Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATAKULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : AJUM

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 031169152

Kode/Nama Mata Kuliah : ESPA4228/EKONOMI PUBLIK

Kode/Nama UPBJJ : 47/PONTIANAK

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
EKONOMI PUBIK
1. Ekseternalitas dibagi menjadi dua yaitu eksternalitas negative dan positif.
Eksternalitas negative dapat diartikan sebagai dampak dari suatu kegiatan yang
dilakukan oleh suatu pihak apabila dampak tersebut sifatnya merugikan bagi pihak
lain, sedangkan eksternalitas positif merupakan dampak dari suatu kegiatan yang
dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak
yang diuntungkan.
Contoh eksternalitas negative : banyak pengusaha hutan telah menebang tanpa
memperhatikan aturan main yang ditetapkan pemerintah sehingga, membahayakan
kelangsungan Pembangunan berhubungan dengan jumlah kayu yang dipasok ke
industry kayu dikwatirkan semakin turun jumlahnya. Hancurnya sumberdaya nutfah
dan meningkatkan laju erosi dan risiko banjir, rusaknya kesuburan tanah, saluran
irigasi dll
Contoh eksternalitas positif : Pendidikan. Pendidikan akan menguntungkan bagi
semua orang. Pendidikan akan meningkatkan produktivitas sehingga akan
meningkatkan pendapatan.

2. Regulasi
Pemerintah mengandalkan regulasi untuk mengatasi permasalahan eksternalitas.
Terdapat dua bentuk dari regulasi dikekuarkan oleh pemerintah. Pertama, regulasi
yang melarang perilaku tertentu. Misalnya, membuang limbah kimia berbahaya ke
dalam Sungai yang menjadi sumber air minum bagi Masyarakat merupakan suatu
tindakan criminal. Dalam hal ini, jelas bahwa biaya ekternal yang ditanggung oleh
Masyarakat melebihi dari manfaat oleh pihak yang membuang limbah tersebut ke
Sungai. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melarang perilaku
tersebut. Di samping itu, beberapa contoh lain dari regulasi ini adalah pelarangan
merokok di dalam kabin pesawat, penentian ambang batas emisi gas buang kendaraan
bermotor, dan pelanggaran perburuan hewan tertentu untuk mencegah kepunahan.
Kedua, regulasi yang mewajibkan perilaku tertentu. Misalnya, pemerintah
mewajibkan pabrik peleburan baja untuk mengadopsi teknologi yang dapat memfilter
partikel yang mengandung zat berbahaya keluar dari cerobong asap pabrik. Akan
tetapi, agar regulasi ini dapat diterapkan dengan baik, pemerintah sebagai regulator
harus mengetahui secara detail mengenai proses produksi industry tersebut. Selain itu,
pemerintah juga harus mengetahui teknologi alternatif yang dapat diterapkan oleh
industry itu.

Kebijakan berdasarkan mekanisme pasar


Terdapat tiga pilihan kebijakan yang dapat dipilih oleh pemerintah, yakni:
a. Denda pajak
Bentuk paling sederhana dari kebijakan berdasarkan mekanisme pasar adalah
pengenaan denda atau pajak sesuai dengan jumlah polusi yang dikeluarkan.
Besaran denda dan pajak yang dikenakan terhadap individua atau Perusahaan
berupa biaya dan manfaat sosial sebenarnya dari kegiatannya. Denda dan pajak
didesain untuk membuat marginal private cost dan marginal private benefit setara
dengan marginal sosial benefit. Pajak yang memiliki tujuan untuk mengoreksi
efek negative dari eksternalitas disebut juga sebagai corrective taxes atau pajak
pigovian.
Contoh : Pajak akan memberi Perusahaan suatu isentif ekonomi untuk mengurangi
polusi. Misalnya, pemerintah dengan pajak menetapkan agar setiap Perusahaan
membayar Rp100 juta untuk setiao meter kubik limbah yang dikeluarkan. Bagi
Perusahaan yang merasa tidak sanggup membayar pajak, maka akan mengrangi
kapasitas produksinya untuk menghindari pengenaan pajak sehingga tingkat
limbah yang dihasilkan akan menjadi lebih rendah.
b. Subsidi
Dibandingkan dengan mengenakan pajak pemerintah dapat memberikan subsidi
terhadap biaya penggunaan teknologi yang lebih ramah lingkungan kepada
individua tau Perusahaan. Kebijakan subsidi individu dan Perusahaan yang
menghasilkan eksternalitas negative tidak menghadapi biaya sosial yang
sebenarnya. Hal ini disebebkan kerena pada komponen marginal social cost dari
produksi mereka meliputi subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Subsidi
tersebut dibiayai oleh uang yang dibayarkan oleh pembayar pajak sehingga
pembayar pajak harus menanggung beban atas subsidi yang diberikan pada
individua tau Perusahaan yang menghasilkan eksternalitas negative. Sebaliknya
dibawah kebijakan pajak individu dan Perusahaan yang menghasilkan
eksternalitas negative akan menghadapi biaya sosial sebenarnya.
c. Marketable permit
Dalam kebijakan ini, pemerintah membagikan izin untuk mengeluarkan polusi
dalam Batasan atau standar tertentu, kemudian setiap individua tau Perusahaan
diminta untuk mengontrol tingkat polusi sesuai dengan izin yang dimilikinya.
Terdapat dua pilihan bagi individua tau Perusahaan yang mengeluarkan polusi
lebih besar dari standar izin polusi yang dimilikinya, yakni :
1) Individu atau Perusahaan tersebut dapat menerapkan mekanisme internal
untuk mengendalikan polusi, misalnya dengan menggunakan teknologi yang
lebih ramah lingkungan
2) Individu atau Perusahaan tersebut dapat membeli izin dari Perusahaan lain
yang tidak memerlukan sebagaian kuota izin yang dimilikinya (hal ini dapat
disebabkan karena mereka bisa mengontrol polusinya dengan lebih baik)
untuk meningkatkan jumlah standar polusi yang dimilikinya.

3. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah mengelola pengeluaran dan
perpajakan atau penggunaan instrumnen fiskal untuk mempengaruhi bekerjanya
sistem ekonomi agar memaksimumkan kesejahteraan ekonomi (Madjid, Kemenkeu
RI 2012). Kebijakan fiskal didefinisikan juga sebagai pengelolaan anggaran
pemerintah untuk mempengaruhi suatu perekonomian, termasuk kebijakan perpajakan
yang dipungut dan dihimpun , pembayaran transfer, pembelian barang-barang dan
jasa-jasa oleh pemerintah, serta ukuran defisit dan pembiayaan anggaran, yang
mencakup semua level pemerintahan (Govil,2009) Instrumen fiskal adalah perpajakan
dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal diterapkan oleh pemerintah sebagai
bukti untuk mengatur jalannya perekonomian negara Indonesia.
Tujuan Kebijakan Fiskal
Setelah membahas pengertian kebijakan fiskal, kali ini kita akan membahas beberapa
tujuan kebijakan fiskal diciptakan. Selengkapnya tentang tujuan kebijakan fiskal
adalah sebagai berikut:
 Menjaga dan Mengembangkan Perekonomian Negara
Poin pertama tujuan kebijakan fiskal adalah demi menjaga stabilitas sekaligus
mengembangkan kondisi ekonomi negara. Penerapan kebijakan fiskal
diharapkan mampu mempengaruhi seluruh sektor ekonomi negara dan
memperbaiki masalah di dalamnya, mulai dari sektor korporat, perbankan,
hingga usaha mikro.
 Meningkatkan Kualitas SDM
Tujuan kebijakan fiskal salah satunya adalah meningkatkan kualitas SDM
masyarakat, terutama dari segi teknologi dan perekonomian. Apabila kualitas
SDM meningkat, harapannya SDM tersebut punya kapabilitas bersaing di
dunia kerja nasional dan internasional, sehingga bisa meningkat kesejahteraan
hidupnya.
 Menjaga Stabilitas Harga Barang
Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga barang dalam pasar, mulai dari
faktor positif seperti meningkatnya demand sampai faktor negatif seperti
terjadinya penimbunan dan monopoli. Salah satu tujuan kebijakan fiskal di
Indonesia adalah demi menjaga harga barang tetap terjangkau bagi masyarakat
dan terhindar dari fluktuasi karena pihak tidak bertanggungjawab.
 Mendorong Investasi
Tujuan kebijakan fiskal yang terakhir adalah untuk menciptakan iklim
investasi lebih baik bagi pelaku pasar modal, utamanya investor. Sehingga
negara bisa memperoleh lebih banyak pendapatan dari pajak usaha.

Contoh Nyata dari Kebijakan Fiskal di Indonesia


Pemerintah Indonesia telah beberapa kali menerapkan kebijakan fiskal untuk
meredam terpaan kondisi ekonomi dunia. Kebijakan tersebut berhasil membuat
ekonomi Indonesia bergerak ke arah yang lebih kondusif.
a) Tax Amnesty
Presiden Jokowi merancang Program Amnesti Pajak di tahun 2017, banyaknya
laporan penunggakan pajak dan individu yang tidak melaporkan jumlah kekayaan.
Sehingga pemerintah memutuskan untuk meluncurkan program Tax Amnesty.
Dihilangkannya sanksi administrasi, pidana, dan juga denda keterlambatan
pembayaran pajak mampu membuat pemasukkan negara meningkat hingga 130 triliun
rupiah. Ini adalah sebuah bukti kenapa kebijakan tersebut perlu dilakukan oleh sebuah
negara.
b) Subsidi Bahan Bakar Minyak
Pengurangan jumlah subsidi BBM merupakan contoh lain kebijakan fiskal. Saat harga
jual bahan bakar menjadi mahal, pemerintah mampu mengalokasikan dana yang
dimiliki untuk kebutuhan yang lebih penting.

4. Hubungan antara APBN dan pertumbuhan ekonomi


Alokasi dana APBN secara langsung digunakan sebagai Pembangunan ekonomi
negara. Dengan adanya Pembangunan ekonomi maka akan terjadi pertumbuhan
ekonomi. Mankiw (2007) pernah menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu indicator dan yang paling penting untuk melihat pembangunan
negara selain inflasi, pengangguran dan lainya. Proses kenaikan pendapatan perkapita
secara terusmenerus ini menjadi tujuan utama bagi kelangsungan perekonomian suatu
bangsa, kondisi ini juga dapat dihubungkan dengan kegiatan ekonomi yang secara
rata-rata meningkat pertahun serta tahapan negara menuju kondisi yang adil, Makmur
dan Sejahtera.
Ada beberapa poin penting pertumbuhan ekonomi di Indonesia :
a. Tingginya angka pengangguran dan kerentanan tenaga kerja Indonesia.
Pengangguran dapat di sebabkan oleh berbagai hal termasuk kompetisi dibidang
keahlian. Kondisi tersebut kurang menguntungkan bagi Perusahaan asing,
sehingga pasar tenaga Indonesia kurang diminati.
b. Iklim investasi di Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal di Indoensia
melaporkan bahwa kondisi investasi di Indonesia cukup baik setelah terjadinya
desentralisasi fiscal. Karena tidak terdapatnya perbedaan antara negara asal
investasi serta daerah tujuan investasi. Sehingga diharapakan pemerintah daerah
memanfaatkan kondisi ini sebesar-besarnya, karena menjadi peluang bagi
Pembangunan daerah.
c. Terdapatnya potensi inflasi yang secara structural mengalami tekanan

5. Konsep “fair Tax” adalah pajak haruslah bersifat adil terhadap masing-masing
individu. Konsep pajak yang adil berarti berbgai rat dan wajar bagi setiap individu
yang dikenakan pajak. Terdapat beberapa teori mengenai pengenaan pajak yang adil,
diantaranya :
a. Prinsip benefit (benefit principle), pada kondisi Lindahl price
Konsep ini menjelaskan bahwa pajak akan ditentukan sesuai dengan
deman/permintaan dari masing-masing individu. Jika demand bernilai tinggi,
maka pajak yang dikenakan akan tinggi, sebaliknya jika demand bernilai rendah,
maka pajak yang ditentukan bernilai rendah. Kondisi itu dapat diilustrasikan
sebagai berikut :
b. Konsep Ability to Pay, yaitu keharusan membayar
Konsep ini menjelaskan menegnaik pajak yang dibayar itu sesuai dengan
keharusan membayar karena adanya pendapatan masing-masing individu yang
berbeda. Dengan demikian seseorang yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi
akan membayar pajak yang lebih tinggi, begitu sebaliknya. Hal itu diperlihatkan
pada gamabar berikut :

c. Equal Absolute Sacrifice


Teori fair tax ini menjelaskan bahwa pajak yang dikenakan akan adil ketika total
utilitas yang berkurang sama antar individu. Teori total utilitas adalah teori
ekonomi mengenai kepuasan dari seorang individu dalan mengkonsumsi suatu
barang, sehingga apabila kepuasan itu tinggi maka akan semakin tinggi pula
utilitasnya. Jadi total utilitas dapat berarti sebagai keseluruhan dari kepuasan dari
mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Modelnya dapat dijelaskan sebagai
berikut :
U(M) yaitu adalah utilitas sebelum adanya pajak, sehingga setelah dikurangi oleh
pajak kondisinya menjadi U(M-t), dimana U(M-t) lebih kecil dari U(M) atau
U(M-t)-U(M). artinya kondisi ini konstan untuk semua individu.
d. Equal Proportional Sacrifice
Bahwa konsep pajak yang adil harus sama antar individu apabila kondisi total lost/
kehilangan total dibandingkan dengan area pendapatan, sehingga total
pengurangan dari pengenaan pajak antar individu jika dibandingkan dengan
pendapatannya harusnya sama

e. Model Keseimbangan Sebagian (partial Equlibrium Model)


Model ini secara umum menjelaskan mengenai bagaimana harga dari pajak
ditentukan tetapi mengabaikan adanya efek kelimbahan yang terjadi dari pasar
yang lainnya. Konsep ini mengansumsikan bahwa terdapat satu pasar yang
mempunyai permintaan dan penawaran pada kondisi pasar kompetitif. Harga pada
asumsi model ini bersifat konstan, atau focus pada konsumen, sehingga kondisi
optimal adalah pada saat P=MC. Asumsi lain yaitu haega input tidak berubah.
Gambar diatas memperlihatkan kondisi setelah pajak di kenakan pada suatu pasar.
Kondisi supply (penawaran) menjadi menurun, akibatnya kuantitas menjadi
menurun dan harga produk menjadi meningkat. Hal itu berdampak kepada
surplus/ keuntungan yang diperoleh dari masing-masing pihak menjadi berkurang.
Penjelasan itu dapat dilihat pada gambar berikut:

f. Model keseimbangan umum (general equilibrium model)


General equilibrium Model (GEA) biasanya disebut juga dengan model
Harberger. Model ini berbeda dengan model PEA dan merupakan
pengembangannya, asumsinya menjelaskan bagaimana bermacam-macam pasar
dapat terhubung satu sama lainnya. Ilustrasi tersebut dapat digambarkan dengan
model sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai