DISUSUN OLEH :
FAIZAL ADRIANSYAH (202121500047)
DINI AYU DISTIRA 202121500449
INAYATULLAH (202121500525)
HAURA FATHIYYA ASHARI (202121500024)
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
B.Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan Perencanaan Bahasa
2. apa yang dimaksud dengan Bahasa dan Budaya
3. apa yang dimaksud dengan Pembakuan Bahasa Indonesia
4. apa yang dimaksud dengan Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
C.Tujuan
5. Untuk Mengetahui apa itu Perencanaan Bahasa
6. Untuk Mengetahui apa itu Bahasa dan Budaya
7. Untuk Mengetahui apa itu Pembakuan Bahasa Indonesia
8. Untuk Mengetahui apa itu Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
PEMBAHASAN BAB II
1. PERENCANAAN BAHASA
Perencanaan bahasa adalah segala usaha yang digunakan untuk
melestarikan sebuah bahasa baik dengan cara menambahkan kosakata, ejaan,
dan pembuatan kamus. Di Indonesia, perencanaan bahasa dimulai pada 28
Oktober 1928 dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda. Pada butir ketiga
disebutkan “bahasa persatoean Bahasa Indonesia”. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia di jadikan bahasa negara. Dengan adanya bahasa Indonesia sangat
memudahkan komunikasi antar suku dengan bahasa yang berbeda. Bahasa
negara perlu dibedakan dengan bahasa resmi. Jika bahasa negara adalah bahasa
Indonesia yang digunakan pada situasi apapun, maka bahasa resmi digunakan
pada konteks formal yang menggunakan ragam baku.
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi
pembelajaran yang sangat penting disekolah. Perencanaan pembelajaran adalah
proses penyusunan materi pelajaran dan semua perangkat penilaian dalam
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai suatu
tujuan. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat
menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan
berbahasa serta tingkat pengalaman tersebut. Agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai, guru yang harus mempersiapkan diri dari segi administrasi, membuat
perencanaan pengajaran, membuka persiapan mengajar, membuat program
pembelajaran, membuat media pembelajaran, memilih materi pelajaran untuk
menentukan metode pembelajaran,
Istilah “perencanaan bahasa” (language planning) semula digunakan oleh E.
Haugen (1959) di dalam artikelnya ketika ia melakukan perencanaan bahasa terhadap
bahasa Norwegia. Di dalam usaha tersebut, Haugen telah mendefinisikan “perencanaan
bahasa” sebagai segala usaha yang dilakukan oleh lembaga tertentu untuk melestarikan
atau menumbuh kembangkan bahasa dan melibatkan usaha pembinaan, pengaturan, dan
pembakuan atas bahasa sasaran. Istilah “perencanaan bahasa” juga digunakan oleh J.
Rubin dan B.H. Jernudd (1971) untuk mengacu kepada usaha suatu lembaga yang
bertujuan untuk melaksanakan perubahan sandi-sandi bahasa atau pertuturan bahasa,
atau kedua-duanya. J.A. Fishman (1968) juga menggunakan istilah “perencanaan
bahasa” dan “pembangunan bahasa” untuk mengacu kepada langkah-langkah yang
direncanakan dalam rangka mencari penyelesaian atas masalah-masalah kebahasaan
yang (pada umumnya) dilaksnakan pada tingkat nasional.
2.2.Pengertian Budaya
Tylor mengatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan bidang
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,seni,moral, hukum, adat dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat (via Sibarani, 1992: 94)
Kebudayaan adalah cara mengetahui yang harus dimiliki seseorang
untuk menjalani tugas-tugas kehidupan sehari-hari dan kebudayaan mencakup
pengetahuan tentang musik, sastra, dan seni (Wardhaugh, 1986: 211).
Kebudayaan diperoleh melalui proses belajar. Bayi yang baru lahir
belum bisa secara langsung mewarisi kebudayaan. Bayi tersebut akan
memperoleh kebudayaan melalui pewarisan budaya. Meskipun demikian
pewarisan budaya tidak terjadi seperti halnya pewarisan benda pusaka.
