Anda di halaman 1dari 24

Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 325

Syekh Siti Jenar : Pemikiran dan Ajarannya


Saidun Derani

A. Pendahuluan sumber yang digunakan dalam


mengkritisi pemikiran dan ajaran Jenar.
Nama Syekh Siti Jenar, untuk
Dengan ungkapan lain, sumber-sumber
selanjutnya dalam makalah ini disebut
tadi telah memengaruhi pengetahuan
Jenar, memang populer di kalangan
bahkan kepercayaan masyarakat tentan
kaum Muslimin, khususnya orang Jawa,
sosok Jenar. Untuk itu bagaimana kita
dan lebih khusus lagi bagi para
menggunakan sumber-sumber rujukan
penganut Kebatinan atau Kejawen, dan
dan melakukan analisa kritis
sekaligus ia menjadi tokoh yang
terhadapnya agar tidak menolak atau
kontroversial. Pandangan orang Jawa
membenarkan pemikiran dan ajaran
yang beragama Islam pun terhadap
Jenar secara proporsional.
tokoh ini cukup beragam, dari yang
Perlu ditegaskan di sini, bahwa di
menerima sampai yang menolak. Di
antara rujukan tersebut kebanyakan
satu sisi tokoh Jenar dapat dianggap
menunjukkan tentang adanya berbagai
positif dalam meningkatkan jumlah
penyimpangan dan kesesatan pemikiran
pemeluk Islam. Mengapa. karena orang
dan ajaran Jenar. Kita kutip misalanya
Jawa yang tidak mau menerima agama
pernyataan KH. Mustofa Bisri, seorang
Islam secara utuh seperti yang diajarkan
seniman dan budayawan, --dalam kata
Rasulullah Saw. kemudian ajaran itu
Pengantar berjudul Membaca
telah bercampur dengan adat istiadat
Sejarah Tanpa Kepentingan untuk
Arab, dan mereka mau menerima Islam
buku Agus Sunyoto dan ditampilkan di
seperti yang diajarkan Jenar. Di sisi
dalam cover belakang buku kesatu dan
lain, orang Jawa yang menerima dan
kedua,-- bahwa Buku-buku yang
meyakini Islam sebagai suatu sistem
ditulis belakangan tentang tokoh
nilai yang utuh, maka mengamalkan
kontroversial ini sekadar menjelaskan
Islam seperti Jenar mengandung resiko
sebab musabab mengapa dia dihukum.
tidak diakui sebagai umat Muhammad
Orang atau para penulis hampir tidak
oleh Rasulullah Saw. sendiri.1
pernah menginformasikan riwayat
Di antara dua kutub ekstrem itu
pribadinya sebagai manusia beriman.2
ada banyak ragam sikap masyarakat
terhadap Jenar, sesuai dengan kadar
keyakinan masing-masing terhadap 2
Agus Sunyoto, Suluk Abdul Jalil: Perjalanan
Islam. Di sinilah masalahnya, bahwa Ruhani Syekh Siti Jenar Buku 1, cet. I,
berbagai sikap itu sangat terkait dengan Yogyakarta, LKiS, 2003, hlm. xi.
3
Historiografi secara semantik merupakan
gabungan dari dua kata, yaitu history yang
1
Lihat Hasanu Simon, Misteri Syekh Siti Jenar: berarti sejarah dan grafi yang berarti
Peran Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah deskripsi/penulisan. Sekarang history menurut
Jawa, cet. I, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004, definisi yang paling umum berati masa lampau
hlm. 363. umat manusia. Lihat Badri Yatim,
326 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

Dalam makalah ini penulis Dengan demikian studi ini


menggunakan dua buku sumber utama; berusaha memaparkan kesejarahan
karya Agus Sunyoto sebanyak tujuh sejarah Jenar dan pemikiran serta
jilid dan karya Muhammad Sholihin, ajaran-ajarannya secara objektif,
yakni Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian sehingga dapat dikritisi dengan
Kitab Serat dan Suluk Siti Jenar justru berbagai aspek dan konteks yang
menunjukkan sebaliknya, bahwa tokoh terkait, serta juga dapat diambil suatu
Jenar adalah sosok yang beriman, manfaat (nilai aksiologisnya) untuk
manusiawi dan terhormat, lagi pula masa kini dan mendatang, misalnya
ajarannya tidak bertentangan dengan mendapatkan sumber kajian yang lebih
Islam, dan tidak ditemukan objektif, serta mendapatkan
penyimpangan-penyimpangan dalam pengetahuan kesejarahan yang lebih
pemikiran dan ajaran-ajarannya. tepat. Yang dimaksud pengetahuan
Permasalahan di atas menjadi sejarah di sini adalah bukan hanya
menarik untuk dikaji guna mendapatkan sekadar cerita masa lalu yang baik-baik
kebenaran pengetahuan sejarah secara untuk dijadikan bahan baku dakwah
lebih tepat. Dalam makalah ini oleh para dai, tetapi pengertian sejarah
sejumlah masalah akan dikaji, apa sebagaimana dirumuskan oleh Ibn
pemikiran dan ajaran Jenar, dan Khaldun (w. 808 H /1406 M):
bagaimana pemikiran dan ajarannya Makna hakiki sejarah adalah
tersebut dalam konteks kesejarahan melibatkan spekulasi dan upaya
ketika itu. menemukan kebenaran (tahqq),
eksplanasi kritis tentang sebab dan
B. Pendekatan yang Digunakan. genesis kebenaran sesuatu (hal/benda)
dan kedalaman pengetahuan tentang
Karya ini diharapkan akan
bagaimana dan mengapa mengenai
memberikan banyak arti karena adanya
peristiwa-peristiwa sejarah, dan
pembacaan dan perspektif baru,
karenanya berakar kukuh dalam filsafat
khususnya informasi yang lebih
sehingga layak diperhitungkan sebagai
komprehensif tentang konstruksi
salah satu cabang filsafat.4
sejarah peradaban Islam di Indonesia,
khususnya Islam di tanah Jawa dalam
Dengan demikian, rumusan Ibn
konteks sosok manusia Jenar. Mengapa,
Khaldn tentang hakikat sejarah
karena studi ini menggunakan sejumlah
menjelaskan bahwa yang harus
sumber rujukan dari (beragam)
dipelajari adalah filsafat sejarah dan
perspektif yang berbeda, dan memakai
metode historiografi yang filosofis.3
5 Trygve R. Tholfsen dalam historical
Thingking, dikutip oleh Nourouzzaman
Historiografi Islam, Cet. I, Jakarta, Logos Shiddiqi, Sejarah: Pisau Bedah Ilmu Keislaman,
Wacana Ilmu, 1997, hlm. 1. dalam Taufiq Abdullah dan M. Rusli Karim
4
Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Suatu
alihbahasa Ahmadie Thoha, Cet. V, Jakarta, Pengantar, Cet. II, Yogyakarta, Tiara Wacana,
Pustaka Firdaus, 2005, hlm. 3. 2004, hlm. 84.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 327

dengan melakukan kritik informasi.5 sesungguhnya dipaksa oleh keinginan-


Dengan cara ini, kita mempelajari dan keinginan dan tekanan-tekanan yang
mengkaji sejarah secara kritis seperti bukan muncul dari dirinya sendiri. Kita
diminta oleh Ibn Khaldn, termasuk dapat melihat bagaimana tindakan-
melakukan kritik sumber, maka kita tindakannya secara mendalam
tidak akan terperangkap di dalam dipengaruhi oleh bukan hanya dorongan
ketidakbenaran berita dan percaya internal yang berupa ide, keyakinan,
kepada berita itu sampai ke tingkat konsepsi awal yang tertanam dalam
fanatik. Sehingga, jika seseorang telah dirinya, tetapi juga dalam dorongan
memiliki kesadaran sejarah, maka dia eksternal.8
tidak akan cepat menyimpulkan, bahwa
orang yang disanjung, apalagi yang C. Biografi, Pemikiran dan Ajaran
dikultuskan, mislanya tentang Syekh Siti Jenar
Walisongo, tidak pernah berbuat keliru
1. Biografi Jenar
dalam sejarah. Dia akan menelaahnya
lebih mendalam dan mengambil Nama Syekh Lemah Abang juga
ibarat dari kebenaran, bukan ibarat tertulis dalam dokumen Kropak
dari kepalsuan.6 Singkatnya dengan Ferrara9, sebuah dokumen kuno yang
melakukan pembacaan sejarah secara belum lama diketemukan. Oleh karena
kritis, kita dapat mengambil pelajaran itu, walaupun asal-usul dan jati diri
untuk saat ini dan mendatang.7 Syekh Siti Jenar tidak dijelaskan dalam
Lebih lanjut, kajian dengan dokumen tersebut, namun menjadi lebih
menggunakan pendekatan historiografi jelas bahwa tokoh ini memang ada
dapat menghasilkan dua hal penting: dalam jajaran Walisongo.10 Abdul
pertama, kegunaan dari konsep Munir Mulkhan yang banyak menulis
periodisasi atau derivasinya, dan kedua, buku dan mempopulerkan nama Jenar
rekonstruksi proses genesis, perubahan di awal abad ke-21 ini, masih
dan perkembangan. Dan dengan cara meragukan apakah nama Jenar benar-
demikianlah, Jenar dalam konteks ini benar pernah hidup di bumi Nusantara
dapat dipahami secara kesejarahan. ini, walau pun dikenal luas oleh
Melalui analisis sejarah, baru dapat masyarakat Jawa. Namun menurut Prof.
dilacak asal mula situasi yang Hasanu Simon, keraguan tersebut
melahirkan suatu ide dari seseorang hilang karena adanya dokumen Kropak
tokoh. Ferrara di atas. Namun demikian
Melalui analisis sejarah pula
dapat diketahui bahwa seorang tokoh 8
Nourouzzaman Shiddiqi, Op. Cit., hlm. 89.
dalam berbuat atau berpikir 9
Koprak Ferara ialah naskah yang terbuat dari
rontal yang berisi sareasehan para Wali, berasal
dari masa paling awal abad ke-18. Lihat dalam
6 Ibid., hlm. 84-86. G.J.W. Drewes, Perdebatan Walisongo Seputar
7 Tentang Kegunaan dan Manfaat Historiografi Makrifatullah: Berikut Wasiat-wasiat Agama
Lihat Dalam Ibid., hal. 20-23, juga dalam ibn beserta Panduan Dakwah Para Wali di Jawa,
khaldun, Op. Cit., hlm 12 dst. Cet. I, Surabaya, 2002, hlm. 23.
10
Hasanu Simon, Loc. Cit.
328 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

