Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS BUDAYA FILM BUMI MANUSIA

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan nilai-nilai yang disampaikan dalam film
Bumi Manusia mengenai nilai budaya.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang peneliti
gunakan adalah penelitian (documentary research). Teknik pengumpulan data yang
dilakukan yakni mengidentifikasi sejumlah gambar dan dialog yang terdapat pada shot
dan scene yang di dalamnya menggambarkan nilai-nilai sosial dan budaya. Dengan
menggunakan metode deskriptif dan metode content analysis yaitu menganalisis
adegan-adegan, dialog tokoh berdasarkan nilai-nilai sosial dan budaya.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan penelitian tentang nilai-
nilai sosial dan budaya dalam sebuah film dan nantinya dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah serta memberikan saran kepada sineas muda dalam berkarya.
Kata Kunci: Nilai Budaya dan Film Bumi Manusia
PENDAHULUAN
Kehidupan Manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi,
karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial
manusia atau masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat terlihat pada setiap aspek
kehidupan sehari-hari manusia, yaitu sejak dari bangun tidur di pagi hari sampai dengan
manusia beranjak tidur pada malam hari. Dengan kata lain, komunikasi telah menjadi
„jantung‟ dari kehidupan kita. Komunikasi sudah menjadi bagian dari kegiatan kita
seharihari. Jarang disadari bahwa pada prinsipnya tidak seorang pun dapat melepaskan
dirinya dari aktivitas komunikasi (Drs. Tommy Suprapto, M.S., 2009, p. 1)
Fakta bahwa film memberikan pengaruh kepada masyarakat menjadikan film
sebagai alat untuk menghadirkan “realitas sosial” yang dipersentasikan sebagai realitas
media. Realitas media yang dibangun oleh film merupakan hasil pemikiran para
pembuat film, yang didalam pengembangannya mengikuti tuntuan pasar. Masyarakat
dan media adalah dua elemen yang saling membutuhkan. Disatu sisi pola hidup
sebahagian besar masyarakat dipengaruhi oleh media, ada kemungkinan media massa
akan mengukuhkan nilai-nilai sosial yang sudah ada dalam masyarakat. Namun, media
menawarkan ide-ide baru yang bertolak belakang dengan nilainilai yang sudah
disepakati, juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan, beberapa film atau sinetron
justru lebih banyak melawan budaya yang tidak sesuai tuntutan zaman.
Film ini dikemas begitu menarik, alur cerita yang maju, mundur, serta
pengisahan konflik-konflik membuat para penonton semakin mengenal sejarah dan
tercerahkan, membuat film ini semakin bagus dan berkualitas. Namun sebuah film yang
bagus dan berkualitas bukan hanya dilihat dari alur ceritanya saja tetapi harus
mempunyai nilai-nilai sosial maupun budaya yang ingin disampaikan kepada penonton.
Film ini layak untuk ditonton, selain karena sinematografisnya bagus, penonton akan
mendapat pelajaran berharga dari film tersebut.
Semisal pada film Bumi Manusia yang menceritakan Ini adalah kisah dua anak
manusia yang meramu cinta di atas pentas pergelutan tanah kolonial awal abad 20.
Inilah kisah Minke dan Annelies. Cinta yang hadir di hati Minke untuk Annelies,
membuatnya mengalami pergulatan batin tak berkesudahan. Dia, pemuda pribumi, Jawa
totok. Sementara Annelies, gadis Indo Belanda anak seorang Nyai. Bapak Minke yang
baru saja diangkat jadi Bupati, tak pernah setuju Minke dekat dengankeluarga Nyai,
sebab posisi Nyai di masa itu dianggap sama rendah dengan binatang peliharaan.
Pada suatu hari di Surabaya, Minke diajak Robert Suurhof melawat ke rumah
keluarga Mellema, Boerderij Buitenzorg di Wonokromo. Kedatangan Minke disambut
dengan penuh kecurigaan oleh Robert Mellema yang justru menyambut Suurhof dengan
penuh keakraban, tetapi sebaliknya dengan adiknya Annelies Mellema serta ibunya
Ontosoroh yang menerima Minke dengan gembira. Minke mulai menjalin hubungan
mesra dengan Annelies dan Ontosoroh, walau Annelies sempat merasa belum terbiasa
dengan Minke. Keesokan harinya, Minke yang saat itu bersekolah di
Hogereburgerschool (HBS) berkhayal Ontosoroh menghampirinya ketika Magda Peters
menerangkan pelajaran, sehingga Magda menyadarkan Minke yang diikuti dengan
tertawaan kawan-kawannya, termasuk Suurhof. Sepulang sekolah, Minke menghampiri
kawannya berkebangsaan Prancis bernama Jean Marais yang melukis dan anaknya May
Marais.
