Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PEMBINAAN DAN

PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA


“Pembinaan Bahasa”

DOSEN : ADE SITI HARYANTI.S.S.M.Pd

DISUSUN OLEH :
FAIZAL ADRIANSYAH (202121500047)
DINI AYU DISTIRA 202121500449
INAYATULLAH (202121500525)
HAURA FATHIYYA ASHARI (202121500024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN


SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur Kami Panjatkan Kepada ALLAH.SWT , yang


telah memberikan rahmat dan Hidayah-Nya Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia yang berjudul Pembinaan Bahasa.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin . namun sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan .harapan kami semoga bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya .
Tak lupa ucapan terima kasih kami kepada ibu dosen Ade Siti
Haryanti.S.S.M.Pd selaku dosen mata pelajaran Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Indonesia , atas segala bimbingan , dorongan dan ilmu yang telah
diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya insyaallah sesuai dengan yang kami harapkan . terima kasih juga
kepada rekan-rekan dan semua pihak terkait dalam penyusunan makalah ini .
Pada dasarnya makalah kami menjelaskan tentang Perencanaan Bahasa ,
apa pengertian bahasa dan budaya , apa yang dimaksud dengan Pembakuan
bahasa Indonesia , Dan apa yang di maksud dengan Kedudukan dan Fungsi
Bahasa Indonesia .
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan kita pemahaman tentang
materi pengembangan bahasa . amin

Bogor, 21 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................... iii
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................1
1.PERENCANAAN BAHASA..................................................................................................................... 1
2.BAHASA DAN BUDAYA .......................................................................................................................3
3.PEMBAKUAN BAHASA..........................................................................................................................4
4.KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA...............................................................................................5
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Didalam etika dan tata cara Berbahasa maka harus ada sebuah perencanaan
tentang bagaimana cara berbahasa yang baik dan benar , oleh sebab itu kita
harus mencari tau dan juga pelajari tentang materi tersebut agar kita mampu
memahaminya . dengan membaca dan belajar tentang materi apa yang ingin kita
pelajari . Seperti mencari tau mengenai Perencanaan Bahasa , apa pengertian
bahasa dan budaya , apa yang dimaksud dengan Pembakuan bahasa Indonesia ,
Dan apa yang di maksud dengan Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia .
kami telah meringkas materi tersebut dari awal hingga akhir .Kami akan
membahas mengenai pembinaan bahasa .

B.Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan Perencanaan Bahasa
2. apa yang dimaksud dengan Bahasa dan Budaya
3. apa yang dimaksud dengan Pembakuan Bahasa Indonesia
4. apa yang dimaksud dengan Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

C.Tujuan
5. Untuk Mengetahui apa itu Perencanaan Bahasa
6. Untuk Mengetahui apa itu Bahasa dan Budaya
7. Untuk Mengetahui apa itu Pembakuan Bahasa Indonesia
8. Untuk Mengetahui apa itu Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
PEMBAHASAN BAB II
1. PERENCANAAN BAHASA
Perencanaan bahasa adalah segala usaha yang digunakan untuk
melestarikan sebuah bahasa baik dengan cara menambahkan kosakata, ejaan,
dan pembuatan kamus. Di Indonesia, perencanaan bahasa dimulai pada 28
Oktober 1928 dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda. Pada butir ketiga
disebutkan “bahasa persatoean Bahasa Indonesia”. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia di jadikan bahasa negara. Dengan adanya bahasa Indonesia sangat
memudahkan komunikasi antar suku dengan bahasa yang berbeda. Bahasa
negara perlu dibedakan dengan bahasa resmi. Jika bahasa negara adalah bahasa
Indonesia yang digunakan pada situasi apapun, maka bahasa resmi digunakan
pada konteks formal yang menggunakan ragam baku.
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi
pembelajaran yang sangat penting disekolah. Perencanaan pembelajaran adalah
proses penyusunan materi pelajaran dan semua perangkat penilaian dalam
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai suatu
tujuan. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat
menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan
berbahasa serta tingkat pengalaman tersebut. Agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai, guru yang harus mempersiapkan diri dari segi administrasi, membuat
perencanaan pengajaran, membuka persiapan mengajar, membuat program
pembelajaran, membuat media pembelajaran, memilih materi pelajaran untuk
menentukan metode pembelajaran,
Istilah “perencanaan bahasa” (language planning) semula digunakan oleh E.
Haugen (1959) di dalam artikelnya ketika ia melakukan perencanaan bahasa terhadap
bahasa Norwegia. Di dalam usaha tersebut, Haugen telah mendefinisikan “perencanaan
bahasa” sebagai segala usaha yang dilakukan oleh lembaga tertentu untuk melestarikan
atau menumbuh kembangkan bahasa dan melibatkan usaha pembinaan, pengaturan, dan
pembakuan atas bahasa sasaran. Istilah “perencanaan bahasa” juga digunakan oleh J.
Rubin dan B.H. Jernudd (1971) untuk mengacu kepada usaha suatu lembaga yang
bertujuan untuk melaksanakan perubahan sandi-sandi bahasa atau pertuturan bahasa,
atau kedua-duanya. J.A. Fishman (1968) juga menggunakan istilah “perencanaan
bahasa” dan “pembangunan bahasa” untuk mengacu kepada langkah-langkah yang
direncanakan dalam rangka mencari penyelesaian atas masalah-masalah kebahasaan
yang (pada umumnya) dilaksnakan pada tingkat nasional.