Pewarisan budaya ditempuh melalui proses belajar seseorang dari lingkungan
sekitar. Kebudayaan merupakan proses adaptasi manusia terhadap kehidupan.
Selain itu, kebudayaan merupakan pola adaptasi manusia terhadap lingkungan
sehingga ketika lingkungan berubah, berubah pula kebudayaannya. Dalam bab
ini, Anda akan mempelajari dinamika dan pewarisan budaya dalam rangka
integrasi nasional. Namun, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai unusr-unsur
budaya universal.
Unsur-Unsur Budaya Universal Kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat tidak diwariskan secara biologis, tetapi diperoleh melalui proses
belajar. Kebudayaan tersebut didapat, didukung, dan diteruskan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan pernyataan dan
perwujudan dari kehendak perasaan dan pikiran manusia.
Dari pengertian di atas Budaya adalah keseluruhan bidang yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan,seni,moral, hukum, adat dan kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh melalui proses
belajar serta merupakan proses adaptasi manusia terhadap kehidupan. Dan
kebudayaan merupakan pola adaptasi manusia terhadap lingkungan
3. PEMBAKUAN BAHASA
3.1.Pengertian Pembakuan Bahasa
Pembakuan bahasa Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1979.
Pembakuan bahasa Indonesia tersebut dimaksudkan agar tercapai pemakaian
bahasa yang cermat, tepat, dan efisien bagi masyarakat Indonesia. Langkah yang
dilakukan pemerintah adalah menetapkan kaidah berupa aturan yang tepat di
bidang ejaan, kosakata, tata bahasa, dan peristilahan.
Bahasa baku atau bahasa standar sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia
berbeda dengan ragam-ragam lain (ragam santai, ragam akrab, dll) yang tidak
menggunakan kaidah bahasa Indonesia dengan baik. Oleh karena itu, untuk
menghindari kesalahan dalam pemakaian bahasa perlu ditetapkan kaidah (aturan)
standar sebagai pegangan bagi pemakai bahasa. Ragam baku adalah ragam yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya,
sebagai bahasa resmi dan kerangkan rujukan norma bahasa dalam
penggunaannya. Jadi, ragam baku adalah ragam yang dijadikan tolok ukur
sebagai ragam yang baik dan benar. Adapun langkah yang ditempuh dalam
usaha pembakuan bahasa Indonesia ialah dengan kodifikasi, elaborasi, dan
implementasi.
- Kodifikasi dalam KBBI (2008:578) bermakna pencatatan norma yang telah
dihasilkan oleh pembakuan dalam bentuk buku tata bahasa, seperti pedoman
lafal, pedoman ejaan, pedoman pembentukan istilah, atau kamus. Ada beberapa
langkah dalam kodifikasi. Pertama adalah inventarisasi bahan, kemudian dipilih
tiap bidang untuk dihimpun menjadi satu kesatuan.
- Kedua ialah elaborasi, yakni penyebarluasan hasil kodifikasi yang dapat
dilakukan dengan cara menerapkan hasil kodifikasi ke dalam berbagai bidang,
misalnya bidang pendidikan, kedokteran, pemerintahan, sosial, budaya, ekonomi,
hukum, iptek, dll. –
- Langkah terakhir adalah implementasi (pelaksanaan). Jika langkah ini telah
sesuai dengan aturan, tujuan pembakuan bahasa telah tercapai. Hal ini
bergantung kepada pemakai bahasa dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
penggunaan bahasa baku secara baik dan benar sesuai dengan kaidah tata bahasa
Indonesia.
Muliono (1975: 103) berpendapat bahwa ragam baku harus memiliki tiga buah
ciri, yaitu (1) Kemantapan yang dinamis, (2) Kecendekiaan, dan (3)
Kerasionalan.
- Ciri kemantapan yang dinamis, berarti ragam bahasa itu memiliki kaidah
yang tetap tetapi luwes/dinamis. Keluwesan tersebut memungkinkan bahasa
baku menerima sistem perubahan dan perkembangan, baik kaidah garamatikal,
kosakata, peristilahan maupun berbagai ragam gaya di bidang sintaksis dan
semantik. Bentuk-bentuk kata mempengaruhi, mempesona, memperhatikan,
membom, mensahkan, dan mencat,pada masa Ejaan Van Ophuijsen dan ejaan
Soewardi masih berterima. Tetapi, sejak Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan hingga Ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku pada saat sekarang,
bentuk-bentuk yang berterima adalah memengaruhi, memesona, memerhatikan,
mengebom, mengesahkan, dan mengecat. Dengan demikan, prinsip keluwesan
telah kita terima sebagai manifestasi sifat bahasa yang dinamis.
