SKRIPSI
Oleh:
Asri Karissya Aprilia Munim
170665201003
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disusun Oleh
170665201003
Pembimbing I Pembimbing II
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
NPM : 170665201003
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis atau dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang
Yang Menyatakan,
iii
MOTTO
Rasulullah bersabda : Barangsiapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.
(HR. Musilm)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali mereka mengubah
keadaan mereka sendiri.
(QS Ar Ra’d 11)
iv
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan rahmat karunia
hingga saat ini saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Karya sederhana ini saya persembahkan
kepada :
1. Orang tua tersayang, Abi Ruslan Ashari dan Ummi Novita Boulu yang telah
2. Teman-teman IP Unibrah angkatan 2017 yang telah mendukung dari awal masa
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan,
kemauan, kesehatan, serta kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun
sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Ilmu Pemerintahan
Dalam pembuatan skripsi ini tidak sedikit penulis mengh adapi kendala - kendala,
namun penulis berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna mengigat keterbatasan kemampuan,
pengetahuan, pengalaman dan waktu oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
menerima kritik dan saran dari berbagai pihak sebagai bahan motivasi dan pertimbangan agar
penulis dapat menyusun tugas akhir yang lebih baik di masa yang akan datang baik dari sisi
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat
Maluku Utara
vi
3. Bapak Mansur Djamal.S.Ip,M.Ip dan Bapak Isra Muksin.S.Sos,M.Si, Selaku Dosen
Pembimbing yang selalu memberikan arahan dan masukan serta dukungan untuk
Universitas Bumi Hijrah Maluku Utara dan Dosen Pembimbing Akademik yang
selama perkuliahan dengan sangat terbuka untuk memberi solusi yang penulis
5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan amat
6. Abi Ruslan Ashari dan Ummi Novita Boulu yang selalu memberikan dukungan moril
dan materil serta doa yang tidak pernah putus untuk penulis, Adik-adikku Sabrani,
Hasan dan Husain yang selalu menjadi pelipur lara untuk Kakak Asri.
9. Ibu Nina Apriana Abbas, S.Kom, Selaku Kepala Seksi Aplkasi E-Gov Perangkat
10. Teman-teman angkatan 2017 Fakultas Ilmu Pemerintahan yang telah memberi
vii
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan atas doa dan
dukungan yang diberikan kepada penulis. Terimakasih untuk segala pihak yang turut
berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini, mohon maaf penulis tidak sebutkan satu per
satu. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh kalangan.
viii
INTISARI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya paradigma baru dalam tata kelola
pemerintahan dan pelayanan publik di pemerintah daerah sebagai cara untuk meningkatkan
pengelolaan pemerintahan yang baik (Good Governance). Proses pengubahan sebuah kota
menjadi kota pintar (smart city) adalah sebuah proses yang sangat kompleks. Perubahan
menjadi smart city mempengaruhi bayak aspek dalam pelaksanaan perkotaan termasuk
pemerintahan, bangunan, mobilitas, tenaga, lingkungan, dan pelayanan masyarakat. Di kota
Ternate, implementasi dari smart city masih sangat baru, dengan begitu penelitian ini
berusaha untuk melihat bagaimana konsep smart city yang terjadi di Kota Ternate. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan evaluasi implementasi
kebijakan Ternate smart city. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Ternate yang telah
mengimplementasikan kebijakan Ternate smart city. Data yang digunakan ialah data primer
dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi,
observasi, dan studi pustaka. Metode analisis data menggunakan analisis coding yang
selanjutnya di deskripsikan secara cermat sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.
Hasil penelitian dan pembahasan, menunjukkan Implementasi kebijakan smart city di
Kota Ternate masih belum bisa di ukur secara tepat berdasar indikator yang diterapkan,
karena masih belum maksimalnya konsep kota pintar (smart city) yang di implementasikan di
Kota Ternate. smart city di Kota Ternate masih belum bisa di ukur secara tepat berdasar
indikator yang diterapkan, karena masih belum maksimalnya konsep kota pintar (smart city)
di implementas ikan di Kota Ternate. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
menurut teori Edward III yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi.
Sumberdaya menjadi faktor penghambat pelaksanaan kebijakan Ternate smart city.
Dikarenakan implementor dalam melaksanakan komunikasi belum optimal. Sedangkan
komunikasi, disposisi dan struktur birokrasi menjadi faktor pendorong pelaksanaan kebijakan
Ternate smart city karena ketiga faktor tersebut berjalan dengan baik.
Kata Kunci : Implementasi kebijakan, Smart City, Ternate
ix
ABSTRACK
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................................i
Persetujuan Pembimbing..................................................................................................ii
Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah.................................................................................iii
Motto...................................................................................................................................iv
Persembahan......................................................................................................................v
Abstrak...............................................................................................................................vi
Kata Pengantar..................................................................................................................vii
Daftar Isi.............................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
xi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................66
5.2 Saran........................................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................69
LAMPIRAN ......................................................................................................................71
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
sumber daya yang ada di dalam kota dengan lebih efektif dan efisien, serta untuk
smart city bukan lagi sesuatu yang tidak mungkin untuk dicapai. permasalahan yang terjadi.
pelayanan bagi masyarakat. Salah satu program percepatan reformasi birokrasi yang
Dalam hal regulasi pemerintah pusat juga telah banyak memberikan ruang untuk
No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), Bahwa untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel serta
pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya diperlukan sistem pemerintahan berbasis
elektronik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterpaduan dan efisiensi sistem
pemerintahan berbasis elektronik diperlukan tata kelola dan manajemen sistem pemerintahan
berbasis elektronik secara nasional perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik. Dan ada pula Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang Satu
Data Indonesia, bahwa untuk memperoleh data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat
kelola data yang dihasilkan oleh pemerintah melalui penyelenggaraan Satu Data indonesia.
1
Dengan adanya peraturan ini semakin meningkatnya pengguna internet dan akan semakin
tumbuhnya e-commerce, dan munculnya ide-ide kreatif di Indonesia menjadi peluang bagi
pembangunan kota pintar. Dari perpres diatas pemerintah menindak lanjuti tentang
pengembangan smart city dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 8 Tahun 2019,
Komunikasi dan Informatika, yang memberikan kesempatan daerah untuk bisa berinovasi
Berdasarkan data dan informasi yang telah diintegrasikan menjadi isu-isu penting ke
dalam dokumen RPJMD Provinsi Maluku Utara Tahun 2014-2019,terdapat isu strategis
kreatif dan teknologi. Hal ini lah yang menjadikan landasan utama visi misi Walikota dan
Wakil Walikota Ternate Burhan Abdurahman dan Abudllah Tahir yang dikenal dengan
implementasi Ternate smart city ialah point Ternate Kota Mandiri yaitu terwujudnya kuaitas
hidup moderen yang merata, yang capaiannya diukur dengan pencapaian prestasi sebagai
peringkat pertama indeks pembangunan manusia (IPM) se Provinsi Maluku Utara. Kata
mandiri mengandung makna, menjadikan Ternate Kota Jasa dan Perdagangan sebagai pusat
perekonomian moderen Maluku Utara, Kondisi ini menggambarkan bahwa Kota Ternate
adalah Kota cepat tumbuh yang berpengaruh terhadap tumbuhnya PDRB setiap tahunnya.
Capaian ini merupakan bagian dari upaya implementasi Visi Ternate menjadi Kota
Mandiri”.Ini juga tercantum pada peraturan Walikota Ternate Nomor 17 Tahun 2019 Tentang
Ternate.
2
Pada tanggal 24 Februari 2017 channel youtube Ternate Media telah
aplikasi yang dapat membantu masyarakat dalam hal pelayanan publik selain itu dapat
memudahkan wisatawan yang berkunjung ke ternate agar dapat mengetahui informasi lebih
jelas tentang tempat wisata, hotel atau info pelayanan publik lainnya, beberapa aplikasi yang
dipublikasikan antara lain Ternate Pintar ialah apliksi berbasis android yang bertujuan
sebagai jembatan antara masyarakat dan pemerintah Kota Ternate aplikasi ini berusaha untuk
mobilitas dll aplikasi ini juga memiliki fitur seperti informasi wisata/tempat yang meliputi
Pasar Kita, aplikasi ini dibuat untuk memberikan informasi kepada masyarakat harga
komunitas umum di pasar-pasar ekonomi Ternate pemerintah dan masyarakat juga dapat
memantau stabilitas harga pasar. LPSE Kota Ternate atau lembaga pengadaan secara
elektronik, aplikasi ini memberikan informasi secara otomatis setiap kali ada informasi berita
maupun procurement atau hasil lelang terbaru. dan Info Harga SMS Gateway, ini dapat
memudahkan masyarakat dalam mencari harga pasar bahan pokok kebutuhan sehari-hari
termasuk komoditi pertanian seperti cengkeh,pala, kopra dll. Aplikasi ini dapat diunduh di
Akan tetapi sangat disayangkan berbagai macam aplikasi ini tidak banyak diketahui
oleh masyarakat Kota Ternate dikarenakan minimnya sosialisai yang dilakukan pemerintah
terhadap pengenalan aplikasi ini. Ditambah lagi beberapa kendala yang muncul beberapa saat
ini contohnya seperti aplikasi-aplikasi yang mendadak hilang dari daftar unduhan play store
seperti aplikasi Ternate Pintar,Pasar Kita dan LPSE Kota Ternate yang semuanya sudah tidak
bisa lagi diakses mengunakan aplikasi pengunduh daring bersamaan dengan ketidakfungsian
jasa layanan Info Harga SMS Gateway yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Ternate
3
untuk mengetahui harga komoditas barang keseharian hanya dengan mengirim pesan.
Ditambah lagi dengan adanya beberapa aplikasi yang mengalami gangguan pada server yang
Dihadapan berbagai masalah yang melanda beberapa aplikasi ini pemerintah Kota
Ternate mengambil solusi alternatif untuk memindahkan sebagian feature yang ada dalam
aplikasi-aplikasi tersebut dan mengalihkannya ke situs daring resmi Pemerintah Kota Ternate
(ternatekota.go.id) beberapa feature yang di implementasikan dalam situs ini berupa jasa
pelayanan publik dan informasi kepemerintahan Kota Ternate seperti statistik kependudukan,
data Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Ternate setiap tahunnya hingga
ringkasan APBD Kota Ternate. Namun dikarenakan hal ini aplikasi yang memiliki potensial
Langkah awal Kota Ternate untuk mewujudkan Ternate Smart City ialah dengan
memasang internet gratis melalui jaringan WiFi atau nirkabel di beberapa titik ramai ruang
publik Kota Ternate yang telah dilakukan sejak tahun 2017, Thamrin Marsaoly selaku Kepala
Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate mengatakan, fasilitas internet
gratis untuk warga Ternate ini direncanakan berjumlah sepuluh titik ruang publik, tujuan dari
pemasangan internet gratis untuk warga Ternate itu supaya masyarakat setempat bisa
mengakses internet tanpa harus membeli pulsa.Hal ini ditujukan agar masyarakat Kota
Ternate yang ingin mengakses internet gratis bisa datang ke titik-titik yang sudah ada internet
gratis. Hal ini juga dalam rangka mendukung visi pemkot Ternate menjadikan Ternate Kota
Smart City. Artinya kalau konsep ini sudah siap namun tidak didukung dengan fasilitasnya
kan tidak bagus. Olehnya itu tujuan menggratiskan internet ini agar warga Ternate ketika
memberikan informasi tentang pelayanan publik ke pemerintah sudah tidak perlu lagi beli
4
Sebagai kota kepulauan, Kota Ternate terdiri atas beberapa pulau yang ada di sekitar
Kota Ternate faktor inilah yang membuat Kota Ternate memakai nama smart island yang
dimana Ternate Smart Island adalah Program Pemerintah Kota Ternate sebagai wujud
Implementasi dari Konsep Smart City yaitu pelayanan publik berbasis pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Program ini di bangun sebagai salah satu bentuk
komunikasi antara Pemerintah dan Warga Kota Ternate dalam melayani masyarakat Kota
Ternate Smart Island Command Center berfungsi sebagai pusat pengelolaan data
untuk menajemen kota, pusat kontrol dan integrasi data/informasi kota sehingga diperoleh
data lengkap yang mampu memberikan informasi penting yang dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan. Pada tahap awal TSI CC dibangun dengan tujuan menjembatani
antar Pemerintah Kota Ternate dengan Masyarakat melalui aplikasi yang dibangun yang
bersifat interaktif.