Annelies menceritakan kehidupan ibunya, Sanikem, yang kemudian mengganti
namanya menjadi Ontosoroh. Minke terilhami dan menulis artikel di koran Surabaya
dengan nama samaran Max Tollenaar. Malam harinya, Minke tiba-tiba ditangkap polisi
karena tulisannya tempo hari yang lalu. Minke akhirnya kembali ke rumah dan
disambut dengan kemarahan ayahnya karena berhubungan dengan Annelies; hubungan
itu dinilai ayahnya meninggalkan budaya dan tradisi Jawa. Pada saat yang sama di
Wonokromo, Ontosoroh menenangkan Annelies yang menangisi kepergian Minke,
tetapi Annelies langsung pergi meninggalkan Ontosoroh. Kembali ke Wonokromo,
Minke mulai dihadapkan dengan perkara yang sudah lama mengganggu hatinya, yang
tak lain antara jurang pemisah antara kaum yang "terperintah" (bumiputra) dan
"memerintah" (Eropa), serta hubungannya dengan Annelies. Keesokan harinya, ayah
Minke diangkat menjadi bupati. Beberapa hari kemudian, Minke meninggalkan ayahnya
ke rumah Annelies dan merasa dibuntuti Gendut Sipit di kereta api yang ditumpangi.
Di sekolah, Magda menyatakan keingintahuannya akan Max Tollenaar, yang
kemudian dibocorkan Suurhof, tetapi Magda justru memuji kepiawaian Minke dalam
menulis. Suurhof yang merasa tidak terima dengan pujian Magda menghina Minke dan
kemudian Panji Darman, yang dibalas dengan pukulan Panji. Karena perkelahian itu,
kepala sekolah memanggil mereka. Annelies yang berkeliling pertanian tiba-tiba
pingsan, sehingga Annelies dirawat Martinet. Minke tidur sekamar dan bersetubuh
dengan Annelies. Keesokan harinya, Minke mengaku kepada Martinet bahwa Minke
bukanlah orang pertama yang menyetubuhi Annelies karena sebelumnya Robert pernah
memperkosa Annelies. Ketika berangkat ke sekolah, Minke tiba-tiba meminta Darsam
kembali ke rumah Annelies dan memutuskan menghabiskan waktu bersama Annelies di
sana.
Suatu hari, Gendut Sipit didapati penjaga rumah Annelies sedang memata-matai
rumah itu, sehingga memancing Darsam, Minke, dan Annelies mengejarnya hingga
rumah pelacuran. Di sana, Darsam menemukan Herman yang tewas karena keracunan
dan maiko melarikan diri. Pada akhirnya, Minke harus mengikhlaskan keberangkatan
Annelies ke Belanda yang disebabkan karena pernikahan Ontosoroh dan Herman
diputuskan tidak sah oleh hakim pengadilan, sehingga Annelies harus diserahkan
kepada walinya di Belanda.
Pemilihan film Bumi Manusia sebagai bahan penelitian karena dalam film ini
terdapat nilai-nilai yang bisa diambil maknanya bagi penonton terkhusus nilai-nilai
sosial dan budayanya yang diperkuaat dengan setting dan latar yang menggambarkan
suasana kearifan daerah beserta adat istiadatnya. Film ini juga dikemas dengan
semenarik dan seapik mungkin sehingga penonton dapat dengan mudah memahami alur
dan cerita dari film ini, serta dapat melihat nilai-nilai yang terkandung didalamnnya
seperti nilai sosial dan budaya yang ada dalam film Bumi Manusia ini.
Oleh karena itu, dilihat dari latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui dan
memahami “Nilai- nilai budaya yang terkandung dalam film Bumi Manusia” .
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, yakni metode analisis yang
dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta berupa kata, kalimat, dan wacana
yang kemudian disusul dengan analisis.Berkaitan dengan analisis teks sastra
postkolinial terdapat model analisis yang perlu dipertimbangkan, yaitu melalui
pembacaan terhadap teks sastra poskolonial yang spesifik dalam realitas poskolonial.
Hal ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasi pesan-pesan
tersembunyi dalam teks sastra poskolonial (Ratna, 2004:53).
Karya sastra yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah Bumi Manusia
karya Pramoedya Ananta Toer.Bumi Manusia merupakan karya pertama dari tetralogi
Pulau Buru Novel ini dijadikan objek untuk mendeskripsikan konstruksi pakaian
berdasarkan hal berikut; pertama, pakaian dijadikan kekuatan karakter seorang tokoh
oleh Pramodya Ananta Toer; kedua, pakaian menjadi penegas ideologi yang dipegang
oleh tokoh penting dalam novel tersebut. Jadi, dua hal yang menjadi dasar pemikiran di
atas diharapkan dapat mendeskripsikan realitas sastra postkolonial dan konstruksi
pakaian menjadi salah satu tema di dalamnya.
HASIL
Bahasa
Bahasa adalah sistem perlambangan manusia yang lisan maupun tertulis untuk
berkomunikasi antara satu dengan yang lain (Koentjaraningrat, 2009:261). Bahasa yang
digunakan dalam novel Bumi Manusia terdiri dari empat bahasa, yaitu bahasa Jawa,
Belanda, Madura, Perancis, namun telah diterjemahkan oleh Pram ke dalam bahasa
Indonesia.