2 . BAHASA DAN BUDAYA


2.1. Pengertian Bahasa
Bahasa Bahasa menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah suatu sistem
tanda bunyi yang secara sukarela dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk
bekerja sama, berkomunikasi, dan meng- identifikasikan diri. Adapun menurut ilmu
antropologi, bahasa merupakan sistem perlambangan manusia, baik lisan maupun
yang tertulis untuk berkomunikasi satu sama lain. Dalam etnografi, bahasa merupakan
ciri-ciri terpenting yang diucapkan oleh setiap suku bangsa disertai variasi-variasi dari
bahasa yang bersangkutan.
Menurut Abdul Chaer , Bahasa lazim didefinisikan sebagai sebagai
sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan manusia sebagai
alat komunikasi atau alat interaksi sosial (Chaer, 2010, hlm. 14).
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan
oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi
dan mengidentifikasikan diri Harimukti Kridalaksana (1997).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan
sistem lambang bunyi yang digunakan untuk Berkomunikasi , bekerja sama dan
untuk mengidentifikasikan diri , Serta merupakan ciri-ciri terpenting yang
diucapkan oleh setiap suku bangsa disertai variasi-variasi dari bahasa yang
bersangkutan.
Bahasa yang berkembang di dunia terdapat bermacam-macam, walaupun
terdapat kemiripan dan persamaan kata dalam tiap jenis bahasa tersebut. Di
dunia ini terdapat lebih dari 1000 bahasa yang berkembang dan digunakan oleh
umat manusia. Sejumlah manusia yang memiliki ciri-ciri ras yang sama, belum
tentu memiliki bahasa yang sama.

2.2.Pengertian Budaya
Tylor mengatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan bidang
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,seni,moral, hukum, adat dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat (via Sibarani, 1992: 94)
Kebudayaan adalah cara mengetahui yang harus dimiliki seseorang
untuk menjalani tugas-tugas kehidupan sehari-hari dan kebudayaan mencakup
pengetahuan tentang musik, sastra, dan seni (Wardhaugh, 1986: 211).
Kebudayaan diperoleh melalui proses belajar. Bayi yang baru lahir
belum bisa secara langsung mewarisi kebudayaan. Bayi tersebut akan
memperoleh kebudayaan melalui pewarisan budaya. Meskipun demikian
pewarisan budaya tidak terjadi seperti halnya pewarisan benda pusaka.
Pewarisan budaya ditempuh melalui proses belajar seseorang dari lingkungan
sekitar. Kebudayaan merupakan proses adaptasi manusia terhadap kehidupan.
Selain itu, kebudayaan merupakan pola adaptasi manusia terhadap lingkungan
sehingga ketika lingkungan berubah, berubah pula kebudayaannya. Dalam bab
ini, Anda akan mempelajari dinamika dan pewarisan budaya dalam rangka
integrasi nasional. Namun, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai unusr-unsur
budaya universal.
Unsur-Unsur Budaya Universal Kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat tidak diwariskan secara biologis, tetapi diperoleh melalui proses
belajar. Kebudayaan tersebut didapat, didukung, dan diteruskan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan pernyataan dan
perwujudan dari kehendak perasaan dan pikiran manusia.
Dari pengertian di atas Budaya adalah keseluruhan bidang yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan,seni,moral, hukum, adat dan kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh melalui proses
belajar serta merupakan proses adaptasi manusia terhadap kehidupan. Dan
kebudayaan merupakan pola adaptasi manusia terhadap lingkungan