Pengaduan Pelayanan Publik. Warga dapat menggunakan aplikasi ini untuk melaporkan
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kinerja pelayanan publik yang belum memuaskan,
misalnya masalah sampah, kemacetan, sambungan air bersih/air minum, Infrastruktur rusak,
kecelakaan, bencana alam, dan masalah sosial. Laporan dapat berupa foto sebagai jaminan
keaslian dari laporan tersebut. Aplikasi Si Apik dapat diunduh pada halaman website resmi
Sangat disayangkan proses dalam pelayanan kurang cepat dan bisa memakan waktu
yang sedikit lebih lama serta sistem pada aplikasi atau website yang dibuat oleh pemerintah
sering kali error dan tidak bisa digunkan. Dan juga penerapan pelaksanaan kebijakan
pemerintahan Kota Ternate yang kurang sesuai dengan keadaan di lingkungan masyarakat,
5
dan ada beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan smart city ini dari pihak
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka penting untuk
mengangkat judul penelitian ini dengan judul: Implementasi Kebijakan Ternate smart city
1. Kurangnya tenanga ahli IT dan yang memahami tengang konsep smart city
smart city
2. Apa saja Kendala yang dihadapi oleh pemerintahan Kota Ternate dalam upaya
6
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Ternate
1. Secara Teoritis
terkait dengan peran pemerintah Kota Ternate dalam mewujudkan Ternate Smart
City.
2. Secara Praktis
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut [ CITATION Okt15 \l 1033 ] , Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to
untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.
Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-
undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat
mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan
publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam
bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik
tersebut. Rangkaian implementasi kebijakan dapat diamati dengan jelas yaitu dimulai dari
program, ke proyek dan ke kegiatan. Model tersebut mengadaptasi mekanisme yang lazim
program program yang kemudian diturunkan menjadi proyek-proyek, dan akhirnya berwujud
pada kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun kerjasama
hasilnya), sedangkan menurut Horn dan Meter: “Those actions by public and private
individual (or group) that are achievement or objectives set forth in prior policy” (tindakan
8
yang dilakukan pemerintah). Jadi implementasi adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu
kebijakan ditetapkan. Implementasi merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai
tujuannya. Van Meter dan Van Horn [CITATION Agu08 \l 1033 ] mendefenisikan implementasi
kebijakan ialah suatu tindakan yang akan dilakukan baik oleh individu maupun dalam
kelompok dan pejabat-pejabat pemerintah dan swasta yang ditujukan demi tercapainya
menekankan bahwa tahapan implementasi baru terjadi selama proses legitimasi dilalui dan
pengalokasian sumber daya, dana yang telah disepakati tidak pada saat dimulai pada saat
yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada kebijakan yang telah
ditetapkan oleh otoritas berwenang. Pelaksanaan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk
mengindentifikasikan masalah yang akan diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau
sarana yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses
Menurut Edward III dalam[ CITATION Sut16 \l 1033 ] yang mengemukakan bahwa
implementasi kebijakan akan menjadi efektif apabila ditentukan oleh sumber daya, struktur
organisasi komunikasi, serta disposisi atau sikap. tersedianya sumber daya yang dibutuhkan
organisasi atau publik, sikap dan tanggap dari pihak yang terlibat dan sumberdaya berkenaan
9
Dalam pandangan Edwards III, Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan
3) Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti
yang baik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik
memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka
Aspek dari struktur organisasi adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan
yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
10
Pada penelitian ini selain fokus terhadap proses implementasi yaitu pada aspek
kepatuhan, Peneliti juga akan menganalisa faktor-faktor apa yang saja berpengaruh terhadap
proses implementasi kebijakan Ternate smart city di Kota Ternate. Model implementasi yang
disampaikan oleh Edward III peneliti gunakan untuk menilai faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh dalam proses implementasi kebijakan Ternate smart city di Kota Ternate.
Menurut peneliti model implementasi Edward III simpel dan mencakup segala aspek. Salain
itu model tersebut juga telah menjawab faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam proses
smart city di Kota Ternate, yang terdiri dari komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur
birokrasi.
Smart city atau kota pintar banyak diterapkan di berbagai kota pada negara maju sejak
awal perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Smart city mengarah pada sebuah
konsep bahwa sebuah kota yang pintar adalah kota yang dapat memahami keadaan emosi dan
perilaku masyarakat terhadap kepuasan layanan publik, menambah kepercayaan dan rasa
aman terhadap pemerintah, meningkatkan kualitas dan taraf hidup, memanfaatkan layanan
teknologi sebagai media interaktif antara masyarakat dan pemerintah, serta mengintegrasikan
berbagai komponen pemerintahan dengan respon yang cepat tanggap terhadap aspirasi
apapun yang datang dari masyarakat. Konsep Kota Cerdas (smart city) awalnya diciptakan
nama sempat dibahas para ahli dunia dengan nama digital city atau Kota Cerdas (smart city) .
Intinya Kota Cerdas (smart city) ini menggunakan teknologi informasi untuk menjalankan
roda kehidupan kita yang lebih efisien. Versi IBM, Kota Cerdas (smart city) adalah sebuah
kota yang instrumennya saling berhubungan dan berfungsi cerdas. Kota Cerdas (smart city)
11
adalah sebuah konsep kota cerdas/pintar yang membantu masyarakat yang berada di
dalamnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan memberikan
informasi yang tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatannya atau pun
Gambar 2.1 Sumber Gambar. Twitter Schneider Electrc @SchneiderElec diposting pada tanggal 8 Sep 2015
masyarakat kota. Definisi lainnya, Kota Cerdas (smart city) didefinisikan juga sebagai kota
yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern
untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi,
dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi
masyarakat
3. Kota Cerdas (smart city) dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT,
4. Kota Cerdas (smart city) membuat kota lebih efisien dan layak huni.
12
5. Penggunaan smart computing untuk membuat Kota Cerdas (smart city) dan
Kota Cerdas (smart city) mempunyai 6 dimensi, yaitu Smart Government, Smart
Economy, Smart Live, Smart Living, Smart People, dan Smart Mobility. Berikut adalah
1. Ekonomi pintar (inovasi dan persaingan), semakin tinggi inovasi-inovasi baru yang
ditingkatkan maka akan menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan
pasar usaha/modal.
membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal usaha (human
capital), maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan
saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap
4. Lingkungan pintar (keberlanjutan dan sumber daya), lingkungan pintar itu berarti
keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak, bagi masyarakat dan publik
13
lingkungan yang bersih tertata, RTH yang stabil merupakan contoh dari penerapan
lingkungan pintar.
5. Cerdas hidup (kualitas hidup dan kebudayaan), berbudaya berarti bahwa manusia
memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat
budaya pada manusia, secara langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari
pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya,
dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.
terhadap tegaknya nilai dan prinsip desentralisasi, daya guna, hasil guna,
1. Infrastruktur
menjadi tantangan besar dalam mewujudkan kota pintar (smart city). Salah satu infrastruktur
yang krusial untuk diterapkan adalah masalah konektivitas yang tentunya akan berkaitan
tentunya akan memungkinkan otomatisasi dalam memperluas area kota pintar yang mana ke
14
depannya akan berkaitan erat terhadap penggunaan beragam solusi ICT, seperti cloud hingga
Data Center.
2. Data Integration
Ketika menerapkan smart city melalui beragam aplikasi akan membuat kebutuhan
informasi yang aktual menjadi penting. Data integration pun akan menjadi salah satu
tantangan tersendiri karena beragam informasi dari data tersebut akan diperlukan dalam
3. Sosialisasi
Sosialisasi menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi penerapan smart city. Hal ini
karena sosialisasi membutuhkan waktu serta adaptasi sosial yang tidak sebentar. Misalnya,
dengan memperkenalkan beragam teknologi yang akan diterapkan, tentunya akan mencakup
tersebut.
4. Keamanan
Meski membutuhkan informasi yang cepat, tepat, dan akurat, masyarakat juga tetap
persoalan di jaringan sistem manapun. Terlebih jika sistem tersebut mencakup skala luas atau
seluruh kota, seperti smart city, ancaman keamanan perlu ditangani serius. Ketika sebuah
tersebut juga bisa dilihat dari beberapa bagian infrastruktur smart city yang sangat mungkin
ditangani oleh penyedia jasa dan barang berbeda. Begitu banyaknya perangkat yang
terhubung ke jaringan atau sistem smart city juga merupakan tantangan tersendiri, misalnya
ketika kunci rumah kita terintegrasi dengan perangkat teknologi dan internet. Selain itu, juga
15
ketika berbicara tentang keamanan yang berhubungan dengan data pribadi, seperti akun
Berbagai tantangan di atas berkorelasi dengan sejumlah faktor sukses smart city,
1. Manusia
Salah satu indikator penting dalam mewujudkan dan faktor sukses Smart City adalah
sumber daya manusia. Warga yang aktif melaporkan masalah lingkungan, misalnya, adalah
salah satu contohnya. Masyarakat yang aktif tentunya dapat membuat pemerintah kota akan
mendapat masukan untuk menentukan arah pembangunan serta perbaikan fasilitas dan
layanan publik.
2. Komitmen pemerintah
Faktor sukses Smart City juga berawal dari komitmen pemerintah setempat. Tanpa
komitmen pemerintah, impian untuk mewujudkan smart city akan sulit untuk diwujudkan.
