Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL KARYA PERAJIN BATIK

STUDI KASUS DI DESA WUKIRSARI IMOGIRI BANTUL

Setiati Widihastuti dan Eny Kusdarini


Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: setiatiwidiastuti@yahoo.com

Abstrak: Kajian Hak Kekayaan Intelektual Karya Perajin Batik Studi Kasus
di Desa Wukirsari Imogiri Bantul. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui hak
kekayaan intelektual yang dapat diberikan pada karya perajin batik Imogiri, kendala-
kendala yang ditemukan dalam memberikan perlindungan hak kekayaan intelektual
pada karya perajin batik Imogiri, serta usaha-usaha yang telah dilakukan untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut. Sebagai suatu penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, wawancara, osbervasi, dan dokumentasi dipilih sebagai teknik
pengumpulan data. Subjek penelitian berjumlah tujuh orang yang ditentukan dengan
teknik snow ball. Analisis datanya berupa analisis domain, analisis taksonomis,
analisis komponensial, dan analisis tema. Simpulan kajian ini adalah bahwa hak atas
kekayaan intelektual (HKI) yang dapat dipergunakan untuk melindungi karya perajin
batik Imogiri adalah: 1) hak cipta; 2) hak paten sederhana; 3) hak merek; dan 4) hak
indikasi geografis. Adapun kendala dalam pemberian perlindungan HKI atas karya
perajin batik Imogiri adalah: 1) terbatasnya pengetahuan dan pemahaman para
perajin batik Imogiri tentang HKI; 2) kentalnya budaya kebersamaan membuat para
perajin sangat sulit menerima konsep-konsep HKI yang menonjolkan hak-hak pribadi;
3) ketentuan-ketentuan dalam HKI yang bersifat komersial dan berorientasi pada
keuntungan ekonomis tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki para perajin; dan
4) mahalnya biaya dan sulitnya prosedur pengurusan HKI.

Kata Kunci: Hak kekayaan inteletual, karya batik, perempuan perajin batik

Abstract: Intellectual Property Assessment of Batik Artisans Works a Case


Study in The Village of Wukirsari Imogiri Bantul. This study aimed to determine
the intellectual property rights that can be granted on the work of batik artisans in
Imogiri, to know constraints found in protecting intellectual property rights to the
works of batik artisans in Imogiri, and to know the efforts that have been made to
overcome these constraints. Descriptive study with a qualitative approach, interviews,
osbervasi, and documentation selected as data collection techniques. Seven research
subjects are determined by the snowball technique. The analysis of the data in the
form of domain analysis, taxonomic analysis, komponensial analysis, and theme
analysis. The conclusions of this study is that the intellectual property rights (IPR)
which can be used to protect the work of batik artisans in Imogiri are: 1) copyright;
2) simple patent; 3) the right brand, and 4) geographical indication rights. The
constraints in the provision of IPR protection over the work of batik artisans in Imogiri
are: 1) lack of knowledge and understanding of the batik artisans in Imogiri on IPR;
2) the strong culture of togetherness makes it very difficult for artisans to accept IPR
concepts that highlight the personal rights and 3) The IPR provisions in commercial
and profit-oriented economic incompatible with the values held by artisans, and 4)
the high cost and difficulty of obtaining IPR procedures.