Melongok melalui jendela aku lihat Mevrouw Télinga melambai kepadaku.
(BM, 2011:19)
Arti kata Mevrouw Télinga pada kutipan novel data (1) adalah sebutan Nyonya
dalam bahasa Belanda. Berhubung dalam waktu itu kata Nyonya belum dipergunakan
dalam Melayu dalam novel ini dipergunakan kata asli. Kata Télinga dibaca Teelingkha.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam novel Bumi Manusia tidak hanya bahasa
Indonesia yang ditampilkan namun juga menggunakan bahasa Belanda.
“Alleluya, Minke, apa kabar hari ini?” tegurnya dalam Prancis yang memaksa
aku menggunakan bahasanya. (BM, 2011:19)
Dekat di belakang pagar kayu terpasang papan nama besar dengan tulisan:
Boerderij Buitenzorg. (BM, 2011:24)
Berdasarkan data (2) adanya pemakaian bahasa Perancis oleh Robert Suurhof
yang telah diterjemahkan oleh Pram ke dalam bahasa Indonesia, untuk lebih
memudahkan pembaca menikmati jalannya cerita. Namun, dalam akhir tuturan tetap
dijelaskan bahwa tuturan tersebut sebenarnya menggunakan bahasa Perancis. Arti kata
Boerderij Buitenzorg pada data (3) adalah perusahaan pertanian yang menggunakan
bahasa Belanda.
Sebaliknya orang lebih banyak menyebut-nyebutnya gundik: Nyai Ontosoroh—
gundik yang banyak dikagumi oleh orang, rupawan, berumur tiga puluhan,pengendali
seluruh perusahaan pertanian besar itu. Dari nama Buitenzorg itu ia dapatkan nama
Ontosoroh—sebutan Jawa. (BM, 2011:25)
“Mengapa diam saja?”tegur Annelies dengan suara manis dalam Belanda
pergaulan. (BM, 2011:27)
“Tamu Annelies juga tamuku,” katanya dalam Belanda yang fasih.
“Bagaimana aku harus panggil? Tuan? Sinyo? Tapi bukan Indo….”. (BM,
2011:33)
“Bukan Indo,…” apa harus panggil dia? Nyai atau Mevrouw? (BM, 2011:33)
“Siapa kasih kowé ijin datang kemari, monyet!” dengusnya dalam Melayu-
pasar, kaku dan kasar,juga isinya. (BM, 2011:64)
Ia tunjukkan padaku sebuah cerpen Een Buitengewoon Gewoone Nyai die Ik
ken. (BM, 2011:162)
Nyai memberikan perintah dalam Madura. Aku tak mengerti betul artinya.kita-
kira saja memerintahkan mengantarkan aku dengan dokar sampaiselamat di rumah.
(BM, 2011:68)
“Papa tak pernah mau jalan-jalan denganku,” gadis itu mengadu dalam Belanda.
(BM, 2011:84) Surat itu bertulis dalam bahasa Belanda yang patut dan benar. (BM,
2011:91)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat adanya penggunaan bahasa dalam novel
Bumi Manusia. Seperti pada data (2) penggunaan bahasa selain bahasa Indonesia juga
digunakan bahasa Belanda seperti data (5), bahasa Melayu data (8), dan bahasa Madura
yang digunakan oleh Nyai Ontosoroh kepada Darsam untuk memerintahkannya
mengantar Minke kembali kepapokan. Pemilihan sebutan Sinyo, Nyai, Mevrouw juga
digunakan oleh Pram dalam novelnya, seperti pada data (6) dan data (7). Pada data (9)
digunakan adanya bahasa Belanda Een Buitengewoon Gewoone Nyai die Ik ken yang
memiliki arti seorang Nyai biasa yang luar biasa yang aku kenal.
Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan berkisar pada pengetahuan tentang segala hal yang akan
membantu manusia menjadi berkembang. Pengetahuan yang ditampilkan Pram di dalam
novel Bumi Manusia adaalah sistem pengetahuan pendidikan. Hal tersebut dibuktikan
pada data-data yang di temukan di bawah ini:
Ilmu dan pengetahuan, yang kudapatkan dari sekolah dan kusaksikan sendiri
pernyataanya dalam hidup, telah membikin pribadi menjadi agak berbeda dari
sebangsaku pada umumnya. Menyalahi wujudku sebagai Orang Jawa atau tidak akupun
tidak tahu. dan justru pengalaman hidup sebagai orang Jawa berilmu pengetahuan Eropa
yang mendorong aku suka mencatat-catat. (BM, 2011:12).
Pada data (13) bahwa ilmu pengetahuan yang Minke dapatkan dari bangku
sekolahdan dari berbagai pengalaman hidup yang telah ia alami menjadinya sebagai
pribadi yang unggul. Bahwa kenyataanya pada abad ke-20 bangsa pribumi masih awam
dari bangku sekolah,hanya orang-orang tertentu yang dapat menikmati ilmu
pengetahuan dan belajar di bangku sekolah lewat pengajaran dari Belanda. Hal tersebut
yang membedakan Minke dari pribumi lainnya.
