Anda di halaman 1dari 38

HUKUM ACARA PIDANA

13 NOVEMBER 2017
(BU NIKEN SUBEKTI)

PUTUSAN PENGADILAN
PUTUSAN
● Bagaimana prosedur putusan diambil oleh hakim dalam hal hakimnya
majelis? Dalam pemeriksaan perkara pidana, pemeriksaan bisa dilakukan
oleh hakim tunggal atau bisa juga hakimnya majelis (3 atau 5). Kalau
tunggal tidak akan ada persoalan karena putusan dikembalikan pada
hakim tadi. Majelis hakim Memang ada ketuanya tetapi putusan kan tidak
dari ketua, ketua juga akan mempertimbangkan pendapat dari
anggotanya

● Pasal 182 ayat (6) KUHAP​: cara pengambilan diutamakan adalah


musyawarah, kalau yang pertama tidak menemukan jalannya maka yang
dapat dilakukan adalah pengambilan suara, kalau tidak juga ditemukan
maka digunakan pendapat dari hakim yang menguntungkan terdakwa.

Pasal 182 ayat (6) KUHAP:


(​6) Pada asasnya putusan dalam musyawarah majelis merupakan hasil
permufakatan bulat kecuali jika hal itu setelah diusahakan dengan
sungguh-sungguh tidak dapat dicapai, maka berlaku ketentuan sebagai
berikut:  
a. putusan diambil dengan suara terbanyak; 

b. jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat diperoleh putusan
yang dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan
bagi terdakwa. 


● dalam hal penjatuhan putusan hakimnya adalah hakim majelis, Hakim


ketua akan meminta pendapat dari hakim anggotanya. Hakim akan
meminta pendapat dari hakim junior terlebih dahulu karena kalau hakim
senior didahulukan ​ada kekhawatiran jika hakim junior akan
mengikuti perkataan atau pendapat dari hakim senior padahal belum
tentu pendapat hakim senior tersebut benar. Yang kedua orang lebih
percaya bahwa yang senior pengalamannya lebih banyak, sehingga orang
lebih percaya kepada yang senior tanpa mempertimbangkan pendapat
yang junior.

● Cara yang paling utama ditempuh adalah musyawarah kemudian jika


tidak tercapai atau masih buntu maka akan digunakan voting, kalau juga
tidak menemui jalan juga maka akan menggunakan pendapat hakim yang
menguntungkan terdakwa.

● Ada 3 cara atau prosedur pengambilan putusan dalam hal hakim majelis:
1. Musyawarah,
2. pengambilan/ pemungutan suara/ voting
3. pendapat dari hakim yang menguntungkan terdakwa itu yang
digunakan dalam menentukan suatu putusan perkara pidana
● Penjelasan Pasal 184 KUHAP:
Pasal 184
“Dalam acara pemeriksaan cepat, keyakinan hakim cukup didukung
satu alat bukti yang sah.”

● PUTUSAN:
Dalam KUHAP ada 3 kemungkinan putusan:
1. Putusan Bebas​ (​vrijspraak)​
▪ Pasal 191 ayat (1) KUHAP

(1) Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil


pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas
perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus
bebas; ​
 

NB:
kalau kesalahan dari terdakwa tidak terbukti maka akan
diputus bebas. Bu Niken menulis “perbuatan” bukan
“kesalahan”, menurut bu Niken sebenranya yang dibuktikan
adalah perbuatan, sedangkan kesalahan berkaitan dengan
pertanggungjawaban pidana.

▪ Perbuatan tidak terbukti​ sebagai tindak pidana karena:


1) Ketentuan Psl. 183 KUHAP tidak terpenuhi
2) Tidak memenuhi azas pembuktian negative
▪ Yang dibuktikan adalah perbuiatannya karena berkaitan
dengan pertanggungjawabannya.
▪ Pasal 183 KUHAP digunakan untuk pengambilan putusan
pemidanaan oleh hakim. Ditujukan kepada hakim dalam
hal hakim mengambil putusan pemidanaan.

▪ Pasal 183 KUHAP:


“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

​ akim akan menjatuhkan satu putusan pidana dengan


(h
mengajukan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
ditentukan oleh Undang-Undang (pasal 184 KUHAP)
dan ditambah dengan keyakinan hakim)
kalau sudah memenuhi 2 alat bukti tetapi tidak
didukung dengan keyakinan hakim maka hakim akan
menjatuhkan putusan bebas.

Ketentuan dua minimum alat bukti tadi apakah


berlaku untuk ketiga jenis pemeriksaan (biasa, singkat,
cepat? Tidak berlaku. Ada pengecualian.
Pengecualiannya untuk perkara yang tidak
menggunakan ketentuan Pasal 183 KUHAP adalah
proses pemeriksaan perkara cepat.

2. Putusan Lepas​ (​onslag van recht vervolging​)


▪ Pasal 191 ayat (2)
“(2) Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan
yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi
perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana,
maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan
hukum ​
”

▪ Perbuatan terbukti namun​:


1) Bukan merupakan perbuatan pidana
2) Adanya alasan penghapus pidana (Ps. 44, 48, 49, 50,
51 KUHP)

▪ Ada satu perbuatan, perbuatan hukum tetapi ternyata


bukan suatu perbuatan pidana maka terhadap pelaku
dijatuhi putusan lepas
▪ Misal: pinjam meminjam uang. A meminjam uang pada B, A
berjanji mengembalikan uang tersebut tanggal 1 oktober,
setelah tanggal 1 Oktober ini A belum memenuhi
kewajiban pengembaliannya, maka A mengundur hingga
tanggal 7 Oktober, ternyata ga bayar juga, minta mundur
lagi tanggal 10, gak dibayar juga. B akhirnya melaporkan A
ke polisi sampai dengan ke pengadilan dengan mengatakan
bahwa A melakukan penipuan. Tetapi hakim menyatakan
bahwa perbuatan A adalah bukan perbuatan pidana (unsur
muslihat tidak ada) tetapi yang dilakukan A adalah
wanprestasi sehingga dibawa ke ranah perkara perdata. A
akhirnya dijatuhi putusan lepas. B belum puas terhadap itu
sehingga, A dapat diperiksa lagi tetapi secara perdata dan
tidak ada ​ne bis in idem​.
▪ Alasan pengahapus pidana: perbuatan terbukti dan
merupakan perbuatan pidana tetapi ada alasan penghapus
pidana yaitu ada alasan pemaaf atau alasan pembenar maka
terhadap pelaku akan dijatuhkan putusan lepas

Misal: pelaku mengidap kleptomanie (penyakit jiwa)​


Pasal 44 KUHAP​ ​ ​ cacat jiwa (psikisnya tidak)

Pasal 48 ​ overmacht, misal A dihipnotis menjadi tidak


sadar kemudian A melakukan perbuatan penganiayaan atau
pencurian. Perbuatan yang dilakukan A adalah dibawah
kesadarannya sehingga nanti A dapat dijatuhi putusan
lepas. Berbeda kondisi dengan seseorang yang membuat
dirinya tidak sadar (sengaja) misal minum-minuman keras
(alcohol) kemudian melakukan suatu tindak pidana, maka
orang seperti ini oleh hakim akan menjatuhkan putusan
pemidanaan. Untuk orang yang diperdaya oleh orang lain
untuk melakukan suatu tindak pidana maka orang seperti
ini akan dijatuhi putusan lepas.

Tidak bisa menjadi suatu alasan orang yang masih di bawah


pengawasan dokter nanti hakim akan menjatuhkan pidana
lepas harus meminta keterangan ahli mengenai kondisi
orang tersebut. Kondisional bisa dijatuhkan putusan lepas
atau putusan pemidanaan

Di semarang, ada orang yang dibawah perawatan dokter


(direhabilitasi) karena jadi pecandu korban narkotika. Ada
satu apotik yang melayani resep dokter, yang mana banyak
pasien yang direhabilitasi. Ada seorang yang dalam masa
rehabilitasi, orang itu harus mengkonsumsi obat tertentu
yang mana ada zat yang terlarang (narkotika). Ketika dalam
masa perawatan tadi, orang ini melakukan tindak pidana
pembunuhan. Terhadap orang tadi yang masih dalam
penyembuhan, ketika melakukan tindak pidana akan tetap
di proses di pengadilan. terhadap pelaku akan dijatuhi
putusan apa? Ada 2 kemungkinan, bisa putusan lepas atau
putusan pemidanaan. Sifatnya kondisional.

Kalau misalnya seorang menderita kelainan jiwa, ada gila


yang tetap atau gila yang menahun (kadang gila kadang
sehat) kalau dalam keadaan gila dia melakukan suatu
tindakan pidana maka akan dijatuhi putusan lepas. Tetapi
sebaliknya jika dalam keadaan sehat dia melakukan suatu
tindak pidana maka orang itu akan dijatuhi putusan
pemidanaan.

Kalau misalnya orang ini lalai minum obat artinya orang ini
tidak patuh dengan perintah dokter atau tidak bisa menjadi
suatu alasan bahwa orang yang sedang dalam tahap
pengobatan (meskipun dalam pengawasan dokter)
kemudian melakukan suatu tindak pidana apapun nanti
hakim harus menjatuhkan pidana lepas.

Pasal 49 KUHP ​ ​pembelaan terpaksa. Seseorang


dikatakan melakukan Pembelaan terpaksa harus ada
syaratnya yaitu ada suatu serangan yang sifatnya
mendadak dan tidak bisa dihindarkan.

Pasal 50 ​KUHP ​ kewajiban yang diperintahkan oleh


undang-undang. Contohnya algojo algojo merupakan
eksekutor yang menghilangkan nyawa orang lain tetapi
karena perintah undang-undang maka akan diputus lepas.

Pasal 51 KUHP ​ perintah jabatan. Misal polisi yang


mengawal tahanan, pas jalan macet, tahanan kabur.
Kemudian polisi memberi tembakan peringatan tetapi tidak
digubris oleh orang itu. Kemudian kaki orang itu ditembak
dan menjadi tidak bisa jalan. Karena perintah jabatan polisi
tadi tidak bisa dijatuhi putusan pemidanaan tetapi hanya
bisa dijatuhi putusan lepas.

Secara logika yang hanya dapat mengajukan upaya hukum


adalah yang dijatuhi putusan pemidanaan.

3. Putusan Pemidanaan
● Bahwa seseorang yang melakukan tindak pidana dinyatakan
bersalah namun hakim tidak menjatuhkan putusan pidana.
Karena tidak menjatuhkan pidana berarti dimaafkan oleh
hakim. Tetapi kemudian masuk putusan mana?
● Pasal 193 ayat (1) KUHAP
(1) Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa
bersalah melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya, maka pengadilan
menjatuhkan pidana;  

● Pasal 193 ayat (1)


❖ Perbuatan terbukti sebagai tindak pidana
❖ Terpenuhinya rumusan pasal 183 KUHAP
❖ Perbuatan terbukti
❖ Pelaku dapat dipertanggungkawabkan

▪ Dalam putusan pemidanaan menggunakan prinsip hadirnya


terdakwa di persidangan.
▪ Hakim baru boleh mengambil putusan dengan prinsip hadirnya
terdakwa di persidangan. Meskipun dalam perkara
pelanggaran lalu lintas kehadiran terdakwa bukan merupakan
suatu keharusan.
▪ Dalam hal suatu perbuatan pidana dilakukan oleh lebih dari
satu orang (2 atau 3), tidak harus semua terdakwa hadir dalam
pembacaan putusan. Misal terdakwa ABC tetapi yang hadir
hanya A saja, putusan akan tetap dibacakan. Putusan terhadap
B dan C dibacakan pada saat yang bersamaan meskipun
terdakwa B dan C tidak hadir. Putusan B dan C bukan berarti
mengikuti putusan A karena mereka tidak hadir,
Masing-masing dijatuhi putusan tersendiri tanpa harus
kesemua terdakwa itu hadir.