Keywords: intellectual property rights, batik works, batik artisans women

145
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 145-155

PENDAHULUAN hati tersebut dimanfaatkan secara tidak


Sebagai konsekuensi dari keikutser- bertanggung jawab oleh pihak lain, yang be-
taan pemerintah Indonesia sebagai negara rakibat karya dan temuan-temuan sebagian
peserta perjanjian pembentukan WTO, masyarakat Indonesia kemudian “dicuri”
terutama yang terkait dengan perjanjian oleh orang lain.
atau konvensi internasional di bidang Hak Pada hakikatnya hak kekayaan intelektu-
Kekayaan Intelektual (HKI), adalah dibuat- al merupakan hak yang timbul berdasarkan
nya regulasi tentang perlindungan terhadap kerja intelektualitas, kreativitas, rasio, dan
karya intelektual manusia. Permasalahan otak manusia karena telah memiliki ide atau
tentang hak kekayaan intelektual di satu gagasan mengenai sesuatu hal sehingga tim-
sisi berkait dengan masalah liberalisasi bul hak-hak yang bersifat imateriil dan dapat
ekonomi, dan di sisi lain berhadapan dengan diterima oleh nalar manusia. Oleh karena
kondisi sosial, budaya, ekonomi masyarakat itu, dapat dikatakan bahwa HKI merupakan
Indonesia. Kondisi sosial budaya masyarakat hak milik terhadap benda tidak berwujud
Indonesia masih berada dalam masa transisi yang berupa informasi, ilmu pengetahuan,
masyarakat industrial dan belum semuanya teknologi, seni, sastra, ketrampilan, dan
mengerti dan memahami masalah-masalah lain-lain yang tidak mempunyai bentuk
HKI. Ini tidak dapat diingkari mengingat tertentu (Ditjen HKI, 2005:26). Adapun ru-
konsep mengenai hak milik atas kekayaan ang lingkup hak-hak yang tercakup dalam
intelektual memang bukan berasal dari perlindungan HKI berdasarkan Hasil-hasil
masyarakat Indonesia, melainkan berasal Perjanjian Putaran Uruguay pada Negosiasi
dari masyarakat negara-negara maju untuk Perdagangan Multilateral Annec 1 C adalah
melindungi karya-karya intelektual mere- sebagai berikut: a. Copyright & Related Right
ka yang notabene pola pikir masyarakat (hak cipta dan hak-hak yang berkaitan den-
negara-negara tersebut berbeda dengan gan hak cipta); b. Trademarks (merek); c.
masyarakat Indonesia. Geographical Indication (indikasi geografis);
Keadaan ekonomi bangsa Indonesia d. Industrial Design (desain industri); e. Pat-
yang masih berada jauh dari tingkat penda- ens (paten); f. Lay out Design - Topographies
patan perkapita masyarakat negara-negara – of Integrated Circuits (desain lay out dari
maju, menjadi salah satu penyebab ter- lingkaran elektronik terpadu); g. Protec-
kendalanya sebagian masyarakat Indone- tion Undisclosed Information (perlindungan
sia dalam memaknai dan memahami hak terhadap rahasia dagang); dan h. Control of
kekayaan intelektual serta regulasinya. Anti-Competititve Practices in Contractual
Akibat dari ketidaktahuan terhadap pera- Licences (pengendalian terhadap praktik-
turan-peraturan yang terkait dengan HKI praktik persaingan tidak sehat dalam per-
tersebut acapkali masyarakat Indonesia janjian lisensi. Ruang lingkup HKI ini cukup
terutama masyarakat industri kecil dirugi- luas meliputi berbagai macam hak yang
kan, karena mereka dianggap melanggar timbul dari adanya produk-produk hasil
ketentuan tentang HKI walaupun sebetul- pemikiran manusia dan terus berkembang
nya karya-karya yang mereka buat adalah baik dari segi kualitas maupun kuantitas,
hasil dari ciptaan mereka sendiri. Bahkan sesuai dengan perkembangan kehidupan
karena sebagian masyarakat Indonesia dan kreativitas manusia.
masih berada pada masyarakat transisi dari Ciri khas dari hak atas kekayaan in-
agraris ke masyarakat industri, dan karena telektual adalah hak tersebut merupakan
pengaruh kultur dan agama, tidak jarang hak privat, sehingga seseorang bebas untuk
mereka beranggapan bahwa membagikan mengajukan permohonan atau mendaftar-
ilmu dan temuan mereka kepada orang lain kan karya intelektualnya atau tidak. Hak
merupakan perbuatan yang mulia. Wajarlah eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
apabila kemudian keluguan dan “kemuliaan” individu pelaku HKI (inventor, pencipta, pen-

146
Kajian Hak Kekayaan Intelektual Karya Perajin Batik... (Setiati Widihastuti, dkk)

desain, dan sebagainya) tiada lain dimaksud- camatan Imogiri Kabupaten Bantul Propinsi
kan penghargaan atas hasil karya/kreativi- Daerah Istimewa Yogyakarta. Kerajinan ba-
tasnya dan agar orang lain terangsang untuk tik Desa Wukirsari ini dikenal dengan nama
dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, “Batik Imogiri”.
sehingga dengan sistem HKI tersebut ke- Karya-karya perajin batik Imogiri Bantul
pentingan masyarakat ditentukan melalui ini perlu dilindungi dengan hak kekayaan
mekanisme pasar. Sistem HKI juga menuntut intelektual, mengingat dari karya, kreasi
diadakannya sistem dokumentasi yang baik temuan bahan alami pewarna batik ini
atas segala bentuk kreativitas manusia, seh- termasuk hasil ciptaan yang mempunyai
ingga kemungkinan dihasilkannya teknologi nilai jual tinggi. Apabila tidak dilindungi
atau hasil karya lainnya yang sama dapat dengan HKI, karya-karya ini dapat dicuri
dihindarkan atau dicegah. Dengan adanya oleh orang lain. Bahkan apabila karya-karya
dokumentasi yang baik ini diharapkan ini kemudian didaftarkan oleh orang lain
masyarakat dapat memanfaatkannya secara tersebut, bukan tidak mungkin para pera-
maksimal atau mengembangkannya lebih jin ini malah diadukan sebagai pelanggar
lanjut untuk memberikan nilai tambah yang HKI, padahal merekalah yang menciptakan
lebih tinggi lagi. karya-karya dan ramuan-ramuan pewarna
Kepemilikan HKI sangat penting dalam batik tersebut. Menurut Larasati Suliantara
menghadapi pasar global, karena dengan pada pameran batik di Galeri Batik Jawa
kepemilikan HKI seseorang telah memiliki Yogyakarta tanggal 1-31 Mei 2008 (Kompas
kepastian hukum ketika ada pengusaha lain Yogyakarta, 6 Mei 2008: C) pewarna alami
yang akan meniru dengan merek yang sama. mempunyai daya tarik internasional, dan
Contoh akibat dari tidak segera didaftarkan- batik yang menggunakan pewarna alami
nya HKI oleh perusahaan/perajin adalah akan terlihat lebih lembut dibandingkan
apa yang dikemukakan oleh Komaruddin dengan batik yang menggunakan pewarna
Kadiya, perajin batik dari sentra industri kimia yang terlihat lebih mencolok.
Batik Trusmi Cirebon (Kompas, 15 Septem- Tujuan yang ingin dicapai dalam pene-
ber 2004) yang menyatakan bahwa banyak litian ini adalah untuk mengetahui macam
penjiplakan motif batik oleh para perajin HKI yang dapat melindungi karya perem-
dari negara-negara tetangga. Sehubungan puan perajin batik Imogiri, mengidentifikasi
dengan hal itu menurut Komarudin, me- kendala yang ditemukan dalam usaha mem-
matenkan motif-motif batik merupakan berikan hak kekayaan intelektual terhadap
hal yang harus segera dilakukan mengingat karya-karya perajin batik Imogiri, dan
pula bahwa pematenan merupakan bentuk mengidentifikasi usaha yang telah dilakukan
proteksi untuk kekayaan intelektual dan ciri oleh pemerintah daerah maupun instansi
khas daerah. terkait untuk mengatasi kendala-kendala
Negara Indonesia terkenal dengan ba- tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan da-
tiknya yang cantik dan unik. Hampir semua pat memberikan manfaat bagi: masyarakat,
daerah di Indonesia memiliki dan mengem- pelaku-pelaku industri termasuk industri
bangkan karya batik yang spesifik dengan kecil/UKM, home industry, dan para perajin
motif-motif etnik tertentu, sehingga mudah batik berupa penyadaran mengenai belum
untuk dikenali dari wilayah mana asal batik cukup terlindunginya hak kekayaan intelek-
tersebut. Salah satunya adalah daerah Imo- tual atas karya-karya batik perajin batik
giri Kabupaten Bantul yang menghasilkan Imogiri. Diharapkan selanjutnya pemerintah
batik tulis dengan motif-motif tradisional daerah ataupun instansi yang terkait dapat
dan diwarnai dengan pewarna alam. Di Imo- melakukan pembinaan, serta pendampingan
giri banyak perempuan yang bekerja dengan terhadap para perajin batik dalam perlin-
menjadi perajin batik. Kegiatan perajin batik dungan hak kekayaan intelektual atas karya
ini banyak tersentra di Desa Wukirsari Ke- mereka, mengingat karya dan temuan mere-

