Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MATA KULIAH

PENULISAN DAN KOMUNIKASI AKADEMIK


ANALISIS PEMANFAATAN DANA BAGI HASIL CUKAI TEMBAKAU (DBHCHT)
DI BIDANG KESEHATAN

Nama : Irfana Fadya


NPM : 2306187850

LATAR BELAKANG

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)


Amandemen keempat pada pasal 34 menyebutkan bahwa negara menjamin kesejahteraan
masyarakat melalui tiga kunci pokok yaitu di bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
Pokok kesehatan ditegaskan dalam bunyi Pasal 34 ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa
negara bertanggungjawab terhadap warga negaranya atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Salah satu pokok perhatian pemerintah pada masalah kesehatan di Indonesia adalah
tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) yang salah satunya disebabkan oleh konsumsi
rokok. Sekarang ini, kebiasaan merokok tidak hanya menjadi masalah pada orang dewasa,
namun juga semakin marak pada kalangan anak dan remaja. Berdasarkan data riset kesehatan
dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa terdapat peningkatan prevalensi merokok
penduduk umur 10 Tahun dari 28,8% pada tahun 2013 menjadi 29,3% pada tahun 2018. Hal
ini juga tergambarkan pada besarnya pengeluaran masyarakat atas konsumsi rokok.
Berdasarkan data Susenas Maret 2022 Badan Pusat Statistik (BPS), rokok merupakan
komponen pengeluaran rumah tangga tertinggi kedua, di perkotaan komponennya sebesar
12,21% sedangkan di pedesaan sebesar 11,63%.

Seiring dengan perkembangan masalah kesehatan atas dampak konsumsi rokok dan
hasil tembaku, pemerintah menerapkan cukai karena dianggap sebagai pigouvian tax.
Pigouvian tax adalah pungutan pajak yang dibebankan atas suatu tindakan konsumtif yang
mengakibatkan eksternalitas negatif bagi kegiatan ekonomi lainnya. Undang-undang No 39
Tahun 2007 tentang cukai mengamanatkan adanya Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
(DBHCHT). DBHCHT dibagikan kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau (CHT).
Untuk menjaga agar penggunaan DBHCHT tepat sasaran, Menteri Keuangan menerbitkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.07/2021 tentang Penggunaan, Pemantauan dan
Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Pada PMK tersebut dinyatakan
bahwa 40% DBHCHT digunakan di bidang kesehatan.

Pada PMK 215/PMK.07/2021 pasal 10 ayat (1) huruf a bahwa penggunaan DBHCHT
digunakan untuk upaya penurunan angka prevelansi stunting. Seiring dengan peraturan
tersebut, pada RPJMN Bidang Kesehatan terdapat indikator-indikator yang harus terpenuhi
diantaranya prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita dan persentase
merokok penduduk usia10-18 tahun. Sehingga pada penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran atas pemanfaatan DBHCHT terhadap peningkatan status kesehatan
yang difokuskan pada dua indikator RPJMN tersebut.

Terdapat penelitian sebelumnya terkait penggunaan DBHCHT. Nurcahyo (2020)


melakukan penelitian analisis penyerapan DBHCHT 2017-2019. Wulandari & Waluyo (2018)
melakukan penelitian efektivitas pemanfaatan DBHCHT dalam Bidang Kesehatan di Kota
Surakarta Tahun 2018. Berbeda dengan dua penelitian sebelumnya, diharapkan penelitian ini
dapat memberi gambaran atas pemanfaatan DBHCHT bidang kesehatan di seluruh daerah
penerima DBHCHT di Indonesia. Implikasi dari penelitian ini diharapkan dapat memberi
informasi untuk evaluasi pemanfaatan DBHCHT di bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurcahyo, M. A. (2020). Analisis Penerapan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau 2017-
2019.

Wulandari, F., & Waluyo. (2019). Efektivitas Pemanfaatan Dana bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau dalam Bidang Kesehatan di Kota Surakarta Tahun 2018. Bestuur, 7(1), 15–
25. https://doi.org/10.20961/bestuur.v7i1.28418

Anda mungkin juga menyukai