▪ Apakah dimungkinkan hakim itu menjatuhi putusan diatas


tuntutan jaksa?
Jawab: Misal hakim menjatuhi putusan 5 tahun sedangkan
tuntutan jaksa hanya 4 tahun, ancaman pidananya maksimal 10
tahun. Putusan hakim yang 5 tahun itu tidak melebihi ancaman
maksimal yaitu 10 tahun. ​Ini dimungkinkan​, dengan syarat
putusan hakim itu tidak boleh melebihi ancaman pidana yang
dilanggar.

▪ Penahanan boleh dilakukan oleh jaksa, hakim, polisi


(penyidik)
▪ Seseorang ditahan pada saat perkara diperiksa, setelah
dilakukan pemeriksaan oleh hakim, kemudian hakim
menjatuhkan putusan pemidanaan (pidana badan) terhadap si
terpidana. Ketika putusan sudah dijatuhkan tetapi kemudian
tidak perlu dijalankan oleh si terpidana, apakah mungkin atau
tidak? ​Hal ini adalah mungkin, kalau masa penahanannya
sama atau lebih dari putusan hakim​. Misal A ditahan selama
3 bulan kemudian dijatuhi putusan pidana oleh hakim selama 3
bulan juga, maka A tidak perlu menjalankan pemidanaan lagi
karena masa penahanan sama dengan putusan pemidanaan
yang dijatuhi oleh Hakim.

PERMAAFAN HAKIM (RANCANGAN KUHP)


Rechterlijk pardon-non imposing of a penalty
(Perbuatan terbukti tetapi hakim tidak menjatuhkan putusan pidana, hanya
memaafkankan)
Dalam UU SPPA (Pasal 70)

RKUHP:
Untuk perkara:
1. Ringannya perbuatan, keadaan pribadi pelaku, keadaan pada waktu
perbuatan dilakukan, keadaan yang tejadi kemudian
2. Ada pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan maka yang
diutamakan adalah keadilan, kemanfaatan
3. Kerusakan atau kerugian telah diperbaiki

● Dalam hal pelaku terbukti melakukan pidana tetapi hakim


tidak menjatuhkan putusan pidana maka akan masuk putusan
yang mana? Tidak masuk dalam salah satu jenis putusan.

● Dalam UU SPPA, sudah bukan merupakan konsep lagi dalam


Pasal 70 . hakim anak dimungkinkan bisa menjatuhkan
putusan berupa permaafan hakim. Tapi sampai sekrang
belum ada yang menjatuhkan putusan permaafaan karena
pertama hakim tidak mengerti dengan bunyi pasal, kedua
belum ada payung hukum yang digunakan oleh hakim untuk
menjatuhkan putusan permaafan ini.

● Praktek permaafan hakim di Belanda. hakim memberi suatu


keputusan berupa permaafan bentuknya bisa hakim
memerintah pelaku untuk meminta maaf kepada korban atau
hakim memerintahkan pelaku untuk mengganti kerusakan
yang telah ditimbulkannya. Dalam UU SPPA ini bukan
merupakan konsep lagi dalam Pasal 70. Hakim anak bisa
menjatuhkan permaafan hakim tetapi belum pernah ada
keputusan permaafan hakim. Tetapi sampai sekarang belum
ada karena pertama hakim tidak paham dengan bunyi pasal
70 ini dan kedua belum ada payung hukum yang bisa
dipergunakan oleh hakim untuk menjatuhkan keputusan
permaafan hakim. Dalam UU SPPA permaafan hakim ini
berbeda dengan diversi.

● Keadaan pada waktu perbuatan dilakukan ​ misal ada


seorang ibu tidak punya uang untuk membeli makanan untuk
anak-anaknya 5 orang sehingga ibu ini mencuri beras. Dalam
hal ini hakim harus melihat keadaan pada waktu perbuatan
dilakukan. Kalau ibu dijatuhi putusan pemidanaan maka siapa
yang merawat anak-anaknya? Karena hal ini maka hakim
boleh memberikan permaafan hakim.

● Kerusakan atau kerugian telah diperbaiki​

● Tujuan ditegakkannya hukum adalah: kepastian, keadilan, dan


kemanfaatan.
HUKUM ACARA PIDANA
15 NOVEMBER 2017
(BU NIKEN SUBEKTI)

● Ada hal berkaitan yang terdapat dalam Rancangan KUHP yaitu


menjadi pedoman bagi hakim sebelum menjatuhkan suatu
putusan
● Ada model yang namanya ​konsep individualisasi pidana​.
Jadi Hakim pada saat akan menjatuhkan putusan
mempertimbangkan kondisi si pelaku.

● Apakah saat ini putusan-putusan yang dikeluarkan oleh


hakim itu tidak mempertimbangkan kondisi pelaku? Ketika
hakim menjatuhkan suatu putusan itu pertimbangannya apa?
Antara lain Hal-hal yang meringkankan dan memberatkan.

Hal yang meringankan misalnya pelaku bersikap sopan,


pelaku masih muda, baru pertama kai melakukan suatu tindak
pidana, tidak kumulatif (tidak semuanya harus terpenuhi).
Tidak semuanya harus terpenuhi.

● Hal yang memberatkan misalnya pelaku berkali-kali


melakukan suatu tindak pidana, bersikap tidak sopan di
pengadilan, memberi keterangan yang berbelit-belit, menjadi
satu alasan bagi hakim untuk menjatuhkan hukuman pidana
yang berat. Yang menjadi acuan hakim tadi sifatnya
merupakan suatu kebiasaan. Hal-hal yang merupakan faktor
meringankan ataupun memberatkan belum tercantum dalam
ketentuan.

● Dalam Rancangan KUHP, kedepan hakim memiliki suatu


payung/ dasar hukum untuk kapan hakim akan memperingan
pelaku? Kapan hakim memperberat hukuman pelaku.

● Apa yang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh hakim


saat ini, kemudian dalam Rancangan KUHP ditambahkan.
Misal pelaku melakukan suatu tindak pidana kemudian
dengan sukarela menyerahkan diri kepada penegak hukum,
kemudian dalam hal korban mengalami suatu kerugian,
pelaku sudah memberi ganti kerugian pada korban. Ini
merupakan contoh hal-hal yang meringankan.
● menjadi faktor yang meringankan bagi korban. seorang
wanita hamil muda kadang mengalami kondisi yang tidak
nyaman, sehingga pembentuk Undang-Undang menjadikan
hal ini sebagai faktor meringankan.

● Hal-hal yang memberatkan, Kalau misal seorang pelaku dalam


melakukan suatu perbuatan menyalahgunakan keahlian.
Misal: ahli meracik obat kemudian menyalahgunakan untuk
membuat jenis narkotika baru.

● Residivis menjadi pemberat pidana. Putusan hakim akan


mempertimbangan kondisi/ keadaan si pelaku termasuk ada
satu bentuk pedoman bagi hakim namanya ​pedoman
pemidanaan bagi hakim​. Hakim akan mempertimbangkan
kenapa seseorang melakukan suatu tindak pidana.
Alasan-alasan yang menjadi penyebab orang melakukan
tindak pidana akan menjadi pertimbangan hakim.

Misal​: seorang laki-laki yang masih muda, sehat, dan kuat


mencuri dengan alasan tidak mempunyai kerjaan. Ini bukan
merupakan faktor yang meringankan, tetapi akan menjadi
faktor yang memberatkan.

● Contoh: ibu yang terpaksa mencuri beras untuk anak-anaknya


yang butuh makan. Ini merupakan faktor yang meringankan​
menjadi pertimbangan hakim

● Individualisasi pidana​, pemidanaan terhadap pelaku dengan


mempertimbangkan kondisi orang yang melakukan tindak
pidana.

HAK-HAK TERDAKWA
Hakim setelah membacakan putusan akan menyampaikan hak-hak yang
dapat digunakan oleh terdakwa.
1. Hak Menerima Putusan
● Kalau misalnya terdakwa menyatakan menerima
putusan, apakah itu berarti putusan tadi bisa langsung
dieksekusi?
Jawab: Harus diingat sebuah putusan bisa dieksekusi kalau
sudah ​inkracht​. Dikatakan inkracht kalau putusan sudah
diterima oleh terdakwa maupun penuntut umum. Tidak ada
perlawanan dari 2 pihak. Kalau misal terdakwa menerima,
tetapi jaksa banding maka ini dikatakan belum inkracht dan
belum bisa dieksekusi.
● Kapan putusan inkracht? Apakah ketika putusan sudah
sampai di MA, artinya semua upaya hukum sudah dilalui?
Tidak. Misalnya dalam tahap I, Pengadilan Negeri
menjatuhkan putusan, terdakwa dan jaksa menerima putusan
walaupun baru tingkat pertama maka itu sudah disebut
dengan inkracht. Tidak memandang ada tahap-tahap apa saja
selama sudah diterima oleh terdakwa dan penuntut umum
menerima maka disebut inkracht.

2. Hak Menolak Putusan


● Artinya Mengajukan perlawanan

3. Hak Mempelajari Putusan (Hak Berpikir)


● Jangka waktu untuk mempelajari putusan (hak berpikir)
adalah 7 hari
● Kalau misalnya jangka waktu 7 hari sudah terlampaui atau
lewat tetapi tidak ada pernyataan apapun dari terdakwa,
maka akan dianggap terdakwa menerima putusan.

UPAYA HUKUM
Upaya Hukum Biasa:
1. Banding
2. Kasasi

Upaya Hukum Luar Biasa:


1. Kasasi demi hukum
2. Peninjauan kembali

PERBEDAAAN UPAYA HUKUM BIASA DAN LUAR BIASA:


Upaya Hukum Biasa:
o Putusannya belum bisa dieksekusi (belum ​inkracht)​ , untuk itu karena
belum ​inkracht maka upaya hukum banding dan kasasi ada jangka
waktunya. Ada batasan waktu karena apabila tidak dibatasi waktunya
maka akan mempersulit proses eksekusi putusan
o Terdakwa​ maupun Penuntut Umum bisa mengajukan banding dan kasasi
o Kenapa diberi jangka waktu? Berkaitan untuk Memberi kepastian
putusan eksekusinya, kalau tidak diberi jangka waktu nanti
mempengaruhi proses eksekusi
o Jangka waktu untuk ​banding ​adalah 7 hari. Kalau misal jangka waktu 7
hari sudah lewat, tidak ada pernyataan apapun atau tidak ada perlawanan
baik dari terdakwa atau jaksa maka putusan itu inkracht dan bisa segera
dieksekusi
o Jangka waktu untuk ​kasasi​ adalah 14 hari

Upaya Hukum Luar biasa:


o Putusan sudah inkracht
o Tidak ada jangka waktu karena putusan sudah dieksekusi, tidak
mempengaruhi eksekusi putusan..
o Kasasi demi hukum​ hanya bisa diajukan oleh ​Jaksa Agung
o Peninjauan kembali bisa diajukan oleh terpidana, dikatakan dilakukan
oleh terpidana bukan terdakwa karena putusan sudah ​inkracht

TUJUAN PEMERIKSAAN BANDING​ (yang memeriksa adalah Pengadilan Tinggi)


● Memperbaiki kekeliruan putusan tingkat I
Kenapa pembentuk UU memberikan satu proses atau ada satu hal yang
bisa dilakukan oleh Pengadilan Tinggi terkait dengan koreksi-koreksi
terhadap putusan dibawahnya? Alasan yang ​pertama, bahwa manusia
bukan merupakan makhluk yang sempurna, ada kalanya melakukan suatu
kesalahan atau bisa melakukan kekeliruan, termasuk kesalahan ketika
memberikan suatu keputusan. Jadi sebenarnya yang dimaksud oleh
pembentuk Undang-Undang yang dikoreksi adalah sebuah kekeliruan,
ketidaktepatan penerapan hukum berkaitan dengan ketidak sengajaan.
Sekarang banyak putusan-putusan yang keliru tetapi di sengaja (ada
mafia hukum), ada intervensi pihak-pihak diluar pengadilan yang
mempengaruhi putusan sehingga tidak tepat oleh karenanya harus
dikoreksi.

