implementasi kebijakan Ternate smart city yaitu dalam hal perencanaan seluruh

perangkat daerah dan monitoring serta evaluasi kebijakan Ternate smart city yang telah

dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ternate. Sesuai

dengan tugasnya Bappelitbangda juga bertanggungjawab dalam hal pembangunan smart city

di Kota Ternate.

2. Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ternate.

Berdasarkan pada Peraturan Walikota Ternate No.6A Tahun 2019 tugas dari

Diskomsandi yang melaksanakan kebijakan Ternate smart city yang mengacu pada Peraturan

Presiden No.95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan

mengntrol pelayanan pengaduan publik di berbagai SKPD Kota Ternate.Dalam pelaksanaan

Ternate smart city, Bidang informatika dan bidang informasi publik, telekomunikasi dan

penyiaran yang bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan ini karena keterkaitan

tugas bidang dan juga tenaga ahli yang memahami telekomunikasi untuk menunjang jalannya

kebijakan Ternate smart city.

37
Walaupun pada saat ini implementasi kebijakan Ternate smart city belum sepenuhnya

sesuai dengan indikator konsep smart city, akan tetapi proses pelayanan publik berbasis

elektronik telah dilaksanakan oleh Diskomsandi kota Ternate dan akan terus berlanjut untuk

yang lebih baik.

38
4.3Hasil Penelitian

A. Upaya Implementasi Kebijakan Smart City Di Kota Ternate.

Hasil temuan penelitian tentang implementasi kebijakan Ternate smart city ialah

kebijakan Ternate smart city belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan indikator konsep

smart city yang ada, walaupun beberapa kebijakan telah terlaksana seperti aplikasi pengaduan

aspirasi publik dan fasilitas internet gratis yang ada di titik-titik keramaian kota. Dan sejak

awal mulanya implementasi kebijakan Ternate smart city sejak tahun 2018 sampai tahun

2021 ini belum adanya master plan atau rencana induk SPBE (sistem pemerintahan berbasis

elektronik) yang mengakibatkan terhambatnya program-program Ternate smart city karena

tidak adanya pedoman secara detail mengenai pelaksanaan kebijakan ini.

Maka dari itu tuntutan publik akan adanya transparansi dan akuntabilitas pemerintahan

semakin mendesak, hal ini adalah konsekuensi dari sebuah Kota Center of exelence. Tuntutan

ini pada intinya adalah terselenggaranya tata kepemerintahan yang baik (Good Governance)

dan keterbukaan publik sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat

berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas

dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Di era teknologi informasi ini, salah satu penunjang

utama untuk mewujudkan keterbukaan publik adalah pembukaan akses informasi dari

pemerintah melalui media cetak, elektonik, media sosial, website dan media lainnya yang

berbasis teknologi informasi. Teknologi informasi komunikasi adalah istilah umum untuk

semua jenis teknologi yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,

mengomunikasikan atau menyebarkan informasi. Teknologi informasi komunikasi juga

menyatukan komputasi (ilmu computer yang memecahkan sebuah masalah dari data input)

dan komunikasi yang berkecepatan tinggi untuk data, suara dan video. Hal ini sesuai dengan

39
yang disampaikan oleh Kepala Dinas Komunikasi,Informatika dan Persandian Kota Ternate

berikut ini :

“Dalam hal dokumen peraturan walikota atau master plan yang menjelaskan
secara khusus dan detail mengenai smart city untuk saat ini belum ada, Akan tetapi
Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate sedang dalam perumusan
dan penyusunan draf Rencana Induk SPBE. Draf ini terhambat dikarenakan faktor
refocusing anggaran yang terjadi hampir diseluruh level pemerintahan dalam rangka
fokus dalam penanganan covid-19. Semoga saja tahun depan keadaan sudah lebih
membaik dan dapat melanjutkan perencanaan induk spbe Kota Ternate” Wawancara,
31 Agustus 2021.

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Berbicara mengenai smart

city, pada dasarnya konsep smart city ini muncul karena tingginya angka pertumbuhan

penduduk disertai tuntutan yang tinggi dari masyarakat dengan menyikapi berbagai macam

permasalahan yang sedang terjadi di dalam kota terutama dalam hal pelayanan publik.

Konsep smart city ini dijadikan sebagai strategi demi kemajuan kota dalam menyikapi

berbagai permasalahan. Pemerintah berusaha melakukan berbagai macam inovasi dalam hal

untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat. Dengan ini diharapkan dapat

menjadi sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada didalam pemerintah kota.

Oleh karena itu agenda prioritas Pemkot Ternate sebagai respon konseptual dan praktis

terhadap berbagai permasalahan kota Ternate dalam hal pelayanan bublik dll. Melalui smart

city tujuan-tujuan pembangunan Kota Ternate yang berkelanjutan dapat dicapai secara

sistematis dan rencana induk SPBE yang menjelskan secara terperinci tentang smart city akan

segera ditetapkan untuk perkembangan E-Governance di kota Ternate menjadi lebih baik dari

sebelumnnya.

40
a) Proses Implementasi Kebijakan Smart City

Implementasi ialah kegiatan yang dilakukan dengan perencanaan dan mengacu pada

aturan Negara Indonesia dalam hal ini UU, Perpres, Perda dan Perwa untuk mencapai tujuan

suatu kebijakan. Intinya, implementasi dapat dilakukan bila sudah terdapat rencana atau

konsep kebijakan yang akan dilakukan oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandin

Kota Ternate. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang

baik (Good Governance) seperti yang dikemukakan oleh [CITATION MEL13 \l 1033 ], Bahwa

Good Governance (tata pemerintahan yang baik) merupakan konsep pada otonomi daerah

dalam rangka mewujudkan suatu pemerintahan yang sehat dan bersih adalah suatu hal yang

perlu diimplementasikan pada era otonomi daerah saat ini dalam rangka mewujudkan suatu

pemerintahan yang baik dan bersih dengan lebih mengedepankan prinsip partisipasi,

transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh karena itu

dalam menggambarkan implementasi kebijakan smart city, akan diuraikan lebih lanjut

berdasarkan data dan informasi, sejauh mana indikator tersebut dijalankan di wilayah

penelitian.

Implementasi kebijakan E-Governance (smart city) bermula dari Peraturan Walikota

Ternate Nomor 6.A Tahun 2019 tentang tugas pokok dan fungsi Diskomsandi dalam hal ini

adalah dinas penanggung jawab untuk melakukan perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan

pengendalian teknologi komunikasi, informatika dan persandian di Kota Ternate. Hal ini

sesuai dengan yang disampaikan oleh Pak Anas S.Pd,M.Par. selaku Kepala Dinas

Komunikasi,Informatika dan Persandian Kota Ternate berikut ini :

“Perkembangan Ternate smart city, Kalau dari prespektif implementasinya sudah


jalan sejak tahun 2017 sampai saat ini karena hampir di semua SKPD teknis yang
menangani pelayanan publik sudah mengunakan aplikasi yang diawasi oleh
Diskomsandi, aplikasi ini ialah sub bagian dari smart city itu sendiri serta infrastruktur
internet gratis untuk mastarakat dan sejauh ini perkembangan Ternate smart city dalam

41
tahap proses yang kebetulan agak sedikit tersendat karena faktor refocusing angaran.
Progresnya yaitu yang dulunya Diskomsandi hanya melayani beberapa SKPD
kemudian ditahun 2021 Diskomsandi sudah bisa melayani SKPD yang lebih banyak
dalam hal ini jaringan internetnya yang lebih luas” Wawancara, 31 Agustus 2021.