riwayat hidup dan ajarannya masih kesesatan, kecacingan, dan


gelap, sementara ada kelompok keanjingan.16 Lanjutnya, kita tidak tahu
masyarakat Indonesia yang berlebihan apakah Syekh Siti Jenar yang dikenal
membesar-besarkan tokoh ini, penyebar bidah dan sesat itu sejatinya
khususnya sejak era pasca Demak memang demikian, sesuai tuduhan yang
Bintara.11 dialamatkan kepadanya. Menurutnya,
Pada intinya, bahwa jati diri dan pencitraan dan stigma itu tergantung
asal usul Syekh Siti Jenar sampai sepenuhnya pada sumber-sumber
sekarang belum jelas, belum ada historiografi yang mencacat tentangnya.
sumber yang dianggap sahih. Dalam Untuk itulah, dia menulis tentang Jenar
beberapa publikasi, nama Jenar kadang- dengan menggunakan pendekatan
kadang disebut Syekh Siti Brit atau verstehen dengan metode kualitatif
Syekh Lemah Abang. Dalam bahasa kepada para guru Tarekat Akmaliyah,
Jawa, jenar berarti kuning, sedang brit dan sumber-sumber historiografi naskah
berasal dari abrit artinya merah, sama kuno yang lainnya asal Cirebon, seperti
dengan abang yang juga berarti Negara Kertabumi, Pustaka Rajya-
merah.12 Rajya di Bhumi Nusantara, Purwaka
Menurut Rahimsyah, Jenar juga Caruban nagari, dan Babad Cirebon.
bernama Syekh Abdul Jalil atau Syekh Menurutnya di dalamya tidak dijumpai
Jabaranta itu adalah Syekh Datuk tentang stereotip negatif mengenai
Sholeh.13 Sedangkan menurut Munir Jenar yang digambarkan berasal dari
Mulkhan Jenar bernama asli Ali Hasan cacing, dan mayatnya menjadi anjing.17
alias Syekh Abdul Jalil, berasal dari Dengan menggunakan perpektif baru
Cirebon. Ayahnya seorang raja pendeta pembacaan terhadap Jenar dan yang
bernama Resi Bungsu.14 terkait dengan konteks kehidupannya,
Dikatakan oleh Agus Sunyoto zamannya, sosial-budaya/kultural,
(penulis/pengarang buku-buku tentang sosial-politik dan seterusnya, ia
Syekh Siti Jenar,15 bahwa citra Jenar memberikan sebuah gambaran tentang
selama kurun lebih empat abad memang Jenar yang manusiawi dan pembaharu
tidak bisa lepas dari stigma kebidahan, keagamaan, serta pro wong ciliek yang
berbeda dengan kebanyakan buku-buku
11
Ibid., hlm. 364. dan anggapan yang memberikan stigma
12
Ibid. negatif terhadap Jenar.18
13
Ibid.
14
Keterangan lebih lanjut tentang asal-usul 1. Pemikiran Jenar
Syekh Siti Jenar Lihat dalam Hasanu Simon,
Op. Cit., dari hlm. 364 dst. Menurut Abdul Munir Mulkhan,
15
Ia menulis tentang Syekh Siti Jenar di Guru Besar Sosiologi Agama UIN
berbagai media, dan kemudian yang terkenal
dalam bentuk buku-buku dan diterbitkan oleh
16
LKiS Yogyakarta ke dalam 7 buku, yang dapat Agus Sunyoto, Suluk Abdul Jalil: Perjalanan
dikelompokkan menjadi trilogi yang memuat Ruhani Syekh Siti Jenar Buku 2, cet. I,
tentang babak-babak perjalanan ruhani Syekh Yogyakarta, LKiS, 2003, hlm. xviii.
17
Siti Jenar: buku satu dan dua; buku tiga, empat Ibid., hlm. xix-xx.
18
dan lima; dan buku enam dan tujuh. Lihat Ibid., hlm. xxiii-xiv.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 329

Jogyakarta, pemikiran Jenar dapat pendapat di atas terletak pada


dikelompokkan ke dalam beberapa aksentuasi atau stressing yang dijadikan
gagasan, antara lain tentang Tuhan, titik tolak pembahasan mereka, karena
hidup dan mati, jalan mengenal Tuhan, pendapat yang terakhir (yakni Tebba,
dan bagaimana menjalani kehidupan di tentang manusia) tidak lepas dari
dunia ini. Suatu gagasan yang lebih keterkaitan dengan gagasan sentral
mengedepankan dimensi spiritual tentang Tuhan, karena manusia
keagamaan daripada berbagai aturan merupakan jelmaan zat Tuhan. Dan
formal ritual.19 Namun karena itu memang menurut penulis, pada intinya
menjadi begitu populer di kalangan Jenar menempatkan orientasi
rakyat kebanyakan, kaun tertindas dan kemanusiaan secara lebih luas.
pinggiran serta kaum awam dari kelas Pandangan Syekh Siti Jenar
sosial yang lebih tinggi.20 Pemikiran tentang Tuhan, memang erat kaitannya
itulah oleh Munir Mulkhan disebut dengan konsep manunggaling kawula-
sebagai makrifat Siti Jenar yang lebih Gusti. Pandangannya tentang ketuhanan
banyak diapresiasi oleh masyarakat untuk maksud memperoleh gambaran
kelas bawah yang dalam sejarah sosial yang jelas tentang konsep
di Indonesia dikenal sebagai wong cilik manunggaling kawulo-Gusti.24 Konsep
dan kaum awam yang sering disebut mistik manunggaling kawula-Gusti,
sebagai kaum abangan.21 curiga manjing warangka dalam
budaya Jawa secara teologis
a. Tuhan dalam Pandangan Jenar menjelaskan tata laksana hubungan
manusia dengan Tuhan, secara
Menurut Munir Mulkhan, ajaran
sosiologis menjelaskan tata laksana
dan seluruh pandangan Jenar bersumber
hubungan manusia dengan sesama, dan
pada gagasan sentral tentang
secara ekologis menjelaskan tata
ketuhanan.22 Menurut Sudirman Tebba,
laksana hubungan manusia dengan
bahwa pandangan beliau yang
lingkungan.25 Nampaknya pandangan
mencakup masalah ketuhanan, manusia
Jenar dengan para penganut pandangan
dan alam bersumber dari konsep bahwa
wahdah al-wujd tidak jauh berbeda.26
manusia adalah jelmaan zat Tuhan
Pada intinya bahwa Jenar
tersebut.23 Sebenarnya perbedaan dua
memandang bahwa Hyang Widi
19
Abdul Munir Mulkhan, Makrifat Siti Jenar:
24
Teologi Pinggiran dalam Kehidupan Wong Sri Muryanto, Ajaran Manunggaling Kawulo-
Cilik, cet. I, Jakarta, Gravindo Khazanah Ilmu, Gusti, cet. II, Yogyakarta, Kreasi Wacana,
2004, hlm. vii. 2004, hlm. 17. Konsep/ajaran inti Syekh Siti
20
Ibid., hlm. vii-viii. Jenar tentang manunggaling kawula-Gusti akan
21
Ibid., hlm. viii. dibahas lebih lanjut di bagian Ajaran Mistik
22
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar: Syekh Siti Jenar.
25
Pergumulan Islam-Jawa, cet. II, Jogjakarta, Purwadi, Manunggaling Kawula Gusti: Ilmu
Bentang, 2003, hlm. 57. Tingkat Tinggi untuk Memperoleh Derajat
23
Sudirman Teba, Syekh Siti Jenar: Pengaruh Kesampurnan, cet. I, Yogyakarta, Gelombang
Tasauf al-Hallaj di Jawa, cet. II, Bandung, pasang, 2004, hlm. 7.
26
Pustaka Hidayah, 2003, hlm. 54. Sri Muryanto, Loc. Cit.
330 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

(Tuhan) itu merupakan suatu wujud kesadaran hidup orang Jawa yang
yang tak dapat dilihat oleh mata, menyatakan bahwa orangtua (ayah dan
dilambangkan seperti bintang-bintang ibu) adalah pangeran katon atau
bersinar cemerlang, warnanya indah Tuhan yang terlihat. Menurut Mulkhan,
sekali.27 Ia memiliki dua puluh sifat jika ini merupakan hasil penyebaran
seperti: sifat ada, tak bermula, tak ajaranJenar, maka ia sebenarnya sedang
berakhir, berbeda dengan barang- berbicara mengenai konsep ketuhanan
barang yang baru, hidup sendiri dan sesuai dengan kesadaran budaya orang
tiada memerlukan bantuan sesuatu yang Jawa. Karena itu pula ia menyatakan
lain, kecuali kehendak, mendengar, diri sebagai anak rakyat.31
melihat, ilmu, hidup, dan berbicara. Pandangan Jenar tentang Alah
Sifat-sifat Tuhan yang berjumlah dua tidak berwarna dan tidak terlihat, yang
puluh itu terkumpul menjadi satu wujud hanya adalah tanda-tanda wujud dari
mutlak yang disebut dengan zat.28 Zat Hyang Widi tersebut sama dengan
Allah (Tuhan) adalah lambang pandangan teori Martabat Tujuh32 yang
keselamatan dan bersifat Maha Halus menyatakan bahwa apa yang maujud di
dan sabdanya terus menerus. Tuhan alam ini sebenarnya merupakan
tiada berdusta.29 Selanjutnya Jenar tajall-Nya, penampakan dari zat
menganggap Hyang Widi (Tuhan) itu Allah. Sungguh pun demikian zat Allah
serupa dirinya. Ia merasa dirinya adalah yang berada dalam perwujudan kayu
jelmaan zat Tuhan dengan dua puluh dan batu berbeda dengan yang berada
sifat sebagaimana sifat dua puluh dalam diri manusia. Karena manusia
Tuhan. Karena itu Jenar percaya bahwa pada hakikatnya merupakan
dirinya tidak akan mengalami sakit dan perwujudan dari tajall-Nya Allah
sehat, dan akan menghasilkan yang maha paripurna.33
perwatakan kebenaran, kesempurnaan,
kebaikan dan keramahtamahan.30 b. Manusia dalam Pandangan Jenar
Dalam pandangan Jenar, Tuhan Manusia sejak lahir di dunia yang
adalah sebuah nama dari sesuatu yang
fana ini tiap-tiap pribadi memiliki fitrah
asing dan sulit dipahami. Nama itu keagungan dan kemuliaan sebagai
menjadi nyata melalui kehadiran makhluk paling sempurna keturunan
manusia dalam kehidupan duniawi.
Adam, yang disebut adimanusia (al-
Pandangan seperti itu, sebagaimana insn al-kmil), semua dicipta oleh
dikatakan Munir Mulkhan, Allah dengan maksud dijadikan wakil-
sesungguhnya tidak asing dalam Nya di muka bumi (khalfah Allh fl
al-ardl). Sesungguhnya rahasia agung
27
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm.
67.
28 31
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, Ibid.
32
hlm., 67-68. Tentang Martabat Tujuh dapat dilihat dalam
29
Purwadi, Gerakan Spiritual Syekh Siti Jenar, Purwadi, Ilmu Kasampurnan Syekh Siti
Jogjakarta, Media Abadi, 2004, hlm. 89. Jenar, Cet. I, Yogyakarta, Tugu Publisher,
30
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm. 2005, hlm. 166 dst.
33
68. Sri Muryanto, Op. Cit., hlm. 19.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 331

