Anda di halaman 1dari 2

NANDA PUTRA ANINDITA 19/455180/HK/22194

HUKUM PAJAK B
RESUME AFTERNOON TAX TALKS: PAJAK LINGKUNGAN DAN PAJAK SUMBER
DAYA ALAM
KONSEP PAJAK LINGKUNGAN
Konsep mengenai pajak lingkungan sudah dikenal sejak tahun 1920 dan diinisiasi oleh A.C
Pigou yang dikenal dengan ‘the welfare theorem’ atau ‘pigouvian tax’. Welfare theorem
tantangannya adalah kontendernya, yang dikenal sebagai quas theorem yang menyatakan
bahwa welfare theorem adalah bukan suatu hal yang memberikan dampak positif terhadap
lingkungan. polluter pays principle Teori ini mengharuskan badan harus bertanggung jawab
terhadap segala sesuatu kegiatan ekonomi yang menyebabkan dampak lingkungan yang
buruk dengan cara cost internalization yang mencerminkan polluter pays principle. Terdapat
modifikasi pada pajak lingkungan yang diutarakan oleh european commission dan OECD di
tahun 2001. tetapi pada dasarnya konsep itu sama, yakni menetapkan pengenaan pajak hanya
official unit atau bagian dari hal-hal yang memang terbukti menyebabkan dampak negatif
pada lingkungan.
PAJAK LINGKUNGAN DI INDONESIA
Pajak lingkungan di Indonesia termasuk pajak daerah sesuai dengan kluster yang ditetapkan
oleh OECD) yang mana dari 11 pajak daerah terdapat 4 jenis yang termasuk klasterisasi
OECD.
9 jenis pajak dalam uu no 28/2009 yang sebenarnya merupakan klasterisasi dari pajak
lingkungan, yang kalau kita kaitkan dengan OECD itu gagal untuk membentuk perilaku
manusia. karena tujuannya lebih pada fiscal motivation, daripada altering behavior. sehingga
ini tidak memicu adanya perubahan perilaku. Apabila berbicara mengenai konsep pajak
lingkungan di Indonesia, konsep ini ada dalam konsep pajak daerah. Namun dengan
penelitian lebih lanjut juga bisa didapati konsep dari pajak lain dengan bagaimana kita
meminimalisir pencemaran yang terjadi melalui pajak.
PELUANG PEMBERLAKUAN CARBON TAX DI INDONESIA
Dilatarbelakangi ileh konvensi paris dan turunannya yang mana terakhir pada tahun 2006
dibahas mengenai komitmen untuk mengendalikan suhu temperatur tidak melebihi 2 derajat
celcius, mengurangi emisi dan sebagainya. Carbon tax adalah upaya nasional yang biasa kita
terapkan untuk pengendalian emisi melalui pungutan yang sifatnya memaksa dan memiliki 4
kategorisasi objek/dasar pengenaan. Indonesia sendiri butuh/terikat pada carbon tax karena
telah meratifikasi konvensi paris yang sudah diratifikasi oleh UU No. 16 tahun 2016 yang
artinya adalah komitmen negara untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan yang
tercantum di dalamnya. Hal ini juga berkaitan dengan komitmen global untuk mewujudkan
situasi yang baik bagi dunia. Lebih lanjut mengenai pelaksanaannya, dalam laporan dikatakan
bahwa Indonesia memiliki nilai terbawah yakni F dalam kaitannya dengan pelaksanaan
carbon tax. ka
Untuk itu, refleksi diri dari bangsa ini adalah kita baik pemerintah maupun masyarakat bisa
memanfaatkan momentum dari luar. Kita tahu pajak adalah beban ekonomi dan tidak akan
ada orang yang ingin terkena pajak. Ada kebutuhan momentum internasional yang
menyatakan bahwa kita sedang berjalan ke arah yang sama yaitu  kita hendak mengendalikan
emisi karbon Momentum ini menjadikan pelaku usaha besar yang akan dikenakan pajak akan
minimum resistance. Peran Carbon Tax ada 2 hal yakni pertama menginternalkan
eksternalitas. artinya eksternalitas ini harus diintegralkan. untuk melakukannya, tentu
diperlukan biaya namun biaya ini merupakan biaya yang dapat kita investasikan untuk
generasi masa depan. Kedua menyeimbangkan level playing antara renewable energy dengan
fossil fuel. Carbon tax berfungsi sebagai insentif, baru kemudian disentif bagi para penghasil
karbon serta fungsi regulerend pajak turut berperan dalam mengubah perilaku masyarakat
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan carbon tax yakni karakteristik
sectoral, legal structure, dan impact dari pajak terutama dalam menerapkan fungsi regulerend
untuk mengubah perilaku.

Anda mungkin juga menyukai