(Tuhan) itu merupakan suatu wujud kesadaran hidup orang Jawa yang
yang tak dapat dilihat oleh mata, menyatakan bahwa orangtua (ayah dan
dilambangkan seperti bintang-bintang ibu) adalah pangeran katon atau
bersinar cemerlang, warnanya indah Tuhan yang terlihat. Menurut Mulkhan,
sekali.27 Ia memiliki dua puluh sifat jika ini merupakan hasil penyebaran
seperti: sifat ada, tak bermula, tak ajaranJenar, maka ia sebenarnya sedang
berakhir, berbeda dengan barang- berbicara mengenai konsep ketuhanan
barang yang baru, hidup sendiri dan sesuai dengan kesadaran budaya orang
tiada memerlukan bantuan sesuatu yang Jawa. Karena itu pula ia menyatakan
lain, kecuali kehendak, mendengar, diri sebagai anak rakyat.31
melihat, ilmu, hidup, dan berbicara. Pandangan Jenar tentang Alah
Sifat-sifat Tuhan yang berjumlah dua tidak berwarna dan tidak terlihat, yang
puluh itu terkumpul menjadi satu wujud hanya adalah tanda-tanda wujud dari
mutlak yang disebut dengan zat.28 Zat Hyang Widi tersebut sama dengan
Allah (Tuhan) adalah lambang pandangan teori Martabat Tujuh32 yang
keselamatan dan bersifat Maha Halus menyatakan bahwa apa yang maujud di
dan sabdanya terus menerus. Tuhan alam ini sebenarnya merupakan
tiada berdusta.29 Selanjutnya Jenar tajall-Nya, penampakan dari zat
menganggap Hyang Widi (Tuhan) itu Allah. Sungguh pun demikian zat Allah
serupa dirinya. Ia merasa dirinya adalah yang berada dalam perwujudan kayu
jelmaan zat Tuhan dengan dua puluh dan batu berbeda dengan yang berada
sifat sebagaimana sifat dua puluh dalam diri manusia. Karena manusia
Tuhan. Karena itu Jenar percaya bahwa pada hakikatnya merupakan
dirinya tidak akan mengalami sakit dan perwujudan dari tajall-Nya Allah
sehat, dan akan menghasilkan yang maha paripurna.33
perwatakan kebenaran, kesempurnaan,
kebaikan dan keramahtamahan.30 b. Manusia dalam Pandangan Jenar
Dalam pandangan Jenar, Tuhan Manusia sejak lahir di dunia yang
adalah sebuah nama dari sesuatu yang
fana ini tiap-tiap pribadi memiliki fitrah
asing dan sulit dipahami. Nama itu keagungan dan kemuliaan sebagai
menjadi nyata melalui kehadiran makhluk paling sempurna keturunan
manusia dalam kehidupan duniawi.
Adam, yang disebut adimanusia (al-
Pandangan seperti itu, sebagaimana insn al-kmil), semua dicipta oleh
dikatakan Munir Mulkhan, Allah dengan maksud dijadikan wakil-
sesungguhnya tidak asing dalam Nya di muka bumi (khalfah Allh fl
al-ardl). Sesungguhnya rahasia agung
27
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm.
67.
28 31
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, Ibid.
32
hlm., 67-68. Tentang Martabat Tujuh dapat dilihat dalam
29
Purwadi, Gerakan Spiritual Syekh Siti Jenar, Purwadi, Ilmu Kasampurnan Syekh Siti
Jogjakarta, Media Abadi, 2004, hlm. 89. Jenar, Cet. I, Yogyakarta, Tugu Publisher,
30
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm. 2005, hlm. 166 dst.
33
68. Sri Muryanto, Op. Cit., hlm. 19.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 331
Hakiki diri manusia adalah jagat Kata akal yang sering diartikan
besar. Karena ia mewakili Diri Yang sebagai budi eling misalnya, di satu
Maha Besar. Tetapi, tetapi, pihak dikatakan sebagai pegangan
kendaran mansuia yang beruoa jasmani hidup. Kata yang sama itu di sisi lain
ini terlalu kecil. Kacamata yang juga dipakai untuk maksud kehendak,
digunakan malah mengecilkan hal yang angan-angan, dan ingatan. Berbeda
besar dan membesarkan hal yang kecil. dengan akal dalam penegrtian pertama,
Itulah dilema manusia! Dan Jenar akal dalam arti kedua ini dipandang Siti
hendak menata kembali tatanan di bumi Jenar kebenarannya tak dapat
Jawa-Nusantara ini. Tetapi, salah dipercaya. Jenar bahkan menganggap
musim, kata Achmad Chadjim.37 bahwa akal selalu berubah dan dapat
Gagasan Jenar yang mencakup mendorong manusia melakukan
bidang: ketuhanan, kemanusiaan dan perbuatan jahat.40
kejiwaan serta alam semesta itu, Jenar percaya bahwa kebenaran
bersumber dari konsep bahwa manusia yang diperoleh dari pancaindera, akal
adalah jelmaan zat Tuhan. Hubungan dan intuisi seperti pengetahuan
jiwa (dari Tuhan) dan raga berakhir mengenai wahyu yang bersifat intuitif.