di balik kesempurnaan adimanusia itu


terlihat pada kenyataan bahwa di dalam
tubuh manusia yang terbuat dari tanah
liat tersembunyi ruh bersifat Ilhiyyah c. Jiwa dalam Pandangan Jenar
yang ditiupkan oleh Allah saat Bagi Jenar yang disebut jiwa itu
penciptaan manusia pertama. Pendek adalah suara hati nurani yang
kata, apa pun yang terkait dengan merupakan ungkapan dari zat Tuhan
penghinaan dan penistaan atas hakikat yang harus ditaati dan dituruti
manusia adalah bertentangan dengan
perintahnya. Jenar membedakan antara
ajaranku. apa yang disebut jiwa dan akal. Jiwa,
Namun keyakinan bahwa manusia selain merupakan ungkapan kehendak
adalah makhluk sempurna (mulia) tidak
Tuhan juga merupakan penjelmaan dari
dapat menanggung beban adanya nafsu Hyang Widi (Tuhan) itu di dalam jiwa,
rendah badani manusia yang justru sehingga badan raga dianggap sebagai
cenderung kepada kecintaan kebendaan Hyang Widi. Sementara itu, akal adalah
(duniawi). Untuk itu, menurut Jenar kehendak, angan-angan dan ingatan
harus ada perlawanan terhadap nafsu yang kebenarannya tidak sepenuhnya
rendah badani yang bersemayam dalam dapat dipercaya karena selalu berubah-
diri manusia tersebut . Dan inilah ubah. Berbeda dengan akal, jiwa yang
merupakan jihad akbar. berasal dari Tuhan itu mempunyai sifat
Jenar mengajarkan, bahwa kekal atau langgeng sesudah manusia
dengan seseorang menyadari bahwa mati yang melepaskannya dari belenggu
manusia sebagai wakil Tuhan di bumi, badan manusia.35
maka hendaknya masing-masing
kalian berpegang pada tatanan hukum
d. Alam Semesta Menurut Jenar
Ilahi (syariat) yang bersumber dari
sabda Allah dan teladan Nabi Syekh Siti Jenar memandang
Muhammad Saw (Sunnah al-Rasl). alam semesta sebagai makrokosmos
Di sinilah Jenar menekankan inti (jagat besar) sama dengan mikrokosmos
ajarannya, yang pada initinya agar (manusia), jagat kecil, sekurangnya
manusia beralih dari tatanan lama yang kedua hal itu merupakan barang baru
tidak memanusiakan manusia, kepada ciptaan Tuhan (hawdits) yang sama-
tatanan baru, yakni tatanan Ilahi yang sama akan mengalami kerusakan, tidak
memanusiakan manusia sebagaimana kekal dan tidak abadi (fan). Manusia
diteladankan oleh Rasulullah di masa terdiri dari jiwa sebagai penjelmaan zat
awal Islam. Demikian beberapa ajaran Tuhan. Sedangkan raga adalah bentuk
Jenar yang disampaikan dalam luar dari jiwa yang dilengkapi
khotbahnya kepada murid-muridnya.34 pancaindera, berbagai organ tubuh
seperti daging, darah dan tulang.36
34
Lebih detail tentang khotbatnya tersebut Lihat
35
Agus Sunyoto, Sang Pembaharu: Perjuangan Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm. 72.
36
dan Ajaran Syekh Siti Jenar, Buku 4, Cet. I, Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm.
Yogyakarta, LKiS, 2004, hlm. 79 dst. 75.
332 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

Hakiki diri manusia adalah jagat Kata akal yang sering diartikan
besar. Karena ia mewakili Diri Yang sebagai budi eling misalnya, di satu
Maha Besar. Tetapi, tetapi, pihak dikatakan sebagai pegangan
kendaran mansuia yang beruoa jasmani hidup. Kata yang sama itu di sisi lain
ini terlalu kecil. Kacamata yang juga dipakai untuk maksud kehendak,
digunakan malah mengecilkan hal yang angan-angan, dan ingatan. Berbeda
besar dan membesarkan hal yang kecil. dengan akal dalam penegrtian pertama,
Itulah dilema manusia! Dan Jenar akal dalam arti kedua ini dipandang Siti
hendak menata kembali tatanan di bumi Jenar kebenarannya tak dapat
Jawa-Nusantara ini. Tetapi, salah dipercaya. Jenar bahkan menganggap
musim, kata Achmad Chadjim.37 bahwa akal selalu berubah dan dapat
Gagasan Jenar yang mencakup mendorong manusia melakukan
bidang: ketuhanan, kemanusiaan dan perbuatan jahat.40
kejiwaan serta alam semesta itu, Jenar percaya bahwa kebenaran
bersumber dari konsep bahwa manusia yang diperoleh dari pancaindera, akal
adalah jelmaan zat Tuhan. Hubungan dan intuisi seperti pengetahuan
jiwa (dari Tuhan) dan raga berakhir mengenai wahyu yang bersifat intuitif.
sesudah manusia menemui ajal atau Kemampuan intuitif ini adanya
kematian di dunia. Sesudah itu, manusia bersamaan dengan adanya atau
bisa manunggal dengan Tuhan dengan timbulnya kesadaran dalam diri
Tuhan dalam keabadian. Pada saat itu seseorang. Karena itu, proses timbulnya
semua bentuk badan wadak atau pengetahuan itu datang bersamaan atau
ketubuhan jasmani ditinggal karena berbarengan dengan proses timbulnya
barang baru (hawdits) yang dikenai kesadaran subjek terhadap objek. Inilah
kerusakan dan semacam barang sebabnya mengapa Jenar memandang
pinjaman yang harus dikembalikan bahwa pengetahuan mengenai
pada yang punya, yaitu Tuhan sendiri.38 kebenaran ketuhanan akan diperoleh
seseorang bersamaan dengan
e. Fungsi Akal menurut Jenar penyadaran diri orang tersebut.41
Fungsi akal dalam ajaran Jenar
banyak dikaitkan dengan intuisi. f. Kehidupan menurut Jenar
Pandangannya ini kelak amat Tidak mudah menangkap
berpengaruh besar terhadap fungsi konsepsi Jenar mengenai hidup dan
aturan formal syariah, khususnya bagaimana menjalani kehidupan itu
tentang lima rukun Islam.39 sendiri. Hal itu juga berkaitan dengan
kebenaran intuitif sebagai dasar seluruh
37
perilaku manusia yang hanya diperoleh
Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar: Makna
jika manusia mencapai kesadaran diri.
Kamatian, cet. II, Jakarta, Serambi, 2002,
hlm. 102.
38 40
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm. Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm.
75-76. 80
39 41
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm. Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm.
76. 81.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 333

Untuk itu sebagaimana dikatakan awal kehidupan yang lebih abadi.46


Mulkhan mengutip Dalhar Kematian dimaksud adalah kematian
menyarankan perlunya mengkaji dari yang singgah sebentar dalam jasad dan
berbagai sumber dengan pendekatan dada manusia. Namun karena banyak
filsafat, terutama mengenai ajaran Jenar orang yang tidak menyadari hidupnya
yang menyangkut pengalaman sebagai kematian, menurut Jenar
ketuhanan yang abstrak non inderawi menjadikan banyak orang tersesat
bahkan non-akali. Ajaran Jenar dalam neraka yang dahsyat.
memang sarat dan penuh dengan Kebanyakan orang terperangkap
pengalaman rohani ketuhanan yang penglihatan pancaindera, melihat dunia
bersifat subjektif.42 yang terbentang, matahari menyusup di
Ajaran Jenar memang lebih langit. Bagi Jenar, dunia yang indah
mengutamakan masalah kebatinan dan damai serta harta kekayaan,
daripada aspek lahiriah. Ini dapat dilihat diangap sebagai godaan dalam
dari wejangan Syekh Siti Jenar kepada kematian di dunia ini. Oleh karena
sahabat-sahabatnya. Pertama, Jenar bertekad bulat mengakhiri
mengajarkan tentang penguasaan hidup. kematian yang dialaminya di dunia ini
Kedua, pengetahuan tentang pintu dan bertekad bulat menempuh jalan
kehidupan. Ketiga, tempat di kelak kehidupan abadi.47
kemudian hari, hidup kekal tak Singkatnya, ajaran Jenar yang
berakhir. Keempat, tentang hal mati berkaitan dengan kehidupan adalah
yang dialami di dunia sekarang ini, dan bahwa setelah roh manusia terlepas atau
Lemah Abang mengajarkan tentang keluar dari badan wadagnya atau
kedudukannya Yang Mahaluhur.43 raganya, ia akan hidup dengan
Menurut Widji Saksono, dalam langgeng. Kehidupan abadi tidak
pandangan Jenar, kehidupan di dunia dimulai dari lahirnya seseorang dari
sekarang ini tidak lebih sebagai bentuk perkawinan orang tua mereka.
kematian.44 Katanya, dunia ini alam Seluruhnya ia anggap sebagai hal baru
kematian. Manusia yang hidup di yang karenanya tidak abadi. Ia hidup
dunia ini bersifat mayit, mati. sendiri di mana segala sesuatu berasal
Kehidupan sekarang ini bukan dari kehendak pribadinya sendiri.48
kehidupan sejati. Karena masih
dihinggapi kematian.45 Sebaliknya, g. Tindakan Manusia Menurut Jenar
kematian justeru dipandangnya sebagai Jenar memandang bahwa
tindakan manusia adalah sebagai
kehendak Tuhan. Pandangannya ini
42
Ibid.
43
Ibid., hlm. 82-83.
44
Ibid., hlm. 81-83. Lihat juga dalam Sri
46
Mulyanto, Op. Cit., hlm. 22-23. Tentang hal ini Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm. 81-83.
47
dan perkataan Syekh Siti Jenar mengenai Ibid., hlm. 124-125.
48
kehidupan tersebut lebih lanjut lihat juga dalam Ibid., hlm. 83-84. Ulasan bagus tentang ini
Purwadi, Gerakan Spiritual, hlm. 95-96. selanjutnya lihat juga dalam Achmad Chodjim,
45
Achmad Chodjim, Op. Cit., hlm. 22-23. Op. Cit., hlm. 23 dst.
334 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

sama dengan pandangan Jabariah.49 belajar. Dan keempat, tingkat orang


Namun ini perlu dijelaskan bahwa hal awam, mendapat ilmu dengan cara
itu dalam arti apabila Alllah telah taqld.52
bersama manusia, maka manusia itu Menurut Prof. Hasanu Simon,
pasti berbuat baik. Ia niscaya Jenar seolah-olah menghubungkan
membersihkan diri dari kehidupan yang empat tingkatan cara beribadah di atas
kotor, yaitu bentuk kehidupan yang dengan empat tingkatan keimanan
dikendalikan oleh hawa nafsu. Namun menurut al-Ghazali tersebut. Di sini
pada dasarnya menurut Jenar manusia Syekh Siti Jenar menganggap bahwa
mempunyai iradatnya sendiri untuk syariat hanya diperlukan oleh orang
berbuat tindakan. Dalam hal ini awam, tarekat diperlukan oleh para
pandangan Syekh Siti Jenar dalam ulama, sedang para wali dan para nabi
sudut ilmu kalam, teologi Islam, hanya memerlukan hakekat dan
seperti padnangan qadariyah atau makrifat. Merasa dirinya setingkat wali,
Mu`tazilah.50 bahkan mungkin nabi, maka Syekh Siti
Jenar tidak merasa perlu untuk
h. Pandangan Jenar terhadap Syariat menjalankan syariat.53
dan Politik Para pengikut Jenar mengatakan
bahwa beliau tidak mau mengerjakan
Dalam kalangan sufi dikenal
shalat karena kehendaknya sendiri.
adanya empat tingkatan dalam ibadah,
Karena itu ia juga tidak memerintahkan
yaitu syariat, tarekat, hakekat dan
siapapun untuk mengerjakan shalat.
makrifat.51 Dalam kaitannya dengan ini,
Baginya, orang mengerjakan shalat
Hujjah al-Islm Ab Hamd al-Ghazali
karena budinya sendiri yang
membagi keimanan manusia menjadi
memerintahkan. Namun budi itu dapat
empat tingkat. Yaitu: pertama,
menjadi laknat dan mencelakakan, tidak
tingkatan para Nabi, paling tinggi dan
dapat dipercaya dan diturut karena
dekat dengan Allah Swt., mendapat
perintahnya berubah-ubah.
ilmu dari wahyu. Kedua, tingkat para
Perkataannya tidak dapat dipegang,
Wali, yakni ahli tasawuf yang telah
tidak jujur, yang jika dituruti lalu
makrifat kepada Allah Swt, sebagai
berubah dan kadang mengajak mencuri.
insan kamil selapis di bawah tingkat
Menurut pandangannya, pada waktu ia
nabi, mendapat ilmu dari penghayatan
shalat, budinya dapat mencuri, pada
mistik (ladniyyah). Ketiga, tingkat
waktu ia zikir budinya melepaskan hati,
para ulama, mendapat ilmu dengan cara
menaruh hati pada orang lain, bahkan
kadang-kadang menginginkan
49
Lihat keterangannya lebih lanjut dalam Ibid., keduniaan yang banyak. Hal itu berbeda
hlm. 89-94. dengan zat Allah yang ada pada dirinya.
50
Lihat Achmad Chodjim, Op. Cit., hlm. 87, Maka dirinyalah Yang Maha Suci, zat
juga hlm. 116-118. Maulana yang nyata, zat yang tidak
51
Lihat Hasanu Simon, Misteri Syekh Siti
Jenar: Peran Wali Songo dalam Mengislamkan
52
Tanah Jawa, cet. I, Yogyakarta, Pustaka Simuh dikutip dalam Ibid.
53
Pelajar, 2004, hlm. 397. Ibid.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 335

dapat dipikirkan dan dibayangkan. Menurut Mulkhan, bahwa


Syekh Siti Jenar menganggap budinya pandangan Jenar tentang ia tidak wajib
sejiwa dengan Hyang Widi dan oleh shalat dan segala rukun dalam Islam
karenanya tidak perlu mengerjakan dan aturan formal yang disusun dalam
syahadat, shalat dan puasa. Zakat dan ilmu syariah, bukan hanya didasari oleh
haji dipandang sebagai omong kosong, konsepnya tentang kesatuan manusia-
sebagai kedurjanaan budi dan penipuan Tuhan (manunggaling kawulo-
terhadap sesama manusia. Karena itu Gusti/wahdah al-wujd). Melainkan
hanya orang-orang dungu dan tidak juga didasari oleh pandangannya
tahu saja yang mau mengikuti ajaran tentang makna hidup dan mati. Jenar
para wali.54 memandang bahwa aturan syariat hanya
Berkenaan dengan haji, misalnya, berlaku bagi manusia yang hidup dan
bagi Jenar ibadah haji di al-Haramain bukan bagi mereka yang telah mati.
merupakan tindakan atau laku `bid Pandangan ini sekilas mirip dengan
yang sedang menjalankan ibadah untuk pandangan kebanyakan ulama lainnya,
mengarahkan kiblat kepada Ma`bd. namun sesungguhnya berbeda.56
Inilah inti ibadah haji yang menurut Letak perbedaannya ada pada
Jenar akan mampu membawa konsep tentang siapa manusia yang dia
pencerahan bagi pelaksananya. Bagi sebut hidup dan siapa yang dia sebut
Jenar, haji bukan semata-mata mati dan di mana letak kehidupan dan
melaksanakan ihrm, thawwf, sa`, kematian. Bagi Jenar, alam dunia ini
wuqf, bermalam (mabt) di adalah tempat kematian manusia,
Mudzdalifah dan Masy`ar al-Haram, sehingga hukum syariat tidak berlaku di
dan melempar jumrah secara badani. sini. Hukum syariat baru berlaku nanti
Tetapi makna hakiki haji bagi Syekh di sana sesudah manusia menemui
Siti Jenar adalah peribadatan yang ajalnya.57
mampu membawa seorang slik Dalam kaitannya dengan
mendaki maqam jasadiyyah ke maqam Makrifat, pandangan Jenar terhadap
rohaniyyah; tindakan menapaki kembali syariat, menurut Mulkhan
jejak Adam yang terusir dari surga, ke pendekatannya dalam pemberlakuan
asal penciptaan yang mulia di antara syariat dengan jernih dilukiskan dalam
semua hamba-Nya, yaitu adam yang kisah-kisah Bayan Budiman, bukan
kepadanya seluruh malaikat bersujud ketaatan di lapis luar kehidupan
dan dibanggakan Rabb-nya karena sebagaimana terlihat dari kritik keras
mengetahui nama-nama serta Jenar terhadap cara Walisongo ketika
berwawasan dengan al-Khliq.55
Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Siti
54
Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm. 118-119. Jenar, Cet. I, Yogyakarta, Narasi, 2004, dari
Dapat juga dilihat dalam, Hasanu Simon, Op. hlm 48-52.
56
Cit., hlm. 401-402. Juga dalam Purwadi, Ilmu Abdul Munir Mulkhan, Ajaran dan Jalan
Kasampurnan Syekh Siti Jenar, Cet. I, Kematian Syekh Siti Jenar: Konflik Elite dan
Yogyakarta, Tugu Publisher, 2005, hlm. 93-94. Lahirnya Mas Karebet, cet. XIV, Jogjakarta,
55
Tentang hal haji di Mekkah lihat lebih lanjut Kreasi Wacana, 2004, hlm. 5.
57
dalam Muhammad Sholikhin, Sufisme Syekh Ibid.
336 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

itu. Lanjut Mulkhan, model ini bisa tapi tidak di Demak, melainkan di
menjernihkan perdebatan di sekitar kediamannya sendiri di Kranggaraksan,
pemberlakuan syariat dalam sejarah kuta Caruban. Sedangkan Jenar yang
nasional yang selalu muncul dan saat bernama San Ali Anshar dibunuh di
ini begitu gencar dirupakan dalam Pamantingan. Jadi pembunuhan tidak
bentuk-bentuk peraturan daerah dilakukan di masjid, sebab kata Raden
(perda).58 Ditegaskan Mulkhan, bahwa Sahid, masjid adalah tempat manusia
tanpa pendekatan makrifat itu akan beribadah menyembah Allah. Masjid
menimbulkan perdebatan internal maknanya tempat bersujud. Lantaran
pemeluk Islam yang lebih serius, itu, sangat jahil jika masjid digunakan
apalagi bila sudah memperoleh untuk mengadili dan membunuh
kekuatan hukum.59 manusia. Bahkan, lebih jahil lagi kalau
Mengenai keterangan tentang sampai terjadi bangkai anjing dikubur
penyimpangan-penyimpamgan ajaran di mihrab masjid. Dan kasus ini bukan
Jenar, sebenarnya perlu dikaji secara karena mereka berdua melakukan
kebih kritis. Bahwa, jika keterangan kesesatan, tapi dibunuh oleh Raden
dalam sejumlah sumber yang Sahed sebagai belapati (qishshash)
mengisahkan tentang itu, kita cross- atasnya untuk membalaskan utang
reference-kan dengan buku yang ditulis darah yang dilakukannya terhadap
Agus sunyoto, bahwa berbagai keluarga kakek isteri Raden Sahid,
penyimpangan terhadap syariat Islam khususnya Syekh Abdul Qahhar al-
bukanlah dilakukan oleh Jenar (yang Baghdadi, paman isteri Raden Sahid
asli), namun dilakukan oleh dua orang yang dibunuh oleh orang-orang
yang mengaku dirinya sebagai Syekh suruhannya. Menurut Raden Sahid
Siti Jenar, yaitu, pertama yang bernama kesalahan terbesar San Ali Anshar
asli Hasan Ali (yang mengaku sebagai adalah dia sengaja telah menggunakan
Syekh Lemah Abang), dan yang nama orang lain, yaitu Syekh Siti Jenar,
satunya San Ali Anshar (yang nama masyhur Syekh Datuk Abdul
menggunakan sebutan Syekh Siti Jalil, dengan tujuan membuat fitnah dan
Jenar). Syekh Lemah Abang inilah yang kerusakan. Dan ia sengaja membuat
ditangkap dan diadili di Demak dengan berbagai peyimpangan terhadap ajaran
tuduhan menyebarkan ajaran sesat dan Islam, mengajarkan ilmu sihir,
dijatuhi hukuman mati. Untuk membuat fitnah, menghujat para
membuktikan kesesatannya, jenasah sahabat Nabi Saw. sebagai kafi,
Syekh Lemah Abang telah berubah menajadikan perempuan sebagai barang
menjadi seekor anjing hitam kudisan. yang bisa dimiliki bersama, merusak
Benar Hasan Ali itulah yang dibunuh, tatanan kehidupan manusia. Sedangkan
kesalahan terbesar Hasan Ali adalah
memerintahkan pengikut-pengikutnya
58
Abdul Munir Mulkhan, Makrifat Burung untuk membunuh Pangeran
Surga dan Ilmu Kasampurnan Syekh Siti Jenar:
Konflik Elite dan Lahirnya Mas Karebet, cet.
Bratakelana, putera saudara Raden
IV, Jogjakarta, Kreasi Wacana, 2004, hlm. 59. Sahid, Syarif Hidayatullah.
59
Ibid.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 337

Jadi cerita-cerita tentang hal di dalam pengertian pada waktu itu).61


atas, kata Raden Sahid, sebagian besar Suatu tatanan masyarakat di Caruban
dibuat dan disebarkan oleh pengikut- Larang yang digagasnya merupakan
pengikut Hasan Ali dan San Ali Anshar perpaduan antara gagasan ummah
untuk memuliakan Sang Guru Yatsrib dan kenyataan yang berlaku di
mereka dan merekayasa cerita jika negeri ini.62 Dari situlah di merancang
jenasah guru mereka itu menebarkan segitiga yang masing-masing titik
wangi bunga. Mereka membuat cerita utama di segi tiga ini merupakan
jika anjing jelmaan guru mereka itu konsep qaum, thifah, qbilah, dan
dikubur di mihrab Masjid Agung titik pusatnya di tengah segi tiga itu
Demak. Dan cerita bangkai anjing adalah konsep thabqah.63
adalah alibi alim ulama jahat abdi Kerjasama yang terjadi di antara
Tranggana. Mereka mengabsahkan titah masing-masing komunitas (qaum,
pelarangan ajaran Jenar oleh Sultan thifah, qbilah, thabaqah) itulah yang
Demak melalui cerita-cerita yang disebut masyarakat. Dan itulah yang
membodohkan manusia. Untuk diharapkannya untuk menggantikan
mengabsahkan pelarangan itu, mereka tatanan lama di negeri itu yang disebut
menebar cerita bohong bahwa yang komunitas kawulo, yakni tatanan
membunuh Syekeh Lemah Abang komunitas budak hina dina yang tidak
adalah Majlis Wali Songo.60 Dengan memiliki hak apa pun, bahkan hak
demikian, tampak jelas bahwa memang untuk hidup.64
terjadi pembalikan fakta sejarah karena
berbagai motif dan tujuan politis. 2. Ajaran Tarekat dan Makrifati Jenar
Gagasan masyarakat Jenar dapat Ajaran tarekat yang disampaikan
dimasukkan ke dalam gagasan tentang Jenar (yang dalam hal ini disebut
siysah al-syar`ah (politik syariat dengan nama Abdul Jalil oleh Agus
Islam). Dalam hal ini dia melakukan Sunyoto), adalah ajaran Tarekat al-
pembaruan terhadap tatanan yang ada Akmaliyyah yang disebarluaskan
ketika itu. Merubah tatanan kawula
berkenaan dengan ajaran rahasia.
(budak), yakni tatanan kehidupan Ajaran tarekat Jenar ini dimaksudkan
kawulo-gusti/budak-juragan/tuan, di untuk menempuh jalur menuju Allah
mana posisi kawulo subordinat dari
secara cepat dan tepat disebarluaskan
tuan, kepada tatanan masyarakat dengan kepada masyarakat dan menjadi inti
asas-asas gagasan ummah sebagaimana pengajaran Jenar yang dia sendiri telah
dicontohkan Nabi Muhammad Saw. menempuhnya secara nyata dalam
ketika menata kehidupan warga kota berbagai pengalaman spiritual. Jadi
Yatsrib. Dalam konteks inilah Jenar
membangun pemukiman baru (baru
61
Agus Sunyoto, Sang Pembaharu: Perjuangan
dan Ajaran Syekh Siti Jenar Buku 3, cet. I,
Yogyakarta, LKiS, 2003, hlm. 218-220.
62
Ibid., hlm. 221.
60 63
Baca Agus Sunyoto, Suluk Malang Sungsang, Ibid., hlm. 222-225.
64
Buku 7, 597- 605. Ibid., hlm. 225.
338 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

pencarian Kebenaran Sejati dalam Berkenaan dengan Kebenaran


makna yang muncul dari istilah Sejati, menurut Jenar, tidak berada di
Paguron (tempat Jenar mengajarkan kuburan-kuburan, di gua-gua, di pohon-
ilmu-ilmu rahasia yang digunakannya pohon besar, di gunung, di laut, maupun
saat itu), jika dihubungkan dengan langit. Sesungguhnya, Kebenaran Sejati
yang menginginkan Allah dalam lebih dekat dari urat leher manusia.
istilah al-murd, kemudian ujungnya, Jadi? Carilah Kebenaran Sejati di
kecepatan dan ketepatan menjalin tengah kehidupan manusia, di tengah-
hubungan dengan al-Murd; maka tengah tarikan nafas kehidupan, di
ditemukan titik temu antara Kebenaran tengah keramaian dan keheningan alam
Sejati dengan Allah; tidak lain adalah kehidupan. Dan sesungguhnya, tanpa
kemanunggalan, atau yang sering pedoman ilmu hikmah dan `irfn,
sdisebut orang Jawa Ingsung Sejati. sangatlah sulit memperoleh anugerah
Dalam ajaran Tarekat al- ruhani yang menyebabkan kegaiban
Akmaliyyah tersebut, tidak ada mursyd (ghaibah) yang merupakan prasyarat
dalam bentuk jasad manusia sehingga utama bagi ditemukannya Kebenaran
Jenar melarang murid-muridnya untuk Sejati.66
menganggapnya sebagai mursyd, yaitu
pancaran dari yang Maha Menunjuki b. Manunggaling Kawulo-Gusti: Ajaran
(al-Rasyd). Ada pun Mursyd masing- inti Jenar
masing manusia menurut Jenar adalah, Akhir perjalanan mistik/tarekat
al-rh al-idlf yang harus diaktifkan, Jenar adalah ajaran makrifatnya yang
dan hal ini berada di dalam diri setiap tertinggi yaitu ajaran manunggaling
manusia. Sementara keberadaan Jenar, kawulo-Gusti. Pada perkembangan
sebagaimana ia memperkenalkan selanjutnya ajaran ini dimodifikasi
keberadaan dirinya kepada para dengan format yang beraneka ragam.
muridnya, hanyalah sebagai guru Salah satu variannya dituangkan dalam
(pembimbing) ruhani yang bentuk cerita Bimapaksa dan cerita
berkewajiban membimbing murid untuk Dewa Ruci.67
mengenal mursyd di dalam dirinya. Seperti manunggalnya Wujil dan
Jika mursyd dalam diri sudah aktif, Ken Sat pada cerminnya. Perumpamaan
maka tidak diperlukan lagi kehadiran kemanunggalan manusia dengan Tuhan
mursyd dalam fisik manusia. Itulah adalah seperti cermin dengan yang
sebabnya, ia hanya berkenan dipanggil bercermin, bayangan yang berada
dengan sebutan syekh (Arab: syaikh = dalam cermin itu namanya adalah
guru ruhani).65 kawula atau hamba dan cermin ibarat

a. Tentang Kebenaran Sejati dan Metode 66


Muhammad Sholikhin, Op. Cit., hlm 68-69.
Pencapaiannya lihat juga Agus Sunyoto, Sang
PembaharuBuku 3, hlm. 248.
67
Purwadi, Jalan Cinta Syekh Siti Jenar:
Gerakan Mistik Kultural Menantang Hegemoni
Para Wali, cet. I, Yogyakarta, Diva Press, 2004,
65
Ibid., hlm. 247. hlm. 200.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 339

Tuhan. Dalam Suluk Wujil


kemanunggalan kawulo dengan Gusti, Oleh karena itu, menurut Simuh,
tetap menempatkan Tuhan berbeda uraian dalam kepustakaan Islam
dengan manusia. Tuhan memiliki empat kejawen, yang menyangkut hubungan
sifat, yaitu jalal (jall) adalah agung, manusia dengan Tuhan, umumnya
jamal (jaml) adalah elok, kahar mengandung rumusan yang saling
(qahhr) adalah wisesa atau kuasa, dan tumpang tindih. Tuhan dilukiskan
kamal (kaml) adalah sempurna.68 memiliki sifat-sifat yang sama dengan
Konsep Manunggaling Kawulo- manusia dan manusia digambarkan
Gusti atau kesatuan manusia dengan sama dengan Tuhan. Paham semacam
Tuhan (wahdah al-wujd) yang ini dalam falsafah dinamakan
71
dipergunakan untuk menggambarkan Anthropomorfisme.
dalam kepustakaan Islam kejawen
adalah curiga manjing warangka, D. Analisis terhadap Pemikiran dan
warangka manjing curiga. Apa Ajaran Jenar
maksudnya, yaitu manusia masuk Berbagai pandangan yang
dalam diri Tuhan, laksana Arya Sena dikemukakan Jenar sebenarnya
masuk dalam tubuh Dewaruci. Atau bukanlah barang asing di kalangan
sebaliknya, warangka manjing curiga. pemikir dan ulama, baik di negeri ini
Yakni Tuhan masuk (nitis) dalam diri atau pun di berbagai belahan dunia
manusia, seperti halnya dewa Wisnu Islam. Dalam sejarah awal Islam dapat
nitis pada diri Kresna. Dalam paham disebutkan sejumlah pemikir besar dan
nitis, masuknya roh dewa dalam diri tokoh sufi seperti bisa dikaji dari
manusia, atau roh manusia dalam pemikiran Ibn `Arabi, al-Hallaj, dan
binatang masih kelihatan dalam Serat banyak pemikir sufi lainnya. Mereka
Wirid Hidayat Jati. Roh manusia yang pada umumnya memandang bahwa
sesat tidak dapat kembali ke dalam Tuhan tidak cukup dipahami dengan
singgasana Tuhan, dikatakan akan nitis ilmu tauhid yang disusun dalam
dalam brakasakan (jin), bangsa burung,
kategori logis dan rasional. Demikian
binatang dan air.69 pula halnya dengan berbagai ajaran
Konsep Manunggaling Kawulo- ritual atau ibadah dan akhlak, yang tak
Gusti diterangkan:
sekadar berkaitan dengan rukun-rukun
Mungguh pamoring kawulo lan tindakan atau perilaku empirik.
gusti iku, kaya dene paesan karo
sing ngilo. Wayangan kang ana
sajroning pangilon, iya iku bercermin. Bayang-bayang dalam cermin itulah
jenenge kawula.70 manusia. Purwadi, Ilmu Kasampurnan, hlm,
166. Juga Purwadi, Jalan Cinta Syekh Siti
68
Ibid. Jenar, hlm. 201.
69
Simuh dikutip dalam Purwadi, Ilmu Tentang kisah manunggaling kawulo-Gusti
Kasampurnan, hlm, 165-166. Juga Purwadi, yang dialami Syekh Siti Jenar, lihat dalam Agus
Jalan Cinta Syekh Siti Jenar, hlm. 200-201. Sunyoto, Suluk Abdul Jalil.buku 2, hlm.188-
70
Terjemahannya: Yakni kesatuan manusia 192.
71
dengan Tuhan, ibarat cermin dengan orang yang Simuh dikutip dalam ibid.
340 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

Bagi umumnya rakyat ini orang yang mengaku-aku sebagai


kebanyakan, rumus-rumus Tuhan dalam Syekh Lemah Abang, yakni Hasan Ali
ilmu tauhid dan ibadah formal tersebut dan yang mengaku-aku sebagai Jenar,
terlalu abstrak dan tidak bersentuhan yakni Ali Hasan Anshar). Setelah
dengan hajat hidup. Mereka kematian orang yang mengaku-
menempatkan Tuhan sebagai penguasa aku/memalsu Jenar, juga muncul suatu
alam dan dengan cara apa saja yang peristiwa berupa ancaman hukuman
mereka bisa lakukan. Tuhan bagi mati terhadap Ki Kebokenongo murid
mereka adalah maha penguasa yang Jenar.
dekat dan mudah diajak berdialog dan Fenomena itu menunjukkan
senantiasa membela kepentingan rakyat bahwa ajaran Jenar tidak memperoleh
kebanyakan atau wong cilik tersebut. tempat di kalangan istana kerajaan
Dengan demikian, memang ajaran Demak, namun menjadi berubah
Jenar terkait dengan praktik hidup sufi bersama surutnya peran wali. Di satu
sebagai model kehidupan pemeluk sisi ajaran yang lebih formal seperti
Islam baik dalam berhubungan dengan dalam tradisi fiqh merupakan fenomena
(menyembah) Tuhan ataupun dalam umum kepenganutan Islam di kalangan
kerangka hubungan sosial istana, berbeda dengan fenomena
kemasyarakatan. Termasuk dalam keberagamaan rakyat yang lebih
hubungan sosial itu berbagai masalah apresiatif terhadap ajaran tasawuf
kehidupan politik dan juga ekonomi. seperti berkembang di lingkungan
Bahwa praktek hidup sufi terus Jenar. Dan dari sini munculnya oposisi
berkembang melahirkan pemikiran dan keberagamaan rakyat atas
pemahaman serta ajaran yang satu keberagamaan elite yang kelak terus
dengan lainnya saling berbeda bahkan mewarnai seluruh episode sejarah
bertentangan. Demikian juga ajaran gerakan dan politik Islam di Indonesia.
wahdah al-wujd Jenar juga tidak Namun, hal ini juga menunjukkan suatu
sedikit mengundang reaksi yang cukup pergolakan pemikiran dan politik serta
keras, terutama dari kalangan ahli fiqh. sosial-ekonomi pemeluk Islam antara
Ketika ajaran sufi itu dikembangkan elite penguasa dan massa rakyat yang
secara menyimpang dari ajaran Jenar sedang tumbuh di kawasan Nusantara
yang asli, yakni Syekh Datuk Abdul yang kini masih memasuki tahapan
Jalil oleh orang-orang yang setelahnya politik.
(dalam hal ini penulis mengikuti Dan salah satu gagasan Jenar
pendapat Agus Sunyoto, orang yang yang dapat menimbulkan ketegangan
mengaku-aku sebagai Syekh Lemah atau permusuhan dari kalangan Sultan
Abang, yakni Hasan Ali dan yang dengan Dewan Walisanganya adalah
mengaku-aku sebagai Syekh Siti Jenar, berkenaan dengan konsep masyarakat
yakni Ali Hasan Anshar), kegelisahan egalitarianisme, termasuk
para wali, bahkan di antara kalangan rekonstruksinya mengenai hak-hak
elite penguasa Kerajaan Demak pun kepemilikan tanah, dipandang
muncul. Dan pada akhirnya terjadilah merugikan kepentingan penguasa, di
eksekusi mati terhadap Jenar (dalam hal mana saat itu, kerajaan beserta semua
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 341

isinya sepenuhnya menjadi hak raja. tetap pada kepercayaan lama. Toh Islam
Kawula tidak memiliki hak, selain hak juga penuh dengan mitologi eskatologis
menggunakan. Selain itu, ajaran (hari akhirat yang tidak/sulit dapat
tasawufnya yang membuat semangat dibuktikan, atau dengan kata lain
rakyat berkobar menetang penindasan ditunjukkan keadaannya langsung di
dan kejahatan, serta semakin dunia, karena hari akhirat adalah
menyadarikan posisinya sebagai persoalan alam gaib). Dalam hal ini
khalifatullh di bumi. Jenar memberikan makna baru tentang
Paparan di muka menegaskan, akhirat dan surga-neraka sebagai
bahwa Jenar menampilkan versi Islam kenyataan yang riil sejak manusia ada
yang sejiwa dengan kebudayaan dan di dunia.
peradaban masyarakat yang Kedua, Jenar menegaskan bahwa
berkembang. Oleh karena itu beberapa alam akhirat dengan surga dan
aspek ajaran Islam, yang di Timur nerakanya hanyalah makhluk
Tengah menjadi bahasan pokok sebagaimana manusia. Sedangkan
keagamaan, oleh Jenar kurang dijadikan tempat kembali manusia yang
materi pokok bagi ajarnanya, misalnya sesungguhnya adalah Allah, dari mana
tentang kebangkitan, surga dan neraka. sebenarnya ia berasal (inn lilllhi wa
Ini bukan berarti bahwa Jenar menolak inn ilaihi rji`n; Allah iku sangkan
kenyataan adanya surga dan neraka, paraning dhumadi). Manusia yang
serta keberadaan hari akhirat. sudah manunggal (sampurna, al-insn
Ada beberapa (setidaknya 3) al-kmil) akan langsung kembali
alasan pokok mengapa Jenar tidak kepada Allah, tidak melewati alam
menjadikan keimanan kepada hari lintasan yang disebut akhirat.
akhirat sebagai bagian pokok Singkatnya, sebab alam akhirat (sejak
72
ajarannya. Pertama, kepercayaan dari alam barzakh sampai neraka dan
adanya surga dan neraka sebagai surga) sebenarnya hanyalah alam
puncak keimanan hari akhir, bukanlah lintasan, untuk menyempurnakan roh
hal baru bagi agama Islam, sebab semua bagi manusia yang saat mengalami
agama dan kepercayaan kuno juga kematian masih belum mencapai
mengajarkannya. Demikian pula kesampurnan.
masyarakat Indonesia saat itu, sudah Ketiga, alam akhirat bukanlah
tidak asing lagi dengan berbagai sejenis pengetahuan yang hanya
mitologi tentang surga dan neraka. diimani begitu saja. Alam akhirat yang
Sebab itu kekurangyakinan masyarakat sejati adalah alam kemanunggalan,
Jawa pada saat itu terhadap Islam bukan surga dan neraka. Demikian juga
formal, karena mereka mendapatkan teologi tentang kiamat bagi Jenar
bahwa nasib dan keadaan mereka akan bukanlah persoalan penting, sebab
sama saja, baik dunia maupun akhirat, kiamat sudah terjadi sejak manusia lahir
apakah dengan memeluk Islam atau di dunia ini, yang disebut oleh Jenar
sebagai alam kematian. Maka di dunia
72
Tentang hal ini lihat dalam Muhammad ini pula manusia harus mampu bangkit
Sholikhin, Op. Cit., hlm. 303-305. sebagai pribadi, dengan menemukan
342 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

sang Ingsun Sejati agar meraih automization [atomisasi]


kemanunggalan. Dalam teologi Jenar, (deautomized).73
kiamat dan alam akhirat bukanlah hal Dan dengan cross-reference
substansial dan tidak masuk rukun (rujuksilang) sejumlah sumber-sumber
iman. pustaka yang telah penulis sebutkan di
Itulah merupakan salah satu di atas, dapat dikatakan bahwa apakah
antara bentuk penafsiran terhadap mungkin Jenar mengajarkan
keberagamaan. Bahwa memang penentangan terhadap syariat Nabi
pandangan Jenar mengenai Muhammad? Jika merujuk pada sumber
ketuhananan, jiwa dan alam semesta yang digunakan Agus Sunyoto, bahwa
atau kehidupan duniawi maupun Jenar mengajarkan agar murid-
ukhrawi itu bukanlah orisinal muridnya berpindah dari tatanan lama
pemikirannya sendiri, tetapi merupakan yang tidak beradab kepada tatanan baru
tafsir dari sumber tekstual yang dianut yang beradab, yaitu sebuah tatanan Ilahi
para pemikir sebelumnya. Pandangan (tatanan Islami) seperti yang
serupa juga muncul dari pemikir Islam diteladankan oleh Rasululah Saw.
pada masanya. Perbedaannya lebih pada Dengan demikian dapat dilihat
hubungan dengan kekuasaan lebih mendalam, bahwa sebenarnya
kenegaraan dan pemerintah yang riwayat yang menyebutkan tentang
berkuasa. penyimpangan terhadap syariat. Bahwa
Sejumlah hal yang menarik perlu Jenar lebih mengedepankan dan
ditegaskan di sini adalah salah satu mengutamakan aspek esoteris
misalnya ajaran makrifat yang dijadikan dibandingkan eksoteris (syariat
sasaran kritik terhadap dominasi syariah formalistik) sebenarnya lebih berarti
yang diperankan para Walisongo. Jenar kritik terhadap kebutaan terhadap aspek
mencari pemaknaan kehidupan sebagai subtansi yang ada dalam syariat formal
kematian, yang dari pandangan ini itu. Mengapa, karena pada waktu itu
dikesankan pengabaian kewajiban ritual
keagamaan yang menjadi keyakinan
73
kaum muslimin. Model yang digunakan Defamilirisasi adalah sebuah strategi bawah
tanah untuk menggambarkan sebuah objek seni
Jenar dapat dimasukkan dalam sastra seakan-akan seseoang melihatnya untuk
pendekatan --meminjam istilah pertama kali, tujuannya adalah untuk melawan
Andreas Christmann - pembiasaan (habitualization) cara baca
defamiliarization (defamilisasi; konvensional terhadap sebuah seni sastra (art)
penidakbiasaan), yaitu istilah yang sehingga objek yang sebelumnya sudah sangat
dikenal menjadi objek yang tidak dikenal dan
menggambarkan sebuah proses yang di berada di luar dugaan pembaca. Lihat dalam Dr.
dalamnya bahasa digunakan dengan Andreas Christmann, Bentuk Teks (Wahyu)
satu cara yang sangat menarik perhatian Tetap, Tetapi Kandungannya (Selalu)
dan secara langsung dipandang sebagai Berubah: Tekstualitas dan Penafsirannya
sesuatu yang tidak umum, sesuatu yang dalam al-Kitb wa al-Quran, (Kata Pengantar
2), dalam Muhammad Shahrr, Muhammad,
mengesampingkan proses Nahwa Ushl Jadd (Metodologi Fikih Islam
Kontemporer), alih bahasa M. Sahiron
Samsuddin, Yogyakarta, eLSIQ, 2004, hlm. 17.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 343

masyarakat lebih berorientasi pada kemajuan-kemajuan dalam seluruh


aspek formalitas ibadah yang kosong level kehidupan sosial (masyarakat).75
dari substansi ajaran Islam. Selanjutnya berkenaan dengan
Bahwa memang ketika orientasi ajaran Jenar di atas juga dapat kita kaji
atau concern terhadap syariat/hukum dengan menggunakan ilmu tasawuf
Islam diarahkan pada bentuk-bentuk yang mengelompokkan tasawuf ke
formalnya yang disebut sebagai dalam dua macam: tasawuf sunni dan
formalisme (formalism), maka akan tasawuf falsafi. Ajaran Jenar sama
mengakibatkan permasalahan serius halnya dengan ajaran al-Ibn al-`Arab
karena Islam bukanlah sekadar bentuk- tentang wahdah al-wujd, atau konsep
bentuk formal hukuman, namun hull-nya al-Hallaj, dalam arti sama-
utamanya adalah substansi atau tujuan sama dapat dimasukkan ke dalam jenis
hukum (maqshid al-syar`ah) itu tasawuf falsafi. Yaitu suatu jenis
sendiri, yang intinya adalah untuk tasawuf yang merupakan bagian sistem
kemaslahatan manusia. Dalam konteks berpikir para sufi terdahulu dalam
ini, Fazlur Rahman menegaskan What merefleksikan ajaran-ajarna tasawuf, di
is injurious to a living faith and a living mana lebih berorientasi pada teori-teori
society is not forms but formalism,74 yang ada dan menggunakan pendekatan
bahwa yang membahayakan terhadap filsafat secara kritis. sistematis, radikal,
keimanan yang hidup (dinamis) dan dan universal.76
masyarakat yang hidup (dinamis) Dengan demikian, bahwa
bukanlah bentuk-bentuk formal, namun berkenaan dengan ajaran utama Jenar
formalisme (aliran/orientasi bentuk- mengenai Manunggaling Kawulo-Gusti
bentuk formal simbolik). Dan memang bukan semata ajaran mistik. Terbukti
untuk saat ini, proyek Islam harus dari aplikasi ajaran tersebut, baik oleh
ditekankan pada prinsip-prinsip Islam Jenar sendiri, atau pun oleh murid dan
dan tujuan Syar`ah (maqshid pengikut-pengikutnya, mereka telah
Syar`ah) untuk memproduk sebuah mampu menjadi manusia-manusia yang
model modern bagi kemajuan dan salih dalam hal spiritualitas religius,
peradaban yang merefleksikan nilai- bermanfaat secara sosial dan menjadi
nilai universalnya. Dan ini pada motor bagi peradaban pada zamannya,
esensinya merupakan proses memiliki etos kerja yang tinggi serta
kesejarahan yang dapat dicapai dengan produktif dan aktif pula dalam gerakan
pencerahan (enlightenment), partisipasi
aktif dalam urusan-urusan dunia, 75
Lihat Walid Saif, Human Rights and Islamic
produksi pengetahuan dan akumulasi Revivalism, dalam Tarik Mitri (ed.) Religion,
Law and Society: a Cristian-Muslim
Discussion, Cet. I, Geneva, WCC Publication,
1995, hlm. 123.
76
Tentang tasawuf falsafi misalnya lihat dalam
Harapandi Dahri, Meluruskan Pemikrian
74
Lihat Fazlur Rahman, Islamic Methodology Tasawuf: Upaya Mengembalikan Tasawuf
in History, Cet. I, Delhi, Adam Publishers & Berdasarkan al-Qur'an dan al-Sunnah, cet. I,
Distributors, 1994, hlm. 189. Jakarta, Wahyu Press, 2005, hlm. 37-39.
344 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

kemanusiaan melawan segala bentuk pandangan/ajaran tasawuf/sufistik


kezaliman. (dari waktu ke waktu) yang diramu
Setidaknya apa yang penulis dengan kehidupan mistis Jawa, dan
lakukan ini merupakan upaya tidak lepas dari (masuk dalam)
dekonstruksi sejarah Jenar secara kritis kerangka tasawuf falsafi.
dan dengan mengkaji sejarah kita Pendekatan ajaran Syekh Siti Jenar
berupaya memasuki alam sejarah masa dapat dikatakan menggunakan
lampau Jenar. Sebab, sejarawan dapat pendekatan --meminjam istilah Dr.
melakukan refleksi kritis melintas Andreas Christmann -
waktu: masa lalu, masa kini, dan masa defamiliarization (defamilisasi;
depan.77 penidakbiasaan), yaitu istilah yang
menggambarkan sebuah proses
E. Penutup yang di dalamnya bahasa digunakan
dengan satu cara yang sangat
Dari uraian deskriptif-eksploratif,
menarik perhatian dan secara
pendekatan historiografi, dan analisis
langsung dipandang sebagai sesuatu
hermeneutika/filosofis di atas dapat
yang tidak umum, sesuatu yang
diambil beberapa kesimpulan dan
mengesampingkan proses
refleksi yang sekaligus untuk menutup
automization [atomisasi]
tulisan ini sebagai berikut:
(deautomized). Dalam konteks ini
1. Bahwa benar Syekh Siti Jenar
dia menerapkan misalnya ajaran
adalah manusia historis, walau pun
Jenar tentang pemaknaan kehidupan
sumber yang dijadikan rujukan
sebagai kematian. Termasuk juga
perlu diteliti lebih mendalam lagi,
masalah hal akhirat Jenar tidak
sehingga perihal dirinya, kehidupan
memasukkan ke dalam rukun iman.
dan ajarannya dan peristiwa yang
yang berimbas pada pengabaian
menimpa dirinya berupa eksekusi
kewajiban ritual keagamaan yang
mati oleh Walisongo masih
menjadi keyakinan kaum muslimin
menimbulkan berbagai simpang siur
pada umumnya. Dengan demikian,
di kalangan masyarakat intelektual,
tekanan yang digunakan oleh Jenar
meskipun dalam kajian kritik, buku
adalah bukan pada materi, tapi
Agus Sunyoto dan karya
panda Cinta dalam bentuk
Muhammad Sholihin dapat
manunggaling kawula klawan
menjawab pertanyaan itu.
Gusti, tauhid al-wujd, menyatunya
2. Pemikiran dan ajaran Syekh Siti
hamba dengan Tuhan. Dalam wujud
Jenar lebih menekankan pemaknaan
lahir, Jenar menekankan pada
baru yang berorientasi pada aspek
bangkitnya kepribadian sehingga
esoterik daripada aspek eksoterik
hidup tidak hanya tampak hidup.
(syariat formalistik), karena
Tetapi betul-betul hidup yang
ajarannya mengembangkan
memiliki hak, kemandirian dan
77
Tentang hal seperti ini lihat Kuntowijoyo,
kodrat. Hidup adalah sebuah
Metodologi Sejarah, cet. I, Yogyakarta, Tiara eksistensi. Eksistensi yang tidak
Wacana, 1994, hlm. 119. menguasai atau dikuasai manusia
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 345