2.3.Hubungan Budaya dan Bahasa


Bahwa kebahasaan dan kebudayaan merupakan dua fenomena yang
berbedatetapi hubungannya sangat erat. Kedua, adanya hipotesis yang sangat
kontroversial, yaitu hipotesis dari dua pakar linguistik ternama,
Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Hipotesis ini terkenal
dengan nama hipotesis Sapir-Whorf, yang lazim disebut relativitas
bahasa. Edward Sapir (1884--1939) Sapir mengatakan adanya hubungan yang
erat antara bahasa dengan kebudayaan serta menekankan Bahwa bahasa dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain, sehingga
seseorang tidak dapat memahami yang satu tanpa mengetahui yang lain.
Beberapa hal yang dapat diklasifikasikan pada pola hubungan
Subordinatif ini antara lain:
1. Hubungan bahasa dengan kebudayaan yang berkaitan dengan perubahan
bahasa yang diakibatkan perubahan budaya.
2. Tunduknya tindak komunikasi pada norma-norma kebudayaan.Tata cara
berbahasa harus sesuai dengan norma-norma yang hidup dalam masyarakat,
tempat hidup dan dipergunakannya bahasa tersebut. Tindak laku berbahasa
atau disebut juga etika berbahasa, memiliki kaitan erat dengan pemilihan
kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam satu
masyarakat.
3. Hubungan langsung yang menyatakan bahwa bahasa adalah hasil kebudayaan
(Levi-Strauss,1963 via Sibarani, 1992: 104). Bahasa yang diucapkan atau
dipergunakan oleh suatu kelompok masyarakat adalah suatu refleksi atau
cerminan keseluruhan kebudayaan masyarakat tersebut.