Hal serupa juga disampaikan oleh Pak Wahyusetia Permana,S.Kom. Selaku Sekretaris

Dinas Komunikasi,Informatika dan Persandian Kota Ternate berikut ini :

” Imlementasi Ternate smart city Pemkot baru masuk kepada penyediaan sarana
pengaduan pelayanan pablik secara online lewat Lapor-SP4N ini adalah aplikasi sistem
pengelolaan pengaduan pelayanaan publik nasional yang berlaku di seluruh Indonesia,
layanan aspirasi dan pengaduan online rakyat, aplikasi ini yang dibuat oleh Pemerintah
Pusat, dulu sebelum aplikasi Lapor-SP4N ini Pemkot sudah punya namanya SIAPIK
(Sistem informasi pengaduan pelayanan publik) akan tetapi sudah diberhentikan
pemakaiannya” Wawancara, 09 Agustus 2021.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa dalam rangka peningkatan

pelayanan publik penyelenggaraan pemerintah, sudah ada Perpres yang mengatur tentang

sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) dimana di dalamnya mencamtumkan bahwa

dinamika perkembangan yang demikian pesat dibidang teknologi dalam rangka mempercepat

pelayanan pemerintahan kepada publik dan penyelenggaraan pemerintahan harus mengacu

pada kemajuan teknologi khususnya dibidang digitalisasi. Implementasi kebijakan smart city

di Kota Ternate sejak tahun 2017 sampai saat ini mengalami progres yang baik setiap

tahunnya namun ada sedikit kendala dalam penerbitan/penetapan draf Rencana Induk SPBE

Ternate smart city dikarenakan refocusing angaran.

Walaupun tanpa adanya Rencana Induk SPBE, Dinas Komunikasi, Informaatika dan

Persandian Kota Ternate tetap menyelenggarakan program kebijakan yang sesuai dengan

indikator-indikator yang ada dalam konsep smart city. Untuk saat ini Dinas Komunikasi,

Informaatika dan Persandian Kota Ternate fokus dalam pelayanan publik berbasis teknologi

dan penyediaan infrastruktur seperti internet gratis untuk seluruh lapisan masyarakat. Ada

pula berbagai aplikasi yang dibuat oleh Pemerintah Kota Ternate yang telah dihentikan

42
penggunaannya seperti aplikasi SIAPIK, Ternate Pintar, Pasar Kita, LPSE Kota Ternate.

mengapa diberhentikan operasinya karena ada surat edaran dari Kementrian Dalam Negeri

Republik Indonesia untuk menghentikan semua aplikasi lokal buatan dari daerah agar

memakai satu saja aplikasi yaitu Lapor-SP4N agar masyarakat tidak bingung dengan

banyaknya aplikasi lapor dan juga agar dapat dipantau langsung oleh pemerintah pusat, hal

ini juga termasuk dalam konssep implementasi smart city itu sendiri. Berikut adalah progrm

implementasi kebijakan yang dilakukan oleh Diskomsandi Kota Ternate :

1) Pelayanan Aspirasi Dan Pengaduan Online Rakyat (Lapor-SP4N)

Dalam progresnya implementasi kebijakan Ternate smart city yang dibawah tanggung

jawab Dinas Komunikasi, Informaatika dan Persandian Kota Ternate menerapkan kebijakan

pelayanan publik berbasis elektronik di lingkungan pemerintah kota dalam bentuk aplikasi

pengaduan masyarakat yang dinamai dengan Lapor-SP4N yang pengelolaannya telah diatur

dalam Keputusan Walikota Ternate Nomor : 141/I.7/KT/2018 tentang Tim Koordinasi

pengelolaan pengaduan dan petugas administrator pada organisasi perangkat daerah Kota

Ternate. Aplikasi LAPOR! telah ditetapkan sebagai Sistem Pengelolaan Pengaduan

Pelayanan Publik Nasional (SP4N) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013

yang artinya semua lapisan masyarakat dapat menyampaikan pengaduan tentang segala jenis

pelayanan publik di seluruh tingkat pemerintah, Pernyataan ini diatur dalam Buku Panduan

untuk Penyelenggara Dan Administrator pada Pemerintah Provinsi / Kabupaten / Kota,

Adopsi Dan Integrasi lapor!-Sp4n untuk Pelayanan Publik Yang Lebih Baik. [CITATION

Kem16 \l 1033 ].

Seperti yang dijelaskan pada buku panduan Lapor-SP4N bahwa seluruh masyarakat

indonesia dapat mengunakan aplikasi layanan pengduan, aspirasi dan permintaan informasi,

43
Lapor-SP4N dapat di akses dengan cara masuk ke Situs website www.Lapor.go.id , bisa juga

melalui SMS Ke 1708 dan Mobile Apps atau Twitter dengan #Lapor. Dengan pernyataan ini

dapat diartikan bahwa tidak hanya msyarakat Kota Ternate saja yang dapat mengunakan

layanan Lapor-SP4N melainkan wilayah-wilayah Maluku Utara lainya meliputi Tidore,

Sofifi, Halmahera dll. Kareana seluruh masyarakat Indonesia berhak mendapatkan pelayanan

publik yang baik. Berikut ini presentase masyarakat Maluku Utara yang telah mengunakan

aplikasi Lapor-SP4N berdasarkan surat edaran Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor: 409/1921/SJ tentang Percepatan penyelesaian pengelolaan pengaduan pelayanan

publik pemerintah daerah tahun 2020, Sebagai berikut :

Tabel 4.1

PENGADUAN Kualitas
Pemerintah
No Belum di Belum di Tindak Lanjut
Daerah Proses Selesai Total
verifikasi tindaklanjuti Pengaduan
XXX Prov. Maluku Sesuai
0 8 0 2 10
II Utara Subtansi
Kab.
Hanya laporan
457 Halmahera 12 0 0 0 12
Testing
Barat
Kab.
Hanya laporan
458 Halmahera 7 0 0 0 7
Testing
Tengah
Kab.
Hanya laporan
459 Halmahera 18 0 0 0 18
Testing
Utara
Kab.
Hanya laporan
460 Kepulauan 12 0 0 0 12
Testing
Sula
Kab. Pulau Hanya laporan
461 3 0 0 0 3
Taliabu Testing
Kab.
Hanya laporan
462 Halmahera 2 0 0 0 2
Testing
Timur

44
Kab.
Hanya laporan
463 Halmahera 20 1 0 0 21
Testing
Selatan
Kab. Pulau Hanya laporan
464 1 0 0 0 1
Morotai Testing
Masih
465 Kota Ternate 61 12 0 66 139
Normatif
Kota Tidore Masih
466 0 6 0 6 12
Kepulauan Normatif
Total Laporan
Prov/Kab/
136 27 0 74 237
Kota Se-
Malut

Dapat kita lihat dari tabel diatas bahwa pengunaan terbanyak aplikasi Lapor-SP4N

ialah Kota Ternate, Hal ini disebabkan karena Dinas Komunikasi, Informaatika dan

Persandian Kota Ternate giat melakukan sosialisasi pengenalan aplikasi kepada masyarakat

Kota Ternate. Sehinga masyarakat mendapatkan pelayanan publik dengan baik serta

permasalahan yang ada di tengah masyarakat dapat reratasi dengan baik.

