Masa Depan yang Makmur dan Rendah Karbon: Inovasi Kebijakan Pemerintah Daerah
(Low Carbon and Prosperous Future: Policy Innovation for Local Government)
Meskipun Indonesia masih berstatus sebagai negara berkembang, meningkatnya jumlah masyarakat
kelas menengah dengan daya beli yang makin tinggi membuat masyarakat Indonesia turut bertanggung jawab
dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Sebagai contoh, meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong
masyarakat perkotaan untuk lebih intensif dalam menggunakan energi; setiap harinya, akan ada lebih banyak
orang yang menggunakan pendingin ruangan, mengendarai mobil dan motor, atau mengonsumsi daging sapi.
Peningkatan konsumsi barang dan jasa di masyarakat, yang proses produksi dan distribusinya menggunakan
energi serta sumber daya alam lainnya, berakibat pada peningkatan emisi CO2. Hal ini terlihat dari peningkatan
emisi CO2 per kapita Indonesia dari 0,2 ton/kapita di tahun 1960 menjadi 1,9 ton/kapita di tahun 2013.
Kenyataan bahwa peningkatan konsumsi per kapita di Indonesia akan menaikkan emisi per kapita CO2
memberikan tantangan bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Dalam struktur perekonomian, proses
produksi, serta pola eksplotasi sumber daya alam saat ini, pilihan untuk menahan bahkan menurunkan emisi per
kapita CO2 di Indonesia memiliki biaya yang sangat tinggi. Sebagai contoh, hanya 7% dari kapasitas pembangkitan
listrik di Indonesia yang bersumber dari sumber energi terbarukan. Selain itu, transportasi darat, laut, dan udara
di Indonesia selain kereta penglaju (commuter train) bergantung pada bahan bakar minyak. Pilihan untuk
mengurangi emisi dari berbagai sumber polusi secara efektif hanya bisa dilakukan dengan investasi pada sistem-
sistem yang lebih hemat energi atau mengurangi konsumsi, yang sama-sama berbiaya mahal untuk ekonomi.
Di sisi lain, pemerintah, terutama pemerintah daerah, menghadapi keterbatasan anggaran untuk
mengurangi emisi CO2 secara lebih cepat dan lebih signifikan. Untuk mengilustrasikan keterbatasan anggaran,
proyek MRT Jakarta Line 1 menghabiskan biaya sebesar Rp 38 triliun1, yang nilainya mencapai lebih dari 55%
APBD DKI Jakarta sebesar Rp 70,19 triliun2. Belanja proyek skala besar yang menurunkan emisi gas rumah kaca
semacam ini hampir tidak mungkin dilakukan di tingkat kabupaten/kota, mengingat sekitar 46% APBD di tingkat
kabupaten/kota habis untuk belanja rutin. Keterbatasan anggaran yang ada membuat pemerintah daerah perlu
menyusun perencanaan dan penganggaran secara lebih cerdas dan hijau, tanpa mengurangi kualitas pelayanan
publik yang berkualitas atau mengurangi pertumbuhan ekonomi daerah.
Sebagai salah satu pihak yang membantu pemerintah daerah dalam mengintegrasikan aspek-aspek
lingkungan dalam perencanaan dan penganggaran, LPEM FEB UI memberikan kesempatan bagi masyarakat
muda (berusia di bawah 25 tahun) untuk memberikan satu contoh solusi inovatif yang dapat membantu
pemerintah daerah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dengan biaya yang rendah untuk
pemerintah daerah. Solusi dapat berupa namun tidak terbatas pada peraturan, proyek, perubahan sistem, atau
kerjasama dengan komunitas/badan usaha swasta.
1
http://jakartaglobe.id/news/jakarta-to-extend-2nd-phase-of-mrt-to-ancol-cost-to-swell-to-2-8b/
2
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/19/18164391/apbd.dki.2017.disahkan.sebesar.rp.70.19.triliun
Solusi-solusi yang diajukan diharapkan dapat memenuhi 4 kriteria berikut:
Solusi yang diharapkan dari esai perlu disesuaikan dengan kondisi riil dari kabupaten/kota dalam
bentuk proposal untuk. Sebagai contoh, apabila peserta memilih topik “Affordable and Sustainable Urban
Mobility”, esai dapat memaparkan satu contoh solusi inovatif untuk mengurangi emisi bidang transportasi di,
misalkan, kota Surabaya dengan transportasi umum dari pendanaan non-pemerintah.
Hadiah Kompetisi Esai
Juara 1 : Rp 5.000.000*
Juara 2 : Rp 4.000.000*
Juara 3 : Rp 3.000.000*
Persyaratan Peserta:
Persyaratan Esai:
1. Esai ditulis dalam bahasa Indonesia yang baku dan tidak perlu menyertakan abstrak
2. Panjang esai yang diharapkan adalah 2000-3000 kata (di luar lampiran, dan daftar pustaka)
3. Sitasi untuk referensi yang digunakan dalam esai mengikuti format APA 6th Edition (dapat dibuat dengan
bantuan fungsi “Insert Citation” pada Microsoft Word 2007, 2010, 2013, dan 2016, atau menggunakan
situs seperti http://www.citethisforme.com/ dan http://www.citationmachine.net)
4. Esai ditulis dengan format halaman dan font:
a. Halaman A4
b. Font : Times New Roman, ukuran 12
c. Spasi 1,5
d. Margin kiri dan kanan sebesar 2 cm, margin atas dan bawah sebesar 3 cm
5. Esai dikirimkan dalam format Microsoft Document (.docx) DAN PDF (.pdf), dengan format penamaan
“Esai_Judul_Lengkap”. Sebagai contoh, apabila judul esai adalah “Lorem Ipsum Dolor Sit Amet”, maka
penamaan file .docx dan .pdf adalah Esai_Lorem_Ipsum_Dolor_Sit_Amet
6. Tidak boleh terdapat nama pengirim esai dalam judul file atau di dalam esai. Esai diidentifikasi dengan
hasil scan KTP/SIM/Paspor yang dilampirkan bersama dengan esai dalam e-mail pengiriman
7. Format untuk e-mail subject pada saat mengirim esai adalah “Esai Penganggaran Hijau <Nama
Lengkap>. Sebagai contoh, apabila nama pengirim esai adalah Arif Budiman, maka e-mail subject-nya
adalah Esai Penganggaran Hijau Arif Budiman
8. Sertakan pula nomor ponsel, WhatsApp, dan/atau ID Line dalam e-mail body untuk memudahkan
panitia dalam mengontak peserta