13 NOVEMBER 2017
(BU NIKEN SUBEKTI)
PUTUSAN PENGADILAN
PUTUSAN
● Bagaimana prosedur putusan diambil oleh hakim dalam hal hakimnya
majelis? Dalam pemeriksaan perkara pidana, pemeriksaan bisa dilakukan
oleh hakim tunggal atau bisa juga hakimnya majelis (3 atau 5). Kalau
tunggal tidak akan ada persoalan karena putusan dikembalikan pada
hakim tadi. Majelis hakim Memang ada ketuanya tetapi putusan kan tidak
dari ketua, ketua juga akan mempertimbangkan pendapat dari
anggotanya
● Ada 3 cara atau prosedur pengambilan putusan dalam hal hakim majelis:
1. Musyawarah,
2. pengambilan/ pemungutan suara/ voting
3. pendapat dari hakim yang menguntungkan terdakwa itu yang
digunakan dalam menentukan suatu putusan perkara pidana
● Penjelasan Pasal 184 KUHAP:
Pasal 184
“Dalam acara pemeriksaan cepat, keyakinan hakim cukup didukung
satu alat bukti yang sah.”
● PUTUSAN:
Dalam KUHAP ada 3 kemungkinan putusan:
1. Putusan Bebas (vrijspraak)
▪ Pasal 191 ayat (1) KUHAP
NB:
kalau kesalahan dari terdakwa tidak terbukti maka akan
diputus bebas. Bu Niken menulis “perbuatan” bukan
“kesalahan”, menurut bu Niken sebenranya yang dibuktikan
adalah perbuatan, sedangkan kesalahan berkaitan dengan
pertanggungjawaban pidana.
Kalau misalnya orang ini lalai minum obat artinya orang ini
tidak patuh dengan perintah dokter atau tidak bisa menjadi
suatu alasan bahwa orang yang sedang dalam tahap
pengobatan (meskipun dalam pengawasan dokter)
kemudian melakukan suatu tindak pidana apapun nanti
hakim harus menjatuhkan pidana lepas.
3. Putusan Pemidanaan
● Bahwa seseorang yang melakukan tindak pidana dinyatakan
bersalah namun hakim tidak menjatuhkan putusan pidana.
Karena tidak menjatuhkan pidana berarti dimaafkan oleh
hakim. Tetapi kemudian masuk putusan mana?
● Pasal 193 ayat (1) KUHAP
(1) Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa
bersalah melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya, maka pengadilan
menjatuhkan pidana;
RKUHP:
Untuk perkara:
1. Ringannya perbuatan, keadaan pribadi pelaku, keadaan pada waktu
perbuatan dilakukan, keadaan yang tejadi kemudian
2. Ada pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan maka yang
diutamakan adalah keadilan, kemanfaatan
3. Kerusakan atau kerugian telah diperbaiki
HAK-HAK TERDAKWA
Hakim setelah membacakan putusan akan menyampaikan hak-hak yang
dapat digunakan oleh terdakwa.
1. Hak Menerima Putusan
● Kalau misalnya terdakwa menyatakan menerima
putusan, apakah itu berarti putusan tadi bisa langsung
dieksekusi?
Jawab: Harus diingat sebuah putusan bisa dieksekusi kalau
sudah inkracht. Dikatakan inkracht kalau putusan sudah
diterima oleh terdakwa maupun penuntut umum. Tidak ada
perlawanan dari 2 pihak. Kalau misal terdakwa menerima,
tetapi jaksa banding maka ini dikatakan belum inkracht dan
belum bisa dieksekusi.
● Kapan putusan inkracht? Apakah ketika putusan sudah
sampai di MA, artinya semua upaya hukum sudah dilalui?
Tidak. Misalnya dalam tahap I, Pengadilan Negeri
menjatuhkan putusan, terdakwa dan jaksa menerima putusan
walaupun baru tingkat pertama maka itu sudah disebut
dengan inkracht. Tidak memandang ada tahap-tahap apa saja
selama sudah diterima oleh terdakwa dan penuntut umum
menerima maka disebut inkracht.
UPAYA HUKUM
Upaya Hukum Biasa:
1. Banding
2. Kasasi
Kenapa putusan-putusan ini tidak dapat banding? Karena putusan bebas dan
putusan lepas sebenarnya perkaranya kan sudah selesai, sudah ada kepastian
hukumnya kalau dilakukan pemeriksaan ulang kan jadi tidak ada ketentraman,
kenyamanan, dan kepastian hukum. Kemudian kenapa putusan bebas boleh
diajukan kasasi? Kadang pembentuk undang-undang tidak konsisten, di satu sisi
ingin memberikan kepastian hukum terutama bagi terpidana/ pelaku tetapi di
sisi lain kadangkala ketentuan dalam UU itu dilanggar oleh negara dalam hal ini
jaksa.