Hal ini juga diperkuat dengan tanggapan dari Ibu Nina Apriana Abbas, S.Kom. selaku

Kepala Seksi Aplkasi E-Gov Perangkat Informatika berikut ini :

” Jadi yang kita ketahui mengenai layanan aspirasi dan pengaduan online rakyat
(Lapor-SP4N) ini bukan dibuat oleh Pemerintah Kota Ternate tetapi dibuat oleh
pemerintahan pusat jadi pemkot hanya siap pakai dan aplikasi ini bisa digunaakan oleh
seluruh pemerintah daerah yang ada di Indonesia. Dan alhamdulillah sampai saat ini
tidak ada kendala yang di alami oleh admin yang menngani aplikasi Lapor-SP4N
karena aplikasi ini telah diatur oleh pemerintah pusat jadi tidak terlalu banyak kendala
yang dialami oleh pemkot Ternate.” Wawancara, 31 Agustus 2021.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita ketahui bersama aplikasi SP4N ini

adalah program pemerintah sebagai wujud dari implementasi pelayanan publik berbasis

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, program ini dibangun sebagai salah satu

45
bentuk komunikasi pemerintah dengan masyarakat Kota Ternate dalam melayani masyarakat

dan memberikan kemudahan untuk mengakses informasi melalui program pengaduan

aspirasi ini. pemerintah Indonesia berupaya memberikan fasilitas pelayanan pengaduan

aspirasi masyarakat dan permintaan informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi

untuk seluruh pemerintah daerah dan dipantau secara langsung oleh pemerintah pusat segala

keluhan masyarakat yang telah dilaporkan dan juga sangat mempermudah masyarakat dalam

hal pelayanan publik atau pun mengatasi masalah yang ada dalam lingkungan masyarakat.

Diskomsandi Kota Ternate terus berupaya yang terbaik dalam memfasilitasi atau membantu

menangani masalah yang di adukan masyarakat secara online maupun ofline serta akan di

shere secepatnya ke instansi yang bertanggung jawab dalam mengatasi masalah yang di

adukan. Berikut ini adalah Alur proses penyampaian laporan masyarakat :

Gambar 4.1 Alur proses pengaduan aspirasi masyarakat

Dari analisis data yang ada bahwa Dinas Komunikasi, Informaatika dan Persandian Kota

Ternate berperan sebagai fasilitator antara masyarakat dan SKPD terkait yang memiliki

otoritas untuk menangani pengaduan masyarakat dan sekaligus akan dipantau sampai dengan

laporan pengaduan masalah itu selesai ditangani. Temuan lapangan pada implementasi

aplikasi ini selama beroprasi sejak 2018 sampai saat ini belum didapati adanya kendala yang

46
serius oleh admin operator aplikasi Lapor-SP4N dikarenakan aplikasi ini dipantau langsung

oleh pemerintah pusat dimana dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika. Jadi

aplikasi ini siap pakai untuk pemerintah daerah yang ada di seluruh indonesia, Diskomsandi

pun tidak bertanggungjawab atas errornya sistem aplikasi karena telah di kontrol oleh

pemerintah pusat. Upaya yang harus ditinggatkan dalam kebijakan aplikasi ini ialah sosialisai

pengenalan aplikasi agar seluruh lapisan masyarakat Ternate paham dan dapat mengunakan

apikasi pengaduan aspirasi masyarakat ini

2) Infrastruktur Internet Untuk Rakyat (IKRA)

Sejak tahun 2017 Pemerintah Kota Ternate telah memasang infrastruktur yang

mendukung jalannya implementasi kebijakan Ternate smart city yaitu akses internet gratis

untuk masyarakat luas yang terletak di 10 titik pusat keramaian kota yaitu taman nukila,

taman toboko, pasar rakyat, swalayan tara no ate, Kantor walikota dan lainnya namun saat

ini beberapa lokasi akses internet telah dicabut seperti taman nukila sebab kurangnya

anggaran yang berpengaruh terhadap belanja internet pemerintah Kota Ternate. Namun saat

ini akan terus diupayakann kedepannya oleh Dinas Komunikasi, Informaatika dan Persandian

Kota Ternate untuk bisa memfasilitasi seluruh sudut wilayah Kota Ternate dengan

wifi/internet gratis untuk masyarakat Kota Ternate. Karena faktor penting dalam

implementasi kebijakan smart city ini ialah kemudahan akses internet yang merupakan kunci

jalannya kehidupan kota cerdas itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Pak

Anis selaku Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate berikut ini :

“ Pelayanan fasilitas internet sebagian besar sudah ditangani oleh Dinas


Komunikasi, Informaatika dan Persandian Kota Ternate, Mulai dari Sekretariat,
instansi SKPD teknis yang menangani perijinan, Keuangan, Perencanaan kemudian
BPBD, Dinas Kesehatan dan dinas-dinas lainnya yang suda Diskomsandi fasilitasi dan
rata-rata di dinas-dinas tersebut sudah ada aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan pelayanan khususnya pelayanan terkait dengan tugas yang melekat pada
SKPD tersebut.” Wawancara, 31 Agustus 2021.

47
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita ketahui bahwa dalam Konteks smart

city salah satu kebutuhan subtansial yang paling pokok adalah ketersediaan jaringan internet

yang representatif karena itu yang bisa memanfaatkan semua indikator smart city setelah

adanya jaringan internet. Konteks implementasi kebijakan smart city hal yang paling penting

dalam menjalankan sistem pemerintahan berbasis elektronik ini ialah fasilitas jaringan

internet yang baik dari segi SKPD Kota Ternate maupun masyarakat karena roda dari konsep

kota pintar ini berdasarkan teknologi informasi dan komunikasi hal ini yang akan membuat

kehidupan masyarakat lebih maju dan bisa sesuai dengan konsep penerapan smart city. Pada

paparan implementasinya dalam hal untuk mendukung jalannya Implem entasi smart city itu

literasi digital yang merupakan item penting akan terus intens dilaksanakaan oleh

Diskomsandi Kota Ternate dalam rangka mengedukasi masyarakat agar dapat mengakses

pelayanan-pelayanan digital melalui apliksi yang melekat pada SKPD yang melakukan

pelayanan publik.

B. Kendala Yang Dihadapi Dalam Implementasi Kebijakan Smart City.

Kendala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate dalam

implementasi kebijakan smart city yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari

berbagai aspek seperti Anggaran, Ketersediaan SDM yang representative dalam hal

implementasi kebijakan smart city dan belum adanya fasilitas Command Center. Berdasarkan

wawancara dengan para informan. Berikut penjelasannya :

Keberhasilan pelaksanaan smart city tidak lepas dari berbagai faktor, baik faktor

penghambat maupun faktor pendorong pelaksanaan kebijakan Ternate smart city. Mengacu

pada teori Edward III, yang terdiri dari komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur

birokrasi. Dari faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dapat diketahui faktor apa saja yang

berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan Ternate smart city. Faktor-faktor yang

48
berpengaruh pada implementasi kebijakan Ternate smart city dalam penelitian ini dilihat dari

hasil temuan lapangan yang dikaitkan dengan teori Edward III sebagai berikut :

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pelaksanaan

kebijakan Tenate smart city. Namun demikian, komunikasi sering kali dipahami dalam

konteks formal seperti rapat, instuksi dan kegiatan sejenisnya. Komunikasi juga menjadi

faktor penghubung bagi para stakeholder, pada kebijakan ini komunikasi yang terjalin yaitu

antar anggota tim pengembangan smart city maupun dengan masyarakat Kota Ternate yang

menjadi kelompok sasaran dari kebijakan ini. Komunikasi dilakukan dengan maksud

menyampaikan informasi agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan kebijakan

Ternate smart city.