● Mencegah Penyalahgunaan Jabatan


Dalam amar putusan ada satu titel paling atas “demi Ketuhanan yang
Maha Esa” artinya sebuah putusan tidak hanya dipertanggungjawabkan
kepada atasan si hakim tetapi juga dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat dan TYME. Di dalam menjalankan tugas atau amanatnya ,
diharapkan hakim berpegang teguh pada sumpah jabatan dan ketika
memberikan suatu putusan harus dengan adil dan jujur.

● Terciptanya Keseragaman Penerapan Hukum


Diharapkan tidak adanya disparitas (perbedaan) yang mencolok dalam
pemberian putusan terhadap perbuatan pidana 2 atau lebih yang sejenis.

Misal​: sama-sama pencurian. A mencuri susu karena anaknya


memerlukan, tidak punya uang. B mencuri beras karena anaknya butuh
makan.jenis perbuatan sama, alasan penyebab pencurian sama. Kalau
misal terhadap perbuatan tadi A diputus pidana percobaan, sedangkan B
dijatuhi hukuman penjara 2 tahun. Ini ada perbedaan yang mencolok
sehingga diharapkan ada koreksi atau dilakukan perbaikan oleh
Pengadilan yang lebih tinggi

PUTUSAN YANG DAPAT BANDING


1. Putusan Pemidanaan (Acara Biasa dan Acara Singkat)
o Putusan yang dapat banding adalah putusan pemidanaan, bukan
putusan bebas ataupun putusan lepas.
o Untuk perkara yang diperiksa dengan acara biasa dan singkat,
putusan pemidanaan itu juga meliputi pidana denda. Sedangkan
perkara yang diperiksa dengan acara cepat, pidana denda tidak
dapat dimintakan banding.
o Yang bisa diajukan banding itu perkara yang diperiksa dengan
acara biasa dan singkat, tidak terbatas hanya pada pidana badan.
Tetapi semua jenis pidana yang diancamkan dalam Pasal 10 KUHP
bisa diajukan banding asalkan, proses pemeriksaannya dengan
acara biasa dan singkat.
o Pidana percobaan (pidana bersyarat) juga termasuk. Seseorang
dijatuhi putusan oleh hakim tetapi kemudian tidak perlu dijalani
asalkan dia patuh dalam kurun waktu tertentu, dalam masa
percobaan tidak melanggar syarat umum maupun syarat khusus,
maka hukuman yang dijatuhkan oleh hakim tidak perlu dijalani.

Misal: dijatuhi pidana penjara 3 bulan dengan masa percobaan 8


bulan. Artinya selama 8 bulan itu dia patuh tidak terhadap syarat
umum dan syarat khusus yang ditetapkan oleh hakim. Kalau ada
pelanggaran dalam kurun waktu selama 8 bulan tadi, maka
hukuman 3 bulan haru dijalani. Meskipun pidana percobaan tadi
maka dimungkinkan bisa dimintakan banding, bisa saja terdakwa
menyatakan bahwa ia tidak melakukan suatu tindak pidana,

2. Putusan Yang Menyatakan Dakwaan Tidak Diterima (Acara Biasa


dan Acara Singkat)
o Dalam tahapan proses pemeriksaan perkara pidana, sebuah pokok
perkara ketika belum diperiksa oleh hakim, terdakwa diberi
kesempatan untuk mengajukan suatu keberatan berkaitan dengan
surat dakwaan.
o Keberatan dari terdakwa ada beberaoa kemungkinan: pertama
terdakwa merasa bahwa salah orang dan meminta pada hakim
untuk tidak menerima surat dakwaan jaksa atau terdakwa
mengajukan suatu keberatan dengan dakwaan tadi karena
terdakwa menganggap bahwa perbuatannya sudah melewati
tenggang daluwarsanya. (tenggang daluwarsa penuntutan​ Pasal
78 KUHP). Kalau hakim menerima keberatan dari terdakwa maka
hakim akan mengeluarkan putusan sela (belum putusan akhir
karena perkara pokok belum diperiksa) terkait dengan keberatan
dari terdakwa, kalau keberatan diterima maka artinya perkaranya
dihentikan, tidak dilanjutkan untuk diperiksa. Maka ketika jaksa
tidak terima maka Jaksa bisa mengajukan banding atas putusan sela
tadi.

3. Putusan Yang Menyatakan Dakwaan Batal Demi Hukum


o Terkait dengan syarat-syarat yang tidak terpenuhi dalam
pembuatan surat dakwaan (syarat formil​ identitas pelaku dan
syarat materiil). Kalau syarat formil tidak terpenuhi maka akan
dapat dibatalkan, sedangkan kalau syarat materiil tidak dipenuhi
maka akan batal demi hukum (secara otomatis batal, tidak perlu
pernyataan/ permohonan dari terdakwa). Dalam praktek, dalam
hal surat dakwaan itu tidak lengkap syarat meteriilnya, hakim akan
menunggu permohonan dari terdakwa. Dalam hal terdakwa
meminta kepada hakim supaya tidak menerima dakwaan karena
syarat materiil tidak lengkap, jenis perbuatan yang dilakukan, dll
harus diuraikan secara detail.

4. Putusan Perampasan Kemerdekaan Dalam Acara Cepat


o Tipiring dan pelanggaran lalu lintas jalan
o Misal: pelanggaran terhadap ketentuan UU lalu lintas bisa
dikenakan pidana badan ataupun denda. Dalam hal pidana badan
bisa diajukan banding.
o Dalam hal putusannya pidana badan maka bisa dimintakan
banding.
o Dalam pelanggaran lalu linta dimungkinkan ​pelaku tidak hadir di
persidangan, hakim tetap akan menjatuhkan putusan (​Verstek​).
Kalau putusan berupa pidana badan misalnya pidana kurungan 3
hari, bisa kemudian dilakukan perlawanan (​verzet)​ , perlawanan
dilakukan masih ke Pengadilan negeri, bukan pengadilan tinggi.
Dengan syarat hanya berupa pidana badan (perampasan
kemerdekaan), kalau pidana denda tidak bisa dilakukan
perlawanan. Kalau misalnya dari putusan verzet itu masih sama
berupa pidana badan, maka boleh diajukan banding. Bukan
kemudian dari putusan verzet langsung banding, tidak begitu.
Tetapi prosesnya verstek diajukan dulu perlawanan (verzet),
kemudian kalau putusan masih sama yaitu pidana badan, baru bisa
diajukan banding.
o Dalam hal pelau hadir, yang bisa diajukan banding hanya putusan
pidana badan (perampasan kemerdekaan), pidana denda tidak
boleh. Ketika pelaku hadir maka boleh langsung diajukan banding
tanpa proses seperti pada dalam hal pelaku tidak hadir.

Putusan praperadilan yang menyatakan tidak sahnya penghentian


penyidikan dan penuntutan (dihapus dengan Putusan Mahkamah
Konstitusi No. 65/ PUU-IX/ 2011
o Dulu sebelum ada putusan MK tahun 2011, untuk putusan
praperadilan yang menyatakan tidak sahnya penghentian
penyidikan atau penuntutan, bisa diajukan banding (Pasal 83 ayat
(2) KUHAP).
o yang bisa mengajukan praperadilan mengenai sah tidaknya
penangkapan penahanan adalah tersangka/ terdakwa. Sekarang
ada penetapan MK yang menyatakan praperadilan mengenai sah
tidaknya penetapan tersangka/ terdakwa.
o KUHAP, Mengenai sah tidaknya penghentian penyidikan dan
penuntutan, bisa diajukan ke praperadilan, yang mengajukan
adalah penyidik atau penuntut umum.
o Kalau mengenai sah tidaknya penangkapan penahanan, apapun
putusan praperadilan kalau misalnya praperadilan menyatakan
menolak permohonan, maka tersangka atau terdakwa tidak bisa
mengajukan banding. Sementara bagi penyidik maupun PU kalau
ada putusan praperadilan mengenai tidak sahnya penghentian
penyidikan dan penuntutan, bisa mengajukan banding. Oleh MK
dipandang Ada sebuah ketidak adilan.
o Berdasarkan pertimbangan adanya ketidak adilan bagi tersangak
atau terdakwa, maka MK menganulir ketentuan Pasal 83 ayat (2)
sehingga dianggap tidak ada. Jadi untuk tidak sahnya penghentian
penyidikan dan penuntutan tidak dapat diajukan banding sama
seperti sah tidaknya penangkapan atau penahanan.
HAPID
20 NOVEMBER 2017
(BU NIKEN)

PUTUSAN YANG TIDAK DAPAT BANDING


● Pasal 67 KUHAP
1. Putusan bebas
▪ Tidak dapat diajukan banding tetapi langsung kasasi.
Diperkuat dengan putusan MK tahun 2012, jadi arahnya
sebelum tahun 2012 itu banyak putusan-putusan bebas yang
sebenarnya tidak bisa diajukan banding dan tidak bisa
diajukan kasasi. KUHAP mengatur bahwa sebenarnya putusan
bebas itu tidak dapat diajukan kasasi, tetapi ternyata jaksa itu
mengajukan kasasi atas putusan bebas. Banyak
putusan-putusan yang menurut jaksa merupakan putusan
bebas tetapi tidak murni, itu kemudian dimintakan kasasi ke
Mahkamah Agung yang sebenarnya dilarang oleh KUHAP.
Dikatakan tidak murni karena menurut penafsiran jaksa
bahwa di dalam proses pemeriksaan perkara dan proses
pengambilan putusan oleh hakim disitu diintervensi oleh
beberapa faktor unsur dari luar pengadilan (faktor kekuatan,
faktor kekuasaan, kekuatan, politik) yang menyebabkan yang
seharusnya perkara tadi tidak dijatuhi putusan bebas tetapi
karena ada intervensi kemudian perkara itu dijatuhi putusan
bebas. Inilah yang dikatakan sebagai tidak murni.