PROSES BANDING
Banding Yang memeriksa adalah Pengadilan Tinggi, namun permohonan tidak
langsung diajukan ke Pengadilan Tinggi, semuanya diajukan terlebih dahulu ke
Pengadilan Negeri yang pertama kali memutus perkara yang terkait.
KASASI
o Diajukan terhadap putusan pengadilan tingkat terakhir, yang bukan
putusan MA
o Diajukan oleh terdakwa, jaksa, PU
o Jangka waktu 14 hari
o Pemohon membuat memori kasasi (alasan kasasi)
ALASAN KASASI
♦ Pemohon kasasi diharuskan membuat memori kasasi, memori kasasi=
alasan kasasi. Ada 3 macam alasan yang dapat diajukan oleh pemohon
1. Apakah suatu peraturan hukum tidak diterapkan sebagaimana
mestinya
o Pemohon menganggap bahwa peraturan hukum yang diterapkan
tidak sesuai dengan ketentuan hukum sebagaimana mestinya.
o Dalam keadaan seperti ini nanti MA yang akan melakukan
pemeriksaan sendiri terhadap permohonan kasasi ini. karena
kesalahan penerapan hukum, MA yang akan memeriksa sendiri
perkara tadi
o Hanya alasan yang ini saja yang akan diperiksa sendiri oleh MA.
PENINJAUAN KEMBALI
● Dalam proses pengajuan PK, putusan yang dikeluarkan oleh MA tidak
boleh lebih dari putusan sebelumnya.
● Dalam praktek, tidak banyak Jaksa Agung mengajukan PK, prakteknya
malah yang banyak mengajukan adalah yang tidak diizinkan oleh
undang-undang yakni Jaksa.
Dalam KUHAP ada beberapa syarat terpidana atau ahli waris dapat mengajukan
PK:
Syarat materiil/ alasan:
a. Karena ada novum
o Novum bukti baru (baru diketahui). Bukti yang diketahui setelah
putusan itu dijatuhi oleh hakim dan inkracht.
o Kalau novum ada (diketahui) sebelum perkara dijatuhkan putusan
maka kemungkinan putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim bisa
putusan bebas, putusan lepas, atau putusan pemidanaan yang
lebih ringan.
b. Dasar alasan putusan-putusan bertentangan satu dengan yang lain
o Suatu perkara pidana kadangkala diperiksa secara perdata
maupun pidana.
o Contoh: di Jogja, korupsi di sebuah bank, secara perdata orang itu
dinyatakan bebas tetapi sebaliknya di pidana ia dijatuhi hukuman.
Jawab:
Dilihat dari alasan yang terakhir tadi jelas tidak mungkin digunakan oleh
terpidana, yang terakhir ini digunakan sebagai terobosan oleh Jaksa
Agung ( UU No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan
Kehakiman) pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengajukan PK,
kata-kata ‘pihak-pihak yang berkepentingan’ ditafsirkan oleh jaksa bahwa
ia termasuk sebagai pihak yang berkepentingan. Itulah yang dijadikan
dasar oleh Jaksa untuk mengajukan PK.
Dalam UU 14/1970 (UU lama) ada suatu dasar yang masih digunakan
pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengajukan PK. Pihak-pihak
yang berkepentingan ditafsirkan oleh jaksa bahwa dirinya masuk dalam
kriteria pihak yang berkepntingan
Syarat formil:
1. Diajukan terhadap putusan (pemidanaan) kecuali putusan bebas, lepas
2. Putusan sudah inkracht
3. Diajukan oleh terpidana, ahli waris
o Ahli waris: anggota keluarga ketika pelaku meninggal dunia
o Tidak bisa jika terpidana maish hidup tapi melarikan diri kemudian
keluarganya mengajukan PK
o Dalam hal terpidana masih hidupm siapapun yang memohon harus
dihadapkan ke pengadilan
o PK kan yang memeriksa MA namun tidak langsung ke MA, pertama ke
PN yang memutus pertama kali. PN akan menunjuk hakim (yang tidak
memeriksa sebelumnya supaya pemeriksaan menjadi adil). Hakim tadi
akan memanggil terpidana pemohon atau ahli waris jika ia sudah
meninggal dan jaksa, mereka dimintai tanda tangan berkas yang akan
diajukan ke MA. Maka terpidana yang melarikan diri tidak dapat
membubuhkan tandatangan, kuasa dimungkinkan tapi terpidana tetap
harus hadir.
o Dilihat dari putusan yang berbeda tersebut, MA tidak konsisten dalam
memutus PK tergantung siapa yang menjabat.