Dalam implementasi kebijakan Ternate smart city terdapat komunikasi formal dan

informal. Komunikasi formal meliputi rapat, monitoring dan Bimbingan Teknis yang

dilakukan oleh tim perencanaan dan pengembangan Ternate smart city. Seperti yang

disampaikan oleh Kepala Dinas Komunikasi Informatikan dan Persandian Kota Ternate

berikut ini:

“Koordinasinya berupa penyuluhan dan bimbingan teknis kepada masing-masing


OPD, kami membuat website serta akun media sosial dan OPD dibimbing untuk
mengupload informasi, hal ini seperti penyuluhan konten kegiatan harian
pemkot”(Wawancara 31 Agustus 2021)

Hal ini termasuk pada teori Edward III yaitu faktor komunikasi pemerintah Kota

terhadap masyarakat Kota Ternate untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang

perkembangan pemerintahan Kota Ternate, ada pun komunikasi pemerintah Kota Ternate

kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi atau kegiatan sejenisnya, hal ini dejelaskan oleh

Kepala Seksi Aplkasi E-Gov Perangkat Informatika sebagai berikut :

49
“Diskomsandi juga aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai aplikasi
atau wadah pengaduan aspirasi rakyat (Lapor-SP4N) setiap setahun sekali yang dapat
membantu masyarakat dalam menyampaikan permasalahan yang terjadi di setiap
kelurahan kepada SKPD penanggungjawab tersebut”(Wawancara 31 Agustus 2021)

Hasil dari wawancara dengan narasumber dapat kita simpulkan bahwa pemerintah

Kota Ternate telah melakukan komunikasi yang baik dengan masyarakat dan telah

melakukan transparansi informasi dan pelayanan publik secara baik. Akan tetapi berdasarkan

hasil survey pada masyarakat didpati lumayan banyak yang belum mengetahui dan

memahami dengan baik tentang program penerapan kebijakan Ternate smart city ini.

Sedngkan untuk masyarakat yang mengetahui adanya kebijakan ini didominasi oleh golongan

pelajar dan anak muda seperti tanggapan yang disampaikan oleh Pemuda Kelurahan Takoma

Kota Ternate berikut ini :

“Ya saya tau adanya kebijakan Ternate Smart city dari sosial media Diskomsandi
Ternate dan sosoalisasi yang dilakukan oleh pemkot ”(Wawancara 14 Oktober 2021)

Hal serupa juga disampaikan oleh masyarakat Kota Ternate, Mahasiswa UNKHAIR

berikut ini :

“Oh iyah saya tau, soalnya sekarang semuanya serba smart. Saya tau kebijakan
Ternate Smart city dari website Kota Ternate dan dari tugas kuliah. ”(Wawancara 14
Oktober 2021)

Hasil wawancara dengan narasumber ini dapat dijelaskan bahwa selain dari sosial

media tik masyarakat Kota Ternate juga mendapat informasi mengenai kebijakan Ternate

Smart city dari sumber lain tentang adanya kebijakan Ternate Smart city. Komunikasi

informal yang terjalin antar implementor dengan kelompok sasaran masih belum cukup baik

atau belum optimal mengacu dari pemaparan informan diatas bahwa komunikasi informal

menjadi salah satu faktor penghambat dalam implementasi kebiijakan Ternate Smart city

50
Komunikasi yang terjalin antara pemerintah dengan masyarakat berjalan kurang baik

sehingga menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan Ternate Smart city.

2. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kebijakan Ternate Smart

city. Meskipun sumberdaya sudah cukup dalam pelaksanaan kebijakan Ternate Smart city

namun dalam pengunaannya kurang mumpuni, maka kebijakan yang dilaksanakan akan

berjalan kurang efektif sumberdaya dalam implementasi kebijakan Ternate Smart city di Kota

Ternate dipengaruhi oleh tiga sumberdaya penting yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya

financial dan sumberdaya infrastruktur pendukung. Berkaitan dengan sumberdaya manusia

yaitu semua aktor yang berkepentingan serta ikut ambil andil dalam pelaksanaan kebijakan

Ternate Smart city, Tim perencanaan dan pengembangan Ternate Smart city mengalami

kendala yaitu SDM yang representative,Yang mampu menjadi motor dalam pergerakan

implementasi kebijakan Ternate smart city. Diskomsandi masih membutuhkan banyak tenaga

ahli lagi yang mampu dalam bidang programmer untuk lebih mempermudah akses dan

penataan data secara telekomunikasi, meskipun pada saat ini staf Diskomsandi cukup

mumpuni untuk itu,tetapi dalam skala perkembangan yang lebih jauh tentunya Dinas

Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate sangat memerlukan tenaga-tenaga ahli

yang lebih mumpuni. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Dinas Komunikasi Informatika

dan Persandian Kota Ternate berikut ini:

“Sumberdaya manusia sebenarnya kami mengalami kekurangan, yaitu SDM yang


representative,Yang mampu menjadi motor dalam pergerakan implementasi kebijakan
Ternate smart city. ”(Wawancara 14 Oktober 2021)

Sumberdaya financial adalah besaran anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Kota

Ternate untuk membiayai pelaksanaan kebijakan Ternate smart city. Sumberdaya financial

51
untuk pelaksanaan kebijakan Ternate smart city bersumber dari dana Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) Kota Ternate. Hal ini terkendala dikarenakan faktor refocusing

anggaran yang terjadi hampir diseluruh level pemerintahan dalam rangka fokus dalam

penanganan covid-19, Dalam pelaksanaan implementasi kebijakan smart city tentu saja

diperlukan anggaran lebih untuk mejalankan kebijakan ini misalnya dalam hal draf rencana

induk SPBE yang belum bisa di sahkan dan di terapkan oleh kami (Diskomsandi) serta

belanja kapasitas internet yang masih sedikit yang mengakibatkan tidak seluruh wilayah Kota

Ternate mendapatkan fasilitas internet gratis. Semoga tahun depan sudah tidak ada lagi

refocusing anggaran oleh pemerintah Indonesia sehingga seluruh rencana induk SPBE yang

mengatur tentang smart city dapat berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan oleh

Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate. Seperti yang disampaikan oleh

Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ternate berikut ini:

“Terkendala karena faktor refocusing anggaran yang terjadi hampir diseluruh level
pemerintahan dalam rangka fokus dalam penanganan covid-19, sehingga
menyebabkan keterlambatan pengesahan Rencana induk SPBE/Master plan kebijakan
Ternate smart city.”(Wawancara 30 Agustus 2021)

Sedangkan untuk sumberdaya infrastruktur seperti perangkat komputer, wi-fi dan lain-

lain. Pada sumberdaya ini Diskomsandi Kota Ternate bekerja sama dengan PT telkom untuk

pemasangan free wi-fi di titik area publik. Selanjutnya pada infrastruktur pendukung lainnya

seperti perangkat komputer, akan tetapi kendala yang dihadapi oleh Diskomsandi ialah

keterbatasan belanja kuota internet yang masih sedikit hal ini disebabkan oleh faktor

refocusing anggaran ini pula yang membuat kurang meluasnnya jangkauan dan kecepatan

internet gratis yang ada di Kota Ternate dan juga belum adanya Command Center, Belum

tersedianya fasilitas Command Center yang kemudian dimana data-data terkait dengan

implementasi kebijakan smart city dapat terpusat semuanya pada Dinas Komunikasi,

Informatika dan Persandian Kota Ternate. Untuk kedepannya kita akan fokus bergerak ke

52
arah sana secara bertahap. Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Dinas Komunikasi

Informatika dan Persandian Kota Ternate berikut ini:

“Dari segi infrastruktur kami masih kekurangan dalam hal belanja kuota internet dan
penyediaan fasilitas Command Center, diharapkan akan segera dirampungkan pada
tahun depan agar penerapan kebijakan Ternate smart city ini dapat berjalan dengan
semestinya.”(Wawancara 30 Agustus 2021)

Berdasarkan pernyataan narasumber tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

sumberdaya memiliki peran penting dalam mendorong keberhasilan pelaksanaan kebijakan

Ternate Smart city. Pada pelaksanaannya faktor sumberdaya terdapat masalah yang menjadi

penghambat pemerintah Kota Ternate khususnya Dinas Komunikasi Informatika dan

Persandian Kota Ternate. Dalam hal ini ketiga faktor sumberdaya yaitu sumbrdaya manusia,

sumberdaya financial, sumberdaya infrastruktur pendukung. Yang masih menjadi pokok

permasalahan yang menghambat pemerintah Kota Ternate dalam mengimplementasikan

kebijakan Ternate smart city.