Contoh: di Jogja pernah terjadi putusan tentang pembebasan


tanah perumahan di condong catur. Pada saat pembebasan
tanah ada satu manipulasi yang dilakukan oleh perangkat
desa. Diperiksa oleh PN jogja dan diputus bebas. Jaksa
mengajukan kasasi karena dianggap sebagai putusan bebas
tidak murni. MA menjatuhkan putusan pemidanaan.
Kemudian timbul banyak pengajuan kasasi oleh jaksa terkait
dengan putusan bebas.

Terkait praktek-praktek seperti yang sebenarnya hanya


berdasar pada putusan menteri kehakiman, padahal harusnya
lebih kuat UU dibandingkan dengan keputusan menteri
kehakiman tapi akhirnya keputusan menteri kehakiman
mengalahkan UU, akhirnya dipertegas oleh SEMA yang
memperbolehkan putusan bebas tidak melalui banding
terlebih dahulu tapi langsung dapat diajukan kasasi.

Dalam ketentuan pasal 244 KUHAP yang melarang putusan


bebas diajukan kasasi kemudian diterobos oleh keputusan
Menteri Kehakimakn dan akhirnya ketentuan Pasal 244
KUHAP dianulir kata “kecuali putusan bebas” dihapuskan,
oleh karenanya semua putusan dapat diajukan kasasi.

▪ Putusan bebas tidak murni dapat langsung kasasi


▪ Berdasar Keputusan Menteri Kehakiman No. 14 PW
07.03/1983 & SEMA No. 2653/1983.
Keputusan menteri lebih dipakai dalam hal ini dan
mengalahkan undang-undang.
▪ Diperkuat dengan putusan MK No. 114/ PUU-X/2012.
Membolehkan putusan bebas tidak banding tetapi langsung
diajukan kasasi ke MA.
▪ Pasal 244 KUHAP melarang putusan bebas diajukan kasasi.
Ketentuan ini dianulir kemudian dengan keputusan menteri
kehakiman yang diperkuat oleh putusan MK. Kata ‘kecuali’
dihilangkan, jadi semua putusan bisa diajukan kasasi.
▪ Putusan bebas yang berhak menilai murni atau tidak adalah
Mahkamah Agung.
2. Putusan Lepas
Perbuatan dinyatakan terbukti tetapi perbuatan tersebut bukan
merupakan suatu perbuatan pidana, perbuatan merupakan tindak
pidana tetapi kemudian ada alasan penghapus pidana

3. Putusan acara pemeriksaan cepat, kecuali perampasan


kemerdekaan.
▪ Pidana badan boleh banding, tetapi yang tidak bisa diajukan
banding adalah pidana denda.

Kenapa putusan-putusan ini tidak dapat banding? Karena putusan bebas dan
putusan lepas sebenarnya perkaranya kan sudah selesai, sudah ada kepastian
hukumnya kalau dilakukan pemeriksaan ulang kan jadi tidak ada ketentraman,
kenyamanan, dan kepastian hukum. Kemudian kenapa putusan bebas boleh
diajukan kasasi? Kadang pembentuk undang-undang tidak konsisten, di satu sisi
ingin memberikan kepastian hukum terutama bagi terpidana/ pelaku tetapi di
sisi lain kadangkala ketentuan dalam UU itu dilanggar oleh negara dalam hal ini
jaksa.

PROSES BANDING
Banding Yang memeriksa adalah Pengadilan Tinggi, namun permohonan tidak
langsung diajukan ke Pengadilan Tinggi, semuanya diajukan terlebih dahulu ke
Pengadilan Negeri yang pertama kali memutus perkara yang terkait.

1. Terdakwa/ PU ​ banding ke PN (7hari)​ jangka waktu 14 hari


Pengadilan Negeri kirim berkas ​ ​ PT
o PN ke PT diberi jangka waktu 14 hari, kapan PN mau memeriksa
dan memutus perkara yang banding tadi tidak ada batasan waktu
yang diberikan oleh UU.
o Kalau sudah tidak ada pernyataan sama sekali ketika sudah lewat
waktu maka terdakwa dianggap menerima putusan.

2. Hakim PT sekurang-kurangnya 3 orang


Kenapa harus 3 orang? tidak menutup kemungkinan kalau dalam
pemeriksaan tingkat pertama hakimnya tunggal, maka ketika di tingkat
banding hakimnya harus tetap hakim majelis dan sekurang-kurangnya 3
orang. Hakim 3 orang ini melakukan koreksi terhadap putusan
pengadilan yang berada di bawahnya (mengoptimalkan fungsi koreksi).
Hakim Pengadilan Tinggi dalam mengkoreksi putusan tadi tidak hanya
dari pendapat satu hakim. Kalau yang melakukan pemeriksaan banding
hanya 1 orang hakim maka fungsi koreksi tidak dapat berjalan secara
optimal.

3. Berkas-berkas: Berita acara pemeriksaan penyidik, berita acara


pemeriksaan Pengadilan Negeri, Putusan Pengadilan Negeri.

4. Jika perlu hakim dapat minta keterangan terdakwa, saksi, PU


Namun tidak menutup kemungkinan kalau hakim Pengadilan Tinggi
memerlukan keterangan karena ketidakjelasan terhadap berkas-berkas
yang telah disertakan tadi, jadi bisa meminta keterangan terdakwanya,
jaksanya, saksi-saksinya dipanggil dan dimintai keterangan agar kejelasan
secara material terhadap perkara dapat dimaksimalkan dan
dipertanggungjawabkan.

5. Sebelum Pengadilan Tinggi memutus, permohonan banding dapat dicabut


sewaktu-waktu
o Kalau banding sudah dicabut maka tidak boleh mengajukan lagi
(hak mengajukan banding hanya satu kali). Pencabutan diberi
batasan yaitu sebelum Pengadilan tinggi menjatuhkan putusan.

6. Putusan Pengadilan Tinggi: menguatkan, membatalkan, mengubah


o “Menguatkan” artinya sama, Putusan Pengadilan Tinggi sama
dengan putusan pengadilan negeri
o “Membatalkan” artinya putusan sebelumnya dianggap tidak ada,
kemudian pengadilan tinggi mengeluarkan putusan yang berbeda.
Jika misal sebelumnya adalah putusan pemidanaan kemudian
menjadi putusan bebas atau putusan lepas
o “Mengubah” artinya putusan bisa menjadi lebih ringan atau bisa
menjadi lebih berat.

▪ UU tidak memberikan batasan waktu kapan banding itu akan diputus.

KASASI
o Diajukan terhadap putusan pengadilan tingkat terakhir, yang bukan
putusan MA
o Diajukan oleh terdakwa, jaksa, PU
o Jangka waktu 14 hari
o Pemohon membuat memori kasasi (alasan kasasi)

PUTUSAN YANG TIDAK DAPAT KASASI​ (Psl. 45 a UU MA No. 5 Tahun 2004)


♦ UU MA ini sebenarnya sudah mengalami amandemen pada tahun 2009 tapi
untuk pengaturan mengenai kasasi ada pada UU MA No. 5 Tahun 2004
♦ Tidak semua jenis pidana dapat diajukan kasasi
♦ Sebelum tahun 2004, sebelum ada pembatasan yang putusan yang bisa
diajukan kasasi, MA mengalami kewalahan karena banyak sekali
permohonan kasasi yang diajukan karena tidak dibatasi. Untuk itu MA
memberikan suatu ketentuan, yang hanya untuk putusan-putusan tertentu
yang dapat diajukan kasasi. Di satu sisi MA tidak kewalahan dalam
memeriksa dan di satu sisi juga menguntungkan pemohon karena tidak
banyak berkas yang masuk sehingga putusan yang diberikan akan juga lebih
cepat, menyangkut efektifitas.
1. Pidana denda
2. Pidana penjara, kurungan kurang dari 1 tahun

ALASAN KASASI
♦ Pemohon kasasi diharuskan membuat memori kasasi, memori kasasi=
alasan kasasi. Ada 3 macam alasan yang dapat diajukan oleh pemohon
1. Apakah suatu peraturan hukum tidak diterapkan sebagaimana
mestinya
o Pemohon menganggap bahwa peraturan hukum yang diterapkan
tidak sesuai dengan ketentuan hukum sebagaimana mestinya.
o Dalam keadaan seperti ini nanti ​MA yang akan melakukan
pemeriksaan sendiri terhadap permohonan kasasi ini. karena
kesalahan penerapan hukum, MA yang akan memeriksa sendiri
perkara tadi
o Hanya alasan yang ini saja yang akan diperiksa sendiri oleh MA.

2. Apakah cara mengadili tidak menurut ketentuan hukum


o Pemohon menganggap cara mengadili tidak sesuai dengan hukum
acara.
o Misal: terdakwa tidak diberi kesempatan mengajukan pembelaan,
saksi-saksi yang meringankan tidak diperkenankan untuk dibawa
ke pengadilan (hakim tidak menerima saksi yang meringankan
yang diajukan oleh terdakwa).

o Misal: ada orang asing yang tidak didampingi juru bahasa.

o Dengan alasan seperti ini, MA akan menyerahkan kembali


pemeriksaan tadi ke pengadilan yang sebelumnya memutus
perkara disertai dengan petunjuk atau arahan dari MA.

3. Apakah pengadilan telah melampaui batas kewenangannya


o Kalau suatu perkara diperiksa oleh pengadilan yang tidak
berkompeten/ wenang. MA tidak melakukan pemeriksaan sendiri
tetapi diserahkan kepada pengadilan yang memang berwenang
(terkait kompetensi relatif).
o Misal: perbuatan yang terjadi di wilayah Jogja yang berbatasan di
wilayah sleman. Lokasi perkara di Jogja tetapi diperiksa di Sleman.
PN sleman sebenarnya tidak wenang memeriksa perkara yang
terjadi diluar wilayah hukumnya.

UPAYA HUKUM LUAR BIASA


KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM ​( Psl. 259 KUHAP)
o Terbatas hanya untuk putusan pengadilan tinggi dan pengadilan negeri.
o Putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dari pengadilan
selain MA (putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi).
o Diajukan oleh jaksa Agung
o Hanya dapat 1 kali
o Putusan MA ​tidak boleh merugikan pihak-pihak yang berkaitan/
berkepentingan.
Siapa pihak-pihak berkepentingan? Jawabannya adalah terpidana dan
jaksa.

Putusan PN dan PT dapat berupa putusan lepas dan bebas. Menurut


ketentuan ini boleh diajukan kasasi untuk putusan tersebut karena tidak
ada batasan. Putusan MA tidak boleh merugikan, kemudian diajukan
kasasi demi hukum, semula putusan bebas tetapi kemudian menjadi
putusan pemidanaan, yang rugi adalah terdakwa yang untung adalah
jaksa. Ketentuan terakhir ini multitafsir.

