Zulfa Kamilia
1906329083
Universitas Indonesia
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke 5.7
Diabetes Mellitus
6.7
Tuberkulosis
Hipertensi
12.9
Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi kematian yang disebabkan oleh
penyakit Diabetes Mellitus, salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adalah
dengan memberikan pajak terhadap minuman bergula tinggi baik alami maupun
buatan serta minuman dengan konsentrat yang dikemas dan masih memerlukan
pengenceran dalam konsumsinya, dalam wacana tersebut diketahui bahwa objek
pajak tersebut dikenakan tarif sebesar Rp 1500,- (kompas.com, 2020).
BAB II
A. TEORI EKSTERNALITAS
EKSTERNALITAS NEGATIF
Idealnya pada pasar, social cost lebih besar daripada private cost. Namun
pada pasar dengan eksternalitas positif, private cost lebih besar daripada social cost.
Sedangkan pada pasar dengan eksternalitas negatif menghasilkan marginal social
cost yang lebih besar daripada marginal private cost. Oleh sebab itu konsumsi
masyarakat (Q1) lebih besar daripada nilai idealnya (Q*). Sehingga dikarenakan
adanya kelebihan konsumsi maka terjadi deadweight loss pada grafik yang diarsir
(dihimpit oleh MSC dan MC) yang menjadi eksternalitas. Suatu eksternalitas
merupakan tergolang dalam kegagalan pasar, hal ini dikarenakan pada eksternalitas
pasar gagal dalam mengalokasikan sumberdaya yang efisien. Untuk mencegah dan
mengatasi kegagalan pasar tersebut, pemerintah mengeluarkan command and
control policy dan market based policy (Mankiw, 2004). Dalam command and control
policy, pemerintah memberikan kebijakan yang berpengaruh secara langsung dalam
proses produksi maupun konsumsi, contohnya penetapan batas atas. Sedangkan
pada market based policy pemerintah memberikan kebijakan dengan asumsi insentif
swasta dengan insentif social.
B. PIGOUVIAN TAX
Konsep Pigouvian tentang internalisasi eksternalitas untuk mengoreksi hasil
pasar yang tidak efisien menunjukkan bahwa ukuran pajak cukai harus sama dengan
biaya eksternalitas negatif (taxfoundation.org, 2020). Eksternalitas negatif yang
sebelumnya tidak menjadi tanggungan produsen dan konsumen, kini menjadi
tanggungan pelaku ekonomi (Tietenberg, 2000 dan Pearce & Turner, 1990). Dengan
adanya pajak juga produsen perlu memperhatikan jumlah kuantitas yang dihasilkan
guna mengurangi eksternalitas negatif yang dapat merusak ataupun memberikan
kerugian pada pihak lainnya.
Dalam menilai keefektifannya, pajak cukai yang diterapkan pada ukuran per unit
lebih efektif dalam menaikkan harga jika tersedia diskon volume, dibandingkan dengan
pajak penjualan (PPN) yang umumnya diterapkan dalam persentase harga (Powell &
Chriqui, 2012). Jika tujuannya adalah untuk mengurangi asupan kalori, akan lebih baik
jika ada pajak minuman berpemanis yang ditargetkan daripada pajak soda yang juga
berlaku untuk soda diet rendah kalori untuk membatasi substitusi dari soda ke minuman
berpemanis berkalori tinggi lainnya dan mendorong penggantian ke soda rendah kalori
(Chaloupka, Powell & Chriqui, 2011).
L
Grafik 3
Pengenaan Pajak Minuman Berpemanis
Sumber: Dharmasena, Davis, dan Capps Jr, 2014
Sebelum dikenakan pajak kemampuan produksi produsen berada pada titik QA0
dan PA0, namun setelah dikenakan pajak, pajak tersebut menggeser kemampuan
produsen bersedia memproduksi barang A menjadi titik QA2PA2 (paling bawah)
sedangkan pada konsumen, ability to pay awal berada pada titik QA1PA1, namun
setelah dikenakan pajak menjadi titik QA2PA2 (paling atas). Sehingga surplus
konsumen terjadi pada garis diatas titik PA2 (paling atas) dan surplus produsen pada
PA2 (paling bawah). Sedangkan pengurangan produksi pada yang sebelumnya QA0
menjadi QA2 pada grafik yang ditutup abu-abu menjadi titik inefisiensi (penurunan
produksi dan tidak bersedianya konsumen membayar) atau yang biasa disebut dengan
deadweight loss.