3. Disposisi

Disposisi atau sikap pelaksanaan kebijakan Ternate smart city di Kota Ternate, sebuah

kebijakan dapat berjalan dengan baik walaupun ditunjang dengan sumberdaya yang

memadai, namun belum tentu hasilnya sesuai dengan yang diharapkan jika pelaksana atau

implementor tidak memiliki komitmen dalam pelaksanaan tugannya. Sikap pelaksana pada

implementasi kebijakan Ternate smart city dilihat dari kedisiplinan dan komitmen dari tim

Diskomsandi Kota Ternate dalam implementsi kebijakan Ternate smart city.

Komitmen sikap pelaksanaan ini dilihat dari sikap tim Diskomsandi Kota Ternate

untuk Ternate smart city dalam pelaksana kegiatan monitoring dan melaksanakan monitoring

dan melaksanakan program kegiatan. Pada saat monitoring, Dinas Komunikasi, Informatika

dan Persandian Kota Ternate mengadakan monitoring secara rutin. Hal ini guna mengawal

53
dan memastikan program kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing ODP dapat

berjalan dengan baik, selain itu juga untuk memastikan setiap ODP menjalankan tugas dan

wewenang sesuai dengan bidangnya. Mereka dituntut untuk menjalankan tugas secara

totalitas dan profesional agar program kegiatan yang dilaksanakan berhasil sesuai dengan

target sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kepala

Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ternate berikut ini:

“Biasanya dilakukan monitoring mengikuti dengan kegiatan pemkot dan diikuti oleh
semua OPD. Sesuai dengan pembentukan tim perencanaan dan pengembangan
Ternate Smart city dan kalau ada masalah-masalah yang perlu dibicarakan dan
koordinasikan secara berkala maka kita mengadakan rapat yang dihadiri oleh semua
anggota tim perencanaan dan pengembangan Ternate Smart city.”(Wawancara 30
Agustus 2021)

Hasil wawancara dari narasumber tersebut, jelas bahwa pelaksanaan kebijakan

Ternate Smart city melibatkan tim perencanaan dan pengembangan Ternate Smart city untuk

saling berkerja sama agar dapat mencapai target sasaran yang telah ditetapkan ditunjukan

dalam pelaksanaan monitoring Ternate Smart city.

Berdasarkan pernyataan narasumber tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

disposisi memiliki peran penting dalam mendorong keberhasilan pelaksanaan kebijakan

Ternate Smart city. Pada pelaksanaannya disposisi atau sikap pelaksana tidak terdapat

masalah yang menjadi penghambat. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan

Ternate Smart city meiliki komitmen dan antusias yang tinggi terhadap keberhasilan

pelaksanaan kebijakan Ternate Smart city.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi juga memiliki peren penting dalam pelaksanaan kebijakan Ternate

smart city. Struktur birokrasi erat kaitannya dengan pembagian tugas, wewenang dan

54
hubungan antar devisi dalam pelaksanaan kebijakan. Dalam pelaksanaan kebijakan biasanya

dibuat standar operasional prosedur (SOP) yang menjadi pedoman bagi implementor dalam

melaksanakan kebijakan agar tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Namun

pada kebijakan Ternate smart city, Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota

Ternate belum meiliki master plan atau rencana induk SPBE yang menjadi acuan khusus

pemerintah kota Ternate dalam penerapan kebijakan Ternate smart city, hal ini disebabkan

karena kendala anggaran yang belum mumpuni untuk mesahkan master plan atau rencana

induk SPBE. Untuk saat ini dalam penerapak kebijakan diskomsandi masih mengacu pada

perpres no 95 tahun 2018 tentang sistem pemerintahan berbasis elektronik dan perwal no 6A

tahun 2019 tentang tugas pokok dan fungsi diskomsandi. Hal ini disampaikan oleh Kepala

Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ternate berikut ini:

“Kami sebagai pihak pelaksana tidak ada SOP khusus akan tetapi untukimplementasi
kebijakan ini kami hanya mengacu pada perpres no 95 tahun 2018 tentang SPBE dan
perwal no 6A tahun 2019 seperti yang telah saya sampaikan diawal tadi ”(Wawancara
30 Agustus 2021)

Hasil wawancara dari narasumber tersebut, jelas bahwa tim pelaksana tersebut

dibentuk melalui keputusan Walikota dengan penjabaran tugas yang sangat jelas dan sesuai

dengan bidng serta wewenang masing-masing ODP. Sehigga pada faktor struktur birokrasi,

masih terdapat permasalahan maupun kendala dalam pelaksanaan kebijakan Ternate Smart

city.

Keseluruhan hasil analisis implementasi kebijakan Ternate Smart city diatas

membuktikan bahwa terdapat faktor pendorog dan faktor penghambat yang mempengaruhi

implementasi menurut teori Edward III yang terdiri dari komunikasi, sumberdaya, disposisi

dan struktur birokrasi. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

kebijakan Ternate Smart city diatas, sumberdaya dan struktur birokrasi merupakan faktor

55
yang menghambat pelaksanaan kebijakan Ternate Smart city. Sumberdaya dan struktur

birokrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Ternate dengan implementasi kebijakan

ini berjalan kurang baik atau belum optimal yaitu kurangnnya SDM yang ahli serta titik ramai

internet gratis, dan ketidak tersediaannya Command Center serta belum ditetapkannya

masterplan atau rencana induk SPBE, hal ini yang masih menjadi kendala bagi pemerintah

kota Ternate dalam implementasi kebijakan ini. Implementasi kebijakan Ternate Smart city

seharusnya mendapatkan prioritas dalam hal fasilitas fisik maupun nonfisik, karena dengan

implementasi kebijakan Ternate Smart city diharapkan mampu meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat Kota Ternate.

Sedangkan faktor pendorong dalam pelaksanaan kebijakan Ternate Smart city yaitu

komunikasi dan disposisi. Hal ini dapat dilihat dari faktor komunikasi pemerintah kota

Ternate dan masyarakat masih terjalin dengan baik dalam bentuk sosialisasi tatap muka

maupun via daring dan media sosial untuk mempermudah pelayanan publik untuk

masyarakat. Dan faktor disposisi pada pelaksanaan kbijakan Ternate Smart city tidak terdapat

masalah karena tim perencanaan dan pengembangan melakukan tugas dan wewenagnnya

dengan baik serta sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama.

56
4.4 Evaluasi Kebijakan Ternate Smart City.