3. Ruang fiskal
Ruang fiskal juga mesti mendapat porsi perhatian yang besar dalam faktor sukses
Smart City. Ruang fiskal ini terkait dengan anggaran yang dialokasikan untuk penerapan
smart city. Misalnya, dengan menyediakan anggaran khusus di luar dari Anggaran
16
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangka mewujudkan smart city,
sangat diperlukan adanya kerja sama dengan perusahaan penyedia jasa sistem informasi
terpadu. Pihak pemerintah harus jeli dalam melihat perusahaan terbaik yang memberikan
total solution, baik dari segi sarana dan prasarana. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun,
Lintasarta dapat menjadi pilihan mitra terbaik pemerintah dalam mewujudkan dan
mendukung faktor sukses Smart City di Indonesia. Hubungi kami di sini jika ingin
17
2.3 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang tentunya dinilai memiliki relevansinya dengan penelitian tersebut. Berikut tabel yang akan
menjelaskan beberapa penelitian tantang Smart City di berbagai kota yang ada di Indonesia:
Tabel 2.1
Jenis &
Nama Peneliti Metode Judul & Tahun Tujuan Hasil Perbedaan Penelitian
Penelitian
Anisa Jurnal Implementasi Bertujuan untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perbedaan dari jurnal
Rahmadanita Penelitian Kebijakan mengetahui implementasi kebijakan smart penelitian ini dengaan
EkoBudi Kualitatif Smart Implementasi government dalam rangka mewujudkan penelitian penulis ialah
Santoso Government Kebijakan smart city di Kota Bandung secara lokasi penelitian yang letak
Sadu Wasistiono Dalam Rangka Smart umum memberikan dampak yang positif geografisnya berbeda karena
Mewujudkan Government bagi target groups (kelompok sasaran). Kota Ternate memiliki
Smart City di Dalam Rangka Context of implementation (konteks beberapa pulau sehingga
Kota Bandung Mewujudkan implementasi) menunjukkan kondisi memakai slogan Ternate
(2019) Smart City di yang tidak baik sementara Content of Smart Island akan tetapi
Kota Bandung. policy (isi kebijakan) menunjukkan konsep yang dipakai sesuai
kondisi yang baik. Pada penelitian ini dengan konsep utama smart
faktor content of policy lebih city. Isu konseptual yang di
18
berpengaruh terhadap hasil dari pada angkat penulis juga berbeda
faktor context of implementation. Oleh dengan isu pembahasan
karena dalam penerapan kebijakan pada jurnal ini karena
smart government di Kota Bandung penulis membahas peran
lebih dipengaruhi oleh content of policy Diskomsandi dalam
dari pada context of implementation. mengimplementasikan
smart city di Kota Ternate.
Restu Ramadhan Jurnal Implementasi Bertujuan Pemerintah kota tangerang mempunyai Perbedaan ini dapat dilihat
Ria Arifianti Penelitian E-Government Untuk kebijakan smart city berbasis aplikasi dari perbedaan metode
Riswanda Studi Di Kota Mengetahui yaitu aplikasi Tangerang live untuk penelitian yang dipakai pada
Pustaka Tangerang Implementasi mempercepat pelayanan publik tetapi jurnal ini berbeda karena
Menjadi Smart E-Government dalam hal implementasi program smart penulis memakai metode
City (Studi Di Kota city belum berjalan dengan baik kualitatif serta yang diteliti
Kasus Aplikasi Tangerang dikarenakan beberapa masalah seperti hanya aplikasi tangerang
Tangerang Menjadi Smart sosialisasi yang belum maksimal, live sedangkan penulis
Live) (2020) City, Dengan sumberdaya manusia yang belum meneliti implementasi
Studi Kasus kompeten,penanganan layanan yang kebijakan smart city secara
Aplikasi masih lambat, serta tidak adanya keseluruhan secara konsep
Tangerang Live landasan hukum yang mengatur aplikasi dan indikator yang telah
tangerang live.(Ramadhan, Arifianti, diterapkan oleh Pemerintah
and Riswanda 2020) Kota Ternate.
Adi Suhendra Jurnal Kebijakan Tujuan dalam Hasil yang di dapatkan dalam penelitian Perbedaan pada jurnal
19
Arwanto Penelitian Pemerintah penelitian ini ini adalah dalam pengelolaan dan penelitian ketiga ini ialah
Ginting Kualitatif Daerah Dalam adalah untuk pengembangan smart city di Kota fokus pembahasannya yaitu
Membangun menjelaskan Medan pemerintah kota telah jurnal ini membahas tentang
Smart City di peran organisasi mengeluarkan peraturan Walikota peran ODP kota medan
Kota Medan. pemerintahan Medan No 28 tahun 2018 tentang Smart dalam pengkoordinasian
(2018) daerah (OPD) City Kota Medan. Tidak hanya itu, kebijakan smart city di kota
dalam pemerintah Kota Medan juga telah medan sedangkan fokus
mengkoordinasi membuat master plan peta jalan penelitian penulis ialah
kan pembangunan smart city untuk peran Dinas komunikasi
smart city pada membangun keterpaduan antar OPD. informatika dan persandian
tingkat kota Adapun kendala dalam mewujudkan dalam menerapkan
smart city adalah belum meratanya kebijakan smart city di Kota
infrastruktur dan sumber daya manusia Ternate. Serta lokasi
untuk memanfaatkan TIK (Teknologi penelitian yang letak
Informasi dan Komunikasi) dalam geografisnya berbeda karena
proses tata kelola dan pelayanan publik. Kota Ternate memiliki
(Suhendra and Ginting 2018) beberapa pulau sehingga
memakai slogan Ternate
Smart Island.
Nur Faidati Jurnal Analisa Studi ini Dari penelitian yang dilakukan, Jurnal keempat ini selain
Muhammad. Penelitian Strategi bermaksud diketahui bahwa pengembangan smart lokasi penelitian dan letak
20
Khozin. Kualitatif Pengembangan mencermati city di Kota Yogyakarta dilakukan georafis masing-masing
Kota Pintar strategi yang dengan melanjutkan atau memanfaatkan daerah yang berbeda jurnal
(Smart City): dilakukan oleh apa yang sudah dilakukan oleh penelitian ini juga memiliki
Studi Kasus Pemerintah Pemerintah Kota Yogyakarta terutama pembahasan penelitian yang
Kota Kota Yogakarta terkait dengan pemanfaatan TIK dalam berbeda karena fokus
Yogyakarta Dalam penyediaan pelayanan publik serta pembahasannya ialah
(2018) mengembangka menjalin kemitraan lain yang memiliki mencermati strategi yang
n kota menjadi keterkaitan dengan pengembangan telah direncanakan oleh
kota pintar smart city. unit pelayanan informasi dan pemerintah yogyakarta
(smart city). keluhan (UPIK) sebagai bagian dari dalam menerapkan
penerapan open government di Kota kebijakan skmart city.
Yogyakarta. Layanan UPIK mulai sedangkan pembahasan
diluncurkan pada 31 Januari 2004. penelitian penulis pada studi
Layanan UPIK merupakan media untuk kasus Diskomsandi
menampung aspirasi masyarakat pemerintah Kota Ternate
sehingga pemerintah dapat mengetahui belum memiliki master plan
permasalahan yang ada di masyarakat. atau rancangan peraturan
aplikasi lain yang mampu yang mengatur secara
mengefisienkan dan mengefektifkan sistematis mengenai
penggunaan sumber daya dalam implementasi kebijakan
penyediaan pelayanan publik bagi smart city di kota Ternate .
masyarakat, Pemerintah Kota
21
Yogyakarta menerbitkan Peraturan
Walikota Yogyakarta No. 15 Tahun
2015 tentang E-Government.dalam
konteks ini dimaknai sebagai
penyelenggaraan kepemerintahan yang
berbasis elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik
secara efektif dan efisien.(Faidat and
Khozin 2018)
Fahrisya Tiko. Jurnal Advokasi Fokus Penelitian ini sampai pada kesimpulan Jurnal penelitian yang
Septiarika. Penelitian Kebijakan penelitian pada realisasi paradiplomasi selama terakhir ini memiliki
Enny Studi dalam advokasi kerjasama dan kolaborasi kebijakan perbedaan dalam isu
Suryanjari. Pustaka Kerjasama kebijakan antara dua kota membantu mewujudkan konseptual yang diangkat
Smart City selama pemerintahan yang efisien dan inovatif. dalam pembahasan ini
Bandung dan kerjasama tahun Kerja sama Smart City diwujudkan karena jurnal penelitian ini
Seoul lewat 2016-2019. dalam kemitraan Sister City dalam membahas mengenai kerja
Kemitraan membangun Smart LBEG: Smart sama antara Kota Bandung
Sister City Living, Smart Branding, Smart dan Kota Seoul Korea
tahun 2016- Environment dan Smart Government. Selatan dalam kemitraan
2019 (2020) (Septiarika 2020) sister city, ini membuat
perbedaan yang cukup besar
dalam penelitian penulis
22
Dari kelima hasil riset di atas dapat kita lihat bersama berbedaan masing-masing jurnal pnelitian, perbedaannya adalah isu konseptual
masing-masing daerah yang diteliti, konsep dimana buah pemikiran seseorang atas kelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga
melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan
berfikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan. Terdapat perbedaan antara kelima riset di atas yang fokus
pembahasannya terpaku pada Kota Pintar saja, sedangkan pembahasan riset yang akan saya teliti yaitu kota Ternate menerapkan konsep Smart
island dimana kota Ternate juga memiliki pulau-pulau seperti moti, hiri dan batang dua oleh sebab itu Ternate memilih kata Smart Island untuk
23
2.4 Kerangka Pikir
seperti implementasi kebijakan smart city yang mengacu pada peraturan presiden No.95
Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Kebijakan dan
program peningkatan mutu dibidang teknologi dan informasi demi kemajuan ilmu
pengetahuan guna meningkatkan sumber daya manusia di Kota Ternate, melalui peningkatan
kualitas pemahaman teknologi informasi yang dapat diselengarakan oleh Dinas Komunikasi
Informatika dan Persandian Kota Ternate atau masyarakat dalam bentuk kegiatan sosialisasi
pengenalan teknologi informasi dan juga upaya pemarataan fasilitas teknologi diberbagai
kalangan masyarakat seperti usaha memperluas jaringan internet gratis kepada masyarakat
umum dan juga perbaikan aplikasi layanan publik yang mefasilitasi keluhan-keluhan
masyarakat harus dilakukan dengan urgensi yang secepatnya dan diharapkan juga
pemerintahan kota Ternate dapat mewujudkan Ternate kota cerdas sesuai dengan dimensinya
yaitu Smart Government, Smart Economy, Smart Live, Smart Living, Smart People, dan
Smart Mobility agar dapat mewujudkan pelayanan publik yang maju dan sejahtera di Kota
Ternate ini. Dengan beberapa kebijakan ini sangat diharapkan dapat menjadi sebuah langkah
awal dalam upaya Kota Ternate dalam mewujudkan cita-cita smart city agar dapat maju dan
24
Bagan 2.1
Kerangka Berfikir
Penyelengaraan kebijakan
smart city di Kota Ternate
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Upaya Pemerintah Kota Ternate dalam mewujudkan Ternate Smart City, sehingga tergolong
dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Berdasarkan pendapat
tersebut, maka penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan secara terperinci bagaimana sifat serta hubungan antara fenomena
sosial tertentu. Tidak terlepas dari pokok permasalahan dalam penelitian, maka tujuan
untuk meneliti dan memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, dimana peneliti
merupakan instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis
data bersifat induktif, sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan
di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat
sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat
tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menggunakan penelitia kualitatif sebagai metode
26
Adapun alasan penulis menggunakkan penelitian deskriptif kualitatif yaitu,selain
ingin mendeskripsikan atau menggambarkan permasalahan yang ada penulis juga ingin
mengetahui informasi yang terkait rencana penelitian ini secara mendalam dalam konteks
Upaya Pemerintah Kota Ternate dalam mewujudkan Ternate Smart City, Tujuan penelitian
ini pula bukan semata-mata untuk mengeneralisasikan seperti halnya penelitian kuantitatif.
1. Lokasi Penelitian
peneliti untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Tempat merupakan daerah atau wilayah
dimana subjek atau objek penelitian yang hendak diteliti. Penelitian ini dilakukan di Kota
Ternate tepatnya di Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian dimana lokasi tersebut
dipilih oleh peneliti karena merupakan fokus pembahasan yang diteliti yaitu tentang Ternate
Smart City.