sesudah manusia menemui ajal atau Kemampuan intuitif ini adanya
kematian di dunia. Sesudah itu, manusia bersamaan dengan adanya atau
bisa manunggal dengan Tuhan dengan timbulnya kesadaran dalam diri
Tuhan dalam keabadian. Pada saat itu seseorang. Karena itu, proses timbulnya
semua bentuk badan wadak atau pengetahuan itu datang bersamaan atau
ketubuhan jasmani ditinggal karena berbarengan dengan proses timbulnya
barang baru (hawdits) yang dikenai kesadaran subjek terhadap objek. Inilah
kerusakan dan semacam barang sebabnya mengapa Jenar memandang
pinjaman yang harus dikembalikan bahwa pengetahuan mengenai
pada yang punya, yaitu Tuhan sendiri.38 kebenaran ketuhanan akan diperoleh
seseorang bersamaan dengan
e. Fungsi Akal menurut Jenar penyadaran diri orang tersebut.41
Fungsi akal dalam ajaran Jenar
banyak dikaitkan dengan intuisi. f. Kehidupan menurut Jenar
Pandangannya ini kelak amat Tidak mudah menangkap
berpengaruh besar terhadap fungsi konsepsi Jenar mengenai hidup dan
aturan formal syariah, khususnya bagaimana menjalani kehidupan itu
tentang lima rukun Islam.39 sendiri. Hal itu juga berkaitan dengan
kebenaran intuitif sebagai dasar seluruh
37
perilaku manusia yang hanya diperoleh
Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar: Makna
jika manusia mencapai kesadaran diri.
Kamatian, cet. II, Jakarta, Serambi, 2002,
hlm. 102.
38 40
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm. Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm.
75-76. 80
39 41
Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm. Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar, hlm.
76. 81.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 333
itu. Lanjut Mulkhan, model ini bisa tapi tidak di Demak, melainkan di
menjernihkan perdebatan di sekitar kediamannya sendiri di Kranggaraksan,
pemberlakuan syariat dalam sejarah kuta Caruban. Sedangkan Jenar yang
nasional yang selalu muncul dan saat bernama San Ali Anshar dibunuh di
ini begitu gencar dirupakan dalam Pamantingan. Jadi pembunuhan tidak
bentuk-bentuk peraturan daerah dilakukan di masjid, sebab kata Raden
(perda).58 Ditegaskan Mulkhan, bahwa Sahid, masjid adalah tempat manusia
tanpa pendekatan makrifat itu akan beribadah menyembah Allah. Masjid
menimbulkan perdebatan internal maknanya tempat bersujud. Lantaran
pemeluk Islam yang lebih serius, itu, sangat jahil jika masjid digunakan
apalagi bila sudah memperoleh untuk mengadili dan membunuh
kekuatan hukum.59 manusia. Bahkan, lebih jahil lagi kalau
Mengenai keterangan tentang sampai terjadi bangkai anjing dikubur
penyimpangan-penyimpamgan ajaran di mihrab masjid. Dan kasus ini bukan
Jenar, sebenarnya perlu dikaji secara karena mereka berdua melakukan
kebih kritis. Bahwa, jika keterangan kesesatan, tapi dibunuh oleh Raden
dalam sejumlah sumber yang Sahed sebagai belapati (qishshash)
mengisahkan tentang itu, kita cross- atasnya untuk membalaskan utang
reference-kan dengan buku yang ditulis darah yang dilakukannya terhadap
Agus sunyoto, bahwa berbagai keluarga kakek isteri Raden Sahid,
penyimpangan terhadap syariat Islam khususnya Syekh Abdul Qahhar al-
bukanlah dilakukan oleh Jenar (yang Baghdadi, paman isteri Raden Sahid
asli), namun dilakukan oleh dua orang yang dibunuh oleh orang-orang
yang mengaku dirinya sebagai Syekh suruhannya. Menurut Raden Sahid
Siti Jenar, yaitu, pertama yang bernama kesalahan terbesar San Ali Anshar
asli Hasan Ali (yang mengaku sebagai adalah dia sengaja telah menggunakan
Syekh Lemah Abang), dan yang nama orang lain, yaitu Syekh Siti Jenar,
satunya San Ali Anshar (yang nama masyhur Syekh Datuk Abdul
menggunakan sebutan Syekh Siti Jalil, dengan tujuan membuat fitnah dan
Jenar). Syekh Lemah Abang inilah yang kerusakan. Dan ia sengaja membuat
ditangkap dan diadili di Demak dengan berbagai peyimpangan terhadap ajaran
tuduhan menyebarkan ajaran sesat dan Islam, mengajarkan ilmu sihir,
dijatuhi hukuman mati. Untuk membuat fitnah, menghujat para
membuktikan kesesatannya, jenasah sahabat Nabi Saw. sebagai kafi,
Syekh Lemah Abang telah berubah menajadikan perempuan sebagai barang
menjadi seekor anjing hitam kudisan. yang bisa dimiliki bersama, merusak
Benar Hasan Ali itulah yang dibunuh, tatanan kehidupan manusia. Sedangkan
kesalahan terbesar Hasan Ali adalah
memerintahkan pengikut-pengikutnya
58
Abdul Munir Mulkhan, Makrifat Burung untuk membunuh Pangeran
Surga dan Ilmu Kasampurnan Syekh Siti Jenar:
Konflik Elite dan Lahirnya Mas Karebet, cet.