lainnya. Sesuai ajaran Islam, tidak pemikiran dan ajaran-ajaran Jenar


rusak dan tidak merusak (l dlarar yang positif.
wa l dlirr). Islam adalah rahmat 5. Dengan mendasarkan sumber-
bagi seluruh alam (rahmatan li al- sumber yang berbeda dari dua
`lamn). Dengan demikian, agama pespektif: yang satu menyoroti dan
akan indah bila sesuai dengan mengkritik sisi penyimpangan
hukum Tuhan di alam, yaitu pemikiran dan ajaran Jenar, dan
eksistensi yang penuh ragam. Islam yang satu berujung pada kesimpulan
di Jawa, di Nusantara haruslah bahwa ajaran Jenar relevan dengan
merupakan varian Islam yang cocok Islam yang dapat digunakan untuk
dengan bumi Nusantara. Biarlah konteks kekinian dan kedisinian.
agama ini tumbuh sesuai dengan Dengan diadakan pendekatan cross-
tempat tumbuhnya, sesuai dengan reference dapat ditegaskan bahwa
ekosistemnya. sejumlah sumber yang menyebutkan
3. Manunggaling kawula-Gusti pengabaian Jenar terhadap syariat
(wahdah al-wujd), merupakan inti formal sebenarnya bukanlah berarti
ajaran Syekh Siti Jenar, yang menolak syariat dan tauladan Nabi,
sebenarnya menunjukkan sebab yang dia kehendaki dengan
keberadaan manusia/alam semesta ajarannya untuk pembaharuan dari
sebagai sesuatu yang tidak ada tatanan kehidupan yang lama
(`adam/fan), karena yang ada kepada tatanan kehidupan baru,
pada hakikatnya hanyalah Tuhan yakni tatanan Ilahi, tatanan Islami
semata. Dan manusia dan alam sebagaimana tauladan Nabi. Karena
semesta adalah kepunyaan Tuhan. tatanan ilahi, baginya adalah
Pada akhirnya memang manusia pedoman bagi kehidupan manusia.
akan kembali kepada-Nya (inn Sumber yang menyebutkan ajaran
lillhi wa inn ilaihi rji`n). Dan Jenar yang menyimpang, menurut
proses ini melalui jiwa yang suci penulis tidak dapat dijadikan
(nafs al-muthmainnah). Inti ajaran pedoman yang lebih objektif, karena
Jenar tentang ajaran rahasia tersebut bertentangan dengan kajian sejarah
telah disebarluaskan melalui apa kritis oleh Muhammad Sholihin
yang disebut sebagai Tarekat dan karya Agus Sunyoto dengan
Akmliyyah, yakni yang menggunakan pendekatan
menempatkan rh al-idlf sebagai hermenutika-verstehen yang ditulis
cara untuk mencapai makrifat. dalam bentuk fiksi.
4. Kajian terhadap pemikiran dan 6. Dengan demikian ajaran positif
ajaran Jenar dapat dilakukan dengan Jenar sangat terkait dengan konteks
pendekatan hermeneutika/filosofis sosio-politik (masyarakat dan
sehingga lebih dapat ditangkap perpolitikan) ketika itu: di mana
maknanya sesuai dengan konteks terdapat fenomena pengekangan
yang melingkupinya. Dan dari terhadap kemerdekaan dan hak-hak
pendekatan ini dapat diambil personal oleh dominasi
penguasa/raja, serta fenomena
346 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

orientasi bentuk-bentuk simbolisme itu, ajaran ini dapat dijadikan


atau keyakinan dan pemahaman sebagai salah satu inspiras untuk
keislaman umum yang lebih membentuk masyarakat madani.
berafiliasi pada fiqh dan teologi di Dan inilah salah satu mafaat dari
kalangan istana Demak yang studi pemikiran Jenar dengan
dipegangi oleh Sultan/raja dan menggunakan pendekatan
didukung ulama yang tergabung historiografi, dan analisis filosofis.
dalam Dewan Walisongo, yang
berbeda dengan fenomena DAFTAR PUSTAKA
keberagamaan rakyat yang lebih Badri Yatim, Historiografi Islam,
apresiatif terhadap ajaran tasawuf Cet. I, Jakarta, Logos Wacana Ilmu,
seperti berkembang di lingkungan
1997.
Jenar. Dan dari sini munculnya
oposisi keberagamaan rakyat atas Chodjim, Achmad, Syekh Siti
keberagamaan elite penguasa yang Jenar: Makna Kamatian, cet. II,
kelak terus mewarnai seluruh jakarta, Serambi, 2002.
episode sejarah gerakan dan politik
Islam di Indonesia. Namun, hal ini Christmann, Andreas, Bentuk
juga menunjukkan bahwa Teks (Wahyu) Tetap, Tetapi
pergolakan pemikiran dan politik Kandungannya (Selalu) Berubah:
serta sosial-ekonomi pemeluk Islam Tekstualitas dan Penafsirannya dalam
antara elite penguasa dan massa al-Kitb wa al-Quran, (Kata
rakyat yang sedang tumbuh di Pengantar 2), dalam Muhammad
kawasan Nusantara yang sampai Shahrr, Muhammad, Nahwa Ushl
sekarang terdapat beragam Jadd (Metodologi Fikih Islam
kelompok yang berbeda yang: Kontemporer), alih bahasa M. Sahiron
kelompok simbolisme (simbolistik) Samsuddin, Yogyakarta, eLSIQ, 2004.
atau formalisme (formalistik),
kelompok substansialisme
Dahri, Harapandi, Meluruskan
(substansialistik), dan kelompok Pemikiran Tasawuf: Upaya
fundamentalisme Mengembalikan Tasawuf Berdasarkan
(fundamentalistik).
al-Qur'an dan al-Sunnah, cet. I, Jakarta,
7. Bahwa ajarannya Syekh Siti Jenar Wahyu Press, 2005.
berupa pembaruan tatanan
kehidupan kawula menjadi tatanan Drewes, G.J.W., Perdebatan
masyarakat sangat besar artinya Walisongo Seputar Makrifatullah:
bagi kehidupan yang dinamis, Berikut Wasiat-wasiat Agama beserta
berkeadilan dan kesejahteraan yang Panduan Dakwah Para Wali di Jawa,
merupakan ajaran prinsip dalam Cet. I, Surabaya, 2002.
Islam sebagaimana dirumuskan
setidaknya dalam lima tujuan
syariat (maqshid syar`ah/al-
kulliyah al-khamsah). Oleh karena
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 347

Ibn Khaldn, Muqaddimah Ibn Menantang Hegemoni Para Wali, cet. I,


Khaldn, alihbahasa Ahmadie Thoha, Yogyakarta, Diva Press, 2004.
Cet. V, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2005.
--------------, Ilmu
Kuntowijoyo, Metodologi Kasampurnan Syekh Siti Jenar, Cet.
Sejarah, cet. I, Yogyakarta, Tiara I, Yogyakarta, Tugu Publisher, 2005.
Wacana, 1994.
Rahman, Fazlur, Islamic
Mulkhan, Abdul Munir, Syekh Siti Methodology in History, Cet. I, Delhi,
Jenar: Pergumulan Islam-Jawa, cet. Adam Publishers & Distributors, 1994.
XII, Jogjakarta, Bentang, 2003.
Saif, Walid, Human Rights and
--------------, Ajaran dan Jalan Islamic Revivalism, dalam Tarik Mitri
Kematian Syekh Siti Jenar: Konflik (ed.) Religion, Law and Society: a
Elite dan Lahirnya Mas Karebet, cet. Cristian-Muslim Discussion, Cet. I,
XIV, Jogjakarta, Kreasi Wacana, 2004. Geneva, WCC Publication, 1995.

--------------, Makrifat Siti Jenar: Shiddiqi, Nourouzzaman, Sejarah:


Teologi Pinggiran dalam Kehidupan Pisau Bedah Ilmu Keislaman, dalam
Wong Cilik, cet. I, Jakarta, Gravindo Taufiq Abdullah dan M. Rusli Karim
Khazanah Ilmu, 2004. (ed.), Metodologi penelitian Agama:
Suatu Pengantar, Cet. II, Yogyakarta,
--------------, Makrifat Burung Tiara Wacana, 2004.
Surga dan Ilmu Kasampurnan Syekh
Siti Jenar: Konflik Elite dan Lahirnya Sholikhin, Muhammad, Sufisme
Mas Karebet, cet. IV, Jogjakarta, Kreasi Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat
Wacana, 2004. dan Suluk Siti Jenar, Cet. I,
Yogyakarta, Narasi, 2004.
Muryanto, Sri, Ajaran
Manunggaling Kawulo-Gusti, cet. II, Simon, Hasanu, Misteri Syekh Siti
Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2004. Jenar: Peran Wali Songo dalam
Mengislamkan Tanah Jawa, cet. I,
Purwadi, Manunggaling Kawula Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004.
Gusti: Ilmu Tingkat Tinggi untuk
Memperoleh Derajat Kesampurnan, Sunyoto, Agus, Suluk Abdul Jalil:
cet. I, Yogyakarta, Gelombang Pasang, Perjalanan Ruhani Syekh Siti Jenar,
2004. Buku 1, cet. I, Yogyakarta, LKiS, 2003.

--------------, Gerakan Spiritual --------------, Suluk Abdul Jalil:


Syekh Siti Jenar, Jogjakarta, Media Perjalanan Ruhani Syekh Siti Jenar,
Abadi, 2004. Buku 2, cet. I, Yogyakarta, LKiS, 2003.
--------------, Jalan Cinta Syekh
Siti Jenar: Gerakan Mistik Kultural
348 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014

--------------, Sang Pembaharu: Ajaran Syekh Siti Jenar, Buku 6, Cet. I,


Perjuangan dan Ajaran Syekh Siti Yogyakarta, LKiS, 2004.
Jenar, Buku 3, cet. I, Yogyakarta,
LKiS, 2003. --------------, Suluk Malang
Sungsang: Konflik dan Penyimpangan
--------------, Sang Pembaharu: Ajaran Syekh Siti Jenar, Buku 7, Cet. I,
Perjuangan dan Ajaran Syekh Siti Yogyakarta, LKiS, 2004.
Jenar, Buku 4, Cet. I, Yogyakarta,
LKiS, 2004. Teba, Sudirman, Syekh Siti Jenar:
Pengaruh Tasauf al-Hallaj di Jawa, cet.
--------------, Suluk Malang II, Bandung, Pustaka Hidayah, 2003.
Sungsang: Konflik dan Penyimpangan

Anda mungkin juga menyukai