Tabel 3.1
27
Penyusunan
7
Laporan
Pekerjaan mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif dengan metode studi kasus
yang diselidiki.
Sumber data adalah subjek tempat asal data dapat diperoleh berupa bahan pustaka
dimaksud dengan sumber data adalah dari mana peneliti akan mendapatkan dan mengali
informasi berupa data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
maka sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dan akurat, maka dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan beberapa teknik sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
terhadap gejala-gejala subjek yang diselediki dengan perantara sebuah alat. Digunakannya
teknik ini karena yang diteliti adalah tingkah laku manusia dimana teknik ini akan lebih
efektif dan lebih sesuai, tentu saja dilakukan dengan berpedoman pada arah yang lebih
spesifik, sistematis, terfokus, sistematis, dan direkam dengan cermat untuk dapat diuji akurat.
28
2. Teknik Wawancara
oleh pewawancara kepada informan dan pertanyaan dicatat atau direkam. Wawancara yang
dilakukan terhadap informan adalah wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas atau
sasaran da permasalahan dapat dilacak tanpa menggurui informan. Artinya secara informal
Untuk lebih leluasa peneliti dalam menggali informasi dari informan tentang berbagai
data diperlukan, namun tetap mengacu pada tujuan pencarian data, maka penelitian akan
secara bebas, pokok-pokok pertanyaan tidak perlu diyanyakan secara berurutan tetapi dapat
dimodifikasi saat wawancara berlangsung. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat dan ide-idenya, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
Melalui wawancara bebas dan mendalam ini diharapkan peneliti bisa dengan leluasa
melakukan wawancara dengan informan untuk mengetahui secara setail data mengenai
kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Ternate dalam upaya mewujudkan Ternte
3. Tenik Dokumentasi
29
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya
merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seorang atau lembaga untuk keperluan
pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi keilmiahan yang
sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas
Banyak data yang terkumpul tidak menjamin bahwa hasil penelitian akan baik pula,
sebaliknya, sedikitnya data terkumpul tidak memastikan bahwa hasil penelitian tidak
memuaskan. Keadaan ini sangat ditentukan oleh pemanfaatan yang terkumpul, apakah
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau tidak. Pada dasarnya analisis adalah kegiatan untuk
memanfaatkan data sehingga diperoleh suatu kebenaran atau tidak benar dari suatu proses.
Jadi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau foto,film. Dokumen dijadikan sebagai
sumber data yang berfungsi untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.
Analisis data penelitian merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan
analisis ini data akan Nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian
dan mencapai tujuan akhir penelitian. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adala teknik analisis data deskriptif kualitatif, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata dan
bukan angka-angka. Dengan tujuan mengambarkan keadaan atau fenomena yang ada di
bahasa yang mudah dicerna dan mudah dipahami oleh masyarakat umum.
Analisis merupakan proses penyusunan data, supaya data dapat ditafsirkan peneliti.
Menyususn data berarti mengelompokan dalam pola atau kategori. Sedangkan tafsiran atau
interpretasi artinya memberikan makna pada analisis dalam menjelaskan pola atau kategori.
30
Dan mencari hubungan antara beberapa konsep,[ CITATION Mol09 \l 1033 \m Mol09]
menjelaskan bahwa analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, megorganiasaikan data, memilah-milahnya menjadi sesuatu yang dapat
dikelola, mensistematiskannya, mencari data dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.
Pengambilan data melalui tiga tahapan, diantaranya yaitu tahap pendahuluan, tahap
penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih kurang. Dari ketiga tahapan ini, untuk
mengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahapan penyaringan data. Oleh sebab itu,
jika terdapat data yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan
data sekali lagi dilapangan sehingga data tersebut memeliki validitas yang tinggi. Dalam
pemeriksaan didasarkan atas criteria tertentu. [ CITATION Mol09 \l 1033 ]ada empat criteria
kepastian (confirbility)
1. Kridibilitas
Kribilitas data digunakan dalam penelitian ini untuk membuktikan kesesuaian antara
hasil pengematan dengan kenyataan dilapangan. Apakah data atau informasi yang diperoleh
2. Dependabilitas
kumpulan data interpretasi data kemudian dikonsultasikan dengan berbagai pihak untuk ikut
31
memeriksa proses penelitian yang dilakukan peneliti agar temuan penelitian dapat
3. Konfirmabilitas
hasil penelitian, terutama yang berkaitan dengan deskripsi temuan penelitian dan diskusi hasil
penelitian.
32
BAB IV
kebijakan Ternate smart city (studi kasus Diskomsandi Kota Ternate) atas dasar penelitian
yang telah dilakukan di Dinas Komunkasi Informatika dan Persandian Kota Ternate. Analisa
ini di awali dengan menjelaskan profil dari objek penelitian serta penjelasan tentang
kebijakan smart city menurut Perpres Nomor 95 tahun 2018 tentang sistem pemerintahan
berbasis elektronik (SPBE), Bahwa untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, transparan, dan akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas dan terpecaya
diperlukan sistem pemerintahan berbasis elektronik yang saat ini sedang diterapkan oleh
Disamping itu implementasi kebijakan Ternate smart city akan dibandingkan dengan
Peraturan-Peraturan dan Undang-Undang yang relevan dengan kebijakan Ternate smart city,
sehingga akan menunjukan tingkat akuntabilitas pemerintah kota. Kemudian akan diketahui
33
4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Ternate merupakan daerah otonomi bagian dari provinsi Maluku Utara, terdiri
dari 8 (delapan) pulau, yakni : pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau Tifure, pulau
Mayau, Pulau Gurida, Pulau Makka dan Pulau Mano. Kota Ternate mempunyai potensi
strategis sebagai kota perdagangan yang dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Secara
geografis Kota Ternate terletak pada posisi 0o-2o Lintang Utara dan 126o-128o Bujur Timur
699 M), Tinggi (lebih dari 700 M). Luas wilayah Kota Ternate adalah 5.795,4 Km2 dan lebih
didominasi oleh wilayah laut 5.633,34 Km2 sedangkan luas daratan 162,069 Km2. Jumlah
penduduk Kota Ternate pada akhir tahun 2015 berjumlah 212.997 jiwa yang terditribusi
pada 7 kecamatan, dengan tingkat persebaran yang tidak merata pada setiap kecamatan.
Kota Ternate mempunyai ciri daerah kepulauan dimana wilayah terdiri dari tujuh
buah pulau, lima diantaranya berukuran sedang merupakan pulau yang dihuni penduduk
sedangkan tiga lainnya berukuran kecil dan hingga saat ini belum berpenghuni.
perhubungan,Pada tahun 2008 Diskomsandi adalah kantor di bagian kominfo. Dan pada
tahun 2016 membentuk dinas sendiri yang berlokasi di kantor wali kota lama tepatnya di
jalan Yos Sudarso. Dasar hukum pembentukan Dinas Komunikasi, Informatika dan
34
Persandian Kota Ternate adalah berdsarkan, Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah dan Perda Kota Ternate No.11 Tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan
harus dapat menjalin proses komunikasi yang harmonis dengan masyarakat. Pemerintah
daerah tidak dapat berjalan sendiri dalam mengembangkan potensi daerahnya apabila tidak
didukung oleh masyrakat, begitu juga sebaliknya masyarakat tidak akan mendukung
pemerintah, apabila tidak memiliki pengatahuan yang cukup akan kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Atas dasar itulah pemerintah Kota Ternate melalui Dinas
Pada Peraturan Walikota No. 6A Tahun 2019 di sebutkan bahwa Dinas Komunikasi,
Informatika dan Persandian mempunyai tugas dan fungsi yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pers dan media masa, pengelolaan persandian dan data statistik sektoral serta keamanan
informasi.
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana instansi pemerintah
harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif, serta
produktif, visi tidak lain adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan
berisikan cita dan citra yang ingin diemban dan diwajibkan oleh instansi pemerintah. Dengan
mengacu pada batasan tersebut, juga visi menjadi bagian integral dalam penyusunan dan
35
penetapan perencanaan strategis. Sadar akan hal itu, Kota Ternate menetapkan visi sebagai
Misi merupakan deskripsi tugas-tugas utama yang bersifat global dalam rangka
mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Misi adalah suatu yang harus dilaksanakan oleh
organisasi (instansi pemerintah) agar tujuan organisasi dapat tercapai dan berhasil dengan
baik. Dengan pernyataan misi yang ditetapkan ini, Berdasarkan rumusan visi pembangunan
Kota Ternate sebagaimana telah duraikan diatas, maka rumusan misi pembangunan daerah
jangka menengah Kota Ternate dalam tahun 2016-2021 ke depan adalah sebagai berikut:
perkotaan
Tahap implementasi kebijakan Ternate smart city dilaksanakan dan dipantau langsung
oleh dua SKPD yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
Kota Ternate (Diskomsandi) serta seluruh OPD yang terlibat. Yang mana kita ketahui bahwa
kebijakan smart city ini adalah pembaharuan sistem pemerintahan yang mengunakan sarana
pendukung teknologi komunikasi dan informasi untuk mefasilitasi masyarakat dalam hal ini
36
akses internet,Maka dari itu Bappelitbangda dan Diskomsandi bekerja sama dalam inovasi
kebijakan smart city. Berikut penjelasan singkat dari Bappelitbangda dan Diskomsandi :
Ternate.
Daerah Kota Ternate Berada di Jl. Cengkeh Afo No 14 Maliaro, Kota Ternate. Berdasarkan
pada peraturan Walikota Ternate No.40 Tahun 2017 tugas dari Bappelitbangda ialah
pembangunan, penelitian dan pengembangan daerah. Dalam hal ini berdasarkan paparan di
atas maka Bappelitbangda juga salah satu unsur pelaksana pemerintah daerah yang ikut serta
dalam implementasi kebijakan Ternate smart city yaitu dalam hal perencanaan seluruh
perangkat daerah dan monitoring serta evaluasi kebijakan Ternate smart city yang telah
dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ternate. Sesuai
dengan tugasnya Bappelitbangda juga bertanggungjawab dalam hal pembangunan smart city
di Kota Ternate.