Aku lebih mempercayai ilmu pengetahuan, akal. setidak-tidaknya padanya ada
kepastian-kepastian yang bisa dipegang. (BM, 2011:16)
“Aku. dan akan meneruskan sekolah ke Netherland. Aku akan jadi Insinyur.
Pada waktu itu kita akan bisa bertemu lagi. aku akan berkunjung padamu bersama
istriku”. (BM, 2011:23)
“Pelajar H.B.S., mama”. (BM, 2011:33)
“Apa sekolahmu dulu?”
“E.L.S., tidak tamat, belum lagi kelas empat”. (BM, 2011:35)
Ayahanda hanya tahu Jawa, kau tahu Belanda, kau siswa H.B.S. Ayahandamu
hanya dari Sekolah Rakyat. Kau punya pergaulan luas dengan Belanda. Ayahandamu
tidak. (BM, 2011:190)
Pada data (14) menunjukkan adanya sistem pengetahuan, yaitu Minke percaya
bahwa ilmu pengetahuan dapat dipegang kepastiannya. Hal tersebut dijelaskan pada
data (16) yang menunjukkan bahwa Minke adalah seorang pejar H.B.S. Pada data (15)
menunjukkan bahwa tingginya minat belajar Rubert Suurhof yang akan melanjutkan
belajarnya ke Netherland supaya nantinya ia dapat menjadi seorang Insinyur. Lain
halnya dengan data (18) bahwa Robert Mellema menunjukkan tingkat pendidikannya
yang tidak lulus E.L.S. Walaupun demikian data-data yang ditampilkan pada data (18)
menunjukkan adanya sistem pengetahuan yang ditampilakan oleh Pram dalam novel
Bumi Manusia.
Dia membaca buku-buku Eropa, Nyai yang seorang ini!
“Benar, Mama, seperti dalam buku-buku cerita”. (BM, 2011:39)
“Bukan saja pandai dan baik hati. Dia juga mengajari aku segala tentang
pertanian, perusahaan, pemeliharaan hewan, pekerjaan kantor. Dia juga mengajari aku
bahasa Melayu, kemudian membaca dan menulis, setelah itu juga bahasa Belanda. (BM,
2011:111)
Dia tidak seperti diajarkan orang Jawa.: guru laki, guru dewa. Barangkali untuk
membuktikan kebenaran ucapannya ia berlangganan majalah wanita dari Netherland
untukku. (BM, 2011:135)
Data (20) menunjukkan sistem pengetahuan yaitu pernyataan Minke yang
menyatakan bahwa seorang Nyai saja dapat membaca atau belajar dari buku-buku
Eropa, yang hal tersebut tidak semua Nyai pada abad ke-20 dapat mengenal ilmu
pengetahuan. Namun, beda halnya dengan Nyai Ontosoroh yang menunjukkan bahawa
seorang Nyai pun dapat mempelajari apa yang Belanda pelajari pada waktu itu, hanya
saja secara otodidak tidak mengenyam bangku sekolah seperti Minke. Hal tersebut juga
nampak pada data (21) dan data (22) yang menunjukkan tingkat pengetahuan seorang
Nyai Ontosoroh dalam novel Bumi Manusia.
Ia bilang di bidang ilmu Jepang juga mengalami kebangkitan. Kitasato telah
menemukan kuman pes, Shiga menemukan kuman dysenteri—dan dengan demikian
Jepang telah berjasa pada umat manusia. (BM, 2011:167)
Dari majalah itulah aku tahu. Hindia Belanda tidak mempunyai Angkatan Laut.
(BM, 2011:169)
Berdasarkan data (23) dan data (24) menunjukkan adanya sistem pengetahuan.
Hal tersebut nampak pada data (23) bahwa padaabad ke-20 di negara Jepang sudah
mengalami majunya ilmu pengetahuan yang dijelaskan oleh Pram di dalam novel Bumi
Manusia. Data (24) Minke dapat mengetahui pengetahuan bahwa Hindia Belanda
padawaktu itu mempunyai Angkatan Laut, informasi tersebut ia dapatkan dari membaca
majalah.
Organisasi Sosial
Unsur organisasi sosial ini memiliki berbagai sub-unsur seperti sistem
kekerabatan, sistem komuniti, sistem pelapisan sosial, sistem pimpinan, dan sebagainya
(Koentjaraningrat, 1990:207-208). Setiap kehidupan masyarakat di organisasi atau
diatur oleh adat-istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam
lingkungan individu hidup dan bergaul dari hari ke hari. Gambaran organisasi sosial
dalam novel Bumi Manusia, meliputi:
Ia dikirimkan ke Aceh sebagai spandir. Komandan regunya Kopral Bastiaan
Télinga, seorang Indo-Eropa. (BM, 2011:86)
Para jendral Belanda hampir-hampir tak sanggup meneruskan operasi
penumpasan. (BM, 2011:86)
“Aku punya forum Privilegiatum”. (BM, 2011:172)
Pada data (25) menunjukkan adanya organisasi sosial yaitu tokoh Jean Marais
yaitu kerabat dekat Minke seorang yang berasal dari Perancis, sebelum tinggal di
Indonesia utnuk menjadi seorang Pelukis pembuat kerabot rumah tangga, ia sempat
bergabung dalam organisasi perang melawan Aceh, hal tersebut dibuktikan pada data
(25) yaitu Ia dikirimkan ke Aceh sebagai spandir. Bahwa spandir memiliki arti yaitu
serdadu kelas satu.
Organisasi sosial juga ditunjukkan pada data (27) yaitu tokoh Minke yang
memiliki forum Privilegiatum, yang artinya forum yang sederajat dengan orang Eropa
di depan pengadilan untuk bangsawan Pribumi sampai ke bawah bergelar Raden Mas
atau setarafnya dan anak sampai cucu Bupati. Minke adalah anak dari Bupati B. Namun,
ia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menjadi Bupati,ia ingin hidupnya
berjalan sebagaimana yang ia inginkan hidup bebas dengan segala hal yang ia sukai dan
ingin lakukan.
Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Sistem peralatan hidup dan teknologi merupakan segala hal yang dimiliki oleh
manusia meliputi segala cara bertindak dan berbuat dalam mengelola sumber daya alam.
Dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer menampilkan
peralatanperalatan dan alat transportasi yang dimanfaatkan oleh manusia untuk
kebutuhan seharihari. Hal ini ditunjukkan pada data yang telah ditemukan di bawah ini:
Betawi-Surabaya telah dapat ditempuh dalam tiga hari. Diramalkan akan Cuma
seharmal. Deretan panjang gerbong sebesar rumah, penuh arang dan orang pula, ditarik
oleh kekuatan air semata! Dunia rasanya tiada berjarak lagi-telah dihilangkan oleh
kawat. Kekuatan bukan lagi jadi monopoli gajah dan badak. Mereka telah digantikan
oleh bendabenda kecil buatan manusia: torak, sekrup, dan mur. (BM, 2011:13)
“Jangan main-main, Minke, ini bukan dokar sembarangan, bukan kretek, dokar
dengan pér—barangkali yang pertama menjelang akhir abad ini. barangkali juga pérnya
lebih mahal dari seluruh dokar”. (BM, 2011:20)
“Atau kau lebih suka naik kuda?” (BM, 2011:45)
“Pernah melihat bendi sebagus itu?” (BM, 2011:45)
Sistem peralatan hidup dan teknologi pada abad ke-20 sistem teknologi belum
maju seperti sekarang ini. Hal tersebut ditunjukkan pada data (28) bahwa orang-orang
dapat menempuh perjalanan dari Betawi-Surabaya hanya dalam waktu seharmal (hari
malam) dengan kereta api. Yang biasanya ditempuh dalam waktu tiga hari dengan
memanfaatkan kendaraan yang dijalankan oleh hewan. Seperti pada data (29), (30), dan
(31) bahwa dokar, kuda, dan bendi adalah kendaraan mereka dalam sehari-hari. Sistem
teknologi yang masih rendah mengakibatkan pemanfaatan tenaga hewan untuk
membantu manusia dalam sistem transportasi.
Lima tahun yang lalu belum lagi gambar tercetak beredar dalam lingkungan
hidupku. Memang ada cetakan cukilan kayu atau batu, namun belum lagi dapat
mewakili kenyataan sesungguhnya. (BM, 2011:12)
Mataku mulai menggerayangi ruang tamu yang luas itu: perabot, langit-langit,
kandilkandil Kristal yang bergelantungan, lampu-lampu gas gantung dengan kawat
penyalur dari tembaga. (BM, 2011:27)
Juga disini dinding seluruhnya terbuat dari kayu jati yang dipolitur coklat muda.
Di pojokan berdiri seperangkat meja makan dengan enam kursi. (BM, 2011:31)
Lemari itu berdiri pada dinding ditentang meja makan. Di dalamnya terpajang
bendabenda seni—tak pernah kulihat sebelumnya. (BM, 2011:31)
Pisau baja putih itu pun nampak tak terasah pada batu, tapi pada asahan roda
baja,sehingga tak barut-barut. (BM, 2011:41)
Prasangkaku, sekali waktu ia bercerita, bahwa parang dan tombak dan ranjau
Aceh takkan mampu menghadapi senapan dan meriam, juga keliru. (BM, 2011:87)
Cambuk kuda tunggangan dari kemaluan sapi itu berayun-ayun. (BM, 2011:172)
Pada data (31) menunjukkan adanya sistem peralatan hidup yang digunakan oleh
masyarakat dalam novel Bumi Manusia, yaitu gambar cetak atau photo yang dahulu
masih sedikit orang yang bisa melakukannya. Hal tersebut karena keterbatasan
teknologi yang berkembang pada kala itu. Data (32), (33), (34),(35), (36), (37) dan (38)
menunjukkan perabotan rumah tangga yang dimanfaatkan sebgai sistem peralatan
hidup. Seperti, kandil-kandil Kristal, lampu-lampu gas gantung, seperangkat meja
makan dengan enam kursi, benda-benda seni, Pisau baja putih, parang dan tombak,
ranjau, senapan dan meriam.
Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem mata pencaharian hidup adalah segala hal yang dilakuakan oleh manusia
dalam usaha atau upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut pendapat
Koentjaraningrat (1990:204) sistem mata pencaharian hidup memiliki sub-unsur seperti
perburuan, perladangan, pertanian, peternakan, perdagangan, perkebunan, industri, dan
kerajinan. Dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer banyak
menggambarkan mata pencaharian sebagai pekerja di perusahaan yang dilakukan oleh
Nyai Ontosoroh dan pelukis serta pembuat perabot rumah tangga oleh Jean Marais. Hal
tersebut dapat dilihat pada data-data yang ditemukan dalam novel, yang ditunjukkan di
bawah ini:
“Ada, Jean, ada pekerjaan untukmu. Satu perangkat perabot kamar,” aku berikan
padanya gambar sebagaimana dikehendaki pemesan.
“Beres. Akan kuperhitungkan biayanya. Dengan ukiran motif Jeparan, Minke”.
(BM, 2011:19)
“Mama meneruskan pekerjaannya di kantor,” Annelies menerangkan
“Sehabis makan siang begini aku pun harus bekerja di belakang”. (BM,
2011:43)
Jadi Nyai Ontosoroh melakukan pekerjaan kantor. Pekerjaan kantor macam apa
yang dia bisa?
“Administrasi”, tanyaku mencoba-coba.
“Semua. Buku, dagang, surat-menyurat, bank”. (BM, 2011:45)
Pada data (39) menunjukkan adanya sistem mata pencaharian hidup yaitu
pekerjaan yang dilakukan oleh Jean Marais sebagai seorang pembuat perabotrumah
tangga. Hal tersebut juga dibuktikan pada data (40) dan data (41) bahwa seorang wanita
pun dapat bekerja sendiri, terbukti bahwa Nyai Ontosoroh melalukan pekerjaan di
kantor untuk membiayai kehidupan yang ia jalani. Dalam novel Bumi Manusia
diceritakan bahwa pada abad ke-20 seorang wanita tugasnya hanaya mengurus
pekerjaan rumah tidak boleh bekerja di luar rumah. Namun hal tersebut beda halnya
dengan Nyai Ontosoroh yang sudah meniru budaya Belanda, yaitu siapapun dapat
bekerja. Wanita tidak selalu harus mengurus urusan belakang (masak, nyuci, dan
melayani suami).
Tidak semua lelaki. Sebagian perempuan, nampak dari kain batik di bawah baju
putihnya. Perempuan bekerja pada perusahaan! Mengenakan baju blacu pula! (BM,
2011:43)
“Tuan kemudian mendatangkan sapi baru juga dari Australia. Pekerjaan semakin
banyak. Pekerja-pekerja harus disewa. Semua pekerjaan di dalam lingkungan
perusahaan mulai diserahkan kepadaku oleh Tuan”, ucap Mama. (BM, 2011:132)
“Pada waktu itu perdagangan susu kita berkembang dengan baiknya. Setiap
bulan bertambah-tambah saja permintaan untuk jadi langganan baru. Komplex B.P.M.
sepenuhnya berlangganan pada kita,” mama. (BM, 2011:139)
Pada data (42) juga menunjukkan sistem mata pencaharian hidup yaitu
Perempuan bekerja pada perusahaan, yang normalnya seorang pribumi hanya berdiam
diri di dalam rumah tidak bekerja di luar rumah. Hal ini dilakukan untukmemenuhi
kebutuhan sehari-hari untuk bekerja dan mendapatkan upah. Data (43) menjelaskan
bahwa orang yang bekerja diangkat dengan menyewa dan memberikan upah bayaran
atas jasa nya. Data (44) menunjukkan bahwa perdagangan susu berkembang dengan
baik, sehingga pekerjaan yang harus dilakukan semakin banyak dari biasanya.
Sistem Religi
Sistem religi adalah sistem kepercayaan yang meliputi semua sistem.
Maksudnya istilah religi pengertiannya lebih luas dibandingkan dengan agama. Dalam
novel Bumi Manusia ada dua agama yang ditonjolkan oleh Pram, yaitu Islam yang
diimani oleh Minke dan Kristen yang menjadi agama Annelies, Mama, dan Robert
Suurhof.
“Alleluya, Minke, apa kabar hari ini?” tegurnya dalam Prancis yang memaksa
aku menggunakan bahasanya. (BM, 2011:19)
“Katakan di belakang sana, jangan sampai tercampur babi”. (BM, 2011:35)
Setiap hari Minggu ia pergi ke kota Sidoarjo untuk bersembahyang di gereja
Protestan. (BM, 2011:117)
Pada data (45) menunjukkan sistem religi yang digambarkan oleh Pram di dalam
novel Bumi Manusia. Kata Alleluya menunjukkan adanya penyebutan salam yang
diimani oleh pemeluk agama Kristen. Hal tersebut juga dibuktikan pada data (46)
bahwa makanan babi tidak dikonsumsi oleh pemeluk agama Islam.hal tersebut
dibuktikan oleh ucapan Annelies kepada orang yang memasak di rumahnya untuk
menyajikan makanan tanpa campuran babi yang akan dinikmati oleh Minke. Data (47)
sistem religi ditunjukkan pada ungkapan bahwa Juru tulis setiap hari Minggu ia pergi ke
kota Sidoarjo untuk bersembahyang di gereja Protestan.