A. Evaluasi Kepuasan Masyarakat Terhadap Kebijakan Ternate Smart City.

Evaluasi kebijakan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka melihat

implementasi kemudian melakukan penilaian terhadap jalannya suatu kebijakan apakah

kebijakan sudah terealisasi dengan baik atau belum, adapun tujuan dari evaluasi ialah untuk

mengetahui apakah kebijakan tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak. Studi evaluasi

adalah studi yang terkait dengan beberapa cabang ilmu pengetahuan lainnya. Termasuk

ketika evaluasi dalam konteks kebijakan publik sebagai bagian dari disiplin ilmu

Administrasi publik, Bahwa evaluasi adalah berkaitan dengan penelitian sosial.

Evaluasi kebijakan publik adalah bagian dari analisis kebijakan yang paling akhir untuk

menentukan apakah program maupun kebijakan yang dikeluarkan dapat mencapai hasil yang

diharapkan dari apa yang telah direncanakan sebelumnya melalui proses formulasi dan proses

yang dilaksanakan melalui implementasi, sehingga akan diketahui seberapa besar manfaat

yang didapatkan dari adanya kebijakan tersebut. [ CITATION Muh18 \l 1033 ] Evaluasi kebijakan

bertujuan untuk menilai sejauh mana kebijakan yang dibuat memecahkan masalah dan

mewujudkan dampak yang diinginkan. Tipe evaluasi kebijakan yang digunakan adalah

Evaluasi Formatif, Evaluasi formatif ialah analisis tentang seberapa jauh sebuah program

diimplementasikan dan apa kondisi yang bisa meningkatkan keberhasilan implementasi.

57
B. Evaluasi Kebijakan Ternate Smart City

Evaluasi formatif dilakukan untuk melihat seberapa jauh pengembangan smart city yang

dilihat melalui kemampuan pemerintah kota dalam menggunakan serta memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi untuk memudahkan berbagai pelayanan dan aktivitas ke

lingkungan cerdas serta bagaimana respon masyarakat dengan adanya kebijakan ini, evaluasi

yang dilakukan telah melalui peneitian langsung ke Pemkot dan Masyarakat. Evaluasi ini jug

akan mengacu pada indikator utama dimensi smart city yaitu : Ekonomi Pintar, Mobilitas

Pintar, Masyarakat pintar, Lingkungan pintar, Cerdas hidup dan Pemerintahan yang cerdas.

Riset ini dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah Ternate smart city telah

menerapkan kebijakan sesuai dengan indikator konsep smart city itu sendiri? Serta

bagaimana tinggkat kepuasan dari masyarakat Kota Ternate. Berikut adalah penjelasannya

berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumen yang terkait.

Berikut wawancara dengan Pak Anas selaku Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan

Persandian Kota Ternate :

” Pada dasarnya smart city ini kalau didaerah itu harus kita buat penetapan peraturan
daerah tentang SPBE (sistem pemerintahan berbasis elektronik) yang kemudian Dinas
Komunikasi,Informatika dan persandian susun dengan rencana induk SPBE didalam
rencana induk SPBE itu memuat tentang indikator konsep smart city ini, nah itu yang
sekarang ini kerangkanya sementara kami siapkan, hanya saja agak sedikit terhambat
dengan faktor refocusing anggaran itu, tetapi pada dasarnya konsep besarnya sudah
ada. Semoga pandemi ini cepat berlalu agar ada dana yang representatif yang bisa
memenuhi kebutuhan untuk menyiapkan dokumen besarnya ini karena didalam
rencana induk SPBE telah menjelaskan secara detail kebijakan Ternate smart city itu
sendiri. Untuk saat Kota Ternate sepenuhnya belum menerapkan indikator smart city
karena beberapa kendala yang tadi telah disebutkan, Akan tetapi Diskomsandi telah
menerapkan beberapa fasilitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi kepada
masyarakt dan akan terus berfokus pada implementasi smart city untuk kehidupan
yang lebih baik dari segi telekomunikasi.”

58
Dari wawancara ini dapat kita simpulkan bahwa dikarenakan faktor anggaran yang

belum memadai untuk mengimpementasikan seluruh kebijakan yang seharusnya dilakukan

oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate sesuai dengan konsep

utama smart city.

C. Hasil Evaluasi

Setiap tahunnya Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate memiliki

target dalam mengimplementasikan kebijakan smart city dan setiap tahun presentasenya

semakin baik walaupun belum menyentuh angka 100% , Diskomsandi juga terus berupaya

melakukan program-program kebijakan dengan cara mefasilitasi jaringan internet hampir di

seluruh SKPD Pemerintah Kota dan memfasilitasi akses Internet untuk masyarakat, selain

internet gratis ada juga layanan pengaduan aspirasi rakyat yang bisa di akses secara online

maupun ofline dan ini sangat membantu kehidupan masyarakat dalam hal penanganan

masalah sampah atau jalan raya yang berlubang dll. Tahun ini Diskomsandi sedang fokus

dalam rancangan induk SPBE. Dalam hal ini Diskomsandi mengacu pada target sasaran

Perpres No. 95 Tahun 2018 yaitu :

1) Terwujudnya tata kelola dan manajemen SPBE yang efektif dan efisien;

2) Terwujudnya layanan SPBE yang terpadu dan berorientasi kepada pengguna;

3) Terselenggaranya infrastruktur SPBE yang terintegrasi; dan

4) Meningkatnya kapasitas SDM SPBE.

Walaupun Ternate smart city belum diterapkan semua indikator smart city secara

menyeluruh, Akan tetapi Diskomsandi juga secara bertahap melakukan sosialisasi mengenai

smart city serta teknologi informasi dan komunikasi pada masyarakat karena manusia dipaksa

untuk beradaptasi dengan perkembangan jaman gobalisasi yang sangat memanfaatkan

teknologi dalam kehidupan sehari-harinya. Statement yang diberikan oleh Dinas Komunikasi,

59
Informatika dan Persandian Kota Ternate cukup konsisten karena dari awal terbentuknya

Dinas ini Diskomsandi telah menyusun inovasi Kota cerdas untuk Kota Ternate. Dan

walaupun banyak kendala Diskomsandi akan terus mengimplementasikan kebijakan Ternate

smart city agar dapat memudahkan segala urusan pelayanan publik untuk masyarakatnya.

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan kepada masyarakat, peneliti

menemukan hasil yang cukup positif karena respon masyarakat sangat baik dan sangat kreatif

dalam mengembangkan inovasi-inovasi yang berkaitan teknologi informasi dan komunikasi,

Contohnya para pemuda Kelurahan Takoma Ternate Tengah, yang melakukan inovasi

dengan membuat kampungnya menjadi kampung digital, yang mana seluruh wargannya

saling terkoneksi internet, karena seluruh rumah ada wifi, mereka bisa (Belanja, bahkan

menjual produk UMKM serta transaksi di warung menggunakan platfrorm digital). Walikota

Ternate M. Tauhid Soleman merespon baik kampung digital dikelurahan Takoma, Walikota

kepada perwakilan pemuda Takoma, mengatakan segera tindak lanjuti inisiasi para prmuda

ini. Sebab kampung digital Takoma ini merupakan kelurahan pertama di Maluku Utara,

bahkan kota Ternate. Salah satu program yang kini sedang digagas yaitu Sampah Online

Takoma. Pada program sampah ini online ini, Warga dikelurahanTakoma dapat meminta

pengangkutan terjadwal, dan berdonasi sampah yang dapat didaur ulang lewat platfrom

digital.

