Anda di halaman 1dari 5

Diskusi.

Tuesday, 14 September 2021, 10:44 PM

Dear Mahasiswa...

Silakan anda diskusikan topik sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan eksternalitas yang harus diinternalisasi ?

2. Upaya apa yang dapat digunakan untuk mengurangi kekuatan monopoli ?

Selamat berdiskusi...

Re: Diskusi.8

by AZIZAH ROHADATUL AISY 043938527 - Thursday, 16 December 2021, 10:44 AM

1. Eksternalitas yang Harus Diinternalisasi

Tindakan penanggulangan eksternalitas yang dilakukan oleh pemerintah pada kasus biaya
maupun manfaat eksternal merupakan upaya menginternalisikan semua biaya maupun manfaat
eksternal. Misalkan dalam kasus berupa biaya eksternal-produsen dikenakan peraturan dan/ atau
pajak khusus.

a. Peraturan berdasarkan hukum. Ini merupakan tindakan langsung dalam contoh


penanggulangan pencemaran berupa peraturan pelarangan secara langsung untuk
mengendalikan dan menghambat polusi. Dengan demikian, perusahaan industri yang
secara potensial merupakan penyebab polusi harus mengeluarkan tambahan biaya untuk
pembelian, pemasangan dan operasi alat yang diperlukan untuk menyaring air atau udara
sebelum limbah dibuang atau dialirkan ke sungai. Karena ada ancaman hukuman, biaya
produksi para pencemar potensial akan naik yang mengakibatkan kurva biaya bergeser ke
atas.

b. Pengenaan pajak khusus pencemaran. Pungutan pajak harus kira-kira sebesar biaya
pencemaran per satuan output. Dengan demikian perusahaan/industri tak bisa
menghindarkan diri dari menanggung biaya eksternal. Akibatnya kurva biaya produksi
naik dan harga naik pada setiap tingkat output hingga lebih menguntungkan
memproduksi output lebih sedikit. Sumber daya yang digunakan pun lebih sedikit hingga
dapat digunakan di sektor produksi lain, akibatnya ada perbaikan alokasi sumber daya
ekonomi.

Sebaliknya pada kasus manfaat eksternal, manfaat yang diterima oleh individu lebih kecil
daripada manfaat yang diperoleh masyarakat secara keseluruhan. Akibatnya tingkat output yang
diproduksi terlalu sedikit. Untuk menaikkannya, pemerintah dapat mengambil kebijakan
memberikan insentif untuk meningkatkan produksi. Subsidi merupakan kebalikan pajak,
memberikan tambahan pendapatan bagi perusahaan. Sebagai contoh adalah subsidi program
imunisasi massal dan program kesehatan masyarakat lainnya. Pilihan kebijakan lain dalam kasus
manfaat eksternal adalah pemerintah membiayai atau langsung memiliki dan mengoprasikan
usaha tersebut.

Selain itu pemerintah juga dapat mengambil posisi tidak campur tangan dalam hal ini,
penyelesaian diserahkan kepada pihak-pihak swasta. Dua penyelesaian dengan pendekatan ini
mencakup penyelesaian lewat negoisasi antara pihak-pihak yang terlibat (liability rule).

Pada semua kasus eksternalitas, penyelesaian lewat mekanisme pasar murni menghasilkan
penyelesaian yang tidak efisien. Setiap pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan harus
menginternalisasi, biaya eksternal, karena itu biaya eksternal harus diinternalisasi bagi
pengambil keputusan untuk memberi insentif untuk menurunkan pencemaran polusi dalam
jumlah yang efisien. Misalkan pemerintah memutuskan tidak campur tangan dalam masalah
polusi air sungai. Keadaan ini menuntut pihak-pihak bersangkutan mengadakan negoisasi dan
perundingan guna mencapai persetujuan yang memberikan hasil efisien. Penyelesaian seperti ini
dapat diperoleh bila hak milik dapat didefinisikan secara jelas dan biaya negosiasi rendah.
Sebagai contoh sebuah perusahaan industri membuang limbah kimia di hulu sungai. Ini
mencemari tambak udang atau tanah pertanian padi di hilir sungai. Pihak yang terakhir bisa
menuntut kerugian di pengadilan atau lewat perantara hukum dengan negoisasi yang diselesaikan
di luar pengadilan. Dengan negoisasi, keduanya akan sampai pada keputusan tentang tingkat
efisien polusi. Tetapi hal ini sulit dirundingkan dan dilaksanakan karena sulit mendefiniskan
batas-batas hak milik serta menghitung kerugian yang diakibatkan. Dengan metode liability rule
maka pembuat pencemaran dapat dituntut untuk setiap akibat yang ditimbulkan terhadap orang
atau pihak lain.