“Tamuku Islam,” kata Annelies dalam Jawa pada pelayannya.
Kami dinikahkan secara Islam. Darsam bertindak sebagai saksi dan sekaligus
wali menurut hukum Islam bagi Annelies. (BM, 2011:451)
“Ya, Dik,” katanya pada Nyai, calon besan,” bocah kokbegini ayu seperti
Nawangwulan. Barangkali lebih cantik dari Banowati. Ya Allah, Dik tidak kusangka
tidak kunyana Adik mau mengambil anakku jadi menantu. Dunia-akhirat takkan
kulupakan, Dik…” (BM, 2011:450)
Berita sore itu, yang dimuat oleh Kommer, mengabarkan datangnya ulama-
ulama Islam ke Pengadilan Eropa di Surabaya, memprotes keputusan Pengadilan
Amsterdam dan pelaksanaannya oleh Pengadilan Surabaya. Mereka mengancam hendak
membawa persoalan ini pada Mahkamah Agama Islam di Surabaya. (BM, 2011:506)
Pada data (48) menunjukkan sistem religi,agama yang diimani oleh Minke
adalah Islam. Hal tersebut dibuktikan oleh tuturan Annelies yang menyebut bahwa
Minke adalah tamunya yang beragama Islam. Data (49) menunjukkan bahwa Minke dan
Annelies dinikahkan secara Islam. Hal tersebut menunjukkan adanya sistem religi yang
diangkat Pram di dalam novelnya. Begitu halnya dengan data (50) dan data (51)
pengucapan Ya Allah, Dunia-akhirat, ulama-ulama Islam, dan Mahkamah Agama Islam
menunjukkan adanya sistem religi yang dijelaskan oleh Pram.
Kesenian
Kesenian dapat berwujud tindakan-tindakan interaksi berpola berpola antara
seniman pencipta, seniman penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton,
konsumen hasil kesenian, benda-benda indah, dan sebagainya (Koentjaraningrat,
1990:204). Dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, terdapat
beberapa kesenian yang ditampilkan seperti pada data di bawah ini.
Tidak seperti pegawai Belanda lainnya, Tuan Besar Kuasa tidak suka ikut
bertayub dalam pesta giling. (BM, 2011:117)
“Nah,kenakan kain batik ini. Sekarang. Telah Bunda batikkan sendiri untukmu
buat kesempatan ini. Bertahun lamanya aku simpan dalam peti khusus, setiap minggu
ditaburi kembang melati, Gus. Setelah aku dengar cerita orang dari surat kabar tentang
jalannya siding itu, segera aku sucikan kain ini, Gus. Satu untuk kau, satu untuk
menantuku. Coba periksa batikan Bunda ini, dan cium harum melati bertahun ini. (BM,
2011:461)
“Husy, Kau yang terlalu percaya pada segala yang serba Belanda. Lima syarat
yang ada pada satria Jawa: wisma, wanita, turangga, kukila, dan curiga, Bisa
mengingat?” (BM, 2011:463)
“Stt. Diam, kau. Jadi kau larang istrimu dipangur?” (BM, 2011:459)
Unsur kebudayaan kesenian yang terdapat dalam novel Bumi Manusia
ditunjukkan pada data (52), (53), (54), dan (55). Pada data (52) adanya kalimat bertayub
dalam pesta giling hal tersebut merupakan kesenian yang adasejak abad ke-20. Data
(53) kesenian ditunjukkan pada kain batik yang dibuat oleh Ibunda Minke yang khusus
dirawat untuk nantinya dapat dikenakan Minke dan calon menantunya. Kain batik yang
diperlakukan khusus, disimpan dalam peti khusus dan setiap minggunya selalu ditaburi
kembang melati. Hal tersebut bertujuan agar nantinya ketika dikenakan dapat
menciptakan aroma khas melati yang harum. Pada data (54) menunjukkan adat Jawa
dengan adanya lima syarat yang ada pada satria Jawa: wisma, wanita, turangga, kukila,
dan curiga. Yang memiliki arti yaitu: rumah, wanita, kuda, burung, dan keris. Data (55)
menunjukkan adanya kesenian gigi yang dipangur, artinya yaitu prosesi seni gigi yang
di potong dan diratakan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbandingan antara penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian ini. Berikut perbandingan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian ini. Ngafifi (2014) meneliti kemajuan teknologi dan pola hidup
manusia dalam perspektif sosial budaya. Hasil penelitian Ngafifi mengkaji mengenai
sistem teknologi yakni kemajuan teknologi terus berkembang sangat pesat dan
melahirkan masyarakat digital. Sedangkan, dalam penelitian ini mengkaji tujuh unsur
kebudayaan dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yaitu bahasa,
sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.
