Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Pada kesempatan ini, saya dengan senang hati menyampaikan kata


pengantar dalam makalah ini yang membahas tentang "Pengaruh Resistensi
Pajak Karbon dalam Sektor Industri". Pajak karbon merupakan salah satu
instrumen kebijakan yang diimplementasikan untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim global. Namun, seperti kebijakan
lainnya, pajak karbon juga menghadapi tantangan dan resistensi dalam
penerapannya.

Makalah ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan dampak


resistensi terhadap penerapan pajak karbon dalam sektor industri. Kami akan
menyajikan argumen-argumen yang mendasari resistensi tersebut, serta
menjelaskan bagaimana pajak karbon mempengaruhi biaya produksi
perusahaan dan daya saing mereka di pasar global. Selain itu, kami akan
menyoroti potensi pajak karbon dalam mendorong inovasi dan pengembangan
teknologi ramah lingkungan di sektor industri.

Akhir kata, kami ingin mengucapkan terima kasih atas kesempatan ini
untuk menyampaikan makalah ini. Kami berharap pembaca dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang pengaruh resistensi pajak karbon dalam
sektor industri dan pentingnya langkah-langkah untuk mencapai transisi ke
ekonomi rendah karbon.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Dasar Resistensi Pajak Karbon.....................................................................3
B. Dampak Pajak Karbon terhadap Biaya Produksi........................................4
C. Dampak Negatif Pajak Karbon terhadap Daya Saing Perusahaan.........6
D. Pajak Karbon dalam Inovasi dan Pengembangan Teknologi...................7
E. Strategi Mengurangi Resistensi Pajak Karbon............................................9
F. Penerapan Pajak Karbon di Negara-Negara Lain....................................10
G. Partisipasi Sektor Swasta dalam Penerapan Pajak Karbon...................11
H. Peran Pemerintah dalam Mengawasi dan Mengontrol Implementasi
Pajak Karbon.............................................................................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................14
B. Saran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak karbon adalah salah satu instrumen kebijakan yang digunakan


oleh pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi
perubahan iklim. Pajak ini dikenakan pada setiap satuan emisi karbon yang
dihasilkan oleh industri atau sektor lainnya. Tujuan utama dari pajak karbon
adalah untuk memberikan insentif kepada perusahaan-perusahaan untuk
mengurangi emisi mereka dan beralih ke sumber energi yang lebih bersih
dan ramah lingkungan.
Pengenalan tentang resistensi pajak karbon dalam sektor industri
menjadi hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami. Beberapa
perusahaan dan industri mungkin memiliki keberatan terhadap penerapan
pajak karbon karena dapat berdampak pada biaya produksi mereka.
Resistensi ini bisa terjadi karena adanya perasaan bahwa pajak karbon
akan mengurangi daya saing perusahaan dalam pasar global atau
meningkatkan beban finansial mereka.
Namun, di sisi lain, pajak karbon juga dapat memberikan sejumlah
dampak positif dalam sektor industri. Pertama, dengan adanya pajak
karbon, perusahaan akan termotivasi untuk mencari cara-cara baru untuk
mengurangi emisi mereka. Hal ini dapat mendorong inovasi dan
pengembangan teknologi ramah lingkungan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi biaya produksi jangka
panjang.
Selain itu, pajak karbon juga dapat menciptakan pasar baru untuk
teknologi dan produk yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan adanya
insentif finansial untuk mengurangi emisi, perusahaan dapat mencari
peluang baru dalam pengembangan energi terbarukan, penghematan
energi, atau diversifikasi produk mereka. Hal ini dapat meningkatkan daya
saing perusahaan dalam jangka panjang dan menciptakan lapangan kerja
baru di sektor hijau.
Dalam makalah ini, akan mengkaji pengaruh resistensi pajak karbon
dalam sektor industri secara lebih mendalam. Kami akan menyelidiki
argumen-argumen yang mendasari resistensi tersebut, melihat dampak-
dampak positif dari pajak karbon, serta mengidentifikasi strategi yang dapat
membantu mengurangi resistensi dan mendorong transisi menuju ekonomi
rendah karbon. Melalui analisis ini, kami berharap dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pajak karbon dalam

1
mengatasi perubahan iklim dan mempromosikan keberlanjutan di sektor
industri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja argumen-argumen yang mendasari resistensi terhadap


penerapan pajak karbon dalam sektor industri?
2. Bagaimana dampak dari pajak karbon terhadap biaya produksi
perusahaan di sektor industri?
3. Apakah pajak karbon berdampak negatif terhadap daya saing
perusahaan dalam pasar global?
4. Bagaimana pajak karbon dapat mendorong inovasi dan pengembangan
teknologi ramah lingkungan di sektor industri?
5. Apa saja strategi yang dapat diterapkan untuk mengurangi resistensi
pajak karbon dan mendorong transisi menuju ekonomi rendah karbon
dalam sektor industri?
6. Apakah ada contoh sukses dari penerapan pajak karbon di negara-
negara lain?
7. Bagaimana partisipasi sektor swasta dalam penerapan pajak karbon?
8. Bagaimana peran pemerintah dalam mengawasi dan mengontrol
implementasi pajak karbon?

C. Tujuan

1. Menganalisis argumen-argumen yang mendasari resistensi terhadap


penerapan pajak karbon dalam sektor industri.
2. Menilai dampak dari pajak karbon terhadap biaya produksi perusahaan
di sektor industri.
3. Menganalisis dampak pajak karbon terhadap daya saing perusahaan
dalam pasar global.
4. Meneliti bagaimana pajak karbon dapat mendorong inovasi dan
pengembangan teknologi ramah lingkungan di sektor industri.
5. Mengidentifikasi strategi yang dapat diterapkan untuk mengurangi
resistensi pajak karbon dan mendorong transisi menuju ekonomi rendah
karbon dalam sektor industri.
6. Menganalisis penerapan pajak karbon di negara-negara lain.
7. Mengidentifikasi partisipasi sektor swasta dalam penerapan pajak
karbon.
8. Mengidentifikasi peran pemerintah dalam mengawasi dan mengontrol
implementasi pajak karbon.