3. PEMBAKUAN BAHASA
3.1.Pengertian Pembakuan Bahasa
Pembakuan bahasa Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1979.
Pembakuan bahasa Indonesia tersebut dimaksudkan agar tercapai pemakaian
bahasa yang cermat, tepat, dan efisien bagi masyarakat Indonesia. Langkah yang
dilakukan pemerintah adalah menetapkan kaidah berupa aturan yang tepat di
bidang ejaan, kosakata, tata bahasa, dan peristilahan.
Bahasa baku atau bahasa standar sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia
berbeda dengan ragam-ragam lain (ragam santai, ragam akrab, dll) yang tidak
menggunakan kaidah bahasa Indonesia dengan baik. Oleh karena itu, untuk
menghindari kesalahan dalam pemakaian bahasa perlu ditetapkan kaidah (aturan)
standar sebagai pegangan bagi pemakai bahasa. Ragam baku adalah ragam yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya,
sebagai bahasa resmi dan kerangkan rujukan norma bahasa dalam
penggunaannya. Jadi, ragam baku adalah ragam yang dijadikan tolok ukur
sebagai ragam yang baik dan benar. Adapun langkah yang ditempuh dalam
usaha pembakuan bahasa Indonesia ialah dengan kodifikasi, elaborasi, dan
implementasi.
- Kodifikasi dalam KBBI (2008:578) bermakna pencatatan norma yang telah
dihasilkan oleh pembakuan dalam bentuk buku tata bahasa, seperti pedoman
lafal, pedoman ejaan, pedoman pembentukan istilah, atau kamus. Ada beberapa
langkah dalam kodifikasi. Pertama adalah inventarisasi bahan, kemudian dipilih
tiap bidang untuk dihimpun menjadi satu kesatuan.
- Kedua ialah elaborasi, yakni penyebarluasan hasil kodifikasi yang dapat
dilakukan dengan cara menerapkan hasil kodifikasi ke dalam berbagai bidang,
misalnya bidang pendidikan, kedokteran, pemerintahan, sosial, budaya, ekonomi,
hukum, iptek, dll. –
- Langkah terakhir adalah implementasi (pelaksanaan). Jika langkah ini telah
sesuai dengan aturan, tujuan pembakuan bahasa telah tercapai. Hal ini
bergantung kepada pemakai bahasa dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
penggunaan bahasa baku secara baik dan benar sesuai dengan kaidah tata bahasa
Indonesia.
Muliono (1975: 103) berpendapat bahwa ragam baku harus memiliki tiga buah
ciri, yaitu (1) Kemantapan yang dinamis, (2) Kecendekiaan, dan (3)
Kerasionalan.
- Ciri kemantapan yang dinamis, berarti ragam bahasa itu memiliki kaidah
yang tetap tetapi luwes/dinamis. Keluwesan tersebut memungkinkan bahasa
baku menerima sistem perubahan dan perkembangan, baik kaidah garamatikal,
kosakata, peristilahan maupun berbagai ragam gaya di bidang sintaksis dan
semantik. Bentuk-bentuk kata mempengaruhi, mempesona, memperhatikan,
membom, mensahkan, dan mencat,pada masa Ejaan Van Ophuijsen dan ejaan
Soewardi masih berterima. Tetapi, sejak Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan hingga Ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku pada saat sekarang,
bentuk-bentuk yang berterima adalah memengaruhi, memesona, memerhatikan,
mengebom, mengesahkan, dan mengecat. Dengan demikan, prinsip keluwesan
telah kita terima sebagai manifestasi sifat bahasa yang dinamis.
- Ciri kecendikiaan yakni perwujudan dalam kalimat, paragrap, dan satuan
bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang
teratur, logis, dan masuk akal.
- Ciri kerasionalan, berarti ragam bahasa itu isinya dapat diterima secara logika
kritis. Contoh, “Uang iuran terpaksa dinaikkan karena sudah lama tidak naik.”
Kalimat itu tidak rasional. kalimat yang rasional adalah “Uang iuran terpaksa
dinaikkan karena sudah tidak sesuai lagi.”
Ada empat fungsi ragam baku, yakni fungsi pemersatu, fungsi pemberi kekhasan,
fungsi pembawa wibawa, dan fungsi sebagai kerangka acuan (Moeliono,
1985:110).
- Fungsi pemersatu, ragam baku mempersatukan masyarakat tutur menjadi satu
masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur (orang seorang)
dengan seluruh masyarakat itu.
- Fungsi pemberi kekhasan,memberikan cirri khas dan sebagai pembeda
dengan ragam bahasa lainnya.
- Fungsi pembawa wibawa, ragam baku membawa serta wibawa atau prestise.
- Fungsi sebagai kerangka acuan, berfungsi sebagai kerangka acuan bagi
pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah (yang dikodifikasi) yang
jelas. juga menjadi kerangka acuan bagi fungsi estetika bahasa yang tidak saja
terbatas pada bidang sastra, tetapi juga mencakup segala jenis pemakaian bahasa
yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas.
Menurut Gravin dan Mathiot (dalam Chaer, 1995: 252—254), bahasa baku
memiliki fungsi yang bersifat sosial politik, yaitu:
- Fungsi pemersatu (the unifying function) adalah fungsi bahasa baku yang
dapat menghilangkan perbedaan dan menciptakan kesatuan dalam masyarakat
tutur, khususnya memperkecil perbedaan dialek dan menyatukan masyarakat
tutur yang berbeda dialeknya.
- Fungsi pemisah (separatist function) dimaksudkan sebagai fungsi yang
membedakan antara bahasa baku dengan bahasa yang lain.
- Fungsi harga diri (prestige function) adalah fungsi bahasa baku yang dapat
membuat penggunanya (pemakai bahasa baku) merasa memiliki harga diri yang
tinggi daripada mereka yang tidak memakai bahasa baku, karena bahasa baku
tidak dipelajari dari lingkungan hidup sehari-hari.
- Fungsi kerangka acuan (frame of reference function) mengandung pengertian
bahwa bahasa baku akan menjadi tolok ukur atau patokan untuk norma
pemakaian bahasa yang baik dan benar secara umum.