Sekilas tentang kampung digital Takoma,Lorong dan gang bakal diubah dengan

smart village-village branding, dimana nama gang lorong dirubah menjadi gang download

sertagang upload. Dan warga hanya bisa megakses internet untuk hal produktif dan

kepentingan pemberdayaan UMKM dan pembelajaran. Walaupun ini bukan dalam inovasi

implementasi Ternate smart city yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan

Persandian Kota Ternate, Akan tetapi dapat kita lihat bahwa sosialisasi dan pemahaman yang

dilakukan oleh Pemerintah Kota mengenai telekomunikasi ini sangat direspon baik oleh

60
masyarakat dan memunculkan inovasi-inovasi kreatif yang datang dari masyarakat, Dari

temuan lapangan ini dapat saya simpulkan bahwa partisipasi dan kepedulian masyarakat Kota

Ternate dalam mengembangkan pemanfaatan telekomunikasi dalam kehidupan sehari-hari

sangat baik dengan adanya kampung digital ini maka diharapkan menjadi icon keberhasilan

penerapan kampung digital dan akan menjadi barometer untuk kampung-kampung lain untuk

mengikuti penerapan smart village. Sangat diharapkan untuk kedepannya ssemua kampung

yang ada di kota ternate dapat menerapkan smart village dan dapat difasilitasi oleh

Pemerintah Kota,Karena Ini juga termasuk dalam keberhasilan Kota Ternate dalam

mengimplementasi kebijakan smart city.

Menurut hasil survey yang telah saya lakukan melalui google from dan telah diisi oleh

50 responden yang berdomisili di Kota Ternate dapat di simpulkan bahwa pelayanan smart

city yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate

sepenuhnya belum memuaskan masyarakat dari segi kekuatan sinyal akses wifi gratis dan

kurangnya titik wifi gratis di Kota Ternate, Ada pula kualitas pelayanan pengaduan online

yang sangat cepat membantu masyarakat dalam hal pengaduan aspirasi yang ada

dilingkungan sekitarnya. Serta diharapkan kedepannya Kota Ternate dapat menjadi Kota

yang memiliki tata kelola e-govenance yang baik dan dapat menjangkau dari segala sisi aspek

kehidupan masyarakat dan mempermudah pelayanan publik tanpa harus ngantri panjng.

61
BAB V

PENUTUP

Penutup merupakan bagian akhir dari hasil penelitian yang terdiri dari kesimpulan dan

saran. Kesimpulan merupakan gambaran singkat dari hasil penelitian dan pembahasan yang

dilakukan pada bab sebelumnnya serta menjawab permasalahan dari penelitian ini.

Sedangkan saran merupakan suatu usulan atau masukan dari peneliti kepada pemerintah

terkait kajian yang diteliti maupun sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

1.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan Ternate smart

city saat ini belum sesuai dengan indikator konsep smart city dan peraturan presiden tentang

SPBE.Berdasarkan pada kepatuhan implementor dalam melaksanakan kebijakan Ternate

smart city, Pada proses implementasi kebijakan Ternate smart city terdapat tiga tahapan

pelaksanaan kebijakan. Dari ketiga tahapan tersebut pada tahap monitooring dan evaluasi,

Salah satu implementor belum sepenuhnya patuh yaitu belum konsisten dalam melaksanakan

monitooring kebijakan Ternate smart city secara rutin.

Implementasi kebijakan Ternate smart city telah dipengaruhi oleh beberapa faktor,

Pada implementasi kebijakan Ternate smart city, Faktor pendorongnya ialah telah terlaksana

pelayanan publik berupa pengaduan aspirasi berbasis online maupun ofline dan tenaga ahli

yang cukup mumpuni untuk menjalankan program-program yang telah ada. Sedangkan untuk

sumber daya, Disposisi dan struktur birokrasimenjadi faktor pendorong pelaksanaan

kebijakan Ternate smart city. Sumber daya yang disedian oleh pemerintah kota Ternate untuk

melaksanakan kebijakan Ternate smart city sudah mencukupi. Disposisi atau sikap pelaksana

pada pelaksanaan kebijakan Ternate smart city, implementoor memiiki komitmen dan

antusias yang tinggi dalam mencapai keberhasilan kebijakan Ternate smart city. Sedangka

62
struktur birokrasi pada pelaksanaan kebijakan Ternate smart city,Telah dibentuk tim

pengembangan Ternate smart city dengan susunan struktur birokrasi yang sesuai dengan

bidang dan kewenangan masing-masing OPD.

Implementasi kebijakan Ternate smart city telah dipengaruhi oleh beberapa faktor,

faktor penghambat pelaksanaan kebijakan, Pada implementasi kebijakan Ternate smart city

ialah kekurangan anggaran menjadi faktor penghambat. Pada aspek kekurangan anggaran

yang mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan kebijakan Ternate smart city ini dan

membuat terlambatnya penetapan rencana induk SPBE atau bisa disebut masterplan Ternate

smart city. Kurangnya beberapa tenaga ahli yang dapat menjadi motor kemajuan dari

implementasi kebijakan Ternate smart city.

2.1 SARAN

Perbaikan implementasi dari sebuah kebijakan wajib diakukan agar pelaksanaan

kebijakan membawa perubahan yang signifikan kepada kelompok sasaran kebijakan.

Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan yang dilaksanakan oleh peneliti maka

peneliti ingin memberikan saran pelaksanaan kebijakan Ternate smart city agar kedepannya

bisa berjalan lebih baik. Adapun saran yang penulis sampaikan berikut ini :

1. Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti angkat, peneliti sarankan untuk

meningkatkan kualitas jaringan internet dan perbanyak jumlah jangkauan daerah yang

difasilitasi internet gratis karena dengan adanya jaringan internet implementasi

kebijakan Ternate smart city dapat berjalan dengan lancar karena kunci dari

kehidupan kota cerdas ialah bagaimana masyarakat dan pemerintah dapat

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan pelayanan

publik yang baik. Dan meningkatkan sosialisasi mengenai Ternate smart city karena

beberapa kalangan masyarakat yang belum mengetahui tentang kebijakan Ternate

63
smart city ini. Diharapkan tahun ini atau paling lambat tahun depan untuk bisa

menetapkan master plan atau rencana induk SPBE agar secepatnya Kota Ternate

mencapai sistem pemerintahan yang baik (Good Gevernance)

2. Berdasarkan kendala yang ada peneliti sarankan untuk terus berupaya dalam hal

financial atau pun sumberdaya agar secepatnya dapat terlaksana rencana induk SPBE

yang ada dan dapat mempermudah masyarakat dalam hal memanfaatkan teknologi

informasi untuk memudahkan kehidupan masyarakat karena hal ini termasuk dalam

indikator konsep smart city yaitu smart people serta dapat memudahkan masyarakat

dalam segala hal yang berurusan dengan pemkot. Ketidak adanya peraturan kebijakan

yang mengikat khusus tentang smart city ini yang sangat disayangkan karena memalui

telekomunikasi kita dapat berinovasi contohnya seperti kelurahan takoma yang

dengan ide kreatif anak-anak muda dengan mengubah menjadi smart village atau bisa

disebut kampung digital, ini adalah contoh baik yang wajib di implementasikan oleh

Diskomsandi kedepannya.

64
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pengembangan Kawasan Pemukiman, D. C. (2021). Konsep Kota Baru. Retrieved


Maret 29, 2021, from Situs Resmi Profil Rencana Kawasan Permukiman Kota Baru:
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/kotabaru/site/konsepkotabaru/21

Dwiyanti, M. (2013). PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM


PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (SUATU STUDI PADA
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG
BIARO). vol 5 no 1, 1.

Faidat, Nur, and Muhammad Khozin. 2018. “Analisa Strategi Pengembangan Kota Pintar
(Smart City): Studi Kasus Kota Yogyakarta.” JIP (Jurnal Ilmu Pemerintahan) : Kajian
Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah 3(2): 171–80.

Hidayatullah, Dkk. 2018. “Bab Ii Landasan Teori.” Journal of Chemical Information and
Modeling 53(9): 8–24.

Hiar, H. (2017, 05 14). Songsong Smart City, Kota Ternate Luncurkan Internet Gratis.
Retrieved 04 30, 2021, from Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/regional/read/2950254/songsong-smart-city-kota-ternate-
luncurkan-internet-gratis

Informatika, I. N.-G. (2021, Agustus 31). Bagaimana implementasi pelayanan publik Lapor-
SP4N di Diskomsandi Kota Ternate ? (A. Karissya, Interviewer)

Jones. (2015). TEORI iMPLEMENTASI. 45-58.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB),


Kantor Staf Presiden (KSP) dan Ombudsman Republik Indonesia (ORI). (2016).
BUKU PANDUANUNTUK PENYELENGGARA DAN ADMINISTRATORPADA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA KOTAADOPSI DAN
INTEGRASILAPOR! - SP4NUNTUK PELAYANAN PUBLIK YANG LEBIH BAIK.
Jakarta: Pemerintah Negara Republik Indonesia.

lintasarta. (2020, March 13). Inilah Tantangan dan Faktor Sukses Smart City. Retrieved April
30, 2021, from lintasarta Blog: https://blog.lintasarta.net/article/inilah-tantangan-dan-
faktor-sukses-smart-city

65
Marisa, Hizra, and Andree. 2019. “Analisa Implementasi Smart City Madani Pemerintah
Kota Pekanbaru Dalam Upaya Sinergitas Program ASEAN Smart Cities Network
(ASCN) 2030.” Journal of Diplomacy and International Studies 2(2): 1–11.

Muh.Firyal Akbar, S. d. (2018). Studi evaluasi kebijakan (Evaluasi beberapa kebijakan di


Indonesia). Gorontalo: Ideas Publishing.

Oktasari. (2015). IMPLEMENTASI. BANDUNG: 2015.

Handoyo, E. (2012). Kebijakan Publik. Semarang: Widya Karya Semarang.

Nazir, M. (2012). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Oktasari. (2015). IMPLEMENTASI. BANDUNG: 2015.

Subarsono, A. (2015). Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi . Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

SUNARTI, N. (2016). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM


MELAKSANAKAN PROGRAM PEMBANGUNAN. Jurnal Ilmiah Ilmu
Pemerintahan, 2-8.

Pak Anas Kepala Dinas Komunikasi, I. d. (2021, Agustus 2021). Apa saja kebijakan yang
telah dilakukan oleh Diskomsandi ? (A. Karissya, Interviewer)

Pak Anas Kepala Dinas Komunikasi, I. d. (2021, Agustus 31). Apa saja kendala yang dialami
oleh Diskomsandi dalam mengimplementasikan kebijakan Ternate smart city. (A.
Karissya, Interviewer)

Pak Anas Kepala Dinas Komunikasi, I. d. (2021, Agustus 31). Bagaimana perkembangan
implementsi kebijakan Ternate smart city dari awal tahun mulanya kebijakan sampai
saat ini ? (A. Karissya, Interviewer)

Pak Anas Kepala Dinas Komunikasi, I. d. (2021, Agustus 2021). Bagaimana perkembangan
implementsi kebijakan Ternate smart city dari awal tahun mulanya kebijakan sampai
saat ini ? (A. Karissya, Interviewer)

Pak Wahyu Sekretaris Dinas Komunikasi, I. d. (2021, Agustus 09). Bagaimana


perkembangan implementsi kebijakan Ternate smart city dari awal tahun mulanya
kebijakan sampai saat ini ? (A. Karissya, Interviewer)

Rahmadanita, Annisa, Eko Budi Santoso, and Sadu Wasistiono. 2019. “Implementasi
Kebijakan Smart Government Dalam Rangka Mewujudkan Smart City Di Kota
Bandung.” Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja 44(2): 81–106.

66
Ramadhan, Restu, Ria Arifianti, and Riswanda Riswanda. 2020. “IMPLEMENTASI E-
GOVERNMENT DI KOTA TANGERANG MENJADI SMART CITY (Studi Kasus
Aplikasi Tangerang Live).” Responsive 2(3): 89.

Septiarika, Risya. 2020. “Advokasi Kebijakan Dalam Kerjasama Smart City Bandung Dan
Seoul Lewat Kemitraan Sister City Tahun 2016-2019.” Khazanah Sosial 2(3): 141–54.

Suhendra, Adi, and Arwanto H. Ginting. 2018. “Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Membangun Smart City Di Kota Medan.” Matra Pembaruan 2(3): 185–95.

Winarno, B. (2012). Kebijakan publik : Teori , proses, dan studi kasus. Yogyakarta: CAPS.

67
L

68
PEDOMAN WAWANCARA

Pemkot yang mengimplementasi kebijakan smart city (Diskomsandi)

1. Bagaimana perkembangan implementasi kebijakan Ternate smart city dari awal


tahun mulanya kebijakan sampai saat ini ?
2. Apakah ada peraturan/keputusan Walikota Ternate yang mengatur secara spesifik
mengenai Ternate smart city ini ?
3. Apakah Ternate smart city saat ini telah memenuhi indikator konsep smart city
secara umum yaitu smart evironment, smart infrastucture, smart governance,
smart economy, smart people dan smart living ?
4. Apa saja program yang telah dibuat Diskomsandi dalam implementasi Ternate
smart city ?
5. Apaakah Diskomsandi meiliki target setiap tahunnya dan membuat matriks
perencanaan dalam implementasi Ternate smart city, jika tidak ada mengapa ?
6. Apakah ada kendala dalam mengimplementasikan kebijakan Ternate smart city ?
7. Mengaapa sudah tidak ada fasilitas internet geratis di beberapa titik keramaian
Kota Ternate, dalam hal ini termasuk juga dalam fasilitas Ternate smart city. Apa
akan diaktifkan kembali atau akan seperti apa kedepannya ?
8. Bagaimana implementasi pelayanan publik SP4N-Lapor di Dinas Komuniksi
Informatika dan Persandian Kota Ternate ?
9. Sampai saat ini berapa persen masyarakat mengadu pada program aplikasi SP4N-
Lapor ?
10. Apakah ada kendala yang dihadapi Diskomsandi dalm implementasi pelayanan
publik SP4N-Lapor di Kota Ternate ?
11. Bagaimana mengatasi jika terjadi kendala/error pada program aplikasi SP4N-
Lapor ?
12. Bagaimana sistem operasi SP4N-Lapor ?
13. Bagaimana teknik pemerintah dalam hal ini Diskomsandi dalam memberikan
sosialisasi kepada masyarakat agar lebih memahami tentang program aplikasi
SP4N-Lapor di Kota Ternate ?

69
Gambar 6.1 Survey Kepuasan Masyarakat Kota Ternate terhadap Kebijakan Smart City

70
Gambar 6.2 kondisi kantor Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ternate
01 September 2021

71
Gambar 6.3 Proses wawancara dengan Kadis Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian
Kota Ternate
31 Agustus 2021

Gambar 6.4 Proses wawancara Gambar 6.5 Proses wawancara


dengan Sekretaris Dinas dengan Kepala Seksi Aplkasi E-
Komunikasi Informatika dan Gov Perangkat Informatika
Persandian Kota Ternate 31 Agustus 2021
31 Agustus 2021

72
Gambar 6.6 Alur Proses Aplikasi Lapor-SP4N

73

Anda mungkin juga menyukai