147
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 145-155

ka mempunyai nilai jual yang tinggi yang giatan pengumpulan data dan analisis data
berpotensi meningkatkan taraf hidup dan di lapangan. Untuk pencermatan kesahihan
perekonomian mereka. data pada tahap kegiatan pengumpulan data
dan analisis data dilakukan dengan cara
METODE sebagai berikut: 1) penciptaan raport yang
Penelitian ini merupakan penelitian baik dengan para informan; 2) melakukan
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. peer debriefing dengan teman sejawat; 3)
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. melakukan member check, dan 4) melaku-
Tahap pertama, melakukan orientasi dan kan triangulasi sumber data dan metode
eksplorasi, dengan latar penelitian perem- pengumpulan data.
puan perajin batik Imogiri di Desa Wukir-
sari Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kedua, melakukan eksplorasi cakupan-cak- 1. Desa Wukirsari sebagai Sentra Batik
upan HKI yang dapat diperoleh perempuan Imogiri
perajin batik untuk melindungi karya-karya Desa Wukirsari merupakan salah
mereka; upaya-upaya yang telah dilakukan satu desa di Kecamatan Imogiri, Kabu-
untuk melindungi HKI karya perempuan paten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa
perajin batik Imogiri, kendala-kendala yang Yogyakarta, Indonesia. Desa ini terletak
dihadapi dalam upaya-upaya perlindungan di sebelah selatan Kota Yogyakarta dan
HKI karya perempuan perajin batik Imogiri memiliki luas wilayah lebih kurang 15
Bantul beserta usaha yang telah dilakukan km persegi. Masyarakat desa Wukirsari
untuk mengatasi kendala. Tahap ketiga adalah masyarakat yang bersifat komu-
melakukan member check atau mengecek nal, sebagaimana masyarakat desa di
hasil/temuan penelitian. Jawa umumnya, yang mengutamakan
Data penelitian diperoleh melalui kebersamaan dalam menjalani kehidup-
wawancara mendalam, observasi, dan do- an sehari-hari, diliputi oleh rasa guyub,
kumentasi. Wawancara mendalam dilaku- yang sudah mengintegrasi dalam setiap
kan dengan mempergunakan pedoman warga. Hal ini relevan dengan pendapat
wawancara terhadap subjek penelitian yang Koentjaraningrat (1983:62) yang me-
ditentukan secara snow ball. Sebagai subjek nyatakan bahwa konsep gotong royong
penelitian adalah Ketua Kelompok Perajin merupakan suatu konsep yang erat ber-
Batik Tulis yang merupakan informan awal, sangkut paut dengan kehidupan rakyat
para perempuan perajin batik, dan seorang dalam masyarakat agraris. Semangat
perajin yang mempunyai keahlian membuat tolong menolong tampak dalam aktivitas
desain batik dan dalam pewarnaan. Ob- kehidupan sehari-hari maupun dalam
servasi dilakukan secara tidak terstruktur, kegiatan-kegiatan yang bersifat budaya
antara lain untuk melihat secara langsung religius.
kreasi-kreasi batik karya para perajin, Semangat tolong menolong muncul
proses pembuatan dan proses pewarnaan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara
batik. Analisis data dalam penelitian ini lain njurung (bahasa Jawa) yakni keterli-
dilaksanakan dengan menggunakan: 1) batan kerabat dan warga desa pada saat
analisis domain, 2) analisis taksonomis, 3) salah seorang warga desa menyelengga-
analisis komponensial, dan 4) analisis tema. rakan perhelatan sunatan, perkawinan,
Analisis domain digunakan secara simultan atau upacara adat lainnya. Selain itu, juga
pada saat pengumpulan data dilapangan. tampak aktivitas secara spontan tanpa
Sedangkan analisis taksonomis dan kom- permintaan dan tanpa pamrih untuk
ponensial dipergunakan pada pengumpulan membantu ketika salah seorang warga
data dilapangan pada tahap eksplorasi ter- mengalami musibah, kematian, sakit,
fokus. Analisis tema dilakukan setelah ke- atau bencana lainnya, yang lazim di-