- Ciri kecendikiaan yakni perwujudan dalam kalimat, paragrap, dan satuan
bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang
teratur, logis, dan masuk akal.
- Ciri kerasionalan, berarti ragam bahasa itu isinya dapat diterima secara logika
kritis. Contoh, “Uang iuran terpaksa dinaikkan karena sudah lama tidak naik.”
Kalimat itu tidak rasional. kalimat yang rasional adalah “Uang iuran terpaksa
dinaikkan karena sudah tidak sesuai lagi.”
Ada empat fungsi ragam baku, yakni fungsi pemersatu, fungsi pemberi kekhasan,
fungsi pembawa wibawa, dan fungsi sebagai kerangka acuan (Moeliono,
1985:110).
- Fungsi pemersatu, ragam baku mempersatukan masyarakat tutur menjadi satu
masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur (orang seorang)
dengan seluruh masyarakat itu.
- Fungsi pemberi kekhasan,memberikan cirri khas dan sebagai pembeda
dengan ragam bahasa lainnya.
- Fungsi pembawa wibawa, ragam baku membawa serta wibawa atau prestise.
- Fungsi sebagai kerangka acuan, berfungsi sebagai kerangka acuan bagi
pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah (yang dikodifikasi) yang
jelas. juga menjadi kerangka acuan bagi fungsi estetika bahasa yang tidak saja
terbatas pada bidang sastra, tetapi juga mencakup segala jenis pemakaian bahasa
yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas.
Menurut Gravin dan Mathiot (dalam Chaer, 1995: 252—254), bahasa baku
memiliki fungsi yang bersifat sosial politik, yaitu:
- Fungsi pemersatu (the unifying function) adalah fungsi bahasa baku yang
dapat menghilangkan perbedaan dan menciptakan kesatuan dalam masyarakat
tutur, khususnya memperkecil perbedaan dialek dan menyatukan masyarakat
tutur yang berbeda dialeknya.
- Fungsi pemisah (separatist function) dimaksudkan sebagai fungsi yang
membedakan antara bahasa baku dengan bahasa yang lain.
- Fungsi harga diri (prestige function) adalah fungsi bahasa baku yang dapat
membuat penggunanya (pemakai bahasa baku) merasa memiliki harga diri yang
tinggi daripada mereka yang tidak memakai bahasa baku, karena bahasa baku
tidak dipelajari dari lingkungan hidup sehari-hari.
- Fungsi kerangka acuan (frame of reference function) mengandung pengertian
bahwa bahasa baku akan menjadi tolok ukur atau patokan untuk norma
pemakaian bahasa yang baik dan benar secara umum.
REFRENSI
Muslisch, M. & Oka, I.G.N. 2010. Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmad Mujib. HUBUNGAN BAHASA DAN KEBUDAYAAN. 1st ed. Vol. 8.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2009.
Setyawati, Rukni. “Proses Pembakuan Bahasa Indonesia.”
Balaibahasajateng.Kemdikbud.go.id, 14 Februari 2014,
https://balaibahasajateng.kemdikbud.go.id/2014/02/proses-pembakuan-bahasa-
indonesia/
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 18
Tahun 2021 tentang Pembakuan dan Kodifikasi Kaidah Bahasa Indonesia,
birohukum.kemdikbud.go.id, https://birohukum.kemdikbud.go.id/peraturan-
menteri-pendidikan-kebudayaan-riset-dan-teknologi-nomor-18-tahun-2021-
tentang-pembakuan-dan-kodifikasi-kaidah-bahasa-indonesia/
Nugroho, A. (2015). PEMAHAMAN KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA . Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB2015, 288-289.
Sri Mulyani, M. ,. (2021-2022). PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
BAHASA INDONESIA.