Harmawati, dkk. (2016) meneliti nilai budaya tradisi Dieng culture festival
sebagai kearifan lokal untuk membangun karakter bangsa. Hasil peneltian Harmawati
adalah analisis tujuh unsure kebudayaan dan persepsi masyarakat terhadap transformasi
nilai budaya tradisi Dieng Culture Festival secara turun-temurun tanpa mengubah
makna sebenarnya. Sedangkan, dalam penelitian ini mengkaji tujuh unsur kebudayaan
dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yaitu bahasa, sistem
pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.
Rosramadhana, dkk (2017) meneliti pengetahuan kearifan local dalam bercocok
tanam (nuan-nuan) suku Karo di desa Keling Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo.
Hasil penelitian Rosramadhana hanya mengkaji mengenai satu unsur kebudayaan yaitu
pengetahuan, bahwa suku Karo sudah mengetahui pengetahuan dalam bercocok tanam
jauh sebelum lahirnya para ilmuwan di bidang terkait dengan pengetahuannya yang
baru dan untuk menggunakan pengetahuan tersebut suku Karo mendapatkannya secara
otodidak. Sedangkan, dalam penelitian ini mengkaji tujuh unsur kebudayaan dalam
novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yaitu bahasa, sistem pengetahuan,
organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup,
sistem religi, dan kesenian.
KESIMPULAN
Nilai budaya yang terkandung pada film bumi manusia seperti cara berpakaian
pribumi dan bangsa Eropa, Kebiasaan Bangsa Eropa dan Pribumi, pernikahan dan jalan
jongkok Itu semua juga dapat dilihat dari adegan para tokoh dan dialog-dialog antara
tokoh film bumi manusia.
Pada kondisi sosial budaya pribumi (Jawa Timur) terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan terbentuknya praktik pergundikan, yaitu perilaku yang didasarkan pada
usia dan gender pada lingkungan masyarakat. Pada kondisi budaya masyarakat pribumi
(Jawa Timur) ditemukan kondisi kebudayaan yang masih sangatlah sederhana,
kebudayaan yang menunjukkan adanya budaya patriarki serta budaya yang didasarkan
pada status sosial dan usia. Kedua, pada kondisi sosial budaya bangsa Eropa ditemukan
beberapa faktor penyebab terjadinya praktik pergundikan, yaitu keunggulan kondisi
sosial budaya bangsa Eropa, terutama peralatan dan perlengkapan hidup, ilmu
pengetahuan, dan ekonomi. Ketiga, pada kondisi sosial budaya Kolonial (Pemerintahan
Hindia Belanda) faktor yang menyebabkan terjadinya praktik pergundikan ialah
dominasi bangsa Belanda melalui sosial budaya.
Usaha Nyai Ontosoroh dalam mendapatkan hak-haknya sebagai seorang
manusia dilakukan dengan perlawanan dua arah, yaitu terhadap orang tua dan beberapa
masyarakat pribumi serta terhadap Ir. Maurits Mellema dan beberapa orang golongan
totok (Belanda). Strategi yang di gunakan oleh Nyai Ontosoroh yaitu dengan: a)
memutuskan pertalian darah, b) bekerja dan belajar lebih giat, c) media masa, d)
bergerilya. Kemudian dalam melakukan perlawanan, Nyai Ontosoroh memiliki Habitus
dan Capital. Habitus yang ia miliki berupa kemampuan mengendalikan perusahaan,
melakukan pekerjaan kantor, merias diri, berbahasa Belanda, serta memiliki pola pikir
dan berperilaku modern. Capital ekonomi berupa rumah mewah, dua perusahaan, tanah
180 hektar, hasil bumi, hasil olahan susu, ternak dan tabungan. Capital sosial berupa
relasi dengan Darsam, Dokter Martinet, Mr. Deradera Lelliobuttocx, Minke, Jeans
Marais keluarga De La Croix, Marteen Nijman, Panji Darman dan Juffrouw Magda
Petters). Capital budaya berupa peralatan dan perlengkapan hidup, benda-benda seni,
dan buku-buku dalam perpustakaan. Capital simbolik berupa pengakuan sebagai
pimpinan perusahaan, pengakuan secara status sosial, pengakuan terhadap
kecantikannya, dan pengakuan terhadap kemampuannya
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Tommy Suprapto, M.S. (2009). Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi.
Yogyakarta: Media Pressindo.
Harmawati, dkk. 2016. “Nilai Budaya Tradisi Dieng Culture Festival sebagai Kearifan
Lokal untuk Membangun Karakter Bangsa”. Journal of Urban Society’s Arts, 03
(02): 82- 95.
Ngafifi. 2014. “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial
Budaya”. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 02 (01): 33-
47.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Rosramadhana, dkk. 2017. “Pengetahuan Kearifan Lokal dalam Bercocok Tanam
(NuanNuan) Suku Karo di Desa Keling Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo”.
Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 03 (01): 19-24.

Anda mungkin juga menyukai