Nim : 202041009
Kelas : Akp 06
Pajak karbon adalah pajak yang dikenakan atas pembakaran bahan bakar berbasis
karbon seperti batubara, minyak, dan gas. Pajak karbon adalah sebuah kebijakan inti
yang dibuat untuk mengurangi dan menghilangkan penggunaan bahan bakar fosil
yang pembakarannya dapat merusak iklim.
Pajak karbon adalah cara agar pengguna bahan bakar karbon membayar kerusakan
iklim yang disebabkan oleh pelepasan karbon dioksida ke atmosfer. Jika ditetapkan
dengan tarif yang cukup tinggi, pajak karbon akan menjadi motivasi yang kuat agar
kita segera melakukan peralihan ke energi terbaharukan.
Transformasi sistem energi berbasis bahan bakar tidak akan terjadi dalam kurun
waktu yang cepat tanpa adanya insentif yang cukup kuat salah satunya pajak karbon
Selama pembakaran bahan bakar fosil adalah bentuk energi termurah kita akan tetap
enggan mengadopsi energi terbaharukan. Dengan adanya pajak karbon, hal ini akan
menaikkan harga bahan bakar fosil dan akan memotivasi peralihan nergi fosil ke
energi terbaharukan karena dianggap lebih menguntungkan secara ekonomi untuk
beralih ke bahan bakar non-karbon dan energi terbarukan.
Beratnya beban pajak karbon pada rumah tangga berpenghasilan rendah dan
menengah dapat dihindari dengan mengembalikan hasil pajak karbon untuk dikelola
pemerintah. Hal ini dapat dilakukan melalui pembagian dividen hasil dari pajak
karbon secara berkala
Mengapa kita harus mendukung pajak karbon dan standar efisiensi energi?
Standar efisiensi energi telah meningkatkan kinerja efisiensi energi dengan memaksa
perubahan desain produk di sektor-sektor penting seperti peralatan rumah tangga dan
mobil. Menggabungkan pajak karbon dengan standar efisiensi energi akan mencapai
jauh lebih banyak perubahan karena dapat memotivasi produsen untuk mendesain
produk energi efisien dan memberi konsumen alternatif ramah lingkungan yang hemat
listrik.
Dampak pajak karbon pada keluarga miskin dapat dikurangi dengan cara mengalihkan
pajak progresif , distribusi pendapatan pajak karbon secara merata kepada setiap
penduduk , merancang sistem yang dapat membantu warga berpendapatan rendah
untuk dapat menggunakan lebih sedikit energi untuk mengemudi dan penggunaan
perkakas listrik di rumah.
Dalam RUU tahun 2021 tentang Revisi Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(UU KUP), pemerintah mengusulkan pajak sebesar Rp75 untuk satu kilogram emisi
setara karbon dioksida (CO2e), yang setara dengan sekitar $5,2 per ton CO2e.
Indonesia telah berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen
dari tingkat bisnis tahun ini dan sebesar 29 persen pada tahun 2030 berdasarkan
perjanjian iklim Paris 2015.
Di sisi lain, pemerintah terus kekurangan dana untuk memerangi perubahan iklim.
Kementerian Keuangan memperkirakan Indonesia membutuhkan Rp 266 triliun
($18,3 miliar) per tahun untuk memitigasi perubahan iklim. Antara 2016 dan 2019,
pemerintah hanya bisa membayar Rp 86,7 triliun per tahun, atau 32 persen, dari
tagihan.
Sri Mulyani mengatakan pajak karbon akan ideal untuk menutup kesenjangan
pembiayaan itu sambil menciptakan disinsentif yang membujuk orang atau
perusahaan untuk mengurangi emisi mereka.
Salah satu alat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah dengan memasukkan
ketentuan pengenaan pajak karbon. Sri Mulyani mengatakan individu atau
perusahaan yang membeli barang dengan jejak karbon atau terlibat dalam kegiatan
emisi karbon harus membayar pajak karbon.
Usulan pemerintah itu akan menempatkan Indonesia di antara negara-negara low end
yang memberlakukan pajak karbon. Jepang memungut $3 untuk setiap metrik ton
CO2e yang dikeluarkan dari bahan bakar fosil oleh semua industri di negara itu,
kecuali manufaktur, energi, transportasi, pertanian, dan kehutanan. Sebagai
perbandingan, Singapura mengenakan $3,7 per metrik ton CO2e sementara pajak
karbon Columbia adalah $4,5 per metrik ton.
Pada akhir yang lebih tinggi, Spanyol mengenakan biaya $ 17,5 per metrik ton CO2e
sementara Prancis mengenakan pajak karbon $ 49 per metrik ton.
Sri Mulyani mengatakan para ahli di Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim,
kelompok tingkat menteri untuk mempromosikan kebijakan melawan perubahan iklim
di tingkat domestik dan global, merekomendasikan karbon harus dihargai sekitar $
120 per metrik ton pada tahun 2030.
Kesimpulan
Pajak karbon adalah salah satu upaya untuk menghentikan emisi karbon ke atmosfer
demi menjaga iklim tetap sehat. Pajak karbon dibebankan pada perusahaan dan secara
tidak langsung kepada masyarakat yang mengkonsumsi produk beremisi karbon.
Rekomendasi teratas daro para ahli adalah dengan mengenakan pajak karbon pada
perusahaan penghasil emisi karbon. Insentif yang tinggi pada harga yang dibebankan
pada perusahaan penghasil emisi karbon dapat memberikan motivasi pada perusahaan
untuk mengurangi emisi yang mereka hasilkan dari kegiatan produksinya.