PENGAJUAN PK OLEH PU
1. Sengkon-Karta (putusan Kasai, penjara 7 (sengkon) , 12 tahun (Karta))
dengan Perma No. 1 Tahun 1980 untuk kepentingan terpidana, Jaksa
Agung PK ke MA putusan bebas (1981)
2. Muhtar Pakpahan (aktivis perburuhan) tahun 1995 (putusan kasasi,
bebas) Jaksa Agung PK (putusan pidana)
3. Polycarpus (putusan kasasi: 14 tahun penjara) jaksa Agung PK
putusan penjara 20 tahun (2007)
faktor-faktornya:
1) perbuatan pidana,
2) pertanggungjawaban pidana,
3) sanksi pidana.
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
● Baru di KUHAP lebih detail tentang bantuan hukum untuk kasus
pidana(1981)
● Pada awalnya memang bantuan hukum diberikan kepada orang yang
bermasalah dengan hukum untuk kasus-kasus tertentu. Kasus-kasus
tertentu (zaman dulu disebut kasus structural adalah kasus dimana
warga negara berhadapan dengan pemerintah (penguasa)). Bantuan
hukum seperti ini khusus untuk orang yang berhadapan dengan
pemerintah apalagi ketika mereka sampai dijadikan tersangka. Misal:
kasus perampasan tanah rakyat oleh pemerintah, banyak masyarakat
yang tidak tahu harus bagaimana dan kemana maka beberapa
tokoh-tokoh membentuk yang namanya bantuan hukum khusus
membantu masyarakat yang berhadapan dengan pemerintah apalagi
sampai jadi tersangka. Misal ada perempuan yang memiliki tanah
kemudian dia memperjuangkan tanahnya yang ia miliki itu karena
pemerintah menjualnya kepada swasta. Perempuan ini tidak mau
menyerahkan tanahnya sehingga dilaporkan ke polisi, setelah itu
perempuan ini dijadikan tersangka. Perempuan ini sudah perjuangkan
tanahnya kemudian dijadikan tersangka.
● Pada tahun 1970’an belum ada pengaaturan lebih lanjut, yang
memberikan bantuan hukum hanya organisasi masyarakat sipil dan juga
ada pada tahun 1981 baru adanya KUHAP barulah ada pos-pos bantuan
hukum yang ada di setiap pengadilan. pos-pos bantuan hukum merekrut
pengacara-pengacara praktek (dulu sebelum advokat harus menjadi
pengacara praktek selama 5 tahun untuk jadi advokat)
● Pada tahun 1990’an dimulai konsep bantuan hukum tidak hanya
semata-mata terhadap tersangka tetapi juga bantuan hukum terhadap
korban. Ini juga diinisiasi oleh lembaga-lembaga bantuan hukum. Bukan
hanya korban kasus-kasus structural tetapi juga korban-korban kasus
non structural (misal: korban kasus pemerkosaan, kekerasan dalam
rumah tangga, dll).
● Tahun 2000’an sudah mengkonsep pemberi bantuan hukum. Sekarang
bukan LBH tetapi organisasi-organisasi bantuan hukum. Jadi dalam OBH
bisa LBH bisa organisasi-organisasi lain yang memberi bantuan hukum.
▪ Non Litigasi
a. Penyuluhan hukum: 1.224 Kegiatan
b. Penelitian hukum: 130 kegiatan
c. Pemberdayaan masyarakat: 274 kegiatan
d. Konsultasi hukum: 528 kegiatan
e. Mediasi: 208 kegiatan
f. Negosiasi: 82 kegiatan
g. Investigasi kasus: 86 kegiatan
h. Pendampingan diluar pengadilan: 338 kegiatan
i. Drafting dokumen: 292 kegiatan
▪ Jumlah semua:
Litigasi 14.926 kasus/kegiatan
Non litigasi 3. 162 kasus/ kegiatan
LARANGAN
● Tidak hanya masalah hukum, kemanusiaan, dan etika.
● Pemberi bantuan hukum tidak boleh meminta uang kepada pihak
terdakwa atau pihak-pihak lain yang ada hubungannya dengan kasus
yang sedang ditangani. Kalau kemudian ini dilanggar maka akan ada
sanksi pidananya.