PENINJAUAN KEMBALI
● Dalam proses pengajuan PK, putusan yang dikeluarkan oleh MA tidak
boleh lebih dari putusan sebelumnya.
● Dalam praktek, tidak banyak Jaksa Agung mengajukan PK, prakteknya
malah yang banyak mengajukan adalah yang tidak diizinkan oleh
undang-undang yakni Jaksa.
Dalam KUHAP ada beberapa syarat terpidana atau ahli waris dapat mengajukan
PK:
Syarat materiil/ alasan:
a. Karena ada novum
o Novum​ bukti baru (baru diketahui). Bukti yang diketahui setelah
putusan itu dijatuhi oleh hakim dan inkracht.
o Kalau novum ada (diketahui) sebelum perkara dijatuhkan putusan
maka kemungkinan putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim bisa
putusan bebas, putusan lepas, atau putusan pemidanaan yang
lebih ringan.
b. Dasar alasan putusan-putusan bertentangan satu dengan yang lain
o Suatu perkara pidana kadangkala diperiksa secara perdata
maupun pidana.
o Contoh: di Jogja, korupsi di sebuah bank, secara perdata orang itu
dinyatakan bebas tetapi sebaliknya di pidana ia dijatuhi hukuman.

c. Putusan ada kekhilafan hakim


o Terkait dengan penerapan hukumnya, hakim khilaf sehingga
penerapan hukum tidak tepat.

d. Perbuatan terbukti tetapi tidak diikuti dengan pemidanaan


o Alasan dari jaksa agung untuk melakukan peninjauan kembali.

Apakah semua alasan ini logis digunakan oleh terpidana untuk


mengajukan PK? Apalagi yang terakhir, masa terpidana melakukan
sebuah tindak pidana kemudian tidak dijatuhi pemidanaan malah
mengajukan PK?

Jawab:
Dilihat dari alasan yang terakhir tadi jelas tidak mungkin digunakan oleh
terpidana, yang terakhir ini digunakan sebagai terobosan oleh Jaksa
Agung ( UU No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan
Kehakiman) pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengajukan PK,
kata-kata ‘pihak-pihak yang berkepentingan’ ditafsirkan oleh jaksa bahwa
ia termasuk sebagai pihak yang berkepentingan. Itulah yang dijadikan
dasar oleh Jaksa untuk mengajukan PK.
Dalam UU 14/1970 (UU lama) ada suatu dasar yang masih digunakan
pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengajukan PK. Pihak-pihak
yang berkepentingan ditafsirkan oleh jaksa bahwa dirinya masuk dalam
kriteria pihak yang berkepntingan

Syarat formil:
1. Diajukan terhadap putusan (pemidanaan) kecuali putusan bebas, lepas
2. Putusan sudah inkracht
3. Diajukan oleh terpidana, ahli waris
o Ahli waris: anggota keluarga ketika pelaku meninggal dunia
o Tidak bisa jika terpidana maish hidup tapi melarikan diri kemudian
keluarganya mengajukan PK
o Dalam hal terpidana masih hidupm siapapun yang memohon harus
dihadapkan ke pengadilan
o PK kan yang memeriksa MA namun tidak langsung ke MA, pertama ke
PN yang memutus pertama kali. PN akan menunjuk hakim (yang tidak
memeriksa sebelumnya supaya pemeriksaan menjadi adil). Hakim tadi
akan memanggil terpidana pemohon atau ahli waris jika ia sudah
meninggal dan jaksa, mereka dimintai tanda tangan berkas yang akan
diajukan ke MA. Maka terpidana yang melarikan diri tidak dapat
membubuhkan tandatangan, kuasa dimungkinkan tapi terpidana tetap
harus hadir.
o Dilihat dari putusan yang berbeda tersebut, MA tidak konsisten dalam
memutus PK tergantung siapa yang menjabat.

● Putusan PK ​tidak boleh lebih​ dari pidana sebelumnya


● Putusan MK tanggal 24 Maret 2014 ​ permohonan ​PK dapat lebih dari 1
kali​ ( contoh: permohonan Antasari Azhar)

PENGAJUAN PK OLEH PU
1. Sengkon-Karta (putusan Kasai, penjara 7 (sengkon) , 12 tahun (Karta))
dengan Perma No. 1 Tahun 1980​ untuk kepentingan terpidana, Jaksa
Agung​ ​ PK ke MA ​ ​ putusan bebas (1981)
2. Muhtar Pakpahan (aktivis perburuhan) tahun 1995 (putusan kasasi,
bebas) ​ ​ Jaksa Agung​ ​ PK (putusan pidana)
3. Polycarpus (putusan kasasi: 14 tahun penjara) ​ jaksa Agung​ PK​
putusan penjara 20 tahun (2007)

PUTUSAN MK LARANG JAKSA AGUNG AJUKAN PK


● PK oleh JA atas putusan bebas Joko S. Chandra ​ putusan MA: pidana
penjara 2tahun (tahun 2009)

● Istri Joko ajukan permohonan ke MK (PK oleh JA)​ dikabulkan, keluar


putusan MK No. 33/ PUU-XIV/ 2016

UPAYA HUKUM DILUAR KUHAP


PRINSIP DALAM GRASI
1. hanya 1 kali ( UU 5/ 2010)
tidak menunda eksekusi

PERBEDAAN UU 22/2002 JO. UU 5/ 2010- UU 3/1950


1. Instansi pemberi grasi dibatasi
o UU 3/1950 (sudah tidak berlaku): ada 5 instansi yaitu Pengadilan
Negeri, Kejaksaan Negeri, Mahkamah Agung, Menteri Kehakiman,
Presiden
o UU 22/ 2002 hanya ada 3 isntansi: Pengadilan Negeri, Mahkamah
Agung dan Presiden.
2. Jenis putusan yang dapat dimintakan grasi terbatas
o UU 3/1950​ semua putusan bisa diajukan grasi termasuk pidana
denda
o UU 22/2002​ hanya terbatas untuk pidana penjara (2 tahun atau
lebih), pidana mati, dan pidana penjara seumur hidup. Hanya itu
yang bisa diajukan grasi.

3. Percepatan waktu pemberian grasi


o Dikatakan percepatan karena ada pembatasan pemberian waktu.
o 3/1950 ada 5 lembaga yang memberi grasi justru tidak ada jangka
waktu
o UU 22/2002 ada jangka waktu tiap instansi
o Terpidana diberi jangka waktu 1 tahun setelah putusan inkracht
untuk mengajukan grasi, kalau dalam 1 tahun tidak menggunakan
kesempatan itu maka kesempatan grasi akan hapus.
o PN​ ​ 20 hari bisa ajukan ke MA
o MA​ ​ 3 bulan untuk menyerahkan permohonan ke Presiden
o Presiden​ 3 bulan untuk menyelesaikan permohonan grasi (UU
22/2002) tetapi dalam UU No. 5 Tahun 2010 jangka waktu
dipersingkat jadi Presiden hanya memiliki jangka waktu 30 hari
untuk menyelesaikan permohonan grasi.
4. Dapat diwakili keluarga
5. UU 5/2010: demi kepentingan kemanusiaan, keadilan, menkumham
dapat minta terpidana ajukan grasi
HAPID
22 NOVEMBER 2017
(BU IYIK)

● bantuan hukum menjadi hal yang sangat penting untuk menegakkan


hak-hak berbagai pihak yang dibawa ke pengadilan.

● jika tidak ada control, makaada kemungkinan pihak-pihak yang dibawa ke


pengadilan bisa menjadi korban abuse of power (penyalahgunaan
wewenang). Bantuan hukum salah satu cara untuk meredusir/
mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya hal tersebut.

● Hakim memiliki kewenangan untuk menafsirkan peraturan


perundang-undangan.

● Advokat adalah mereka yang pasti orang yang lulusan sebagai


sarjana hukum​ karena advokat harus mempunyai pengetahuan
hukum. Apakah pengetahuan hukum bisa didapatkan selain di fakultas
hukum? Pada dasarnya setiap warga diasumsikan mengetahui hukum.
Advokat mempunyai tanggung jawab secara etika, untuk menjadikan dia
secara etika profesi memang mengharuskan advokat merupakan lulusan
sarjana hukum. Advokat memiliki pemahaman secara komprehensif
tentang hukum dan peraturan. Tetapi belum tentu orang yang
mengetahui dan paham tentang sistem hukum dan peraturan hanya
orang dari lulusan sarjana hukum saja atau advokat saja, ada orang diluar
orang hukum yang karena pengalamannya membawa dia dapat
mengetahui dan memahami peraturan/ hukum. Karena pengalaman
membuat dia belajar dan memahami hukum dan pengaturannya. Advokat
sekarang sebelum menjadi advokat harus magang terlebih dahulu dan
harus mengikuti ujian.
● Dulu ada namanya Pokrol Bambu sebelum ada KUHAP​ memberikan
bantuan-bantuan hukum kepada masyarakat. sekarang namanya bukan
pokrol lagi tetapi disebut dengan paralegal. Tidak semahal advokat.
Seseorang yang mendapat ijin dari pengadilan setempat untuk
memberikan bantuan-bantuan hukum didaerah-daerah, dikatakan juga
bahwa poklor tidak dengan latar belakang sarjana hukum tetapi mengerti
hukum dan lebih dekat dengan masyarakat.

● Hanya advokat yang memberikan bantuan hukum? Tidak


semata-mata yang memberikan bantuan hukum hanya advokat saja.
Dalam LBH tidak semua adalah advokat (ada yang punya lisence (ijin),
ada yang tidak punya). Selain advokat, yang tidak punya lisensi bisa
memberikan bantuan hukum selama tidak dilitigasi. Tetapi selain advokat
ada penasehat hukum, pemberi bantuan hukum. Yang memberikan
bantuan hukum SALAH SATU-nya adalah advokat, yang lainnya seperti
Paralegal bahkan mahasiswa yang sudah menyelesaikan mata kuliah
hukum acara (kalau bantuan hukum pidana harus menyelesaikan mata
kuliah acara pidana dulu, dsb) juga bisa memberikan bantuan hukum
kepada orang yang membutuhkan. Untuk litigasi (acara) tidak harus
advokat da nada syaratnya. Penasehat hukum tidak selamanya advokat
ada yang namanya pemberi bantuan hukum. Ada penasehat hukum da
nada pemberi bantuan hukum.

● Orang yang jelas-jelas bersalah tidak patut dibela? Tidak setuju,


Setiap orang meskipun ia bersalah tetapi ia memiliki hak-hak yang dapat
untuk diperjuangkan. Orang tersebut juga memiliki hak untuk dibela.
Diterapkan Prinsip praduga tak bersalah (presumption of innocence)
walaupun orang mengaku ia melakukan tindak pidana, dilihat apakah
seseorang itu punya ​criminal liability (pertanggungjawaban pidana),
seberapa berat pidananya. Hakim dalam memutuskan harus ada
pertimbangan yuridis dan pertimbangan non yuridis terhadap pelaku
kejahatan. Bukan membela orang yang salah tetapi memastikan melihat
hak-haknya baik sebagai tersangka, termasuk hak untuk dipertimbangkan
(kasusnya, perbuatannya, dll) jangan sampai haknya diabaikan karena
mengingat setiap orang masih memiliki hak asasi manusia.

faktor-faktornya:
1) perbuatan pidana,
2) pertanggungjawaban pidana,
3) sanksi pidana.