Berdasarkan pada Peraturan Walikota Ternate No.6A Tahun 2019 tugas dari
Diskomsandi yang melaksanakan kebijakan Ternate smart city yang mengacu pada Peraturan
Presiden No.95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan
Ternate smart city, Bidang informatika dan bidang informasi publik, telekomunikasi dan
penyiaran yang bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan ini karena keterkaitan
tugas bidang dan juga tenaga ahli yang memahami telekomunikasi untuk menunjang jalannya
37
Walaupun pada saat ini implementasi kebijakan Ternate smart city belum sepenuhnya
sesuai dengan indikator konsep smart city, akan tetapi proses pelayanan publik berbasis
elektronik telah dilaksanakan oleh Diskomsandi kota Ternate dan akan terus berlanjut untuk
38
4.3Hasil Penelitian
Hasil temuan penelitian tentang implementasi kebijakan Ternate smart city ialah
kebijakan Ternate smart city belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan indikator konsep
smart city yang ada, walaupun beberapa kebijakan telah terlaksana seperti aplikasi pengaduan
aspirasi publik dan fasilitas internet gratis yang ada di titik-titik keramaian kota. Dan sejak
awal mulanya implementasi kebijakan Ternate smart city sejak tahun 2018 sampai tahun
2021 ini belum adanya master plan atau rencana induk SPBE (sistem pemerintahan berbasis
Maka dari itu tuntutan publik akan adanya transparansi dan akuntabilitas pemerintahan
semakin mendesak, hal ini adalah konsekuensi dari sebuah Kota Center of exelence. Tuntutan
ini pada intinya adalah terselenggaranya tata kepemerintahan yang baik (Good Governance)
berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Di era teknologi informasi ini, salah satu penunjang
utama untuk mewujudkan keterbukaan publik adalah pembukaan akses informasi dari
pemerintah melalui media cetak, elektonik, media sosial, website dan media lainnya yang
berbasis teknologi informasi. Teknologi informasi komunikasi adalah istilah umum untuk
semua jenis teknologi yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,
menyatukan komputasi (ilmu computer yang memecahkan sebuah masalah dari data input)
dan komunikasi yang berkecepatan tinggi untuk data, suara dan video. Hal ini sesuai dengan
39
yang disampaikan oleh Kepala Dinas Komunikasi,Informatika dan Persandian Kota Ternate
berikut ini :
“Dalam hal dokumen peraturan walikota atau master plan yang menjelaskan
secara khusus dan detail mengenai smart city untuk saat ini belum ada, Akan tetapi
Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate sedang dalam perumusan
dan penyusunan draf Rencana Induk SPBE. Draf ini terhambat dikarenakan faktor
refocusing anggaran yang terjadi hampir diseluruh level pemerintahan dalam rangka
fokus dalam penanganan covid-19. Semoga saja tahun depan keadaan sudah lebih
membaik dan dapat melanjutkan perencanaan induk spbe Kota Ternate” Wawancara,
31 Agustus 2021.
city, pada dasarnya konsep smart city ini muncul karena tingginya angka pertumbuhan
penduduk disertai tuntutan yang tinggi dari masyarakat dengan menyikapi berbagai macam
permasalahan yang sedang terjadi di dalam kota terutama dalam hal pelayanan publik.
Konsep smart city ini dijadikan sebagai strategi demi kemajuan kota dalam menyikapi
berbagai permasalahan. Pemerintah berusaha melakukan berbagai macam inovasi dalam hal
untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat. Dengan ini diharapkan dapat
menjadi sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada didalam pemerintah kota.
Oleh karena itu agenda prioritas Pemkot Ternate sebagai respon konseptual dan praktis
terhadap berbagai permasalahan kota Ternate dalam hal pelayanan bublik dll. Melalui smart
city tujuan-tujuan pembangunan Kota Ternate yang berkelanjutan dapat dicapai secara
sistematis dan rencana induk SPBE yang menjelskan secara terperinci tentang smart city akan
segera ditetapkan untuk perkembangan E-Governance di kota Ternate menjadi lebih baik dari
sebelumnnya.
40
a) Proses Implementasi Kebijakan Smart City
Implementasi ialah kegiatan yang dilakukan dengan perencanaan dan mengacu pada
aturan Negara Indonesia dalam hal ini UU, Perpres, Perda dan Perwa untuk mencapai tujuan
suatu kebijakan. Intinya, implementasi dapat dilakukan bila sudah terdapat rencana atau
konsep kebijakan yang akan dilakukan oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandin
Kota Ternate. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang
baik (Good Governance) seperti yang dikemukakan oleh [CITATION MEL13 \l 1033 ], Bahwa
Good Governance (tata pemerintahan yang baik) merupakan konsep pada otonomi daerah
dalam rangka mewujudkan suatu pemerintahan yang sehat dan bersih adalah suatu hal yang
perlu diimplementasikan pada era otonomi daerah saat ini dalam rangka mewujudkan suatu
pemerintahan yang baik dan bersih dengan lebih mengedepankan prinsip partisipasi,
transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh karena itu
dalam menggambarkan implementasi kebijakan smart city, akan diuraikan lebih lanjut
berdasarkan data dan informasi, sejauh mana indikator tersebut dijalankan di wilayah
penelitian.
Ternate Nomor 6.A Tahun 2019 tentang tugas pokok dan fungsi Diskomsandi dalam hal ini
adalah dinas penanggung jawab untuk melakukan perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan
pengendalian teknologi komunikasi, informatika dan persandian di Kota Ternate. Hal ini
sesuai dengan yang disampaikan oleh Pak Anas S.Pd,M.Par. selaku Kepala Dinas
41
tahap proses yang kebetulan agak sedikit tersendat karena faktor refocusing angaran.
Progresnya yaitu yang dulunya Diskomsandi hanya melayani beberapa SKPD
kemudian ditahun 2021 Diskomsandi sudah bisa melayani SKPD yang lebih banyak
dalam hal ini jaringan internetnya yang lebih luas” Wawancara, 31 Agustus 2021.
Hal serupa juga disampaikan oleh Pak Wahyusetia Permana,S.Kom. Selaku Sekretaris
” Imlementasi Ternate smart city Pemkot baru masuk kepada penyediaan sarana
pengaduan pelayanan pablik secara online lewat Lapor-SP4N ini adalah aplikasi sistem
pengelolaan pengaduan pelayanaan publik nasional yang berlaku di seluruh Indonesia,
layanan aspirasi dan pengaduan online rakyat, aplikasi ini yang dibuat oleh Pemerintah
Pusat, dulu sebelum aplikasi Lapor-SP4N ini Pemkot sudah punya namanya SIAPIK
(Sistem informasi pengaduan pelayanan publik) akan tetapi sudah diberhentikan
pemakaiannya” Wawancara, 09 Agustus 2021.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa dalam rangka peningkatan
pelayanan publik penyelenggaraan pemerintah, sudah ada Perpres yang mengatur tentang
dinamika perkembangan yang demikian pesat dibidang teknologi dalam rangka mempercepat
pada kemajuan teknologi khususnya dibidang digitalisasi. Implementasi kebijakan smart city
di Kota Ternate sejak tahun 2017 sampai saat ini mengalami progres yang baik setiap
tahunnya namun ada sedikit kendala dalam penerbitan/penetapan draf Rencana Induk SPBE
Walaupun tanpa adanya Rencana Induk SPBE, Dinas Komunikasi, Informaatika dan
Persandian Kota Ternate tetap menyelenggarakan program kebijakan yang sesuai dengan
indikator-indikator yang ada dalam konsep smart city. Untuk saat ini Dinas Komunikasi,
Informaatika dan Persandian Kota Ternate fokus dalam pelayanan publik berbasis teknologi
dan penyediaan infrastruktur seperti internet gratis untuk seluruh lapisan masyarakat. Ada
pula berbagai aplikasi yang dibuat oleh Pemerintah Kota Ternate yang telah dihentikan
42
penggunaannya seperti aplikasi SIAPIK, Ternate Pintar, Pasar Kita, LPSE Kota Ternate.
mengapa diberhentikan operasinya karena ada surat edaran dari Kementrian Dalam Negeri
Republik Indonesia untuk menghentikan semua aplikasi lokal buatan dari daerah agar
memakai satu saja aplikasi yaitu Lapor-SP4N agar masyarakat tidak bingung dengan
banyaknya aplikasi lapor dan juga agar dapat dipantau langsung oleh pemerintah pusat, hal
ini juga termasuk dalam konssep implementasi smart city itu sendiri. Berikut adalah progrm
Dalam progresnya implementasi kebijakan Ternate smart city yang dibawah tanggung
jawab Dinas Komunikasi, Informaatika dan Persandian Kota Ternate menerapkan kebijakan
pelayanan publik berbasis elektronik di lingkungan pemerintah kota dalam bentuk aplikasi
pengaduan masyarakat yang dinamai dengan Lapor-SP4N yang pengelolaannya telah diatur
pengelolaan pengaduan dan petugas administrator pada organisasi perangkat daerah Kota
Pelayanan Publik Nasional (SP4N) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013
yang artinya semua lapisan masyarakat dapat menyampaikan pengaduan tentang segala jenis
pelayanan publik di seluruh tingkat pemerintah, Pernyataan ini diatur dalam Buku Panduan
Adopsi Dan Integrasi lapor!-Sp4n untuk Pelayanan Publik Yang Lebih Baik. [CITATION
Kem16 \l 1033 ].
Seperti yang dijelaskan pada buku panduan Lapor-SP4N bahwa seluruh masyarakat
indonesia dapat mengunakan aplikasi layanan pengduan, aspirasi dan permintaan informasi,
43
Lapor-SP4N dapat di akses dengan cara masuk ke Situs website www.Lapor.go.id , bisa juga
melalui SMS Ke 1708 dan Mobile Apps atau Twitter dengan #Lapor. Dengan pernyataan ini
dapat diartikan bahwa tidak hanya msyarakat Kota Ternate saja yang dapat mengunakan
Sofifi, Halmahera dll. Kareana seluruh masyarakat Indonesia berhak mendapatkan pelayanan
publik yang baik. Berikut ini presentase masyarakat Maluku Utara yang telah mengunakan
aplikasi Lapor-SP4N berdasarkan surat edaran Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia
Tabel 4.1
PENGADUAN Kualitas
Pemerintah
No Belum di Belum di Tindak Lanjut
Daerah Proses Selesai Total
verifikasi tindaklanjuti Pengaduan
XXX Prov. Maluku Sesuai
0 8 0 2 10
II Utara Subtansi
Kab.
Hanya laporan
457 Halmahera 12 0 0 0 12
Testing
Barat
Kab.
Hanya laporan
458 Halmahera 7 0 0 0 7
Testing
Tengah
Kab.
Hanya laporan
459 Halmahera 18 0 0 0 18
Testing
Utara
Kab.
Hanya laporan
460 Kepulauan 12 0 0 0 12
Testing
Sula
Kab. Pulau Hanya laporan
461 3 0 0 0 3
Taliabu Testing
Kab.
Hanya laporan
462 Halmahera 2 0 0 0 2
Testing
Timur
44
Kab.
Hanya laporan
463 Halmahera 20 1 0 0 21
Testing
Selatan
Kab. Pulau Hanya laporan
464 1 0 0 0 1
Morotai Testing
Masih
465 Kota Ternate 61 12 0 66 139
Normatif
Kota Tidore Masih
466 0 6 0 6 12
Kepulauan Normatif
Total Laporan
Prov/Kab/
136 27 0 74 237
Kota Se-
Malut
Dapat kita lihat dari tabel diatas bahwa pengunaan terbanyak aplikasi Lapor-SP4N
ialah Kota Ternate, Hal ini disebabkan karena Dinas Komunikasi, Informaatika dan
Persandian Kota Ternate giat melakukan sosialisasi pengenalan aplikasi kepada masyarakat
Kota Ternate. Sehinga masyarakat mendapatkan pelayanan publik dengan baik serta
Hal ini juga diperkuat dengan tanggapan dari Ibu Nina Apriana Abbas, S.Kom. selaku
” Jadi yang kita ketahui mengenai layanan aspirasi dan pengaduan online rakyat
(Lapor-SP4N) ini bukan dibuat oleh Pemerintah Kota Ternate tetapi dibuat oleh
pemerintahan pusat jadi pemkot hanya siap pakai dan aplikasi ini bisa digunaakan oleh
seluruh pemerintah daerah yang ada di Indonesia. Dan alhamdulillah sampai saat ini
tidak ada kendala yang di alami oleh admin yang menngani aplikasi Lapor-SP4N
karena aplikasi ini telah diatur oleh pemerintah pusat jadi tidak terlalu banyak kendala
yang dialami oleh pemkot Ternate.” Wawancara, 31 Agustus 2021.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita ketahui bersama aplikasi SP4N ini
adalah program pemerintah sebagai wujud dari implementasi pelayanan publik berbasis
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, program ini dibangun sebagai salah satu
45
bentuk komunikasi pemerintah dengan masyarakat Kota Ternate dalam melayani masyarakat
aspirasi masyarakat dan permintaan informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi
untuk seluruh pemerintah daerah dan dipantau secara langsung oleh pemerintah pusat segala
keluhan masyarakat yang telah dilaporkan dan juga sangat mempermudah masyarakat dalam
hal pelayanan publik atau pun mengatasi masalah yang ada dalam lingkungan masyarakat.
Diskomsandi Kota Ternate terus berupaya yang terbaik dalam memfasilitasi atau membantu
menangani masalah yang di adukan masyarakat secara online maupun ofline serta akan di
shere secepatnya ke instansi yang bertanggung jawab dalam mengatasi masalah yang di
Dari analisis data yang ada bahwa Dinas Komunikasi, Informaatika dan Persandian Kota
Ternate berperan sebagai fasilitator antara masyarakat dan SKPD terkait yang memiliki
otoritas untuk menangani pengaduan masyarakat dan sekaligus akan dipantau sampai dengan
laporan pengaduan masalah itu selesai ditangani. Temuan lapangan pada implementasi
aplikasi ini selama beroprasi sejak 2018 sampai saat ini belum didapati adanya kendala yang
46
serius oleh admin operator aplikasi Lapor-SP4N dikarenakan aplikasi ini dipantau langsung
oleh pemerintah pusat dimana dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika. Jadi
aplikasi ini siap pakai untuk pemerintah daerah yang ada di seluruh indonesia, Diskomsandi
pun tidak bertanggungjawab atas errornya sistem aplikasi karena telah di kontrol oleh
pemerintah pusat. Upaya yang harus ditinggatkan dalam kebijakan aplikasi ini ialah sosialisai
pengenalan aplikasi agar seluruh lapisan masyarakat Ternate paham dan dapat mengunakan
Sejak tahun 2017 Pemerintah Kota Ternate telah memasang infrastruktur yang
mendukung jalannya implementasi kebijakan Ternate smart city yaitu akses internet gratis
untuk masyarakat luas yang terletak di 10 titik pusat keramaian kota yaitu taman nukila,
taman toboko, pasar rakyat, swalayan tara no ate, Kantor walikota dan lainnya namun saat
ini beberapa lokasi akses internet telah dicabut seperti taman nukila sebab kurangnya
anggaran yang berpengaruh terhadap belanja internet pemerintah Kota Ternate. Namun saat
ini akan terus diupayakann kedepannya oleh Dinas Komunikasi, Informaatika dan Persandian
Kota Ternate untuk bisa memfasilitasi seluruh sudut wilayah Kota Ternate dengan
wifi/internet gratis untuk masyarakat Kota Ternate. Karena faktor penting dalam
implementasi kebijakan smart city ini ialah kemudahan akses internet yang merupakan kunci
jalannya kehidupan kota cerdas itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Pak
Anis selaku Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate berikut ini :
47
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita ketahui bahwa dalam Konteks smart
city salah satu kebutuhan subtansial yang paling pokok adalah ketersediaan jaringan internet
yang representatif karena itu yang bisa memanfaatkan semua indikator smart city setelah
adanya jaringan internet. Konteks implementasi kebijakan smart city hal yang paling penting
dalam menjalankan sistem pemerintahan berbasis elektronik ini ialah fasilitas jaringan
internet yang baik dari segi SKPD Kota Ternate maupun masyarakat karena roda dari konsep
kota pintar ini berdasarkan teknologi informasi dan komunikasi hal ini yang akan membuat
kehidupan masyarakat lebih maju dan bisa sesuai dengan konsep penerapan smart city. Pada
paparan implementasinya dalam hal untuk mendukung jalannya Implem entasi smart city itu
literasi digital yang merupakan item penting akan terus intens dilaksanakaan oleh
Diskomsandi Kota Ternate dalam rangka mengedukasi masyarakat agar dapat mengakses
pelayanan-pelayanan digital melalui apliksi yang melekat pada SKPD yang melakukan
pelayanan publik.
implementasi kebijakan smart city yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari
berbagai aspek seperti Anggaran, Ketersediaan SDM yang representative dalam hal
implementasi kebijakan smart city dan belum adanya fasilitas Command Center. Berdasarkan
Keberhasilan pelaksanaan smart city tidak lepas dari berbagai faktor, baik faktor
penghambat maupun faktor pendorong pelaksanaan kebijakan Ternate smart city. Mengacu
pada teori Edward III, yang terdiri dari komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur
birokrasi. Dari faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dapat diketahui faktor apa saja yang
48
berpengaruh pada implementasi kebijakan Ternate smart city dalam penelitian ini dilihat dari
hasil temuan lapangan yang dikaitkan dengan teori Edward III sebagai berikut :
1. Komunikasi
kebijakan Tenate smart city. Namun demikian, komunikasi sering kali dipahami dalam
konteks formal seperti rapat, instuksi dan kegiatan sejenisnya. Komunikasi juga menjadi
faktor penghubung bagi para stakeholder, pada kebijakan ini komunikasi yang terjalin yaitu
antar anggota tim pengembangan smart city maupun dengan masyarakat Kota Ternate yang
menjadi kelompok sasaran dari kebijakan ini. Komunikasi dilakukan dengan maksud
Dalam implementasi kebijakan Ternate smart city terdapat komunikasi formal dan
informal. Komunikasi formal meliputi rapat, monitoring dan Bimbingan Teknis yang
dilakukan oleh tim perencanaan dan pengembangan Ternate smart city. Seperti yang
disampaikan oleh Kepala Dinas Komunikasi Informatikan dan Persandian Kota Ternate
berikut ini:
Hal ini termasuk pada teori Edward III yaitu faktor komunikasi pemerintah Kota
perkembangan pemerintahan Kota Ternate, ada pun komunikasi pemerintah Kota Ternate
kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi atau kegiatan sejenisnya, hal ini dejelaskan oleh
49
“Diskomsandi juga aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai aplikasi
atau wadah pengaduan aspirasi rakyat (Lapor-SP4N) setiap setahun sekali yang dapat
membantu masyarakat dalam menyampaikan permasalahan yang terjadi di setiap
kelurahan kepada SKPD penanggungjawab tersebut”(Wawancara 31 Agustus 2021)
Hasil dari wawancara dengan narasumber dapat kita simpulkan bahwa pemerintah
Kota Ternate telah melakukan komunikasi yang baik dengan masyarakat dan telah
melakukan transparansi informasi dan pelayanan publik secara baik. Akan tetapi berdasarkan
hasil survey pada masyarakat didpati lumayan banyak yang belum mengetahui dan
memahami dengan baik tentang program penerapan kebijakan Ternate smart city ini.
Sedngkan untuk masyarakat yang mengetahui adanya kebijakan ini didominasi oleh golongan
pelajar dan anak muda seperti tanggapan yang disampaikan oleh Pemuda Kelurahan Takoma
“Ya saya tau adanya kebijakan Ternate Smart city dari sosial media Diskomsandi
Ternate dan sosoalisasi yang dilakukan oleh pemkot ”(Wawancara 14 Oktober 2021)
Hal serupa juga disampaikan oleh masyarakat Kota Ternate, Mahasiswa UNKHAIR
berikut ini :
“Oh iyah saya tau, soalnya sekarang semuanya serba smart. Saya tau kebijakan
Ternate Smart city dari website Kota Ternate dan dari tugas kuliah. ”(Wawancara 14
Oktober 2021)
Hasil wawancara dengan narasumber ini dapat dijelaskan bahwa selain dari sosial
media tik masyarakat Kota Ternate juga mendapat informasi mengenai kebijakan Ternate
Smart city dari sumber lain tentang adanya kebijakan Ternate Smart city. Komunikasi
informal yang terjalin antar implementor dengan kelompok sasaran masih belum cukup baik
atau belum optimal mengacu dari pemaparan informan diatas bahwa komunikasi informal
menjadi salah satu faktor penghambat dalam implementasi kebiijakan Ternate Smart city
50
Komunikasi yang terjalin antara pemerintah dengan masyarakat berjalan kurang baik
2. Sumberdaya
city. Meskipun sumberdaya sudah cukup dalam pelaksanaan kebijakan Ternate Smart city
namun dalam pengunaannya kurang mumpuni, maka kebijakan yang dilaksanakan akan
berjalan kurang efektif sumberdaya dalam implementasi kebijakan Ternate Smart city di Kota
Ternate dipengaruhi oleh tiga sumberdaya penting yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya
yaitu semua aktor yang berkepentingan serta ikut ambil andil dalam pelaksanaan kebijakan
Ternate Smart city, Tim perencanaan dan pengembangan Ternate Smart city mengalami
kendala yaitu SDM yang representative,Yang mampu menjadi motor dalam pergerakan
implementasi kebijakan Ternate smart city. Diskomsandi masih membutuhkan banyak tenaga
ahli lagi yang mampu dalam bidang programmer untuk lebih mempermudah akses dan
penataan data secara telekomunikasi, meskipun pada saat ini staf Diskomsandi cukup
mumpuni untuk itu,tetapi dalam skala perkembangan yang lebih jauh tentunya Dinas
Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate sangat memerlukan tenaga-tenaga ahli
yang lebih mumpuni. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Dinas Komunikasi Informatika
Sumberdaya financial adalah besaran anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Kota
Ternate untuk membiayai pelaksanaan kebijakan Ternate smart city. Sumberdaya financial
51
untuk pelaksanaan kebijakan Ternate smart city bersumber dari dana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kota Ternate. Hal ini terkendala dikarenakan faktor refocusing
anggaran yang terjadi hampir diseluruh level pemerintahan dalam rangka fokus dalam
penanganan covid-19, Dalam pelaksanaan implementasi kebijakan smart city tentu saja
diperlukan anggaran lebih untuk mejalankan kebijakan ini misalnya dalam hal draf rencana
induk SPBE yang belum bisa di sahkan dan di terapkan oleh kami (Diskomsandi) serta
belanja kapasitas internet yang masih sedikit yang mengakibatkan tidak seluruh wilayah Kota
Ternate mendapatkan fasilitas internet gratis. Semoga tahun depan sudah tidak ada lagi
refocusing anggaran oleh pemerintah Indonesia sehingga seluruh rencana induk SPBE yang
mengatur tentang smart city dapat berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan oleh
Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate. Seperti yang disampaikan oleh
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ternate berikut ini:
“Terkendala karena faktor refocusing anggaran yang terjadi hampir diseluruh level
pemerintahan dalam rangka fokus dalam penanganan covid-19, sehingga
menyebabkan keterlambatan pengesahan Rencana induk SPBE/Master plan kebijakan
Ternate smart city.”(Wawancara 30 Agustus 2021)