Bratakelana, putera saudara Raden
IV, Jogjakarta, Kreasi Wacana, 2004, hlm. 59. Sahid, Syarif Hidayatullah.
59
Ibid.
Saidun Derani : Syeikh Siti Jenar 337
isinya sepenuhnya menjadi hak raja. tetap pada kepercayaan lama. Toh Islam
Kawula tidak memiliki hak, selain hak juga penuh dengan mitologi eskatologis
menggunakan. Selain itu, ajaran (hari akhirat yang tidak/sulit dapat
tasawufnya yang membuat semangat dibuktikan, atau dengan kata lain
rakyat berkobar menetang penindasan ditunjukkan keadaannya langsung di
dan kejahatan, serta semakin dunia, karena hari akhirat adalah
menyadarikan posisinya sebagai persoalan alam gaib). Dalam hal ini
khalifatullh di bumi. Jenar memberikan makna baru tentang
Paparan di muka menegaskan, akhirat dan surga-neraka sebagai
bahwa Jenar menampilkan versi Islam kenyataan yang riil sejak manusia ada
yang sejiwa dengan kebudayaan dan di dunia.
peradaban masyarakat yang Kedua, Jenar menegaskan bahwa
berkembang. Oleh karena itu beberapa alam akhirat dengan surga dan
aspek ajaran Islam, yang di Timur nerakanya hanyalah makhluk
Tengah menjadi bahasan pokok sebagaimana manusia. Sedangkan
keagamaan, oleh Jenar kurang dijadikan tempat kembali manusia yang
materi pokok bagi ajarnanya, misalnya sesungguhnya adalah Allah, dari mana
tentang kebangkitan, surga dan neraka. sebenarnya ia berasal (inn lilllhi wa
Ini bukan berarti bahwa Jenar menolak inn ilaihi rji`n; Allah iku sangkan
kenyataan adanya surga dan neraka, paraning dhumadi). Manusia yang
serta keberadaan hari akhirat. sudah manunggal (sampurna, al-insn
Ada beberapa (setidaknya 3) al-kmil) akan langsung kembali
alasan pokok mengapa Jenar tidak kepada Allah, tidak melewati alam
menjadikan keimanan kepada hari lintasan yang disebut akhirat.
akhirat sebagai bagian pokok Singkatnya, sebab alam akhirat (sejak
72
ajarannya. Pertama, kepercayaan dari alam barzakh sampai neraka dan
adanya surga dan neraka sebagai surga) sebenarnya hanyalah alam
puncak keimanan hari akhir, bukanlah lintasan, untuk menyempurnakan roh
hal baru bagi agama Islam, sebab semua bagi manusia yang saat mengalami
agama dan kepercayaan kuno juga kematian masih belum mencapai
mengajarkannya. Demikian pula kesampurnan.
masyarakat Indonesia saat itu, sudah Ketiga, alam akhirat bukanlah
tidak asing lagi dengan berbagai sejenis pengetahuan yang hanya
mitologi tentang surga dan neraka. diimani begitu saja. Alam akhirat yang
Sebab itu kekurangyakinan masyarakat sejati adalah alam kemanunggalan,
Jawa pada saat itu terhadap Islam bukan surga dan neraka. Demikian juga
formal, karena mereka mendapatkan teologi tentang kiamat bagi Jenar
bahwa nasib dan keadaan mereka akan bukanlah persoalan penting, sebab
sama saja, baik dunia maupun akhirat, kiamat sudah terjadi sejak manusia lahir
apakah dengan memeluk Islam atau di dunia ini, yang disebut oleh Jenar
sebagai alam kematian. Maka di dunia
72
Tentang hal ini lihat dalam Muhammad ini pula manusia harus mampu bangkit
Sholikhin, Op. Cit., hlm. 303-305. sebagai pribadi, dengan menemukan
342 Al-Tur Vol. XX, No. 2, Juli 2014