148
Kajian Hak Kekayaan Intelektual Karya Perajin Batik... (Setiati Widihastuti, dkk)

sebut tetulung atau layat (bahasa Jawa). tergoda dan bertekad untuk tetap mem-
Kegiatan yang diwarnai dengan sema- pertahankan tradisi leluhur mereka,
ngat tolong menolong ini tidak terlepas yaitu memproduksi batik tulis, bukan
dari karakter religius masyarakat yang batik cap. Meskipun demikian, diakui
dipengaruhi oleh nilai-nilai keagamaan, bahwa mempertahankan prinsip ini
khususnya agama Islam, seperti pada memang berat, mengingat keuntungan
kegiatan: (1) Mudo Palupi, yakni pem- memproduksi batik cap lebih besar dari
bacaan syair shalawat yang dilakukan pada batik tulis, karena batik tulis tidak
oleh generasi muda; (2) Majemukan, dapat diproduksi secara massal, dan
yakni kegiatan yang dilakukan oleh biaya produksi batik tulis relatif besar,
masyarakat dalam rangka mensyukuri karena harus dikerjakan satu persatu
hasil panen dari ladang atau sawah me- dengan tahap-tahap yang njlimet (ba-
reka, yang dilakukan setelah panen raya hasa Jawa) atau sangat rumit dan rinci.
setiap setahun sekali; (3) Nyadran, yakni Hal ini menyebabkan harga batik tulis
upacara adat yang dilakukan masyarakat relatif lebih mahal dan waktu penjualan
dalam rangka mendoakan arwah nenek menjadi lebih lama, karena kebanyakan
moyang atau anggota keluarga yang konsumen lebih tertarik untuk membeli
telah meninggal; (4) Wali Kutuban, batik cap atau printing yang harganya
yakni kegiatan untuk mengawali tahun jauh lebih murah. Adapun jenis-jenis ba-
baru Jawa dan Islam, tepatnya pada tiga tik tulis Imogiri yang diproduksi antara
malam pertama bulan Suro (Muharram); lain: jarit, sarung, dan selendang.
dan sebagainya. Proses pembuatan batik tidaklah
Desa Wukirsari terkenal sebagai sederhana, dan tidak dapat dikerja-
salah satu sentra batik tulis tradisional di kan seorang diri. Tahapan yang harus
Indonesia, karena sudah memproduksi dilalui dalam proses pembuatan batik
batik sejak beratus tahun yang lalu. Imogiri antara lain: pemilihan kain dan
Batik tulis yang diproduksi oleh para pelemasan atau pencucian kain yang
pembatik desa Wukirsari lebih dikenal sering disebut dengan istilah gemplong
sebagai batik Imogiri. Asal usul batik dan ngethel; membuat gambar (pola)
Imogiri berawal dengan keberadaan atau mola; ngengreng atau pelilinan;
makam raja-raja di Imogiri yang terle- nembok yang prosesnya hampir sama
tak di bukit Merak pada tahun 1654. dengan nglowong tetapi menggunakan
Untuk memelihara dan menjaga makam malam yang lebih kuat untuk menahan
raja-raja tersebut, Keraton Yogyakarta rembesan zat warna biru atau coklat;
menugaskan abdi dalem yang berasal pewarnaan yang sering di sebut medel
dari daerah sekitar makam tersebut. mempergunakan pewarna alam seperti
Karena para abdi dalem penjaga makam daun, kayu kliko, daun tom, kulit kayu
tersebut sering berhubungan dengan mahoni, kayu jambal, soga, tegeran, pace
keraton, maka kepandaian membatik atau mengkudu dan lain sebagainya;
dengan motif batik halus keraton pun menghilangkan lilin atau ngerok; mbironi
menjadi berkembang di wilayah terse- yakni proses yang dilakukan untuk
but. Kemudian, keterampilan membatik mempertahankan warna biru; nyoga
tersebut diwariskan kepada anak atau yakni memberi warna coklat dengan
cucu perempuan mereka. ramuan kulit kayu soga, tingi, tegeran
2. Proses Pembuatan dan Motif Batik dan lain-lain; mbabar atau nglorot, yaitu
Imogiri membersihkan malam; dan tahap tera-
Sampai saat ini para perajin batik khir mencuci kain dan diangin-anginkan
Imogiri tetap mempertahankan tradisi suapaya kering.
batik tulis. Para perajin berusaha tidak