4.KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA


4.1.Kedudukan Bahasa Indonesia
Kedudukan Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia mempunyai dua
kedudukan yaitu sebagai bahasanasional dan bahasa negara. Di dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, seperti tercantum di dalam butir ke-3
ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.” Di dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, seperti tercantum di dalam (Bab XV,
Pasal 36) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Bahasa negara ialah
bahasa Indonesia.”
Menurut (Arifin,dkk. 2008:12) Bahasa Indonesia juga berkedudukan
sebagai bahasa negara, hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945
tercantum pasal khusus (Bab XV, pasal 36).
Jadi dapat disimpulkan jika kedudukan bahasa Indonesia adalah bahasa
nasional dan bahasa negara. Hal ini yang selama ini tidak diketahui oleh semua
kaum muda dan pelajar, dimana bahasa Indonesia begitu fital di Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini. Bahasa Indonesia menjadi jantung dari bangsa
Indonesia yang sudah menjadi keharusan sebagai generasi penerus untuk
menjaga dan mengembangkanya.
Dalam kedudukanya bahasa Indonesia harus benar-benar dipahami oleh
semua kalangan terutama kaum muda dan pelajar, agar jiwa patriotisme dan
nasionalisme mereka terus terjaga, hal ini berkenaan dengan keadaan saat ini
yang semangkin hari semangkin krisis akan jiwa nasionalisme tersebut. Kaum
muda dan pelajar lebih bangga akan bahasa asing, seperti bahasa Inggris,
Mandarin, Arab dan lainya, yang menyampingkan bahasa nasional dan negara
kita, hal ini karena bahasa Indonesia adalah bahasa Ibu yang mudah untuk
dipahami dan tidak memerlukan belajar khusus. Dalam kenyataanya masih
banyak kaum muda dan pelajar yang tidak tahu bahsa Indonesia yang baik dan
benar, mulai dari tingkatan pendidikan dasar sampai dengan tingkatan perguruan
tinggi, hal ini sesuai dengan kenyataan yang pernah diteliti oleh salah satu
mahasiswa yang pernah penulis bimbing.

Dari hasil penelitian tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia


dalam kegiatan belajar mengajar terlihat jika sebagian besar pelajar tidak
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, mereka lebih sering
menggunakan bahasa daerah dengan campuran bahasa asing yang sudah jelas
merusak tatanan 289 Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB2015
kebahasaan yang telah dibakukan di Indonesia. Selain itu pendidik dalam hal ini
Guru dalam kegiatan belajar mengajar juga masih banyak yang tidak
menggunakan bahasa Indonesia secara efektif, hal ini juga berpengaruh terhadap
pola pikir pelajar, sehingga mereka tidak terbiasa untuk menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, dimana tujuan akhir akan mengarah pada tidak
terjaganya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dengan baik di mata kaum
muda dan pelajar. Fungsi Bahasa Indonesia Dasar Jiwa Nasionalisme.

Menurut buku Arifin (2008:12) kedudukan bahasa Indonesia sebagai


bahasa nasional memiliki fungsi, diantaranya:
a. Lambang Kebanggaan Kebangsaan Di dalam fungsinya sebagai
Lambang Kebangaan Kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai
sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Atas dasar kebangaan ini,
bahasa Indonesia harus terus dijaga, pelihara dan kembangkan serta rasa
kebanggan pemakainya senantiasa kita bina.
b. Lambang Indentitas Nasional Bahasa Indonesia fungsinya sebagai
Indentitas Nasional, yang mengarah pada penghargaan terhadap bahasa
Indonesia selain bendera dan lambang negara. Di dalam fungsinya bahasa
Indonesia tentulah harus memiliki indentitasnya sendiri, sehingga serasi dengan
lambang kebangsaan yang lain. Bahasa Indonesia memiliki indentitasnya hanya
apabila masyarakat pemakainya terutama kaum muda dan pelajar membina dan
mengembangkanya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa
lain.