Pengenaan pajak dikenakan pada grafik yang diarsir hitam. Pada grafik tersebut
dapat diketahui pajak ditanggung sebagian oleh konsumen dan Sebagian oleh
produsen. Pada kebijakan yang diberikan pemerintah yakni pengenaan cukai sebesar
Rp 1500,- per liter minuman berpemanis dan berkonsentrat tinggi dapat tanggung oleh
produsen maupun konsumen. Hal ini tergantung dari masing-masing kebijakan
produsen. Namun apabila pajak dikenakan oleh konsumen secara keseluruhan dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Meningkatnya harga yang dibayar konsumen
menurunkan grafik kuantitas kesediaan konsumen membeli barang tersebut dan
memperbesar deadweight loss sedangkan apabila dibebankan pada perusahaan hal ini
menimbulkan biaya produksi yang berlebihan sehingga berkurangnya kuantitas
produksi produsen.
Literatur yang telah ada saat ini membandingkan bahwa dengan adanya pajak
minuman berpemanis menurunkan asupan kalori dan meningkatkan pendapatan
negara dengan memperhitungkan efek substitusi pada barang pengganti lainnya
(Smith, Lin, dan Lee, 2010). Sedangkan tanpa perhitungan substitusi barang lainnya,
pajak minuman berpemanis memberikan kontribusi lebih kecil pada pendapatan
negara. Pada penelitian lainnya keefektifan dapat dilihat dari populasi masyarakat
(Fletcher, Frishvold, dan Tefft, 2010b).
D. KESIMPULAN
Adhi, Irawan Sapto. (2020). 5 Penyakit Tidak Menular yang Paling Banyak Diderita
Orang Indonesia. 13 Januari 2020.
https://health.kompas.com/read/2020/02/13/103000768/5-penyakit-tidak-
menular-yang-paling-banyak-diderita-orang-indonesia?page=all.
Catriana, Elsa. (2020). Sri Mulyani Usulkan Minuman Berpemanis Kena Cukai, Ini
Produknya. 14 January 2021.
https://money.kompas.com/read/2020/02/19/143200026/sri-mulyani-usulkan-
minuman-berpemanis-kena-cukai-ini-produknya?page=all.
Fletcher, J. M., D. Frisvold, and N. Tefft. (2010). Can Soft Drink Taxes Reduce
Population Weight. Contemporary Economic Policy 28(20 10a):967-974.
Kristiaji, Bawono. (2016). Urgensi Pigouvian Tax untuk Indonesia. 13 Januari 2020.
https://news.ddtc.co.id/urgensi-pigouvian-tax-untuk-indonesia-6662?
page_y=2200
No Name. (2020). Penyakit Tidak Menular Kini Ancam Usia Muda. 13 Januari 2020.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20070400003/penyakit-tidak-menular-
kini-ancam-usia-muda.html
Putri, Gloria. (2020). Angka Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular di Indonesia
Melonjak. 13 Januari 2020.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/23/130000923/angka-kematian-
akibat-penyakit-tidak-menular-di-indonesia-melonjak?page=all.
Senarath Dharmasena, George C. Davis and Oral Capps Jr. (2014). Partial versus
General Equilibrium Calorie and Revenue Effects Associated with a
SugarSweetened Beverage Tax. Journal of Agricultural and Resource
Economics , August 2014, Vol. 39, No. 2 (August 2014), pp. 157-173
Smith, T. A., B. H. Lin, and J. Y. Lee. (2010). Taxing Caloric Sweetened Beverages:
Potential Effects on Beverage Consumption, Calorie Intake, and Obesity.
Economic Research Report ERR- 100,: Washington U.S. Department of
Agriculture, Economic Research Service