149
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 145-155

Adapun sebagian motif batik Imogiri toh ciptaan bahan kemeja batik dengan
klasik yang berhasil dikumpulkan dalam gambar laba-laba besar, kapal nelayan
penelitian ini adalah: Cuwiri, Sido Asih atau bunga matahari dan lotus sebagai
Kemoda Sungging, Kembang Temu Latar gambar utama. Pada saat World Cup
Putih, Tambal Kanoman, Prabu Anom/ 2010 lalu, diciptakan batik dengan motif
Parang Tuding, Semen Romo Sawat bola sebagai gambar utama sedangkan
Gurdo Cantel, Sido Mukti Luhur, Parang untuk isen-isen tetap dimasukkan unsur
Bligon, Ceplok Nitik Kembang Randu, motif tradsional, agar tidak kehilangan
Parang Curigo, Ceplok Kepet, Parang kekhasan sebagai batik Imogiri. Suasana
Kusumo, Ceplok Mangkoro, Latar Putih dan area kompleks makam raja-raja
Cantel Sawat Gurdo, Sido Asih Sungut, Imogiri juga telah memberi inspirasi
Sido Asih, Parang Grompol, dan Trumtun sehingga tercipta motif-motif baru sep-
Sri Kuncoro. Motif lain yang didapatkan erti batik tulis motif gentong atau enceh,
dalam penelitian ini adalah: Wahyu Tu- ukiran kayu, dan motif gapura makam
murun, Tritik Jumputan, Semen Gurdo, yang sangat “khas Imogiri”.
Udan Liris, Sido Asih, Parang Nitik, Peksi Hampir semua motif batik Imogiri
Kurung, Nogo Gini, Sekar Manggis, Jalu tidak pernah didokumentasikan dalam
mampang, Sekar Polo, Sekar Keben, bentuk soft copy, meskipun ada yang diu-
Lung Kangkung, Sekar Asem, Semen judkan dalam hard copy, yakni digambar
Kuncoro, Harjuno Manah, Sapit Urang, di atas kertas tipis. Kebanyakan motif
Semen Mentul Grompol, dan Nogosari. batik tersebut digambarkan langsung
Kebanyakan batik tulis Imogiri dibuat ke atas kain, kemudian di-ngengreng
dengan motif-motif tradisional meng- atau dimalam oleh perajin lainnya. Para
gunakan pewarna soga dan wedel yang perajin tidak merasa perlu menyimpan,
menghasilkan warna coklat tua dan biru mendokumentasikan, dan merahasiakan
pekat dengan dasar kain berwarna tetap motif rancangannya yang terkadang
putih atau coklat. memerlukan “ekstrakreativitas” dalam
proses penciptaannya. Mereka tidak
3. Hak Kekayaan Intelektual dan Per- mempermasalahkan karya-karya mer-
lindungan Karya Perempuan Perajin eka yang ditiru orang lain, terkadang
Batik Imogiri malah mereka, bangga ketika mereka
Batik tulis Imogiri memiliki kekhasan tahu karya mereka ditiru orang lain. Bagi
pada jenis, motif, dan warnanya, yang mereka lebih baik karya batik mereka
pada awalnya relatif tidak berkembang terjual cepat untuk memenuhi kebutu-
dan minim kreativitas. Sejak ada pe- han sehari-hari, daripada memikirkan
sanan dan permintaan dari pasar untuk karya mereka dijiplak atau tidak.
memodifikasi dan mengembangkan mo- Pewarnaan batik tulis Imogiri meng-
tif tradisional, maka motif batik Imogiri gunakan pewarna alam yang awalnya
menjadi lebih hidup dan kaya variasi. dipakai secara turun temurun dan tidak
Tema atau motif batik Imogiri banyak diketahui siapa penciptanya. Namun,
terinspirasi oleh flora dan fauna yang sejak terbentuknya kelompok-kelompok
terdapat di sekitar rumah, sehingga perajin batik Imogiri dan ada pendamp-
motif seperti kembang kantil, kembang ingan dari Yogyakarta – Central Java Com-
senandung alit, daun lumbu atau lom- munity Assistance Program yang diketuai
pong, daun asem jawa, dan daun pepaya Larasati Suliantara, mereka semakin
mulai dimasukkan sebagai motif batik konsisten mempergunakan pewarna
tulis. Terkadang motif ciptaan pendesain alam. Hasil dari pewarnaan alam jauh
tidak lazim dan tidak mengacu pada berbeda dengan pewarna kimia, karena
pakem motif batik klasik, sebagai con- pewarna alam menghasilkan warna-