Pada penyelesaian pengendalian kolektif, pemerintah bertindak menanggulangi polusi yang


bisa berupa pengendalian langsung atau pungutan denda berupa pengenaan pajak untuk
mendorong perusahaan mengurangi tingkat polusi atau eksternalitas lainnya. Secara praktis
pemerintah dapat menetapkan ambang batas pencemaran yang dapat ditolerir bagi suatu
perusahaan/industri. Misalnya ditetapkan untuk industri perakitan mobil dan pembuatan suku
cadang selama suatu periode waktu tertentu harus menurunkan tiga sumber utama
pencemarannya sebesar 90 persen. Untuk pembangunan pembangkit tenaga listrik ditetapkan
harus menurunkan pencemaran sulfur sebesar 90 persen. Perusahaan produsen asbes diwajibkan
membersihkan udara di sekitarnya hingga tak boleh lebih dari dua lembar serat asbes ada pada
setiap satu kubik sentimeter udara. Penetapan yang serupa juga bisa dilakukan untuk perusahaan
industri semen, petrokimia, dan industri lain.

Misalkan pemerintah menetapkan polusi tak boleh lebih besar dari 100 ton yang
merupakan titik keseimbangan optimal di mana nilai tambahan kerusakan lingkungan bagi
masyarakat sama besarnya dengan tambahan biaya marjinal akibat penurunan pencemaran. Bila
ambang batas ini dilampaui maka ia dikenakan denda yang sangat berat hingga kebijakan
penetapan ambang batas polusi oleh pemerintah dapat tercapai. Tetapi dua masalah akan mucul
di sini. Pertama, bagaimana menetapkan tingginya ambang batas agar bisa dicapai penyelesaian
pencemaran yang optimal. Pada dasarnya ini bisa dilakukan dengan mengadakan analisis biaya
manfaat. Semua kerusakan sosial dan biaya penaggulangan diidentifikasi dan dihitung dan
kemudian dicari tingkat pencemaran yang meminimumkan biaya total, misalkan diperoleh
ambang batas yang meminimumkan biaya sebesar 100 ton pencemaran. Kesulitan kedua yang
dihadapi adalah bila pengenaan dendanya sangat besar, maka perusahaan akan terangsang
memenuhinya. Tetapi bila dendanya dipandang perusahaan cukup ringan dibandingkan dengan
manfaat atau keuntungan yang diperolehnya bila ia mencemarkan lebih banyak atau melebihi
ambang batas, perusahaan cenderung melanggar ambang batas.

Kelemhan penetapan ambang batas pencemaran adalah karena ditetapkan secara umum dan
tak membedakan menurut skala perusahaan, output perusahaan industri baja di daerah terletak di
daerah pedesaan ataupun perkotaan, apakah untuk bahan kimia beracun itu mempunyai efek
merusak permanen atau hanya temporer? Ketetapan ambang batas semacam ini tak dapat secara
efisien mengalokasikan penurunan pencemaran di antara perusahaan industri hingga mereka
yang biaya penanggulangan pecemarannya rendah mungkin sekali harus menanggung biaya
tinggi.

Karena adanya kritik atau kelemahan penetapan ambang batas pencemaran yang merupakan
metode pengendalian langsung maka beberapa kalangan menyarankan pengenaan pajak
pencemaran. Mekanisme bekerjanya sebagai berikut, perusahaan industri pencemar lingkungan
ditetapkan harus membayar pajak atas pencemaran sebesar nilai kerusakan eksternal. Perusahaan
yang berorientasi mencapai keuntungan maksimum akan mencapai keseimbangan pada tingkat
produksi di mana biaya marjinal penurunan pencemaran sama untuk privat ataupun untuk
seluruh masyarakat. Upaya penanggulangan pencemaran lewat pengenaan pajak polusi dapat
menurunkan pencemaran atau eksternalitas disekonomi lain secara lebih fleksibel dan efisien,
karena hanya beberapa pajak eksternalitas diperlukan dibandingkan dengan ribuan peraturan
penetapan ambang batas polusi.

2. Upaya yang dapat Digunakan untuk Mengurangi Kekuatan Monopoli

Bila tidak ada halangan masuk ke dalam industri apakah secara teknis atau legal hukum/
peraturan maka mekanisme institusi harus dibentuk untuk mengurangi surplus ekonomi dari
kekuatan monopoli. Ada dua pendekatan yang bisa digunakan yaitu pertama regulasi harga atau
tarif, yaitu bila pasar-pasar kompetitif sulit dibentuk dan dipertahankan. Kedua adalah dengan
melalui penerapan hukum/peraturan antitrust di pasar-pasar yang telah terbentuk

