CARBON TRADING
Disusun Oleh :
Meike Puspitasari (20513160)
Dosen :
Adam Rus Nugroho, S.T., M.T., Ph.D.
2
1.3 Definisi Carbon Tax
Carbon tax atau yang biasa disebut dengan pajak karbon merupakan suatu pajak yang
dikenakan atas pembakaran bahan bakar berbasis karbon seperti batubara, minyak, dan gas.
Pajak karbon adalah sebuah kebijakan inti yang dibuat untuk mengurangi dan
menghilangkan penggunaan bahan bakar fosil yang pembakarannya dapat merusak iklim.
Pajak karbon adalah cara agar pengguna bahan bakar karbon membayar kerusakan iklim
yang disebabkan oleh pelepasan karbon dioksida ke atmosfer. Jika ditetapkan dengan tarif
yang cukup tinggi, pajak karbon akan menjadi motivasi yang kuat agar kita segera
melakukan peralihan ke energi terbaharukan. Dari aspek lingkungan, CO2 merupakan suatu
gas rumah kaca yang memerangkan panas di bumi dan dapat menyebabkan pemanasan
global. Oleh karena itu, penerapan pajak karbon ini juga dapat digunakan untuk retribusi
atas emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh bahan bakar tersebut.
3
1.5 Definisi Carbon Cap and Trade
Carbon cap and trade atau yang biasa disebut dengan batasi dan dagangkan
merupakan suatu pendekatan kebijakan dimana dapat dilakukan untuk mengontrol jumlah
emisi yang berasal dari sejumlah sumber. Cap merupakan jumlah emisi yang maksimum per
periode untuk semua sumber yang telah disetujui dan juga disepakati. Cap juga dipilih agar
dapat memperoleh pengaruh lingkungan yang diinginkan. Agar program cap and trade bisa
efektif, ada tiga fitur utama yaitu:
1. cap on emission (menentukan besarnya emisi yang akan diturunkan)
2. akuntabilitas
3. rancangan yang simple tapi jalan/operasional
Berdasarkan dari tiga fitur utama di atas, cap ditujukan agar tercipta suatu kondisi
lingkungan yang sehat dan menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Akuntabilitas
ditujukan menghitung secara tepat dan melaporkan emisi yang dapat diserap, teliti dan
pelaksanaan yang konsisten dari penalti akan ketidakakuratan data atau informasi yang akan
berakibat pada tidak dibayarkannya upaya penciptaan additionality yang ada. Aturan yang
dibuat harus jelas dan mudah dilaksanakan. Terakhir, jika aturan yang dibuat mudah
dipahami dan jelas maka pasar akan berfungsi lebih baik dan biaya yang dibutuhkan juga
akan lebih rendah.
4
BAB II
MEKANISME
5
2.2 Mekanisme Carbon Tax
Mulai 1 April 2022, Carbon Tax akan diterapkan di sektor PLTU batubara dengan
skema cap and tax, dengan tarif pajak karbon yang ditetapkan paling rendah Rp30,- per kg
CO2e. Peta jalan pelaksanaan pajak karbon adalah dimulai dari tahun 2021 dengan
penyiapan pengembangan mekanisme perdagangan karbon, kemudian di tahun 2022-2024
akan diberlakukan penerapan mekanisme pajak yang mendasarkan pada batas emisi (cap and
tax) untuk sektor pembangkit listrik terbatas pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
batubara. Selanjutnya pada tahun 2025 dan seterusnya dilakukan Implementasi perdagangan
karbon secara penuh dan perluasan sektor pemajakan pajak karbon dengan penahapan sesuai
kesiapan sektor terkait dengan memperhatikan kondisi ekonomi, kesiapan pelaku, dampak,
dan/atau skala yang perlu ditentukan.
Berbagai opsi Carbon Policy dalam upaya transisi energi adalah sebagai berikut.
Opsi pertama adalah skema carbon tax yaitu seluruh emisi yang dihasilkan dikenakan pajak.
Sedangkan yang kedua adalah cap and tax yaitu hanya emiter yang memproduksi emisi
melebihi cap tertentu yang dikenakan pajak. Kemudian yang ketiga opsi cap and trade yaitu
emiter yang memproduksi emisi melebihi cap diharuskan membeli dari emiter yang
memproduksi emisi dibawah cap. Sedangkan bagi emiter yang memproduksi emisi melebihi
cap namun tidak bisa trading keseluruhan kelebihan emisi, maka sisa emisi dikenakan tax.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa
pemerintah akan mulai mengimplementasikan penerapan pajak karbon mulai tahun 2025
mendatang. Ia menyebut, kebijakan ini sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam
menurunkan emisi gas rumah kaca atau untuk mencapai target net zero emission di tahun
2060. Nantinya implementasi pajak karbon juga akan sejalan dengan penerapan perdagangan
karbon. Salah satu yang dapat diterapkan di awal adalah perdagangan karbon maupun pajak
karbon yang ditargetkan akan berfungsi pada 2025. Untuk diketahui, rencana penerapan
pajak karbon telah diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (HPP). Pengenaan pajak karbon diperlukan untuk menekan emisi dan
mencegah perubahan iklim yang ekstrem.
6
BAB III
ALASAN PENUNDAAN KEBIJAKAN PAJAK KARBON (CARBON TAX) DI
INDONESIA SAMPAI TAHUN 2025
Kebijakan pajak karbon di Indonesia ditunda sampai tahun 2025, hal tersebut dapat
dikarenakan untuk dapat merealisasikan komitmen dalam menurunkan emisi gas rumah kaca
2060 atau lebih cepat dan yang akan diterapkan di awal adalah perdagangan karbon maupun
pajak karbon yang dapat ditargetkan akan dapat berfungsi pada tahun 2025. Penundaan pajak
karbon pada saat ini merupakan penundaan yang kesekian kali setelah pada akhir 2021
pemerintah berencana mengimplementasikan pajak karbon yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan mulai 1 April 2022. Saat itu,
pemerintah berdalih implementasi diundur untuk menunggu kesiapan mekanisme pasar karbon.
Undang-Undang Harmonisasi Perpajakan mencatat bahwa tarif pajak karbon paling rendah
adalah Rp 30 per kilogram karbon dioksida ekuivalen. Tarif tersebut sebenarnya jauh lebih kecil
dari usulan awal Rp 75. Dengan tarif Rp 30, Indonesia termasuk negara dengan tarif terendah di
dunia untuk urusan pajak karbon. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), pajak karbon seharusnya dapat berlaku mulai dari
1 April 2022. Akan tetapi, pelaksanaannya diundur karena mempertimbangkan situasi
perekonomian global dan domestik.
Adapun hal lain yang menyebabkan penundaan kebijakan pajak karbon adalah seperti
saat ini pihak pemerintah sedang menyusun berbagai aturan teknis pelaksanaan pajak karbon
dimulai dari tarif dan dasar pengenaan, tentang cara penghitungan, pemungutan, pembayaran
atau penyetoran, pelaporan, serta peta jalan pajak karbon. Hal terebut dilakukan agar instrumen
pengendalian iklim berjalan optimal. Selain itu, Pemerintah juga sedang menyusun berbagai
aturan turunan dari Perpres 98/2021. Antara lain terkait tata laksana penyelenggaraan NEK dan
NDC di Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) dan Komite Pengarah Nilai Ekonomi Karbon
di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
7
Sumber : https://images.app.goo.gl/Pk9smbSZRTZZLtVX8
Penetapan aturan pelaksanaan cap and tax untuk sektor lainnya seperti transportasi,
bangunan, dan sektor berbasis lahan juga akan dilakukan tahun 2025. Berbagai skema
pemungutan pajak akan disiapkan dalam upaya penurunan emisi. Setiap sektor bebas memilih
skema yang ada, misalnya untuk sektor berbasis lahan dapat memilih pembayaran berbasis
kinerja (result-based payment/ RBP) dibandingkan masuk dalam instrumen perdagangan karbon.
Namun, untuk sektor industri kemungkinan lebih memilih instrumen pajak karbon. Pengenaan
pajak karbon secara bertahap dilakukan agar dapat memenuhi asas keadilan (just) dan terjangkau
(affordable) serta tetap mengutamakan kepentingan masyarakat. Adapun road map pajak karbon
selain memprioritas pencapaian target NDC, juga harus mempertimbangkan kesiapan sektor
prioritas dan tetap mengutamakan kepentingan masyarakat. Road map pajak karbon harus
mempertimbangkan perkembangan pasar karbon dan disinkronkan dengan road map pasar
karbon, karena Indonesia memiliki potensi pasar utama dan pasar karbon di dunia. Indonesia
harus melindungi carbon market agar tidak dimanfaatkan oleh negara maju penghasil emisi
karbon.
8
BAB IV
PENUTUP
9
DAFTAR PUSTAKA
James, P.M., Boedoyo, M.S., Sundari Sri. 2022. Pajak Karbon di Indonesia Dalam Upaya
Mitigasi Perubahan Iklim dan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan. Jurnal
Kewarganegaraan. Vol. 6 No. 2. P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328.
Pajak Karbon di Indonesia. 2021. Upaya Mitigasi Perubahan Iklim dan Pertumbuhan Ekonomi
Berkelanjutan. Webinar Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon di Subsektor
Ketenagalistrikan.
Prihatmaji, Y.P., Fauzy, A., Rais, S. dan Firdaus, F. 2016. Analisis Carbon Footprint Gedung
Perpustakaan Pusat, Rektorat, dan Lab. Mipa Uii Berbasis Vegetasi Eksisting Sebagai
Pereduksi Emisi Gas Rumah Kaca. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship.
Vol 1. No 2.
Setiawan, R. Y. 2010. Kajian Carbon Footprint Dari Kegiatan Industri Di Kota Surabaya.
Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
10