150
Kajian Hak Kekayaan Intelektual Karya Perajin Batik... (Setiati Widihastuti, dkk)

warna yang soft, lembut, dan tidak akan taran suatu ciptaan tidak merupakan
menyala. Jenis batik ini banyak diminati suatu kewajiban. Namun demikian,
oleh wisatawan asing. Dengan pewarna pendaftaran motif batik tersebut
alam yang khas, juga berhasil diproduksi tetap dibutuhkan, agar perajin batik
batik lawasan, atau batik yang terkesan sebagai pencipta memperoleh “surat
sebagai batik yang sudah lama. Keuni- pendaftaran ciptaan” yang sangat
kan lain dari pewarna alam adalah dari urgen apabila perajin bermaksud
proses pencelupan/pewarnaan yang untuk membuat perjanjian lisensi
sama, tidak akan dihasilkan batik dengan atau perjanjian pengalihan hak cipta
warna yang persis sama. kepada orang lain. Surat pendaftaran
Menilik paparan di atas, sebetulnya ciptaan juga dapat dijadikan sebagai
ada beberapa perlindungan hukum HKI alat bukti awal di pengadilan apabila
yang bisa diterapkan terhadap kreasi- timbul sengketa dikemudian hari
kreasi para perajin batik tulis Imogiri. atas motif batik tersebut. Untuk
Perlindungan hukum ini bisa masuk di mempermudah proses pendaftaran,
dalam kategori perlindungan HKI dalam sebaiknya memang para perajin
berbagai macam maupun ruang ling- tersebut mendokumentasikan semua
kup HKI, bahkan satu produk sekaligus motif batik rancangannya dalam ben-
bisa dilindungi oleh berbagai hak yang tuk soft copy, ataupun dalam bentuk
tercakup dalam hak kekayaan intelek- hard copy;
tual. Cakupan HKI yang bisa melindungi b. Hak paten sederhana, terutama
karya-karya perempuan perajin batik kreasi dalam pencelupan dan pe-
Imogiri di antaranya adalah: warnaan batik. Ini dikarenakan
a. Hak cipta untuk desain motif batik proses pembuatan pencelupan dan
yang baru, yang tidak merupakan pewarnaan batik terutama dengan
modifikasi motif lama. Hal ini men- bahan-bahan pewarna alami walau-
gacu pada ketentuan Pasal 12 ayat pun dilakukan dengan menggunakan
1 huruf i UU No. 19 Tahun 2002 teknologi sederhana, namun mem-
tentang Hak Cipta dengan berbagai punyai nilai tinggi dan menghasilkan
peraturan pelaksanaannya. Kreasi- tata warna yang unik dan khas yang
kreasi dan ciptaan perajin batik dapat juga merupakan lingkup perlind-
dilindungi oleh hak cipta, mengingat ungan paten. Agar dapat dilindungi
salah satu lingkup perlindungan dengan hak paten, harus dibuat suatu
hak cipta, di antaranya adalah seni formula khusus proses pewarnaan
batik. Dengan dilindunginya karya/ batik alam yang akurat dan konsis-
motif batik Imogiri tersebut, akan ten, mengingat takaran-takaran yang
muncul hak eksklusif bagi perajin/ dipergunakan perajin batik Imogiri
pencipta untuk mempublikasikan dalam mencampur bahan pewarna
atau memperbanyak sendiri motif alam, menggunakan ukuran-ukuran
batik baru yang menjadi ciptaannya yang kurang terjamin tingkat akuras-
atau memberi ijin kepada pihak lain inya, misal: dengan memakai ukuran
untuk itu. Sebetulnya perlindungan “segenggam”, “seikat”, “sesendok”,
suatu ciptaan timbul secara otoma- dan sebagainya. Agar dapat diter-
tis sejak ciptaan diwujudkan dalam apkan dalam suatu proses industri,
bentuk yang nyata, yakni berupa para perajin dengan pendampingan
motif batik baru yang merupakan dapat menyusun langkah-langkah
kreasi dari perajin dan tidak sekedar pewarnaan secara detail dan mem-
sebagai hasil memodifikasi unsur pergunakan takaran-takaran yang
motif batik lama, karena pendaf- akurat, misalnya: dengan memakai

151
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 145-155

dacin, timbangan, gelas ukur, dan harus dipilih nama lain dan bukan
sebagainya; mempergunakan motif batik sebagai
c. Hak merek juga dapat diberikan merek dagang.
pada hasil karya para perajin batik d. Hak atas indikasi geografis karena
Imogiri. Merek ini merupakan suatu pada kreasi-kreasi mereka dapat
“tanda” yang berupa gambar, nama, menunjukkan ciri-ciri tertentu yang
kata, huruf-huruf, angka-angka, hanya dipunyai dan hanya ada pada
susunan warna atau kombinasi dari batik Imogiri. Hak atas Indikasi
unsur-unsur tersebut yang memiliki geografis adalah suatu tanda yang
daya pembeda dan digunakan dalam menunjukkan daerah asal suatu
kegiatan perdagangan. Fungsi merek, barang yang karena faktor lingkun-
yaitu sebagai: tanda pengenal untuk gan geografis termasuk faktor alam,
membedakan hasil produksi yang faktor manusia, atau kombinasi dari
dihasilkan seseorang atau beberapa kedua faktor tersebut memberikan
orang secara bersama-sama atau ciri dan kualitas tertentu pada ba-
badan hukum dengan produksi orang rang yang dihasilkannya. Sebagai
lain atau badan hukum lainnya; alat contoh, motif batik berwarna biru
promosi, sehingga mempromosikan kehitaman yang ditimbulkan dari
hasil produksinya cukup dengan pewarna wedel pada kain berdasar
menyebut mereknya; jaminan atas putih, merupakan warna khas batik
mutu barangnya; penunjuk asal Imogiri. Demikian juga batik dengan
barang/jasa yang dihasilkannya, motif-motif gentong, gapura makam
inilah yang sering dikenal dengan raja-raja, atau batik dengan motif
indikasi geografis. Kreasi perajin anak tangga pada kompleks makam
batik Imogiri bisa dilindungi oleh hak raja-raja yang dimodifikasi sedemiki-
merek, yakni merek dagang, apabila an rupa sehingga menjadi motif batik
mereka mendaftarkan kreasinya itu yang artistik, menunjukkan Imogiri
ke Ditjen HKI dengan menggunakan sebagai daerah asal atau indikasi
merek tertentu. Namun demikian, geografis dari kreasi batik tersebut
karena keterbatasan pengetahuan sehingga untuk motif-motif batik
dan kesederhanaan berpikir, mere- tertentu yang sangat “khas Imogiri”
ka membuat tanda pengenal yang dapat didaftarkan ke Ditjen HKI un-
selanjutnya difungsikan sebagai tuk memperoleh perlindungan hak
“merek dagang” terhadap produksi atas indikasi geografis.
batik Imogiri sesuai dengan nama
paguyuban/ kelompok perajin tem- 4. Kendala dalam Perlindungan HKI
pat mereka bergabung dan men- Karya Perajin Batik Imogiri
jadi anggota. Penggunaan “Wahyu Kebanyakan para perajin batik Imo-
Tumurun”, “Sidomukti”, dan motif giri belum menganggap perlindungan
batik lainnya sebagai merek dagang HKI sebagai suatu kebutuhan dan mer-
akan ditolak oleh Ditjen HKI, karena eka belum memandang urgen terhadap
nama-nama tersebut telah menjadi perundang-undangan di bidang HKI.
milik umum, yakni merupakan motif Beberapa kendala dalam pemberian
batik tradisional yang sudah dimi- perlindungan hak kekayaan intelektual
liki secara turun temurun dan oleh terhadap karya perajin batik Imogiri
UNESCO telah dinyatakan sebagai antara lain adalah:
warisan batik Indonesia. Oleh karena a. Terbatasnya pengetahuan dan pe-
itu, agar batik Imogiri dapat dilind- mahaman para perajin batik Imogiri
ungi dengan merek dagang tertentu, mengenai hal-hal yang berkaitan