Sedangkan untuk sumberdaya infrastruktur seperti perangkat komputer, wi-fi dan lain-
lain. Pada sumberdaya ini Diskomsandi Kota Ternate bekerja sama dengan PT telkom untuk
pemasangan free wi-fi di titik area publik. Selanjutnya pada infrastruktur pendukung lainnya
seperti perangkat komputer, akan tetapi kendala yang dihadapi oleh Diskomsandi ialah
keterbatasan belanja kuota internet yang masih sedikit hal ini disebabkan oleh faktor
refocusing anggaran ini pula yang membuat kurang meluasnnya jangkauan dan kecepatan
internet gratis yang ada di Kota Ternate dan juga belum adanya Command Center, Belum
tersedianya fasilitas Command Center yang kemudian dimana data-data terkait dengan
implementasi kebijakan smart city dapat terpusat semuanya pada Dinas Komunikasi,
Informatika dan Persandian Kota Ternate. Untuk kedepannya kita akan fokus bergerak ke
52
arah sana secara bertahap. Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Dinas Komunikasi
“Dari segi infrastruktur kami masih kekurangan dalam hal belanja kuota internet dan
penyediaan fasilitas Command Center, diharapkan akan segera dirampungkan pada
tahun depan agar penerapan kebijakan Ternate smart city ini dapat berjalan dengan
semestinya.”(Wawancara 30 Agustus 2021)
Ternate Smart city. Pada pelaksanaannya faktor sumberdaya terdapat masalah yang menjadi
Persandian Kota Ternate. Dalam hal ini ketiga faktor sumberdaya yaitu sumbrdaya manusia,
3. Disposisi
Disposisi atau sikap pelaksanaan kebijakan Ternate smart city di Kota Ternate, sebuah
kebijakan dapat berjalan dengan baik walaupun ditunjang dengan sumberdaya yang
memadai, namun belum tentu hasilnya sesuai dengan yang diharapkan jika pelaksana atau
implementor tidak memiliki komitmen dalam pelaksanaan tugannya. Sikap pelaksana pada
implementasi kebijakan Ternate smart city dilihat dari kedisiplinan dan komitmen dari tim
Komitmen sikap pelaksanaan ini dilihat dari sikap tim Diskomsandi Kota Ternate
untuk Ternate smart city dalam pelaksana kegiatan monitoring dan melaksanakan monitoring
dan melaksanakan program kegiatan. Pada saat monitoring, Dinas Komunikasi, Informatika
dan Persandian Kota Ternate mengadakan monitoring secara rutin. Hal ini guna mengawal
53
dan memastikan program kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing ODP dapat
berjalan dengan baik, selain itu juga untuk memastikan setiap ODP menjalankan tugas dan
wewenang sesuai dengan bidangnya. Mereka dituntut untuk menjalankan tugas secara
totalitas dan profesional agar program kegiatan yang dilaksanakan berhasil sesuai dengan
target sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kepala
“Biasanya dilakukan monitoring mengikuti dengan kegiatan pemkot dan diikuti oleh
semua OPD. Sesuai dengan pembentukan tim perencanaan dan pengembangan
Ternate Smart city dan kalau ada masalah-masalah yang perlu dibicarakan dan
koordinasikan secara berkala maka kita mengadakan rapat yang dihadiri oleh semua
anggota tim perencanaan dan pengembangan Ternate Smart city.”(Wawancara 30
Agustus 2021)
Ternate Smart city melibatkan tim perencanaan dan pengembangan Ternate Smart city untuk
saling berkerja sama agar dapat mencapai target sasaran yang telah ditetapkan ditunjukan
Ternate Smart city. Pada pelaksanaannya disposisi atau sikap pelaksana tidak terdapat
masalah yang menjadi penghambat. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan
Ternate Smart city meiliki komitmen dan antusias yang tinggi terhadap keberhasilan
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi juga memiliki peren penting dalam pelaksanaan kebijakan Ternate
smart city. Struktur birokrasi erat kaitannya dengan pembagian tugas, wewenang dan
54
hubungan antar devisi dalam pelaksanaan kebijakan. Dalam pelaksanaan kebijakan biasanya
dibuat standar operasional prosedur (SOP) yang menjadi pedoman bagi implementor dalam
melaksanakan kebijakan agar tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Namun
pada kebijakan Ternate smart city, Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota
Ternate belum meiliki master plan atau rencana induk SPBE yang menjadi acuan khusus
pemerintah kota Ternate dalam penerapan kebijakan Ternate smart city, hal ini disebabkan
karena kendala anggaran yang belum mumpuni untuk mesahkan master plan atau rencana
induk SPBE. Untuk saat ini dalam penerapak kebijakan diskomsandi masih mengacu pada
perpres no 95 tahun 2018 tentang sistem pemerintahan berbasis elektronik dan perwal no 6A
tahun 2019 tentang tugas pokok dan fungsi diskomsandi. Hal ini disampaikan oleh Kepala
“Kami sebagai pihak pelaksana tidak ada SOP khusus akan tetapi untukimplementasi
kebijakan ini kami hanya mengacu pada perpres no 95 tahun 2018 tentang SPBE dan
perwal no 6A tahun 2019 seperti yang telah saya sampaikan diawal tadi ”(Wawancara
30 Agustus 2021)
Hasil wawancara dari narasumber tersebut, jelas bahwa tim pelaksana tersebut
dibentuk melalui keputusan Walikota dengan penjabaran tugas yang sangat jelas dan sesuai
dengan bidng serta wewenang masing-masing ODP. Sehigga pada faktor struktur birokrasi,
masih terdapat permasalahan maupun kendala dalam pelaksanaan kebijakan Ternate Smart
city.
membuktikan bahwa terdapat faktor pendorog dan faktor penghambat yang mempengaruhi
implementasi menurut teori Edward III yang terdiri dari komunikasi, sumberdaya, disposisi
kebijakan Ternate Smart city diatas, sumberdaya dan struktur birokrasi merupakan faktor
55
yang menghambat pelaksanaan kebijakan Ternate Smart city. Sumberdaya dan struktur
birokrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Ternate dengan implementasi kebijakan
ini berjalan kurang baik atau belum optimal yaitu kurangnnya SDM yang ahli serta titik ramai
internet gratis, dan ketidak tersediaannya Command Center serta belum ditetapkannya
masterplan atau rencana induk SPBE, hal ini yang masih menjadi kendala bagi pemerintah
kota Ternate dalam implementasi kebijakan ini. Implementasi kebijakan Ternate Smart city
seharusnya mendapatkan prioritas dalam hal fasilitas fisik maupun nonfisik, karena dengan
Sedangkan faktor pendorong dalam pelaksanaan kebijakan Ternate Smart city yaitu
komunikasi dan disposisi. Hal ini dapat dilihat dari faktor komunikasi pemerintah kota
Ternate dan masyarakat masih terjalin dengan baik dalam bentuk sosialisasi tatap muka
maupun via daring dan media sosial untuk mempermudah pelayanan publik untuk
masyarakat. Dan faktor disposisi pada pelaksanaan kbijakan Ternate Smart city tidak terdapat
masalah karena tim perencanaan dan pengembangan melakukan tugas dan wewenagnnya
dengan baik serta sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama.
56
4.4 Evaluasi Kebijakan Ternate Smart City.
Evaluasi kebijakan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka melihat
kebijakan sudah terealisasi dengan baik atau belum, adapun tujuan dari evaluasi ialah untuk
mengetahui apakah kebijakan tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak. Studi evaluasi
adalah studi yang terkait dengan beberapa cabang ilmu pengetahuan lainnya. Termasuk
ketika evaluasi dalam konteks kebijakan publik sebagai bagian dari disiplin ilmu
Evaluasi kebijakan publik adalah bagian dari analisis kebijakan yang paling akhir untuk
menentukan apakah program maupun kebijakan yang dikeluarkan dapat mencapai hasil yang
diharapkan dari apa yang telah direncanakan sebelumnya melalui proses formulasi dan proses
yang dilaksanakan melalui implementasi, sehingga akan diketahui seberapa besar manfaat
yang didapatkan dari adanya kebijakan tersebut. [ CITATION Muh18 \l 1033 ] Evaluasi kebijakan
bertujuan untuk menilai sejauh mana kebijakan yang dibuat memecahkan masalah dan
mewujudkan dampak yang diinginkan. Tipe evaluasi kebijakan yang digunakan adalah
Evaluasi Formatif, Evaluasi formatif ialah analisis tentang seberapa jauh sebuah program
57
B. Evaluasi Kebijakan Ternate Smart City
Evaluasi formatif dilakukan untuk melihat seberapa jauh pengembangan smart city yang
teknologi informasi dan komunikasi untuk memudahkan berbagai pelayanan dan aktivitas ke
lingkungan cerdas serta bagaimana respon masyarakat dengan adanya kebijakan ini, evaluasi
yang dilakukan telah melalui peneitian langsung ke Pemkot dan Masyarakat. Evaluasi ini jug
akan mengacu pada indikator utama dimensi smart city yaitu : Ekonomi Pintar, Mobilitas
Pintar, Masyarakat pintar, Lingkungan pintar, Cerdas hidup dan Pemerintahan yang cerdas.
Riset ini dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah Ternate smart city telah
menerapkan kebijakan sesuai dengan indikator konsep smart city itu sendiri? Serta
bagaimana tinggkat kepuasan dari masyarakat Kota Ternate. Berikut adalah penjelasannya
Berikut wawancara dengan Pak Anas selaku Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan
” Pada dasarnya smart city ini kalau didaerah itu harus kita buat penetapan peraturan
daerah tentang SPBE (sistem pemerintahan berbasis elektronik) yang kemudian Dinas
Komunikasi,Informatika dan persandian susun dengan rencana induk SPBE didalam
rencana induk SPBE itu memuat tentang indikator konsep smart city ini, nah itu yang
sekarang ini kerangkanya sementara kami siapkan, hanya saja agak sedikit terhambat
dengan faktor refocusing anggaran itu, tetapi pada dasarnya konsep besarnya sudah
ada. Semoga pandemi ini cepat berlalu agar ada dana yang representatif yang bisa
memenuhi kebutuhan untuk menyiapkan dokumen besarnya ini karena didalam
rencana induk SPBE telah menjelaskan secara detail kebijakan Ternate smart city itu
sendiri. Untuk saat Kota Ternate sepenuhnya belum menerapkan indikator smart city
karena beberapa kendala yang tadi telah disebutkan, Akan tetapi Diskomsandi telah
menerapkan beberapa fasilitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi kepada
masyarakt dan akan terus berfokus pada implementasi smart city untuk kehidupan
yang lebih baik dari segi telekomunikasi.”