● Bantuan hukum itu hanya untuk kasus-kasus pidana? Bantuan


hukum tidak hanya untuk kasus-kasus pidana saja, kasus lain seperti
perceraian juga bisa mendapat bantuan hukum. Bantuan hukum untuk
ranah kasus perdata juga bisa. Dalam sesi pertemuan dibatasi hanya
dalam lingkup pidana saja.
BANTUAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA
● Bantuan hukum sebenarnya tradisi di sistem peradilan pidana yang
mana?
● Di dunia ini, Sistem peradilan pidana masih dikategorikan dalam 2 bagian
(​adversary system​ dan ​inquisitorial system)​
● Apa bedanya ​adversary system​ dengan ​inquisitorial system?​
● Dalam Commonlaw system peradilan pidananya menggunakan juri,
hakim pasif, yang aktif adalah jaksa dan terdakwa. Terdakwa menjadi
subjek yang penting yang dia berperan dan posisinya sama dengan jaksa
sehingga mereka saling membela diri. Sementara Hakim lebih menjadi
wasit. Jaksa dan terdakwa dapat meng-‘counter’ satu sama lain. Dalam
kondisi seperti ini bantuan hukum menjadi penting, terutama bagi
terdakwa yang ‘tidak bisa meng-counter’ jaksa. Sehingga ia butuh
pendamping hukum yang bisa merepresentasikan kepentingan si
terdakwa. Bantuan hukum menjadi sangat penting karena akan
mengembalikan kondisinya. Sehingga adversary system lebih dekat
dengan common law system.
● Inquisitorial system (dalam ​civil law system​) : hakim lebih active hakim
yang bertanya kepada si terdakwa secara langsung, hakim juga bisa
menanyakan jaksa. Posisi terdakwa sering kali lebih pasif juga. Jadi yang
aktif adalah jaksa dan hakim. Posisi bantuan hukum kepada orang yang
seolah-olah menjadi ‘obyek’ jaksa dan hakim, posisi bantuan hukum
sangat penting untuk mendampingi terdakwa. Hakim yang membantu si
terdakwa untuk kemudian berhadapan dengan Jaksa. Bantuan hukum
tidak terlalu berkembangan dalam konteks sistem inquisitorial sistem
(dulu). Walaupun sekarang mulai dilihat, tetap saja hakim tidak bisa
menjaga kepentingan terdakwa hakim berpikir untuk keadilan dan tidak
ada yang mendampingin. Karena tidak ada yang menjaga kepentingan
terdakwa maka harus ada bantuan hukum dalam sistem ini.
● Indonesia menganut sistem sebagian besar dan cenderung ke ​inquisitorial
system​. Ada beberapa sistem peradilan pidana di Indonesia yang
meletakkan ​advisary system yaitu contohnya dalam peradilan pidana anak
(ada model mediasi yang disebut dengan diversi).
● Dengan ada situasi seperti itu berarti bantuan hukum dibutuhkan
dimana? Bantuan hukum dibutuhkan dalam kedua sistem itu. Sekarang
tidak ada lagi ada pemisahan yang ketat. Dalam sistem apapun legal
advisor sangat penting.

PERATURAN TERKAIT DENGAN BANTUAN HUKUM


● Indonesia memiliki banyak aturan yang terkait dengan bantuan hukum
● PASAL 250 HIR​ memuat kemungkinan-kemungkinan ada kasus-kasus
diluar pidana yang memungkinkan orang-orang mendapat bantuan
hukum (misal kasus yang lain terkait perdata)
● UU 14/1970 dan KUHAP. KUHAP mengatur tentang hukum acara
Indonesia pada umumnya. Tetapi walaupun sudah menjadi induk, 2
undang-undang ini akan kita lihat meskipun beberapa pengaturannya
sudah tidak relevan lagi dengan seiring berjalannya waktu. Jadi harus
tahu apa yang diatur dalam KUHAP terkait bantuan hukum.
● Dengan adanya peraturan baru konsep yang berbeda muncul dari
pengaturan sebelumnya.

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
● Baru di KUHAP lebih detail tentang bantuan hukum untuk kasus
pidana(1981)
● Pada awalnya memang bantuan hukum diberikan kepada orang yang
bermasalah dengan hukum untuk kasus-kasus tertentu. Kasus-kasus
tertentu (zaman dulu disebut ​kasus structural ​ adalah kasus dimana
warga negara berhadapan dengan pemerintah (penguasa)). Bantuan
hukum seperti ini khusus untuk orang yang berhadapan dengan
pemerintah apalagi ketika mereka sampai dijadikan tersangka. Misal:
kasus perampasan tanah rakyat oleh pemerintah, banyak masyarakat
yang tidak tahu harus bagaimana dan kemana maka beberapa
tokoh-tokoh membentuk yang namanya bantuan hukum khusus
membantu masyarakat yang berhadapan dengan pemerintah apalagi
sampai jadi tersangka. Misal ada perempuan yang memiliki tanah
kemudian dia memperjuangkan tanahnya yang ia miliki itu karena
pemerintah menjualnya kepada swasta. Perempuan ini tidak mau
menyerahkan tanahnya sehingga dilaporkan ke polisi, setelah itu
perempuan ini dijadikan tersangka. Perempuan ini sudah perjuangkan
tanahnya kemudian dijadikan tersangka.
● Pada tahun 1970’an belum ada pengaaturan lebih lanjut, yang
memberikan bantuan hukum hanya organisasi masyarakat sipil dan juga
ada pada tahun 1981 baru adanya KUHAP barulah ada pos-pos bantuan
hukum yang ada di setiap pengadilan. pos-pos bantuan hukum merekrut
pengacara-pengacara praktek (dulu sebelum advokat harus menjadi
pengacara praktek selama 5 tahun untuk jadi advokat)
● Pada tahun 1990’an dimulai konsep bantuan hukum tidak hanya
semata-mata terhadap tersangka tetapi juga bantuan hukum terhadap
korban. Ini juga diinisiasi oleh lembaga-lembaga bantuan hukum. Bukan
hanya korban kasus-kasus structural tetapi juga korban-korban kasus
non structural (misal: korban kasus pemerkosaan, kekerasan dalam
rumah tangga, dll).
● Tahun 2000’an sudah mengkonsep pemberi bantuan hukum. Sekarang
bukan LBH tetapi organisasi-organisasi bantuan hukum. Jadi dalam OBH
bisa LBH bisa organisasi-organisasi lain yang memberi bantuan hukum.

HAK-HAK TERSANGKA (KUHAP)


● Hak tersangka/ terdakwa apa saja?
1. Terdakwa/ tersangka berhak untuk didengarkan keterangannya,
2. memiliki hak untuk membela dirinya,
3. memiliki hak untuk beracara secara cepat
4. Tersangka memiliki hak untuk menyatakan diam/ menyampaikan
informasi yang digunakan untuk membela dirinya.
5. Kalau orang ditahan, maka memiliki hak untuk tidak dilakukan
intimidasi. Kemudian ketika sebelum ditahan maka diberikan hak
untuk mengetahui informasi mengenai penahanannya.
6. Tersangka juga memiliki hak untuk memperoleh juru bahasa
(termasuk ketika tersangka bukan merupakan orang Indonesia).
masih banyak orang-orang di Indonesia yang belum fasih
menggunakan bahasa Indonesia mereka lebih menggunakan
bahasa daerahnya mereka sehingga juru bahasa disini
keberadaannya dibutuhkan pada saat persidangan di pengadilan
7. hak bebas dari tekanan.
8. Hak memilih penasehat hukum (pasti)
9. Hak ingkar
● Hak-hak ini adalah sebagai dasar pemberian bantuan hukum bagi
seseorang. Bantuan hukum salah satunya adalah agar hak-haknya
terjamin.
● Mempersiapkan pembelaan yaitu bukan hanya membela diri tetapi
mempersiapkan pembelaan yang akan disampaikan ketika di pengadilan.
Kalau ada pemanggilan orang itu harus dipanggil secara layak dengan ada
jangka waktunya sehingga orang yang dipanggil bisa mempersiapkan
dirinya untuk panggilan itu terkait tentang apa. Sejak awal ketika
dipanggil polisi orang sudah dapat memikirkan untuk mempersiapkan
adanya bantuan hukum (belum berhadapan)
● Memberikan keterangan secara bebas yaitu kondisi tidak dalam tekanan,
paksaan, dan kondisi-kondisi lainnya yang membuat orang itu tidak dapat
secara bebas memberikan keterangan terkait kasusnya.
● Memperoleh bantuan hukum​ ​ memilih bantuan hukumnya sendiri, dsb.
● Memperoleh dokter​ ​ ketika tersangka sakit
● Memperoleh penangguhan penahanan​ mengingat bahwa tidak semua
orang bisa ditahan. Penahanan dapat dilakukan kepada orang yang dapat
menganggu proses pencapaian keadilan, orang yang akan menghilangkan
alat bukti, dll.

UU NO. 31 TAHUN 2014 (PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN)


● LPSK adalah lembaga yang bertugas dan berwenang untuk memberikan
perlindungan dan hak-hak lain kepada saksi dan/ atau korban
sebagaimana diatur dengan undang-undang
HUKUM ACARA PIDANA
24 NOVEMBER 2017
(BU IYIK)

UU NO. 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM


PP NO. 42 TAHUN 2013
● UU 16/2011 ini membahas bantuan hukum yang sangat komprehensif
ketimbang KUHAP, KUHAP sangat khusus hanya mengatur untuk
kasus-kasus tertentu.
● Dalam KUHAP Bantuan hukum adalah hak, KUHAP membedakan bantuan
hukum yang dibayari negara/ disediakan negara dengan bantuan hukum
mandiri.
● Bantuan hukum yang disediakan oleh negara kriterianya:
Dalam kasus yang diancam hukuman mati dan pidana penjara 15 tahun
mampu tidak mampu sepanjang ia tidak punya lawyer negara harus
menyediakan atau bagi yang diancam 5 tahun ke atas dan orang tersebut
tidak mampu.
● Bedanya dalam pengaturan UU No. 16 tahun 2011
Karena UU 16/ 2011 adalah UU yang komprehensif sehingga UU ini
memang meletakkan dasar-dasar dalam konsideran tentang apa
fungsinya:
1. Bantuan hukum penting kalau orang terkena masalah dan bantuan
hukum membantu penyelesaian masalah tersebut
2. Menjamin seseorang untuk mendapatkan akses keadilan. Kalau
berbicara tentang hak. Hak untuk mendapatkan akses keadilan
baik untuk pihak tersangka, terdakwa, terpidana. Hak yang kita
miliki penting untuk mencapai keadilan. Kalau misalnya seseorang
dari tersangka dinaikkan menjadi terdakwa maka juga memiliki
hak. Di hukum pidana putusan sudah ada tetap punya hak untuk
menyatakan tidak setuju dengan putusan yang disampaikan oleh
hakim dengan adanya upaya hukum, penting juga bantuan hukum
dalam melakukan upaya hukum.
3. Hak konstitusional​: hak yang dijamin konstitusi karena kita
adalah Warga negara. Kenapa konstitusi kita menjamin tentang
hak persamaan hukum? Kenapa pentingnya bantuan hukum dalam
konteks pidana? Kalau bicara tentang sistem hukum ada penegak
hukumnya jaksa, hakim, advokat, ada polisi, mereka yang
mempunyai posisi sebagai aparat penegak hukum apalagi yang
mendakwa kita pasti orang yang memiliki kekuasaan, bagaimana
orang bisa setara dengan orang yang jelas memiliki kekuasaan
untuk mendakwa kita. Apa orang bisa setara? Untuk kita bisa
setara dan sama di depan hukum adalah dengan memperkuat
posisi orang yang berhadapan dengan aparat penegak hukum,
kalau dia tahu tentang informasi, tahu tentang peraturan sehingga
dengan peraturan bisa membela dirinya, tahu tentang apa yang
harus dilakukan saat mempersiapkan pembelaan, jika orang tidak
tahu kemudian tidak ada yang membantu jadi tidak bisa. Yang
membantu ini adalah para pemberi bantuan hukum yang
menjadikan orang yang ‘lemah’ di hadapan hukum bisa membela
dirinya terhadap sangkaan. Perlu ada pendamping agar ia bisa
setara dengan aparat penegak hukum dan membela dirinya,
menggunakan hak ingkarnya.
4. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat
dipertanggungjawabkan adalah peradilan yang fair, maksudnya
memberikan fairness/ kesetaraan antara kedua belah pihak yang
berperkara baik kalau di pengadilan antara jaksa dengan
terdakwa, dimana hakim bisa memberikan kesempatan yang sama
antara kedua belah pihak, yang satu tuntutannya yang satu
pembelaannya dan hakim berkewajiban menyampaikan bahwa
peradilan terbuka untuk umum sehingga semua bisa memantau
dan mengawasi, hakim berkewajiban memberikan kesempatan
bagi kedua belah pihak mempersiapkan diri dalam persidangan.
Kalau dalam persidangan hanya ada jaksa, hakim, terdakwa, tetapi
tidak ada pendamping, apa yang akan terjadi? Bisa terjadi
kesewenang-wenangan. Peran pemberi bantuan hukum terutama
bagi masyarakat yang tidak paham hukum, yang tidak mampu
mengakses bantuan-bantuan hukum, paling tidak ia punya pihak
yang menyeimbangkan kondisi yang bisa jadi represif. Maklum lah
namanya penegak hukum siapapun yang diberi kewenangan ia
bisa melakukan kesewenang-wenangan kalau tidak ada yang
memantau.

PENTINGNYA BANTUAN HUKUM


● UU ini meletakkan asas penting daripada bantuan hukum adalah untuk
keadilan, efisiensi, akuntabilitas, dll.
● Bantuan hukum itu penting kalau orang terkena masalah dan bantuan
hukum membantu orang tersebut menyelesaikan masalahnya
● Berbicara tentang hak
● Hak tersangka penting untuk mencapai keadilan.
● Tersangka, terdakwa mempunyai hak untuk menyampaikan keberatan
atas putusan hakim
● Prinsip kesamaan kedudukan​ hak konstitusional adalah hak yang
dijamin oleh konstitusi karena hak kita dijamin oleh negara
● Untuk kita bisa setara dan bersama di depan hukum itu dalah dengan
memperkuat posisi orang yang berhadapan dengan penegak hukum
● Yang membantu adalah para pemberi bantuan hukum untuk ‘ menjadikan
posisi orang ini bisa menjadi lebih setara dan membela dirinya’ terhadap
sangkaan.
● Peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan adalah
peradilan yang fair. Memberikan kesetaraan terhadap kedua belah pihak
yang berperkara. Hakim bisa memberikan kesempatan yang sama antara
kedua belah pihak. Hakim berkewajiban menyampaikan bahwa peradilan
itu terbuka untuk umum. Hakim berkewajiban memberikan kesempatan
kepada pihak untuk kasusnya diadili dengan efisien.
● Peran pemberi bantuan hukum terutama bagi masyarakat yang tidak
paham hukum paling tidak dia punya pihak yang menyeimbangkan situasi
yang bisa jadi represif.

PENERIMA BANTUAN HUKUM


● Yang dimaksud dengan orang miskin adalah mereka yang tentu saja oleh
negara adalah secara riil tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya
dalam kehidupan sehari-hari (sandang, pangan, papan)
● Yang layak​ layanan kesehatan, pekerjaan, layanan pendidikan, dan
lain-lain. Bagi mereka yang mendapatkan layanan-layanan tersebut sudah
pasti mereka dapat dikatakan ‘yang miskin’
● Kalau KUHAP masalahnya adalah yang sudah dibawa ke pengadilan.
● Dalam UU 16/2011 ini tidak saja pada bidang litigasi tetapi juga non
litigasi.
● Penyuluhan hukum​: memberikan penyadaran hukum bagi mereka yang
tidak tahu hukum.
● Bantuan hukum termasuk untuk penyadaran hukum kepada mereka yang
tidak mengetahui hukum. Tidak serta merta hanya penyelesaian kasus.
● Investigasi perkara​: ada kasus yang memerlukan investigasi-investigasi
tertentu
● Penelitian hukum​: satu kasus misalnya perdagangan orang kemudian
melalui kasus ini menjadi pintu untuk membongkar kasus-kasus yang
lain. Misal, kasus ini terjadi di Sumatera Utara, ada banyak korban jiwa,
satu desa berarti ada indikasi bahwa ada orang yang terlibat dalam
perdagangan yang tinggal disana, kasusnya adalah si A. dengan kasus si A
ini kemudian penelitian bisa menyimpulkan bahwa ada kasus-kasus lain
yang potensialnya sama. Satu kasus perdagangan orang yang terjadi di
Sumatera Utara dengan adanya penelitian dapat membongkar
kasus-kasus yang lain yang sama-sama merupakan perdagangan orang
yang bisa saja terjadi di daerah yang berbeda.
● Pemberdayaan hukum​: menguatkan komunitas yang digusur, tanahnya
diambil, masyarakat tidak tahu mau kemana. Kemudian lembaga bantuan
hukum memberikan bantuan kepada masyarakat tersebut dengan
memberikan pemberdayaan hukum.
● Drafting dokumen​: bisa jadi tidak didampingi di pengadilan tetapi
dibantu dalam pembuatan draft dokumennya.

● Apa bedanya UU 16/2011 dengan KUHAP? KUHAP hanya bantuan hukum


dalam litigasi KUHAP hanya membatasi yang perlu bantuan hukum
hanya tersangka, terdakwa, terpidana

● Tetapi UU ini memperluas bahwa korban juga memerlukan bantuan


hukum. Korban membutuhkan bantuan hukum untuk korban bisa
memperoleh perlindungan, korban membutuhkan kepastian hukum

● Korban perlu didampingi supaya tidak diabaikan hak-haknya.


Kadang-kadang ketika tidak ada pendamping hukum, polisi menangani
kasusnya dengan sewenang-wenang. Korban mengalami kerugian, ia
harus dipenuhi haknya atas keadilan yang memang seharusnya diperoleh.

● Korban memiliki hak untuk:


1. hak atas perlindungan
2. hak untuk mendapatkan pengobatan
3. hak untuk membutuhkan bantuan sosial
4. korban memiliki hak untuk didampingi oleh polisi

● Bantuan hukum dari kasus nenek minah: dapat dilakukan mediasi


terlebih dahulu. Diharapkan adanya dorongan dari masyarakat agar
perusahaan tersebut melakukan mediasi dengan nenek minah agar
perkara tersebut tidak dibawa ke pengadilan. kondisi nenek minah yang
mana memiliki pengetahuan terbatas, zaman dulu masih ketika ada buah
yang sudah jatuh dri pohonnya diambil dan bijinya kemudian ditanam
kembali.
TUGAS MENGECEK LAPORAN BPHN : PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM
DENGAN ADANYA UU NO. 16 TAHUN 2011. LIHAT BANTUAN-BANTUAN
HUKUM YANG SUDAH DI DUKUNG OLEH NEGARA, KASUS-KASUSNYA APA SAJA,
DAN BENTUK BANTUAN HUKUM YANG DIBERIKAN.

LAPORAN BPHN TAHUN 2016


1. Jenis Bantuan Hukum
▪ Litigasi (jumlah Kasus)
a. Perdata: 3.334 Kasus
b. Pidana: 11.576 Kasus

▪ Non Litigasi
a. Penyuluhan hukum: 1.224 Kegiatan
b. Penelitian hukum: 130 kegiatan
c. Pemberdayaan masyarakat: 274 kegiatan
d. Konsultasi hukum: 528 kegiatan
e. Mediasi: 208 kegiatan
f. Negosiasi: 82 kegiatan
g. Investigasi kasus: 86 kegiatan
h. Pendampingan diluar pengadilan: 338 kegiatan
i. Drafting dokumen: 292 kegiatan

▪ Jumlah semua:
Litigasi​ ​ 14.926 kasus/kegiatan
Non litigasi​ ​ 3. 162 kasus/ kegiatan

2. Jenis Kasus Pidana


● Sajam/ bahan peledak: 247 kasus
● Narkoba: 5.034 kasus
● Penganiayaan: 716 kasus
● Penggelapan: 290 kasus
● Persetubuhan : 167 kasus
● Pemerkosaan: 136 kasus
● Penipuan: 152 kasus
● Pencurian: 983 kasus
● Pencurian dengan pemberatan: 679 kasus
● Perlindungan anak: 865 kasus
● Pencabulan/pelecehan: 628 kasus
● Pembunuhan: 408 kasus
● Lainnya: 504 kasus
● KDRT: 68 kasus
● Pengrusakan: 45 kasus
● Lakalantas: 127 kasus
● Penadahan: 79 kasus
● Perjudian: 258 kasus
● Pemerasan: 44 kasus
● Korupsi: 54 kasus
● Perdagangan orang: 38 kasus

▪ Berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak menerima


bantuan hukum adalah orang-orang dengan tingkat pendidikan
SMA/sederajat sebanyak 6.376 orang
▪ Berdasarkan pekerjaannya kalangan yang banyak mendapatkan
bantuan hukum adalah dari kalangan wiraswasta.
▪ Berdasarkan jenis kelaminnya yang paling banyak menerima bantuan
hukum adalah orang-orang dengan jenis kelamin Pria sebanyak
12.387 orang.
▪ Bantuan hukum banyak diberikan kepada orang-orang yang jika
dilihat dari kriteria usia adalah orang yang sudah diatas 17 tahun, dari
data BPHN ada sebanyak 16.055 orang
▪ Dalam laporan BPHN ini bentuk-bentuk bantuan hukum yang
diberikan beragam baik dari litigasi maupun non litigasi
▪ Ada berapa banyak OBH yang ada? 405 (tahun 2015-2016)
▪ Paling banyak yang dibiayai oleh negara adalah litigasi
▪ Non litigasi yang paling banyak adalah penyuluhan hukum.
HAPID
29 NOVEMBER 2017

WUJUD BANTUAN HUKUM


● Wujud bantuan hukum ada litigasi dan non litigasi
● Ada keterhubungan yang kuat antara satu bentuk bantuan hukum dengan
bentuk bantuan hukum yang lain
● Kalau punya kasus pidana maka bantuan hukumnya yang mana? Bisa
keduanya bisa litigasi maupun non litigasi.
● Non litigasi juga sama pentingnya dengan litigasi, kalau biasanya orang
yang sudah litigasi biasanya mau tidak mau melakukan non litigasi.
● Kalau kasus pidana, bantuan hukum dapat dalam 2 wujud yaitu litigasi
dan non litigasi
● Organisasi bantuan hukum (periode 2015-2016) : 405

PEMBERI BANTUAN HUKUM


● Siapa yang berhak dan berkewajiban memberikan bantuan hukum?
● Apakah individu bisa memberikan bantuan hukum? Memang UU bantuan
hukum No. 16/2011 memberikan penekanan tentang bantuan hukum
cuma-cuma atau yang kemudian dibiayai oleh negara memang pemberian
bantuan hukum melalui organisasi bantuan hukum, individual tidak bisa.
● Tahun 2015-2016 ada 405 bantuan hukum se Indonesia. tidak banyak.
● Apa organisasi bantuan hukum yang bisa dinyatakan memberikan
bantuan hukum yang akan dibiayai negara? Berbadan hukum, terdaftar di
kemenkumham, terakreditasi (A/B/C), dsb.
● Akreditasi A: kasus yang ditangani oleh organisasi bantuan hukum tidak
kurang dari 60 kasus pertahun, memiliki staff/paralegal sekitar sejumlah
10 orang.
● Paralegal​ mereka yang memiliki keterampilan-keterampilan hukum dan
biasanya dilatih khusus untuk menjadi paralegal dalam konteks
memberikan bantuan hukum para legal ini terafiliasi dengan organisasi b
bantuan hukum. Tidak bisa bekerja sendiri, Dibawah naungan OBH .
paralegal bisa jadi bapak-bapak, ibu-ibu dari komunitas kemudian dilatih
dan bisa mendampingi kasus-kasus yang terjadi terkait di komunitasnya.
● Akreditasi B​ kasus yang ditangani ada sekitar 30 kasus/ tahun dan
jumlah staff sedikit (mungkin sekitar 5 orang).
● Akreditasi C​ ​ dibawah akreditasi B
● Harus memiliki sekretaris dan memiliki kantor yang tetap

HAK DAN LINGKUP PBH MENURUT UU BANTUAN HUKUM


● OBH bisa jadi mempunya advokat, Advokat bekerja untuk membantu.
Kalau tidak bisa merekrut advokat maka bisa merekrut/ melatih
paralegal atau dosen dan termasuk mahasiswa fakultas hukum yang
sudah lulus mata kuliah hukum acara terkait.
● Pelayanan tergantung dengan konteks posisi kasus, status orang yang
didampingi (tersangka, terdakwa, terpidana, atau korban) atau saksi juga
yang khawatir karena diancam jika tidak memberi kesaksian itu harus
dilindungi dan juga bisa mendapat bantuan hukum
● Penyuluhan hukum tidak semata-mata dari masyarakat tetapi dapat
melalui organisasi-organisasi bantuan hukum
● Pemberi bantuan hukum berhak untuk menerima bantuan dana dari
negara.
● Apakah advokat bisa untuk mendampingi tanpa terorganisasi dengan
advokat? Untuk bantuan hukum yang dibiayai oleh negara dan kalau dia
mengklaim bantuan itu maka harus terafiliasi dengan organisasi advokat,
misal afiliasi dengan PERADI
● Apabila ia mau memberikan bantuan hukum tanpa mencharge ke negara?
hal ini bisa
● Kalau mau mengakses bantuan negara maka harus terafiliasi dengan
organisasi/ organisasi profesi yang resmi.
● Kalau mendapat dana dari negara apakah bisa berhadapan dengan
negara/ bertentangan dengan negara? bisa independent? Harus
independen
● Dulu sebelum ada UU ini, pemberi bantuan hukum banyak yang didatangi
oleh pihak-pihak yang terkait dengan suatu kasus dan tidak jarang
mengutarakan ancaman kepada pihak yang memberi bantuan hukum
kepada pihak lainnya. Kemudian ketika meminta perlindungan kepada
polisi hal ini tidak digubris dan polisi mengatakan bahwa itu merupakan
resiko pemberi bantuan hukum yang menangani kasus itu, polisi lepas
tangan.
● Kemudian sebelum ada UU ini juga kalau ada kasus yang menyangkut
mengenai pihak yang bekerja di perusahaan, perusahaan ini tidak mau
memberikan datanya untuk membantu pemberi bantuan hukum karena
merasa karena data karyawannya merupakan data rahasia perusahaan
dan hanya bisa diberikan ketika pegawai perusahaan yang terkait yang
meminta data tersebut, tetapi dengan adanya UU ini kemudian
perusahaan-perusahaan harus bekerja sama dengan baik untuk
membantu kelancaran proses penyelesaian suatu kasus pidana.

5 PILAR BANTUAN HUKUM


accessible, affordability, sustainable, credibility, accountability
● Accessible​ Bantuan hukum harus bisa atau dapat diakses, kalau bisa
tidak jauh makanya ada pos-pos bantuan hukum. Namun bagaimana mau
dapat dengan mudah diakses jika jumlah obh hanya 405?
● Affordability ​ murah, tidak harus ada dana untuk mengaksesnya.
Kalaupun ada dana untuk daerah-daerah yang jauh adalah dana untuk
transportasi.
● Sustainable​ keberlanjutan. Kalau bisa bantuan hukum harus menjadi
bagian yang berkembang dan bertambah jumlahnya dan pendanaannya
harus ajeg (lewat pemerintah, bukan sumbangan-sumbangan) boleh ada
sumbangan tetapi dana itu rutinnya sudah menjadi tanggung jawab
pemerintah.
● Credibility​ soal independensi, menjadi penting. Orang harus
menangani “​for the best interest of the justice”.​ Pemberi bantuan hukum
tidak dapat menerima 2 kepentingan berbeda dalam satu kasus yang
sama karena berkaitan dengan prinsip credibility harus independen.
Apabila pemberi bantuan hukum tidak memiliki kewenangan untuk
mendampingi maka boleh dilimpahkan kepada pemberi bantuan hukum
yang lain

Misal: A pengelola bantuan hukum dengan dana besar, kemudian ada


seorang perempuan dengan temannya, perempuan ini dan temannya
bilang bahwa temannya diperkosa oleh pacarnya. Ada kasus
pemerkosaan. A menghubungi direkturnya untuk menangani kasus
tersebut. Besoknya ada laki-laki datang mengajak temannya juga, berdua
membawa temannya lagi datang ke A, temannya diduga atau disangka
melakukan pemerkosaan terhadap pacarnya. Apakah kemudian A ini
boleh menangani kasus yang sama tetapi dengan 2 kepentingan yang
berbeda? Boleh diterima? Menurut UU tidak ada yang melarang untuk
menerima kedua belah pihak, tetapi kalau dikembalikan kepada prinsip
ini maka menjadi ​conflict of interest,​ sebaiknya tidak diterima dan dapat
dirujuk kepada OBH yang lain. Kalau bicara prinsip kredibilitas sebaiknya
tidak diterima.
● Accountability​ kalau dana dari negara harus transparan. Dana dari
publik harus bisa dipertanggungjawabkan. Perolehan dana darimanapun
harus ditampilkan secara transparan.
● kalau pemberi bantuan hukum tidak memiliki kewenangan dalam suatu
bidang maka pemberi bantuan tidak boleh mengambil resiko terhadap hal
tersebut dan harus merujuknya kepada pemberi bantuan hukum lain
yang berwenang dalam hal itu.

PENDANAAN BANTUAN HUKUM


● Dari dana masyarakat yang dikelola oleh negara, APBN. Sekarang ada
beberapa daerah yang sudah mengeluarkan SK APBD terkait pendanaan
bantuan hukum.
● Harus memakai accountability, harus tranparan dan disampaikan. Ada
laporan tahunan, ada proses audit

TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM


● Dalam UU harus ada permohonan (baik tertulis maupun tidak tertulis).
Apabila pemohon tidak bisa menulis pemberi bantuan hukum yang akan
membantu menulis ke dalam tulisan apa yang dimintakan oleh pemohon
● Misal ada kasus anak 16 tahun hamil, kemudian dia tidak melakukan
apa-apa dan pada bulan ke-4 kehamilan dia keguguran. Kemudian janin
itu dibuang ke tempat sampah, setelah diselidiki ternyata bayi itu
mengarah memang pada miliknya. Kemudian anak ini dituduh melakukan
aborsi padahal dia keguguran. Kemudian ada awak media yang
memberitahu kepada pemberi bantuan hukum bahwa ada anak yang
dituduh aborsi pada anak tersebut keguguran, media tersebut
mengatakan kepada pemberi bantuan hukum agar dapat membantu anak
tersebut. Nah disini kan diketahui tidak ada permohonan dari pihak yang
langsung terkait, terus bagaimana?
● Apakah kemudian jika pemberi bantuan hukum menawarkan bantuan
hukum boleh ataukah tidak, kan katanya harus ada permohonan terlebih
dahulu? Pemberi bantuan hukum dalam aturan hukum tidak ada yang
melarang jika ingin memberikan bantuan hukum kepada orang yang
sedang terkena masalah walaupun sebelumnya tidak ada permohonan.
Bisa jadi dalam prakteknya bahwa memang bantuan hukum itu
ditawarkan, atau kadang polisi yang menawarkan mau atau tidak.
● Hukum menyatakan bahwa pemberian bantuan hukum adalah untuk
kaum miskin (difasilitasi negara) tetapi dalam prakteknya banyak OBH
(Utamanya yang akreditasi A) yang kemudian tetap memberikan bantuan
hukum dengan menambahkan kriteria khusus yaitu bantuan hukum yang
diberikan kepada kelompok renta akan diskriminasi (gender, tua, anak,
dsb)
● Termasuk juga dokumen (jamkesmas, surat keterangan miskin, dll)
bagaimana kalau tidak ada?
● Pada prakteknya banyak bantuan hukum itu ditawarkan kepada pihak
yang membutuhkan, meskipun tidak ada permohonan sebelumnya
● Surat kuasa menjadi pegangan kalau mau ke polisi, ke jaksa, dsb kalau dia
memang sebagai pemberian bantuan hukum
● Diputuskan 3 hari: bisa diberikan bantuan hukum atau tidak.
● Setelah bersedia harus ada surat kuasa khusus bahwa Organisasi ini
menjadi pemberi bantuan hukum kasus terkait.
● Kapan pemberi bantuan hukum selesai?
1. Kasus selesai: ada putusan pengadilan yang inkracht (kalau sudah
inkracht tapi masih ada upaya hukum belum dikatakan selesai)
2. Dicabut oleh pemberi kuasa/ penerima bantuan hukum

LARANGAN
● Tidak hanya masalah hukum, kemanusiaan, dan etika.
● Pemberi bantuan hukum tidak boleh meminta uang kepada pihak
terdakwa atau pihak-pihak lain yang ada hubungannya dengan kasus
yang sedang ditangani. Kalau kemudian ini dilanggar maka akan ada
sanksi pidananya.

HAK DAN KEWAJIBAN PENERIMA BANTUAN


● Bukan hanya pemberi bantuan yang mempunyai hak dan kewajiban
namun juga penerima bantuan hukum memiliki hak dan kewajiban.
● Penerima berhak menyatakan ketidaksukaannya apabila terhadap
pelayanan yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum yang tidak
maksimal/ buruk
● Penerima bantuan berhak juga mendapatkan informasi dari pemberi
bantuan hukum mengenai keberlanjutan proses penyelesaian kasusnya.
● Penerima bantuan berhak juga menentukan langkah-langkah atau kondisi
dalam proses kasusnya terkait dengan kondisi pribadi dirinya.

PEMBERI BANTUAN HUKUM UNTUK KORBAN


● Bukan hanya terdakwa tetapi juga untuk korban
● Pemberi bantuan hukum bisa dengan memberikan bantuan dan merujuk
kepada OBH lain apabila pemberi bantuan hukum tersebut tidak memiliki
kewenangan
● Penuntut umum perlu tahu kebutuhan korban
● Jaksa ada yang sudah memasukkan hak restitusi bagi korban
HAK-HAK KORBAN
● Dan perma no. 3 tahun 2017 (perempuan yang berhadapan dengan
hukum)

Anda mungkin juga menyukai