152
Kajian Hak Kekayaan Intelektual Karya Perajin Batik... (Setiati Widihastuti, dkk)

dengan hak kekayaan intelektual pengetahuan bahkan perasaan se-


yang sebetulnya diperlukan dan da- bagai suatu kekayaan bernilai uang
pat melindungi karya batik mereka. (intellectual property). Perajin batik
b. Rendahnya tingkat pendidikan dan tidak memandang pengetahuan mer-
tingkat perekonomian para perajin eka terhadap design dan motif batik
menghambat perlindungan HKI tradisional sebagai kekayaan (intel-
atas karya perajin. Kebanyakan para lecual property) yang dapat dimiliki
perajin batik hanya lulus sekolah secara individual. Karena masyarakat
dasar, dan mengawalinya sebagai lokal tidak memahami konsep ab-
buruh batik, yakni menerima kain strak dalam bentuk pemilikan indi-
dan malam/lilin untuk membatik vidual atas suatu warisan budaya
dari para pengusaha batik, kemu- atau atas suatu pengetahuan.
dian menyetorkan hasil mereka d. Ketentuan-ketentuan dalam HKI
kepada para pengusaha tersebut. yang bersifat individualistik, kom-
Ketergantungan para perajin ke- ersial, dan berorientasi pada aspek
pada para pengusaha menyebabkan material, khusunya keuntungan
kondisi ekonomi para perajin tidak ekonomis dari pemanfaatannya tidak
pernah bergulir menjadi lebih kuat. dikenal dan tidak sesuai dengan
Rendahnya tingkat pendidikan dan nilai-nilai komunalistik yang dimi-
perekonomian itulah yang membuat liki para perajin batik Imogiri. Para
para perajin berpikiran “praktis” perajin memandang proses pem-
dan sederhana, yakni lebih memilih buatan batik adalah pengetahuan
karya batiknya terjual cepat untuk tradisional, dan bukan merupakan
memenuhi kebutuhan sehari-hari property yang mempunyai nilai ko-
daripada memikirkan karya mereka mersial, melainkan lebih sebagai
dijiplak, dicuri, dan sebagainya. Para cultural heritage, yang mengandung
perajin tidak terlalu merespons ter- nilai-nilai dan filosofi yang dalam.
hadap gagasan HKI untuk memberi HKI adalah sesuatu yang abstrak, se-
perlindungan atas karya-karya mer- dangkan para perajin adalah bagian
eka. dari masyarakat lokal yang berpikir
c. KI HKI HKUIHKBudaya komunal kongkret dan sederhana. Untuk dap-
dan religius, membuat para perajin at mendapatkan perlindungan paten,
sangat sulit menerima konsep- diperlukan langkah-langkah yang
konsep HKI yang menonjolkan hak- rumit, seperti penyusunan spesi-
hak pribadi. Bagi Menurut para fikasi paten, klaim, dan lain-lainnya,
perajin, proses pembuatan dan motif yang kesemuanya itu sangat asing
tradisional batik adalah merupa- bagi para perajin. Selain itu, untuk
kan warisan budaya, yang tidak se- memperoleh perlindungan paten,
layaknya dikuasai secara possessive diperlukan biaya yang relatif tidak
(dimonopoli). Falsafah hidup dalam sedikit, baik untuk membayar annual
kebersamaan membuat tradisi “ber- fee, biaya pemeliharaan paten (yang
bagi” termasuk berbagi pengetahuan apabila tidak dibayarkan, hak paten
tentang batik, merupakan salah satu yang bersangkutan akan dianggap
bentuk kebajikan, yang imbalannya batal demi hukum), biaya konsultan,
adalah kepuasaan batiniah. Ini ber- dan sebagainya. Semua itu akhirnya
beda dengan pandangan masyarakat menjadi faktor-faktor yang meng-
Barat, tempat asal mula berkemban- hambat para perajin untuk dapat
ganya hak kekayaan intelektual, yang memperoleh perlindungan HKI atas
menempatkan gagasan, perasaan, pengetahuan tradisional mereka.