58
Dari wawancara ini dapat kita simpulkan bahwa dikarenakan faktor anggaran yang
oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate sesuai dengan konsep
C. Hasil Evaluasi
Setiap tahunnya Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate memiliki
target dalam mengimplementasikan kebijakan smart city dan setiap tahun presentasenya
semakin baik walaupun belum menyentuh angka 100% , Diskomsandi juga terus berupaya
seluruh SKPD Pemerintah Kota dan memfasilitasi akses Internet untuk masyarakat, selain
internet gratis ada juga layanan pengaduan aspirasi rakyat yang bisa di akses secara online
maupun ofline dan ini sangat membantu kehidupan masyarakat dalam hal penanganan
masalah sampah atau jalan raya yang berlubang dll. Tahun ini Diskomsandi sedang fokus
dalam rancangan induk SPBE. Dalam hal ini Diskomsandi mengacu pada target sasaran
1) Terwujudnya tata kelola dan manajemen SPBE yang efektif dan efisien;
Walaupun Ternate smart city belum diterapkan semua indikator smart city secara
menyeluruh, Akan tetapi Diskomsandi juga secara bertahap melakukan sosialisasi mengenai
smart city serta teknologi informasi dan komunikasi pada masyarakat karena manusia dipaksa
teknologi dalam kehidupan sehari-harinya. Statement yang diberikan oleh Dinas Komunikasi,
59
Informatika dan Persandian Kota Ternate cukup konsisten karena dari awal terbentuknya
Dinas ini Diskomsandi telah menyusun inovasi Kota cerdas untuk Kota Ternate. Dan
smart city agar dapat memudahkan segala urusan pelayanan publik untuk masyarakatnya.
menemukan hasil yang cukup positif karena respon masyarakat sangat baik dan sangat kreatif
Contohnya para pemuda Kelurahan Takoma Ternate Tengah, yang melakukan inovasi
dengan membuat kampungnya menjadi kampung digital, yang mana seluruh wargannya
saling terkoneksi internet, karena seluruh rumah ada wifi, mereka bisa (Belanja, bahkan
menjual produk UMKM serta transaksi di warung menggunakan platfrorm digital). Walikota
Ternate M. Tauhid Soleman merespon baik kampung digital dikelurahan Takoma, Walikota
kepada perwakilan pemuda Takoma, mengatakan segera tindak lanjuti inisiasi para prmuda
ini. Sebab kampung digital Takoma ini merupakan kelurahan pertama di Maluku Utara,
bahkan kota Ternate. Salah satu program yang kini sedang digagas yaitu Sampah Online
Takoma. Pada program sampah ini online ini, Warga dikelurahanTakoma dapat meminta
pengangkutan terjadwal, dan berdonasi sampah yang dapat didaur ulang lewat platfrom
digital.
Sekilas tentang kampung digital Takoma,Lorong dan gang bakal diubah dengan
smart village-village branding, dimana nama gang lorong dirubah menjadi gang download
sertagang upload. Dan warga hanya bisa megakses internet untuk hal produktif dan
kepentingan pemberdayaan UMKM dan pembelajaran. Walaupun ini bukan dalam inovasi
implementasi Ternate smart city yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan
Persandian Kota Ternate, Akan tetapi dapat kita lihat bahwa sosialisasi dan pemahaman yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota mengenai telekomunikasi ini sangat direspon baik oleh
60
masyarakat dan memunculkan inovasi-inovasi kreatif yang datang dari masyarakat, Dari
temuan lapangan ini dapat saya simpulkan bahwa partisipasi dan kepedulian masyarakat Kota
sangat baik dengan adanya kampung digital ini maka diharapkan menjadi icon keberhasilan
penerapan kampung digital dan akan menjadi barometer untuk kampung-kampung lain untuk
mengikuti penerapan smart village. Sangat diharapkan untuk kedepannya ssemua kampung
yang ada di kota ternate dapat menerapkan smart village dan dapat difasilitasi oleh
Pemerintah Kota,Karena Ini juga termasuk dalam keberhasilan Kota Ternate dalam
Menurut hasil survey yang telah saya lakukan melalui google from dan telah diisi oleh
50 responden yang berdomisili di Kota Ternate dapat di simpulkan bahwa pelayanan smart
city yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Ternate
sepenuhnya belum memuaskan masyarakat dari segi kekuatan sinyal akses wifi gratis dan
kurangnya titik wifi gratis di Kota Ternate, Ada pula kualitas pelayanan pengaduan online
yang sangat cepat membantu masyarakat dalam hal pengaduan aspirasi yang ada
dilingkungan sekitarnya. Serta diharapkan kedepannya Kota Ternate dapat menjadi Kota
yang memiliki tata kelola e-govenance yang baik dan dapat menjangkau dari segala sisi aspek
kehidupan masyarakat dan mempermudah pelayanan publik tanpa harus ngantri panjng.
61
BAB V
PENUTUP
Penutup merupakan bagian akhir dari hasil penelitian yang terdiri dari kesimpulan dan
saran. Kesimpulan merupakan gambaran singkat dari hasil penelitian dan pembahasan yang
dilakukan pada bab sebelumnnya serta menjawab permasalahan dari penelitian ini.
Sedangkan saran merupakan suatu usulan atau masukan dari peneliti kepada pemerintah
terkait kajian yang diteliti maupun sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
1.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan Ternate smart
city saat ini belum sesuai dengan indikator konsep smart city dan peraturan presiden tentang
smart city, Pada proses implementasi kebijakan Ternate smart city terdapat tiga tahapan
pelaksanaan kebijakan. Dari ketiga tahapan tersebut pada tahap monitooring dan evaluasi,
Salah satu implementor belum sepenuhnya patuh yaitu belum konsisten dalam melaksanakan
Implementasi kebijakan Ternate smart city telah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Pada implementasi kebijakan Ternate smart city, Faktor pendorongnya ialah telah terlaksana
pelayanan publik berupa pengaduan aspirasi berbasis online maupun ofline dan tenaga ahli
yang cukup mumpuni untuk menjalankan program-program yang telah ada. Sedangkan untuk
kebijakan Ternate smart city. Sumber daya yang disedian oleh pemerintah kota Ternate untuk
melaksanakan kebijakan Ternate smart city sudah mencukupi. Disposisi atau sikap pelaksana
pada pelaksanaan kebijakan Ternate smart city, implementoor memiiki komitmen dan
antusias yang tinggi dalam mencapai keberhasilan kebijakan Ternate smart city. Sedangka
62
struktur birokrasi pada pelaksanaan kebijakan Ternate smart city,Telah dibentuk tim
pengembangan Ternate smart city dengan susunan struktur birokrasi yang sesuai dengan
Implementasi kebijakan Ternate smart city telah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
faktor penghambat pelaksanaan kebijakan, Pada implementasi kebijakan Ternate smart city
ialah kekurangan anggaran menjadi faktor penghambat. Pada aspek kekurangan anggaran
yang mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan kebijakan Ternate smart city ini dan
membuat terlambatnya penetapan rencana induk SPBE atau bisa disebut masterplan Ternate
smart city. Kurangnya beberapa tenaga ahli yang dapat menjadi motor kemajuan dari
2.1 SARAN
Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan yang dilaksanakan oleh peneliti maka
peneliti ingin memberikan saran pelaksanaan kebijakan Ternate smart city agar kedepannya
bisa berjalan lebih baik. Adapun saran yang penulis sampaikan berikut ini :
meningkatkan kualitas jaringan internet dan perbanyak jumlah jangkauan daerah yang
kebijakan Ternate smart city dapat berjalan dengan lancar karena kunci dari
publik yang baik. Dan meningkatkan sosialisasi mengenai Ternate smart city karena
63
smart city ini. Diharapkan tahun ini atau paling lambat tahun depan untuk bisa
menetapkan master plan atau rencana induk SPBE agar secepatnya Kota Ternate
2. Berdasarkan kendala yang ada peneliti sarankan untuk terus berupaya dalam hal
financial atau pun sumberdaya agar secepatnya dapat terlaksana rencana induk SPBE
yang ada dan dapat mempermudah masyarakat dalam hal memanfaatkan teknologi
informasi untuk memudahkan kehidupan masyarakat karena hal ini termasuk dalam
indikator konsep smart city yaitu smart people serta dapat memudahkan masyarakat
dalam segala hal yang berurusan dengan pemkot. Ketidak adanya peraturan kebijakan
yang mengikat khusus tentang smart city ini yang sangat disayangkan karena memalui
dengan ide kreatif anak-anak muda dengan mengubah menjadi smart village atau bisa
disebut kampung digital, ini adalah contoh baik yang wajib di implementasikan oleh
Diskomsandi kedepannya.
64
DAFTAR PUSTAKA
Faidat, Nur, and Muhammad Khozin. 2018. “Analisa Strategi Pengembangan Kota Pintar
(Smart City): Studi Kasus Kota Yogyakarta.” JIP (Jurnal Ilmu Pemerintahan) : Kajian
Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah 3(2): 171–80.
Hidayatullah, Dkk. 2018. “Bab Ii Landasan Teori.” Journal of Chemical Information and
Modeling 53(9): 8–24.
Hiar, H. (2017, 05 14). Songsong Smart City, Kota Ternate Luncurkan Internet Gratis.
Retrieved 04 30, 2021, from Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/regional/read/2950254/songsong-smart-city-kota-ternate-
luncurkan-internet-gratis
Informatika, I. N.-G. (2021, Agustus 31). Bagaimana implementasi pelayanan publik Lapor-
SP4N di Diskomsandi Kota Ternate ? (A. Karissya, Interviewer)
lintasarta. (2020, March 13). Inilah Tantangan dan Faktor Sukses Smart City. Retrieved April
30, 2021, from lintasarta Blog: https://blog.lintasarta.net/article/inilah-tantangan-dan-
faktor-sukses-smart-city
65
Marisa, Hizra, and Andree. 2019. “Analisa Implementasi Smart City Madani Pemerintah
Kota Pekanbaru Dalam Upaya Sinergitas Program ASEAN Smart Cities Network
(ASCN) 2030.” Journal of Diplomacy and International Studies 2(2): 1–11.
Subarsono, A. (2015). Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi . Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Pak Anas Kepala Dinas Komunikasi, I. d. (2021, Agustus 2021). Apa saja kebijakan yang
telah dilakukan oleh Diskomsandi ? (A. Karissya, Interviewer)
Pak Anas Kepala Dinas Komunikasi, I. d. (2021, Agustus 31). Apa saja kendala yang dialami
oleh Diskomsandi dalam mengimplementasikan kebijakan Ternate smart city. (A.
Karissya, Interviewer)
Pak Anas Kepala Dinas Komunikasi, I. d. (2021, Agustus 31). Bagaimana perkembangan
implementsi kebijakan Ternate smart city dari awal tahun mulanya kebijakan sampai
saat ini ? (A. Karissya, Interviewer)
Pak Anas Kepala Dinas Komunikasi, I. d. (2021, Agustus 2021). Bagaimana perkembangan
implementsi kebijakan Ternate smart city dari awal tahun mulanya kebijakan sampai
saat ini ? (A. Karissya, Interviewer)
Rahmadanita, Annisa, Eko Budi Santoso, and Sadu Wasistiono. 2019. “Implementasi
Kebijakan Smart Government Dalam Rangka Mewujudkan Smart City Di Kota
Bandung.” Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja 44(2): 81–106.
66
Ramadhan, Restu, Ria Arifianti, and Riswanda Riswanda. 2020. “IMPLEMENTASI E-
GOVERNMENT DI KOTA TANGERANG MENJADI SMART CITY (Studi Kasus
Aplikasi Tangerang Live).” Responsive 2(3): 89.
Septiarika, Risya. 2020. “Advokasi Kebijakan Dalam Kerjasama Smart City Bandung Dan
Seoul Lewat Kemitraan Sister City Tahun 2016-2019.” Khazanah Sosial 2(3): 141–54.
Suhendra, Adi, and Arwanto H. Ginting. 2018. “Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Membangun Smart City Di Kota Medan.” Matra Pembaruan 2(3): 185–95.
Winarno, B. (2012). Kebijakan publik : Teori , proses, dan studi kasus. Yogyakarta: CAPS.
67
L
68
PEDOMAN WAWANCARA
69
Gambar 6.1 Survey Kepuasan Masyarakat Kota Ternate terhadap Kebijakan Smart City
70
Gambar 6.2 kondisi kantor Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ternate
01 September 2021
71
Gambar 6.3 Proses wawancara dengan Kadis Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian
Kota Ternate
31 Agustus 2021
72
Gambar 6.6 Alur Proses Aplikasi Lapor-SP4N
73