Di bawah ketentuan pengaturan regulasi, perusahaan monopolis menyerahkan kendali


harga untuk memperoleh hak secara hukum resmi. Misalnya perusahaan monopolis daya listrik
menerima tugas untuk melayani menyediakan bagi semua pelanggan dan menyerahkan kepada
regulasi tarif (harga) dan investasi untuk memperoleh perlindungan dari para pesaing serta hak-
hak hukum/ legal tertentu, misalnya hak untuk membeli tanah untuk jalur transmisi. Meskipun
regulasi memusatkan pada tarif yang memberikan cukup pendapatan, otoritas regulatori harus
juga mengurusi serta mengawasi tingkat output, kualitas output, konstruksi kapasitas baru, serta
mengawasi upaya perusahaan yang di regulasi untuk memperluas kekuatan monopoli mereka ke
pasar-pasar lain.
Regulasi pasar mensyaratkan perusahaan-perusahaan yang di deregulasi memberikan
begitu banyak informasi teknis dan finansial kepada otoritas regulatori di mana konflik yang
tidak bisa dihindari muncul antara regulator yang berupaya untuk memaksimumkan surplus
ekonomi dan perusahaan monopolis yang berupaya memaksimumkan keunungan. Karenanya
dirasakan perlunya upaya untuk mendesain kembali lembaga regulatori guna meminimumkan
persyaratan informasi sementara berupaya menirukan efisiensi pasar. Upaya telah dilakukan
untuk mengenalkan mekanisme pasar ke dalam regulasi industri daya listik terutama dalam
pembangkit dan penjualan ritel daya listik.

Pendekatan lain untuk melemahkan kekuatan monopoli adalah melalui undang-undang


pemaksaan hukum antitrust. Meskipun penerapan pemaksaan hukum ini tidak tepat pada industri
yang di regulasi, namun prinsip-prinsip ini harus lebih bisa diterapkan pada pasar yang di
deregulasi di mana pasar persaingan telah dikenalkan dan dicoba diterapkan pada industri
pembangkit daya listrik di beberapa negara atau negara bagian di negara beser federasi yang
memberikan otonomi yang luas bagi daerah-daerah wilayahnya untuk melakukan pengaturan
sendiri di daerahnya dalam bidang industri daya listrik atau bidang-bidang lain.

Regulasi antitrust dapat dilaksanakan secara hukum dengan dua cara. Pertama
memberikan wewenang kuat dan luas untuk melakukan pemaksaan hukum kepada lembaga-
lembaga pemerintah dan kedua, memberikan pihak-pihak yang dirugikan oleh penerapan praktek
kekuatan monopoli, hak untuk melakukan tuntutan hukum atas perusahaan monopoli serta
menuntut kompensasi atas kerugia-kerugian yang dideritanya.

Secara umum dapat dikatakan masing-masing negara telah menyusun serta menerapkan
undang-undang disertai dengan mekanismenya untuk membatasi kemungkinan munculnya
kekuatan monopoli oleh suatu perusahaan besar atau kelompok perusahaan yang bertindak
bersama-sama untuk menaikkan harga/tarif, membatasi output, atau membentuk dan
menciptakan halangan masuk ke dalam indusri. Ternyata terdapat pertentangan antara upaya
kebijakan otoritas antitrust serta pemberian monopoli secara resmi untuk mendorong beberapa
manfaat bagi masyarakat, seperti pemberian hak paten serta perlindungan-perlindungan lain pada
hak-hak milik (property) intelektual. Sedangkan terdapat kecenderungan akibat adanya dorongan
untuk melakukan privatisasi perusahaan monopolis milik negara menjadi milik swasta nasional
seyogianya dilakukan dengan sangat hati-hati guna menghindari transfer kekuatan monopoli
kepada pemilikan swasta jika otoritas regulatoru dan antitrust belum dibentuk dan bekerja secara
mapan.

Kasus lain monopoli pada industri daya listrik adalah monopoli oleh perusahaan milik
negara yang beberapa merupakan nasionalisasi yang dilakukan sejak kemerdekaan dengan
merasionalisasi perusahaan asing atau memang sejak semula baru didirikan. Ada berbagai alasan
kemanfaatan dari perusahaan negara dalam melayani kepentingan masyarakat umum dan
terutama yang tidak mampu, untuk mendorong perkembangan sektor ekonomi lain misalnya
sektor industri atau dengan berbagai alasan lain. Peran pemerintah dalam kebijaksanaannya
mendominasi operasi, kinerja, serta perkembangan industri ini termasuk industri pada kapasitas
produksi. Kebijaksanaan bertumpu pada penetapan harga oleh otorita pemerintah, mungkin yang
tertinggi termasuk konsekuensi dan dari penetapan harga rendah yang membutuhkan subsidi dari
anggaran belanja negara. Ini selalu merupakan isu kebijakan utama menyangkut segi politik dan
pemerintah serta legislative. Kinerja dan perkembangan industri daya tenaga kerja sangat
dipengaruhi oleh fenomena ini.

Referensi: https://pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?modul=ESPA4111

Maximum rating: 96 (1)
Re: Diskusi.8

by Kusyanto, SSTP, M.Si 03000113 - Friday, 17 December 2021, 10:02 AM


This is a private reply. It is not visible to other participants.

selain materi yang sudah anda jelaskan, anda harus tetap mempelajari semua materi yang ada
Modul untuk persiapan UAS, tetap semangat, persiapkan UAS dengan sebaik-baiknya, semoga
mendapatkan hasil yang memuaskan...

Anda mungkin juga menyukai