153
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 145-155

e. Beberapa perajin yang sudah pernah oleh Ditjen HKI, karena nama-nama
mendapatkan sosialisasi tentang hak tersebut telah menjadi milik umum,
kekayaan intelektual menyatakan yakni merupakan motif batik tra-
bahwa prosedur pengajuan permo- disional yang sudah dimiliki secara
honan HKI sulit dan mahal. Prosedur turun temurun dan oleh UNESCO
pengajuan permohonan HKI dirasa dinyatakan sebagai warisan batik
sulit dan mahal. Perlindungan HKI Indonesia. Agar batik Imogiri dapat
diperoleh harus melalui upaya-upaya dilindungi dengan merek dagang,
tertentu sesuai dengan ketentuan harus dipilih nama lain dan bukan
perundang-undangan HKI. Prose- mempergunakan motif batik sebagai
dur pendaftaran atau pengurusan merek dagang;
untuk mendapatkan perlindungan d. Hak indikasi geografis juga dapat
HKI yang tidak sederhana dan beban diberikan, sepanjang kreasi-kreasi
biaya yang tidak sedikit membuat perajin tersebut dapat menunjuk-
“tawaran perlindungan HKI” terse- kan ciri-ciri tertentu yang hanya
but tidak cukup menarik minat para dipunyai dan hanya ada pada batik
perajin untuk mendapatkannya. Imogiri. Sebagai contoh, motif batik
berwarna biru kehitaman yang dit-
SIMPULAN imbulkan dari pewarna wedel pada
Di penghujung tulisan ini dapat dikemu- kain berdasar putih, merupakan
kakan beberapa simpulan sebagai berikut: warna khas batik Imogiri. Demikian
1. Hak kekayaan intelektual yang bisa juga batik dengan motif-motif gen-
diterapkan terhadap kreasi-kreasi para tong atau enceh, gapura makam
perajin batik tulis Imogiri, antara lain: raja-raja atau batik dengan motif
a. Hak cipta terhadap hasil karya para anak tangga pada kompleks makam
perajin batik Imogiri merupakan raja-raja yang dimodifikasi sede-
hasil pengembangan desain motif mikian rupa, menunjukkan Imogiri
batik yang baru, bukan merupakan sebagai daerah asal atau indikasi
modifikasi motif lama; geografis dari kreasi batik tersebut.
b. Hak paten sederhana juga dapat Karena itu, untuk motif-motif batik
diterapkan pada karya perajin batik yang sangat “khas Imogiri” tersebut
Imogiri, karena hasil-hasil karya dapat didaftarkan ke Ditjen HKI un-
perempuan perajin batik Imogiri, tuk memperoleh perlindungan hak
terutama kreasi dalam pencelupan indikasi geografis.
dan pewarnaan batik dengan bahan- 2. Beberapa kendala dalam pemberian hak
bahan pewarna alami, walaupun kekayaan intelektual terhadap kreasi-
dilakukan dengan menggunakan kreasi para perajin batik Imogiri, di
teknologi sederhana, mempunyai antaranya adalah sebagai berikut:
nilai tinggi dan menghasilkan tata a. Terbatasnya pengetahuan dan pe-
warna yang unik dan khas; mahaman para perajin batik Imogiri
c. Walaupun sampai saat ini hasil tentang HKI yang dapat melindungi
produksi perajin batik Imogiri be- karya-karya mereka;
lum diberi merek sesuai dengan b. Rendahnya tingkat perekonomian
ketentuan UU No. 15 Tahun 2001 para perajin batik Imogiri;
tentang Merek, para perajin masih c. Kuatnya budaya komunal masyarakat
mempergunakan motif-motif batik desa Wukirsari membuat para pera-
seperti: sidomukti, sidoluhur, dan jin sangat sulit menerima konsep-
wahyu tumurun sebagai “merek konsep HKI yang menonjolkan hak-
dagang”. Penggunaan motif batik hak pribadi;
sebagai merek dagang akan ditolak
154
Kajian Hak Kekayaan Intelektual Karya Perajin Batik... (Setiati Widihastuti, dkk)

d. Para perajin memandang dalam mo- Hikmahanto Juwana. (2006). Arah Kebijakan
tif batik terkandung nilai-nilai dan Pembangunan Hukum Di Bidang Pereko-
filosofi yang dalam, sehingga bukan nomian dan Investasi. Disampaikan pada
merupakan property yang mempu- seminar arah pembangunan Hukum
nyai nilai komersial; menurut UUD 1945 hasil amandemen
e. Sulit dan mahalnya melewati prose- yang diadakan BPHN tanggal 29-31 Mei
dur pengajuan permohonan HKI 2006 di Jakarta.
Koentjaraningrat. (1983). Kebudayaan
DAFTAR PUSTAKA Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta:
Agus Sardjono. (2009). Membumikan HKI di Gramedia.
Indonesia. Bandung: Nuansa Aulia. Kompas Cetak Cirebon Wednesday, 15 Sep-
Anonim. (2004). Batik Indonesia Sulit Di- tember 2004 diakses dari internet tang-
patenkan, Banyak Dijiplak. www kompas. gal 19 April 2008, jam : 19.00 WIB.
com, diakses tanggal 19 April 2008. Muhamad Djumhana. (2006). Perkemban-
Anonim. (2004). Lima UKM Pekalongan gan Doktrin dan Teori Perlindungan
Terima HAKI, www.infohaki.com, diakses Hak Kekaayaan Intelektual. Bandung:
tanggal 19 April 2008. Aditya Bakti.
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Sanapiah Faisal. (1990). Penelitian Kualitatif
(2005).Buku Panduan Hak Kekayaan Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA 3.
Intelektual. Tangerang: Departemen Hu- Tomi Suryo Utomo. (2010). Hak Kekayaan
kum dan HAM Republik Indonesia. Intelektual di Era Global. Yogyakarta:
Harian Kompas. 6 Mei 2008. Hal C Yogya- Graha Ilmu.
karta.

155

Anda mungkin juga menyukai