2
3
BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar Resistensi Pajak Karbon

Argumen-argumen yang mendasari resistensi terhadap penerapan pajak


karbon dalam sektor industri dapat bervariasi, dan berikut ini beberapa
argumen yang umumnya diajukan:
1. Dampak pada Biaya Produksi: Salah satu argumen utama yang
sering diajukan adalah bahwa pajak karbon akan meningkatkan
biaya produksi perusahaan di sektor industri. Perusahaan khawatir
bahwa penambahan biaya ini akan mengurangi daya saing mereka
di pasar global dan mempengaruhi profitabilitas mereka. Mereka
berpendapat bahwa beban finansial tambahan yang dihasilkan dari
pajak karbon dapat menghambat investasi, inovasi, dan
pertumbuhan bisnis.
2. Ketidakadilan Kompetitif: Beberapa perusahaan juga berargumen
bahwa penerapan pajak karbon hanya berlaku di tingkat nasional
atau regional, sementara pesaing mereka di negara-negara atau
wilayah yang tidak memberlakukan pajak karbon tidak akan terkena
beban yang sama. Mereka mengklaim bahwa hal ini menciptakan
ketidakadilan kompetitif yang dapat merugikan perusahaan di
wilayah dengan pajak karbon.
3. Relokasi Industri: Argumen lainnya adalah bahwa pajak karbon dapat
mendorong relokasi industri ke negara-negara dengan kebijakan
lingkungan yang lebih lemah atau tanpa pajak karbon sama sekali.
Perusahaan yang merasa terbebani oleh pajak karbon mungkin
memutuskan untuk memindahkan produksi mereka ke tempat
dengan biaya produksi yang lebih rendah dan peraturan lingkungan
yang kurang ketat, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan
leakage karbon dan tidak mengurangi emisi secara global.
4. Dampak Sosial-Ekonomi: Beberapa kelompok masyarakat dan
pekerja industri mungkin juga merasakan dampak sosial-ekonomi
dari pajak karbon. Mereka khawatir bahwa pajak karbon dapat
menyebabkan peningkatan harga energi, bahan bakar, dan produk
lainnya, yang akan memberikan beban tambahan pada konsumen
dan masyarakat dengan pendapatan rendah. Argumen ini berfokus
pada keadilan sosial dan perlindungan terhadap kelompok rentan
dalam masyarakat.
5. Alternatif Kebijakan: Terakhir, beberapa pihak berpendapat bahwa
ada alternatif kebijakan lain yang lebih efektif dalam mengurangi

4
emisi karbon daripada pajak karbon. Mereka menyebutkan contoh-
contoh seperti sistem perdagangan emisi atau insentif langsung bagi
perusahaan yang mengadopsi teknologi dan praktik berkelanjutan.
Argumen ini menekankan perlunya mencari pendekatan kebijakan
yang lebih komprehensif dan lebih efektif dalam mencapai tujuan
pengurangan emisi.
Resistensi terhadap penerapan pajak karbon dalam sektor industri
didasarkan pada beberapa argumen yang signifikan. Pertama, argumen
mengenai dampak pada biaya produksi menjadi perhatian utama.
Perusahaan-perusahaan khawatir bahwa penambahan biaya akibat pajak
karbon akan mengurangi daya saing mereka di pasar global dan
menghambat pertumbuhan bisnis. Mereka berpendapat bahwa beban
finansial tambahan ini dapat menghambat investasi dan inovasi yang
diperlukan untuk mencapai transisi ke ekonomi rendah karbon. Selanjutnya,
argumen tentang ketidakadilan kompetitif menekankan bahwa pajak karbon
hanya berlaku di tingkat nasional atau regional, sementara pesaing di
negara atau wilayah tanpa pajak karbon tidak akan terkena beban yang
sama. Hal ini dianggap menciptakan ketidakadilan kompetitif yang
merugikan perusahaan di wilayah dengan pajak karbon.
Resistensi juga muncul dengan argumen mengenai relokasi industri.
Perusahaan yang terbebani oleh pajak karbon dapat memilih untuk
memindahkan produksi mereka ke negara atau wilayah dengan kebijakan
lingkungan yang lebih lemah atau tanpa pajak karbon. Hal ini menciptakan
kekhawatiran akan leakage karbon, di mana pengurangan emisi di satu
tempat diimbangi oleh peningkatan emisi di tempat lain, sehingga tidak ada
pengurangan emisi yang signifikan secara global. Dampak sosial-ekonomi
juga menjadi perhatian, dengan argumen bahwa pajak karbon dapat
meningkatkan harga energi dan produk, memberikan beban tambahan pada
konsumen dan masyarakat dengan pendapatan rendah. Keadilan sosial dan
perlindungan kelompok rentan menjadi pertimbangan penting dalam konteks
ini.

B. Dampak Pajak Karbon terhadap Biaya Produksi

Penerapan pajak karbon dapat memiliki dampak signifikan terhadap


biaya produksi perusahaan di sektor industri. Salah satu dampak utama
adalah peningkatan biaya operasional yang timbul akibat tarif pajak karbon
yang harus dibayar oleh perusahaan atas emisi karbon yang dihasilkan.
Pajak karbon dapat meningkatkan biaya bahan bakar, energi, dan sumber
daya lain yang digunakan dalam proses produksi. Perusahaan kemungkinan
akan menghadapi beban finansial tambahan ini, terutama jika mereka

5
memiliki tingkat emisi yang tinggi atau menggunakan energi berbasis fosil
yang lebih mahal.
Peningkatan biaya produksi tersebut dapat berdampak langsung pada
profitabilitas perusahaan. Perusahaan mungkin menghadapi kesulitan dalam
menyesuaikan biaya produksi mereka dengan harga jual produk, terutama
jika mereka tidak dapat mentransfer seluruh beban pajak karbon kepada
konsumen melalui kenaikan harga. Dalam beberapa kasus, perusahaan
juga mungkin menghadapi tekanan persaingan di pasar yang tidak
memberlakukan pajak karbon, di mana pesaing mereka mungkin dapat
menawarkan produk dengan biaya produksi yang lebih rendah.
Peningkatan biaya produksi akibat pajak karbon juga dapat
mempengaruhi investasi dan inovasi di sektor industri. Perusahaan mungkin
mengurangi belanja modal atau anggaran riset dan pengembangan untuk
mengimbangi beban pajak karbon. Hal ini dapat menghambat kemampuan
perusahaan dalam mengadopsi teknologi yang lebih ramah lingkungan atau
melakukan inovasi untuk mengurangi emisi karbon. Dalam jangka panjang,
hal ini dapat berdampak negatif pada daya saing perusahaan dan
keberlanjutan sektor industri secara keseluruhan.
Penerapan pajak karbon dapat memiliki dampak yang signifikan
terhadap biaya produksi perusahaan di sektor industri. Peningkatan biaya
operasional akibat tarif pajak karbon dapat mengakibatkan peningkatan
biaya bahan bakar, energi, dan sumber daya lainnya yang diperlukan dalam
proses produksi. Perusahaan harus mengalokasikan dana tambahan untuk
membayar pajak karbon atas emisi karbon yang dihasilkan, yang dapat
menimbulkan tekanan pada anggaran mereka. Peningkatan biaya produksi
ini dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan dengan mengurangi
margin keuntungan mereka.
Pajak karbon juga dapat berdampak pada rantai pasokan perusahaan.
Jika pemasok perusahaan juga terkena dampak pajak karbon, mereka
mungkin akan menaikkan harga produk atau jasa yang mereka sediakan.
Hal ini akan menyebabkan kenaikan biaya bagi perusahaan dalam
memperoleh bahan baku atau komponen yang dibutuhkan. Akibatnya,
perusahaan mungkin harus menyesuaikan strategi pengadaan mereka atau
mencari pemasok alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi
dampak pajak karbon terhadap biaya produksi.
Peningkatan biaya produksi akibat pajak karbon juga dapat
mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar global. Jika perusahaan
beroperasi di negara atau wilayah dengan pajak karbon yang tinggi,
sementara pesaing mereka beroperasi di wilayah tanpa pajak karbon,
perusahaan tersebut mungkin menghadapi kesulitan bersaing dalam harga
produk. Hal ini dapat mengurangi daya saing mereka dan menghambat
pertumbuhan bisnis. Perusahaan mungkin harus mencari strategi alternatif,

6
seperti meningkatkan efisiensi operasional atau fokus pada diferensiasi
produk, untuk menjaga daya saing mereka dalam konteks pajak karbon.
Meskipun pajak karbon dapat meningkatkan biaya produksi perusahaan,
penting juga untuk mempertimbangkan manfaat jangka panjang yang
mungkin dihasilkan. Dengan memberikan insentif finansial untuk
mengurangi emisi karbon, pajak karbon dapat mendorong perusahaan untuk
mengadopsi teknologi dan praktik berkelanjutan yang lebih efisien. Ini dapat
mengurangi biaya energi jangka panjang dan meningkatkan efisiensi
operasional. Selain itu, pajak karbon juga dapat mendorong inovasi dan
pengembangan solusi berkelanjutan yang dapat menghasilkan manfaat
jangka panjang bagi perusahaan, seperti penghematan biaya dan reputasi
yang lebih baik.
Secara keseluruhan, dampak pajak karbon terhadap biaya produksi
perusahaan di sektor industri dapat beragam dan harus dipertimbangkan
secara holistik. Perusahaan perlu mengevaluasi keuntungan jangka panjang
yang mungkin terjadi dari adopsi praktik berkelanjutan dan inovasi,
sekaligus mempertimbangkan tantangan daya saing dan penyesuaian biaya
yang diperlukan dalam jangka pendek.

C. Dampak Negatif Pajak Karbon terhadap Daya Saing Perusahaan

Pajak karbon dapat berdampak negatif terhadap daya saing perusahaan


dalam pasar global. Salah satu alasan utamanya adalah bahwa penerapan
pajak karbon hanya berlaku di tingkat nasional atau regional, yang berarti
bahwa perusahaan di negara atau wilayah tanpa pajak karbon memiliki
keuntungan kompetitif dalam hal biaya produksi yang lebih rendah.
Perbedaan dalam biaya produksi tersebut dapat membuat perusahaan yang
terkena pajak karbon menjadi kurang kompetitif dalam harga produk.
Pada saat yang sama, perusahaan di negara atau wilayah tanpa pajak
karbon mungkin dapat menawarkan produk dengan harga yang lebih murah,
karena mereka tidak harus memperhitungkan biaya tambahan yang timbul
akibat pajak karbon. Ini dapat mengakibatkan penurunan permintaan
terhadap produk perusahaan yang terkena pajak karbon, karena konsumen
cenderung memilih opsi yang lebih murah. Akibatnya, perusahaan tersebut
dapat mengalami penurunan pangsa pasar dan kesulitan dalam menjaga
daya saing mereka.
Ketika perusahaan di wilayah dengan pajak karbon menghadapi
persaingan dengan perusahaan dari negara atau wilayah tanpa pajak
karbon, perbedaan dalam biaya produksi dapat menyebabkan ketidakadilan
kompetitif. Perusahaan yang terkena pajak karbon harus membayar biaya
tambahan yang signifikan untuk memenuhi persyaratan lingkungan,

7
sementara pesaing mereka dapat menghasilkan produk dengan biaya
produksi yang lebih rendah. Hal ini dapat memberikan keuntungan
kompetitif yang tidak adil bagi perusahaan-perusahaan tersebut, karena
mereka dapat menawarkan produk dengan harga yang lebih rendah tanpa
harus mempertimbangkan beban pajak karbon.
Dalam jangka panjang, ketidakadilan kompetitif ini dapat menghambat
pertumbuhan perusahaan di sektor industri dan berdampak negatif pada
ekonomi nasional secara keseluruhan. Perusahaan mungkin menghadapi
kesulitan dalam mempertahankan pangsa pasar mereka, menarik investasi,
atau melakukan ekspansi bisnis di pasar global. Selain itu, ketidakadilan
kompetitif ini juga dapat mendorong relokasi industri ke wilayah tanpa pajak
karbon, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan leakage karbon dan tidak
mengurangi emisi secara global.
Pajak karbon juga dapat mendorong perusahaan untuk memindahkan
produksi mereka ke wilayah dengan kebijakan lingkungan yang lebih lemah
atau tanpa pajak karbon. Hal ini dapat menciptakan ketidakadilan kompetitif,
di mana perusahaan yang tinggal di wilayah dengan pajak karbon harus
menghadapi biaya tambahan yang pesaing mereka tidak hadapi. Relokasi
industri ini dapat merugikan perusahaan-perusahaan dalam wilayah dengan
pajak karbon, yang pada gilirannya dapat mengurangi daya saing mereka
dalam pasar global.
Dalam beberapa kasus, pajak karbon juga dapat menyebabkan leakage
karbon, di mana pengurangan emisi di satu wilayah diimbangi oleh
peningkatan emisi di wilayah lain yang tidak menerapkan pajak karbon. Hal
ini bisa terjadi jika perusahaan memindahkan produksi mereka ke wilayah
tanpa pajak karbon yang lebih toleran terhadap emisi. Leakage karbon ini
mengurangi efektivitas upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan
dapat merugikan perusahaan dan negara yang telah menerapkan pajak
karbon.

D. Pajak Karbon dalam Inovasi dan Pengembangan Teknologi

Pajak karbon memiliki potensi untuk mendorong inovasi dan


pengembangan teknologi ramah lingkungan di sektor industri. Dengan
memberlakukan tarif pajak yang berdasarkan tingkat emisi karbon,
perusahaan dihadapkan pada biaya tambahan yang terkait dengan
penghasilan emisi tersebut. Hal ini menciptakan insentif finansial bagi
perusahaan untuk mengurangi emisi karbon mereka dan mencari solusi
inovatif yang lebih efisien.
Dalam menghadapi pajak karbon, perusahaan dapat menginvestasikan
sumber daya mereka dalam riset dan pengembangan teknologi baru yang

8
dapat mengurangi emisi karbon. Mereka dapat berinovasi dalam
penggunaan energi terbarukan, penggunaan bahan baku yang lebih ramah
lingkungan, atau mengadopsi teknologi produksi yang lebih efisien secara
energi. Pajak karbon menciptakan insentif yang kuat bagi perusahaan untuk
mengeksplorasi alternatif yang lebih berkelanjutan dan mengembangkan
teknologi yang dapat mengurangi dampak lingkungan mereka.
Pajak karbon juga dapat mendorong kolaborasi dan kemitraan antara
perusahaan dan lembaga riset. Perusahaan mungkin mencari mitra strategis
yang dapat membantu mereka dalam mengembangkan teknologi yang lebih
ramah lingkungan dan berinovasi dalam praktik produksi yang
berkelanjutan. Kemitraan ini dapat menghasilkan transfer pengetahuan dan
teknologi, mempercepat proses inovasi, dan menghasilkan solusi yang lebih
efektif dalam mengurangi emisi karbon.
Dampak positif lainnya dari pajak karbon adalah meningkatnya
permintaan pasar terhadap produk dan layanan yang berkelanjutan.
Konsumen dan pelanggan semakin sadar akan dampak lingkungan dan
cenderung lebih memilih produk yang memiliki jejak karbon yang lebih
rendah. Ini mendorong perusahaan untuk menghadirkan produk yang lebih
ramah lingkungan dan memenuhi permintaan pasar yang semakin
berkembang. Dalam beberapa kasus, pajak karbon juga dapat
menghasilkan pendapatan yang dapat dialokasikan kembali untuk investasi
dalam inovasi dan pengembangan teknologi berkelanjutan.
Pajak karbon dapat menjadi pendorong penting bagi inovasi dan
pengembangan teknologi ramah lingkungan di sektor industri. Dengan
menciptakan insentif finansial dan mengubah dinamika pasar, pajak karbon
mendorong perusahaan untuk berinvestasi dalam riset dan pengembangan
solusi inovatif yang dapat mengurangi emisi karbon mereka. Hal ini tidak
hanya menghasilkan manfaat lingkungan yang positif, tetapi juga dapat
menciptakan peluang ekonomi baru, meningkatkan daya saing perusahaan,
dan mendorong transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Pajak karbon dapat memberikan dorongan yang kuat bagi inovasi dan
pengembangan teknologi ramah lingkungan di sektor industri. Dengan
adanya tekanan finansial untuk mengurangi emisi karbon, perusahaan
dihadapkan pada kebutuhan untuk mencari solusi yang lebih efisien dan
berkelanjutan. Ini mendorong mereka untuk melakukan penelitian dan
pengembangan yang intensif dalam upaya menemukan cara baru untuk
mengurangi emisi karbon dalam proses produksi mereka.
Pajak karbon dapat mendorong perusahaan untuk mempercepat adopsi
teknologi hijau yang sudah ada, serta merangsang penciptaan teknologi
baru yang lebih efektif. Perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya
mereka untuk mengembangkan sistem energi terbarukan, teknologi efisiensi
energi, dan proses produksi yang lebih ramah lingkungan. Dalam upaya

9
menghindari biaya tambahan yang dihasilkan dari pajak karbon, perusahaan
dapat menjadi lebih inovatif dalam pendekatan mereka terhadap
penggunaan energi, pengelolaan limbah, dan efisiensi sumber daya.
Pajak karbon juga dapat membuka peluang bagi kolaborasi lintas sektor
dan kemitraan strategis. Perusahaan dapat bekerja sama dengan lembaga
riset, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah untuk menciptakan solusi
bersama dalam mengurangi emisi karbon. Kemitraan semacam itu dapat
mempercepat pertukaran pengetahuan, akses ke teknologi terkini, dan
berbagi sumber daya yang diperlukan untuk inovasi.
Dampak positif lainnya adalah pajak karbon dapat menciptakan pasar
yang lebih menarik bagi produk dan layanan berkelanjutan. Permintaan
konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan semakin meningkat,
dan perusahaan yang mampu menawarkan produk dengan jejak karbon
yang lebih rendah dapat mendapatkan keunggulan kompetitif. Pajak karbon
dapat mendorong perusahaan untuk menghadirkan inovasi produk yang
lebih ramah lingkungan, menciptakan permintaan baru, dan membuka
peluang ekonomi baru.

E. Strategi Mengurangi Resistensi Pajak Karbon

Untuk mengurangi resistensi terhadap pajak karbon dan mendorong


transisi menuju ekonomi rendah karbon dalam sektor industri, beberapa
strategi dapat diterapkan. Pertama, penting untuk memberikan klarifikasi
dan kepastian hukum terkait dengan kebijakan pajak karbon. Perusahaan
membutuhkan kejelasan mengenai mekanisme, tarif, dan tenggat waktu
penerapan pajak karbon agar dapat merencanakan investasi dan
penyesuaian jangka panjang. Dengan memberikan kepastian, resistensi
terhadap pajak karbon dapat berkurang.
Diperlukan insentif yang dapat mendorong perusahaan untuk
mengadopsi teknologi dan praktik yang lebih ramah lingkungan. Pemerintah
dapat memberikan insentif fiskal, seperti keringanan pajak atau subsidi, bagi
perusahaan yang melakukan investasi dalam pengurangan emisi karbon
dan mengadopsi teknologi berkelanjutan. Insentif semacam ini dapat
membantu mengimbangi biaya tambahan yang timbul akibat pajak karbon
dan mendorong perusahaan untuk bergerak menuju transisi rendah karbon.
Pemerintah dapat melibatkan perusahaan dan asosiasi industri dalam
proses perumusan kebijakan pajak karbon, sehingga kepentingan mereka
dapat diakomodasi dan solusi yang lebih dapat diterima bersama dapat
dicapai. Pemberian dukungan teknis dan finansial kepada perusahaan untuk
melakukan perubahan dalam praktik produksi mereka juga merupakan
strategi yang efektif. Dengan menyediakan sumber daya dan bimbingan

10
yang diperlukan, perusahaan dapat lebih mudah mengadopsi teknologi dan
proses yang lebih berkelanjutan. Selain itu, penting untuk melakukan
edukasi dan peningkatan kesadaran terhadap manfaat dan urgensi dari
transisi menuju ekonomi rendah karbon. Informasi yang tepat tentang
dampak perubahan iklim dan kebutuhan untuk mengurangi emisi karbon
dapat membantu mengatasi resistensi dan mendorong partisipasi aktif dari
perusahaan dan masyarakat. Melalui kerjasama yang erat dan kesadaran
yang meningkat, dapat dibangun kesepahaman yang lebih luas tentang
pentingnya mengurangi emisi karbon dan pentingnya pajak karbon sebagai
instrumen kebijakan yang efektif. Dengan demikian, resistensi dapat
diredam dan langkah-langkah transisi menuju ekonomi rendah karbon dapat
diterapkan dengan lebih lancar dan efektif dalam sektor industri.

F. Penerapan Pajak Karbon di Negara-Negara Lain.

Ada beberapa contoh sukses dari penerapan pajak karbon di negara-


negara lain. Salah satu contoh yang signifikan adalah penerapan pajak
karbon di Swedia. Swedia telah mengimplementasikan pajak karbon sejak
tahun 1991 dan berhasil menciptakan dampak positif dalam mengurangi
emisi karbon dan mendorong transisi ke ekonomi rendah karbon.
Pajak karbon di Swedia dirancang dengan tujuan mengurangi emisi
gas rumah kaca dan mendorong penggunaan energi bersih. Pada awalnya,
pajak karbon dikenakan pada berbagai sektor seperti transportasi, industri,
dan pemakaian bahan bakar fosil. Namun, selama bertahun-tahun, pajak
karbon telah diperluas untuk mencakup sektor energi dan limbah.
Penerapan pajak karbon di Swedia telah berhasil mengurangi emisi
karbon secara signifikan. Sejak tahun 1990, Swedia telah mengurangi emisi
karbon sebesar 26% sementara ekonomi mereka terus tumbuh. Pajak
karbon telah mendorong perubahan perilaku masyarakat dan bisnis,
termasuk beralih ke energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi.
Keberhasilan Swedia dalam penerapan pajak karbon juga tercermin
dalam pencapaian target energi bersih. Pada tahun 2018, sekitar 54% dari
konsumsi energi Swedia berasal dari sumber energi terbarukan. Pajak
karbon telah menjadi insentif yang kuat bagi sektor energi untuk berinvestasi
dalam teknologi hijau dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar
fosil.
Penerapan pajak karbon di British Columbia, Kanada, juga dapat
dijadikan contoh sukses. Pajak karbon di British Columbia dikenal dengan
sebutan "Carbon Tax" dan diterapkan sejak tahun 2008. Pajak ini dikenakan
pada penggunaan bahan bakar fosil, termasuk bensin, diesel, gas alam, dan
batubara.

11
Implementasi pajak karbon di British Columbia telah menghasilkan
beberapa hasil yang positif. Misalnya, emisi karbon per kapita di provinsi
tersebut mengalami penurunan sebesar 15% dalam beberapa tahun setelah
penerapan pajak karbon. Pada saat yang sama, perekonomian provinsi
tetap tumbuh secara signifikan.
Pendapatan dari pajak karbon di British Columbia digunakan untuk
mengurangi pajak penghasilan individu dan perusahaan, sehingga
memberikan insentif ekonomi bagi masyarakat. Pendapatan juga
dialokasikan untuk investasi dalam proyek-proyek energi bersih, seperti
transportasi umum, energi terbarukan, dan efisiensi energi.
Keberhasilan penerapan pajak karbon di Swedia dan British
Columbia menunjukkan bahwa pajak karbon dapat menjadi instrumen efektif
dalam mengurangi emisi karbon dan mendorong transisi ke ekonomi rendah
karbon. Namun, keberhasilan ini juga bergantung pada faktor-faktor seperti
desain kebijakan yang tepat, penggunaan pendapatan yang bijaksana,
dukungan masyarakat, dan keberlanjutan kebijakan dalam jangka panjang.
Pada tahun 2019, Selandia Baru memperkenalkan Sistem
Perdagangan Satu Sisi (ETS) yang mencakup sektor energi, industri, dan
transportasi. ETS ini memasukkan pajak karbon yang dikenakan pada emisi
karbon dari sektor-sektor tersebut.
Implementasi ETS di Selandia Baru telah berhasil dalam mengurangi
emisi karbon. Pada tahun 2020, negara ini mencapai target pengurangan
emisi sebesar 30% di bawah tingkat tahun 2005. Pajak karbon dan ETS
memberikan insentif bagi perusahaan dan individu untuk mengurangi emisi
melalui penghematan energi, menggunakan teknologi bersih, dan investasi
dalam proyek-proyek rendah karbon.
Kanada juga telah berhasil dalam penerapan pajak karbon. Pada
tahun 2019, Kanada memberlakukan pajak karbon nasional yang mencakup
sepuluh provinsi. Pajak ini dikenakan pada bahan bakar fosil, seperti bensin
dan gas alam. Pendapatan dari pajak karbon digunakan untuk memberikan
insentif kepada rumah tangga dengan memberikan pengembalian pajak
yang lebih tinggi.
Penerapan pajak karbon di Kanada telah membantu mengurangi
emisi karbon dan mendorong inovasi dalam sektor energi. Proyek-proyek
energi terbarukan telah menerima dukungan finansial melalui pendapatan
dari pajak karbon. Selain itu, pajak karbon juga telah membantu mengubah
perilaku konsumen dengan mendorong transisi ke mobil listrik dan
transportasi berkelanjutan.
Negara lain yang telah berhasil dalam penerapan pajak karbon
adalah Jerman. Jerman telah mengadopsi pajak karbon pada sektor
transportasi dan pemanasan bangunan. Pajak ini bertujuan untuk
mengurangi emisi karbon dan mendorong penggunaan energi bersih.

12
Pendapatan dari pajak karbon digunakan untuk mengurangi beban pajak
penghasilan dan mempromosikan energi terbarukan.
Keberhasilan penerapan pajak karbon di Selandia Baru, Kanada, dan
Jerman menunjukkan bahwa pajak karbon dapat menjadi instrumen efektif
dalam mengurangi emisi dan mendorong transisi ke ekonomi rendah
karbon. Keberhasilan ini didukung oleh desain kebijakan yang tepat,
partisipasi sektor swasta, dan dukungan masyarakat yang kuat. Penerapan
pajak karbon dapat memberikan manfaat ganda dalam melindungi
lingkungan dan menciptakan peluang ekonomi baru.

G. Partisipasi Sektor Swasta dalam Penerapan Pajak Karbon.

Partisipasi sektor swasta dalam penerapan pajak karbon memiliki


peranan penting dalam upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca dan mendorong transisi ke ekonomi rendah karbon. Sektor swasta
dapat berkontribusi dalam berbagai cara yang dapat meningkatkan
efektivitas dan keberlanjutan dari penerapan pajak karbon.
Pertama-tama, sektor swasta dapat berperan dalam mengurangi
emisi karbon melalui langkah-langkah internal dalam operasional mereka.
Perusahaan dapat menerapkan kebijakan pengurangan emisi,
meningkatkan efisiensi energi, beralih ke sumber energi terbarukan, atau
mengadopsi teknologi hijau dalam rantai pasokan mereka. Dengan
mengurangi emisi karbon secara internal, sektor swasta dapat membantu
mencapai target nasional atau global dalam mengurangi emisi.
Sektor swasta dapat mengambil inisiatif internal untuk mengurangi
emisi karbon dalam operasional mereka. Perusahaan dapat mengadopsi
praktik penghematan energi, efisiensi proses, dan menggunakan sumber
energi bersih. Investasi dalam teknologi hijau, seperti energi terbarukan dan
efisiensi energi, juga dapat membantu mengurangi jejak karbon
perusahaan.
Selain itu, sektor swasta dapat berkolaborasi dengan pemerintah
dalam menerapkan pajak karbon. Perusahaan dapat bekerja sama dengan
pemerintah dalam merancang kebijakan, memberikan masukan tentang
mekanisme pajak, dan membagikan pengalaman terkait pengurangan emisi.
Kolaborasi ini memungkinkan adanya kesesuaian antara kebijakan
pemerintah dan kebutuhan bisnis sehingga penerapan pajak karbon dapat
berjalan lebih efektif.
Partisipasi sektor swasta dalam penerapan pajak karbon juga dapat
melibatkan investasi dalam teknologi hijau dan proyek-proyek rendah
karbon. Perusahaan dapat mengalokasikan dana untuk riset dan
pengembangan teknologi yang berkontribusi pada pengurangan emisi.

13
Investasi dalam proyek-proyek terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga
surya atau pengembangan transportasi berkelanjutan, juga dapat membantu
mengurangi emisi secara keseluruhan.
Sektor swasta juga dapat berpartisipasi dalam skema perdagangan
emisi yang terkait dengan pajak karbon. Dalam skema ini, perusahaan diberi
kuota emisi yang dapat diperdagangkan di pasar. Perusahaan yang berhasil
mengurangi emisi di bawah kuota mereka dapat menjual kelebihan kuota
kepada perusahaan lain yang melebihi batas emisi mereka. Partisipasi
sektor swasta dalam skema perdagangan emisi dapat menciptakan insentif
ekonomi yang mendorong perusahaan untuk mengurangi emisi karbon
mereka dengan cara yang paling efisien.
Sektor swasta juga dapat berperan dalam pengembangan dan
investasi dalam teknologi rendah karbon. Perusahaan dapat melakukan
penelitian dan pengembangan untuk menciptakan solusi inovatif dalam
mengurangi emisi karbon, seperti teknologi energi terbarukan, penyimpanan
energi, atau mobilitas berkelanjutan. Investasi sektor swasta dalam proyek-
proyek energi terbarukan atau infrastruktur transportasi yang ramah
lingkungan juga dapat berperan penting dalam mempercepat transisi ke
ekonomi rendah karbon.
Sektor swasta dapat berperan dalam mendukung kebijakan pajak
karbon melalui advokasi dan kolaborasi dengan pemerintah. Perusahaan
dapat memberikan masukan dalam perumusan kebijakan dan
mempengaruhi kebijakan yang mendukung penerapan pajak karbon yang
efektif. Melalui kemitraan antara sektor swasta dan pemerintah, dapat
diciptakan kebijakan yang memadukan kepentingan bisnis dengan upaya
perlindungan lingkungan.
Partisipasi sektor swasta dalam penerapan pajak karbon bukan
hanya menguntungkan dalam mengurangi emisi karbon, tetapi juga dapat
memberikan manfaat ekonomi. Dengan mengadopsi solusi inovatif dan
berinvestasi dalam sektor rendah karbon, perusahaan dapat
mengembangkan keunggulan kompetitif, mengurangi biaya operasional, dan
menghadapi risiko yang terkait dengan perubahan iklim.
Partisipasi sektor swasta dalam penerapan pajak karbon dapat
memperkuat upaya global dalam mengurangi emisi karbon dan mencapai
target perubahan iklim. Dengan menggabungkan inisiatif internal, kolaborasi
dengan pemerintah, dan investasi dalam teknologi hijau, sektor swasta
dapat berperan sebagai agen perubahan yang penting dalam transisi ke
ekonomi rendah karbon.
Dengan partisipasi aktif sektor swasta dalam penerapan pajak
karbon, dapat tercipta sinergi antara kepentingan bisnis dan upaya
perlindungan lingkungan. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim,
kolaborasi antara sektor publik dan swasta menjadi kunci dalam mencapai

14
tujuan pembangunan yang berkelanjutan dan menciptakan masa depan
yang lebih hijau.

H. Peran Pemerintah dalam Mengawasi dan Mengontrol Implementasi


Pajak Karbon.

Peran pemerintah dalam mengawasi dan mengontrol implementasi


pajak karbon sangat penting untuk memastikan keberhasilan dan efektivitas
kebijakan tersebut. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk merancang,
menerapkan, dan mengawasi pajak karbon guna mencapai tujuan
pengurangan emisi gas rumah kaca dan mendorong transisi ke ekonomi
rendah karbon.
Pertama-tama, pemerintah memiliki peran dalam merancang
kebijakan dan regulasi terkait pajak karbon. Ini melibatkan penentuan tarif
pajak, cakupan sektor yang dikenakan pajak, dan mekanisme pengumpulan
dan alokasi pendapatan dari pajak karbon. Dalam merancang kebijakan ini,
pemerintah perlu mempertimbangkan aspek-aspek seperti kesetaraan,
keberlanjutan ekonomi, dan keadilan sosial. Pemerintah juga harus
melibatkan pemangku kepentingan terkait, seperti sektor swasta,
masyarakat sipil, dan akademisi, dalam proses perumusan kebijakan.
Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawasi implementasi pajak
karbon. Ini melibatkan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pajak karbon oleh perusahaan dan sektor-sektor terkait. Pemerintah perlu
memastikan bahwa perusahaan membayar pajak karbon sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dan melaporkan emisi dengan akurat.
Pengawasan ini juga melibatkan penegakan hukum terhadap pelanggaran
yang terkait dengan pajak karbon.
Pemerintah perlu memberikan pedoman dan panduan kepada
perusahaan dan masyarakat terkait dengan implementasi pajak karbon. Hal
ini dapat meliputi informasi tentang metode perhitungan emisi, pelaporan,
dan pembayaran pajak. Pemerintah juga dapat memberikan bimbingan
tentang teknologi dan praktik terbaik dalam mengurangi emisi karbon serta
memberikan insentif untuk mendorong partisipasi aktif dalam penerapan
pajak karbon.
Pemerintah juga harus memantau dan mengevaluasi dampak pajak
karbon terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat secara keseluruhan.
Evaluasi ini penting untuk memastikan bahwa pajak karbon efektif dalam
mengurangi emisi dan berdampak positif dalam mencapai tujuan perubahan
iklim. Hasil evaluasi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penyesuaian kebijakan yang diperlukan, seperti menyesuaikan tarif pajak,
memperluas cakupan sektor, atau mengalokasikan pendapatan dengan

15
lebih efektif.
Pemerintah juga memiliki peran dalam menyediakan transparansi
dan akuntabilitas dalam implementasi pajak karbon. Pemerintah harus
memastikan keterbukaan informasi terkait dengan pajak karbon, termasuk
pengumpulan dan penggunaan pendapatan dari pajak tersebut. Masyarakat
harus dapat mengakses informasi ini dan mengawasi apakah pajak karbon
dilaksanakan dengan benar dan adil.
Peran pemerintah dalam mengawasi dan mengontrol implementasi
pajak karbon meliputi merancang kebijakan, mengawasi pelaksanaan,
memberikan panduan, memantau dampak, dan menyediakan transparansi.
Dengan melaksanakan peran ini dengan baik, pemerintah dapat
memastikan bahwa pajak karbon efektif dalam mengurangi emisi dan
berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.

16
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak karbon memiliki pengaruh yang signifikan dalam sektor industri


dan upaya pengurangan emisi karbon. Meskipun ada resistensi terhadap
penerapan pajak karbon, terdapat berbagai argumen yang mendasari
keberadaan resistensi tersebut. Namun, dampak dari pajak karbon terhadap
biaya produksi perusahaan dapat dikelola melalui strategi pengurangan
emisi dan efisiensi energi. Meskipun pajak karbon dapat memberikan
tekanan pada daya saing perusahaan dalam pasar global, tetapi dengan
kebijakan yang tepat dan pemberian insentif, dampak negatif tersebut dapat
diminimalkan.
Pentingnya mengatasi resistensi terhadap pajak karbon terletak pada
kemampuan pajak karbon untuk mendorong inovasi dan pengembangan
teknologi ramah lingkungan di sektor industri. Pajak karbon memberikan
insentif finansial bagi perusahaan untuk mengurangi emisi karbon mereka
dan mencari solusi inovatif yang lebih efisien. Melalui penelitian dan
pengembangan, perusahaan dapat mengadopsi teknologi hijau dan
memperoleh keunggulan kompetitif dalam pasar yang semakin menghargai
produk berkelanjutan.
Meskipun resistensi terhadap pajak karbon dapat menyebabkan dampak
negatif terhadap daya saing perusahaan, pajak karbon juga dapat memacu
transisi menuju ekonomi rendah karbon. Melalui insentif fiskal, kolaborasi
lintas sektor, komunikasi yang efektif, dan alokasi dana yang bijaksana,
perusahaan dapat mengurangi resistensi, mengadopsi teknologi
berkelanjutan, dan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon.
Secara keseluruhan, pajak karbon adalah instrumen kebijakan yang
penting dalam upaya mengurangi emisi karbon di sektor industri. Meskipun
ada resistensi dan tantangan dalam penerapannya, pajak karbon memiliki
potensi untuk mengurangi dampak lingkungan dan mendorong transisi
menuju ekonomi rendah karbon. Dengan strategi yang tepat, pengurangan
resistensi, dan dukungan yang memadai, pajak karbon dapat menjadi
pendorong untuk inovasi, efisiensi, dan pengembangan teknologi ramah
lingkungan. Pentingnya kerjasama antara pemerintah, perusahaan, dan
masyarakat dalam mengatasi resistensi dan mendorong perubahan menuju
keberlanjutan tidak dapat diremehkan. Dengan langkah-langkah yang
terarah, sektor industri dapat berperan aktif dalam mengurangi emisi karbon
dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

17
Pajak karbon adalah instrumen kebijakan yang penting dalam upaya
mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong transisi ke ekonomi
rendah karbon. Contoh sukses dari penerapan pajak karbon di negara-
negara seperti Swedia dan British Columbia menunjukkan dampak positif
dalam mengurangi emisi dan mempromosikan penggunaan energi bersih.
Partisipasi sektor swasta dalam penerapan pajak karbon juga penting,
dengan peran mereka dalam mengurangi emisi internal, berinvestasi dalam
teknologi rendah karbon, dan mendukung kebijakan pajak karbon.
Pemerintah memiliki peran kunci dalam mengawasi dan mengontrol
implementasi pajak karbon melalui perancangan kebijakan yang tepat,
pengawasan pelaksanaan, memberikan pedoman, memantau dampak, dan
menyediakan transparansi. Dengan kerjasama antara pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat, pajak karbon dapat menjadi alat efektif dalam
mencapai tujuan perlindungan lingkungan dan perubahan iklim yang lebih
berkelanjutan.

B. Saran

1. Meningkatkan komunikasi yang efektif tentang urgensi dan manfaat


pengurangan emisi karbon serta pentingnya pajak karbon sebagai
instrumen kebijakan.
2. Memberikan kepastian hukum terkait dengan kebijakan pajak karbon,
termasuk mekanisme, tarif, dan tenggat waktu penerapan, dapat
membantu perusahaan merencanakan investasi jangka panjang mereka
dengan lebih baik.
3. Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal, seperti keringanan pajak
atau subsidi, bagi perusahaan yang mengadopsi teknologi dan praktik
berkelanjutan.
4. Mendorong kolaborasi antara perusahaan, lembaga riset, pemerintah,
dan organisasi non-pemerintah dapat mempercepat transfer
pengetahuan, berbagi sumber daya, dan mempromosikan inovasi dalam
pengurangan emisi karbon.
5. Pemerintah dapat mempertimbangkan pendekatan bertahap dalam
penerapan pajak karbon, memberikan perusahaan waktu untuk
menyesuaikan diri dan mengembangkan strategi pengurangan emisi
yang efektif.
6. Penerimaan pajak karbon dapat dialokasikan untuk investasi dalam
infrastruktur hijau, penelitian dan pengembangan teknologi
berkelanjutan, serta pelatihan tenaga kerja.
7. Menjaga transparansi dalam penggunaan dana pajak karbon dan
memastikan akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Barus, E. B., & Suparna Wijaya, S. E. (2020). Pajak Karbon: Belajar Dari
Swedia dan Finlandia. Penerbit Adab.

Barus, E. B., & Wijaya, S. (2021). Penerapan Pajak Karbon Di Swedia Dan
Finlandia Serta Perbandingannya Dengan Indonesia. JURNAL PAJAK
INDONESIA (Indonesian Tax Review), 5(2), 256-279.

Dwianika, A., & Tarmidi, D. Pajak Karbon Dalam Perspektif Akuntan.


PUMPUNAN PUMPUNAN KAJIANURBAN KAJIANURBAN, 85.

Fandira, W., Sulistiyowati, M., & Widiyanto, M. R. B. (2022, October).


Implementasi Pajak Karbon Sebagai Strategi Peningkatan Kepatuhan
Pajak guna Menyongsong Sustainability Development Goals 2030. In
Prosiding Seminar Nasional Ekonomi dan Perpajakan (Vol. 2, No. 1, pp.
27-38).

Kristanti, K. M., & Saptono, P. B. (2022). Pajak Karbon dalam Langkah


Pelestarian Lingkungan. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis, 15(2),
538-547.

Kumala, R., Ulpa, R., & Rahayu, A. (2021, March). Pajak Karbon: Perbaiki
Ekonomi dan Solusi Lindungi Bumi. In Prosiding Seminar STIAMI (Vol. 8,
No. 1, pp. 66-73).

Maghfirani, H. N., Hanum, N., & Amani, R. D. (2022). Analisis Tantangan


Penerapan Pajak Karbon Di Indonesia. Juremi: Jurnal Riset
Ekonomi, 1(4), 314-321.

Margono, M., Sudarmanto, K., Sulistiyani, D., & Sihotang, A. P. (2022).


Keabsahan Pengenaan Pajak Karbon Dalam Peraturan
Perpajakan. JURNAL USM LAW REVIEW, 5(2), 767-781.

Pratama, B. A., Ramadhani, M. A., Lubis, P. M., & Firmansyah, A. (2022).


Implementasi Pajak Karbon Di Indonesia: Potensi Penerimaan Negara
Dan Penurunan Jumlah Emisi Karbon. JURNAL PAJAK INDONESIA
(Indonesian Tax Review), 6(2), 368-374.

Saputra, A. I. (2021). Pajak karbon sebagai sumber penerimaan negara dan


sistem pemungutannya. Jurnal Anggaran Dan Keuangan Negara
Indonesia (AKURASI), 3(1), 56-71.

19
Selvi, S., Rahmi, N., & Rachmatulloh, I. (2020). Urgensi Penerapan Pajak
Karbon Di Indonesia. Jurnal Reformasi Administrasi: Jurnal Ilmiah untuk
Mewujudkan Masyarakat Madani, 7(1), 29-34.

Sitorus, R. R., & Pratysto, T. (2018). Pajak Karbon, Kerusakan Karbon, Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Lima Belas Negara Selama 27 Tahun. JMB:
Jurnal Manajemen dan Bisnis, 7(2).

Suryani, S., & Yusrizal, Y. (2023). Peran sektor industri manufaktur dalam
mendukung gerakan green economy. INOVASI: Jurnal Ekonomi,
Keuangan dan Manajemen, 19(1).

Yudhana, F. W., & Madalina, M. (2022). Formulasi Kebijakan Penerapan Pajak


Karbon Di Indonesia. Souvereignty, 1(1), 68-78.

20

Anda mungkin juga menyukai