4.2.1Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional


Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai :
a. lambang identitas nasional;
b. lambang kebanggaan nasional;
c. Alat pemersatu suku-suku yang berbeda latar berlakang sosial budaya;
dan
d. Alat perhubungan antarwarga, antarbudaya, dan antardaerah.
4.2.2.Fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai
a. bahasa resmi kenegaraan;
b. bahasa pengantar di lembaga pendidikan;
c. bahasa resmi di dalam perhubungan tingkat nasional;
4.2.3.Bahasa resmi untuk pengembangan kebudayaan nasional;
a. sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern;
b. bahasa media massa;dan
c. pendukung sastra Indonesia;
d. pemerkaya bahasa dan sastra daerah.
4.2.4.Di dalam fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
Indonesia dipakai dalam :
1. pidato resmi kenegaraan;
2. administrasi kenegaraan;
3. peraturan perundang-undangan;
4. piagam kerja sama;
5. nama lembaga dan merk dagang;
6. dokumen kenegaraan;
7. pelayanan kepada masyarakat; dan
8. rapat, sidang, konferensi, dan sebagainya.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN

Perencanaan bahasa adalah segala usaha yang digunakan untuk melestarikan


sebuah bahasa baik dengan cara menambahkan kosakata, ejaan, dan pembuatan
kamus.
bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang digunakan untuk Berkomunikasi ,
bekerja sama dan untuk mengidentifikasikan diri , Serta merupakan ciri-ciri
terpenting yang diucapkan oleh setiap suku bangsa disertai variasi-variasi dari
bahasa yang bersangkutan.
Budaya adalah keseluruhan bidang yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan,seni,moral, hukum, adat dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh melalui proses belajar serta merupakan
proses adaptasi manusia terhadap kehidupan. Dan kebudayaan merupakan pola
adaptasi manusia terhadap lingkungan
Pembakuan bahasa Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1979. Pembakuan
bahasa Indonesia tersebut dimaksudkan agar tercapai pemakaian bahasa yang
cermat, tepat, dan efisien bagi masyarakat Indonesia. Langkah yang dilakukan
pemerintah adalah menetapkan kaidah berupa aturan yang tepat di bidang ejaan,
kosakata, tata bahasa, dan peristilahan.
kedudukan bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara. Hal ini
yang selama ini tidak diketahui oleh semua kaum muda dan pelajar, dimana
bahasa Indonesia begitu fital di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Bahasa
Indonesia menjadi jantung dari bangsa Indonesia yang sudah menjadi keharusan
sebagai generasi penerus untuk menjaga dan mengembangkanya.

REFRENSI
Muslisch, M. & Oka, I.G.N. 2010. Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmad Mujib. HUBUNGAN BAHASA DAN KEBUDAYAAN. 1st ed. Vol. 8.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2009.
Setyawati, Rukni. “Proses Pembakuan Bahasa Indonesia.”
Balaibahasajateng.Kemdikbud.go.id, 14 Februari 2014,
https://balaibahasajateng.kemdikbud.go.id/2014/02/proses-pembakuan-bahasa-
indonesia/
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 18
Tahun 2021 tentang Pembakuan dan Kodifikasi Kaidah Bahasa Indonesia,
birohukum.kemdikbud.go.id, https://birohukum.kemdikbud.go.id/peraturan-
menteri-pendidikan-kebudayaan-riset-dan-teknologi-nomor-18-tahun-2021-
tentang-pembakuan-dan-kodifikasi-kaidah-bahasa-indonesia/
Nugroho, A. (2015). PEMAHAMAN KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA
INDONESIA . Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB2015, 288-289.
Sri Mulyani, M. ,. (2021-2022). PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
BAHASA INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai