Anda di halaman 1dari 3

Pemerintah suatu negara sedang mempertimbangkan untuk mengubah tarif pajak penjualan

barang dari 10% menjadi 15%. Ini telah memicu banyak perdebatan di kalangan pelaku
usaha dan masyarakat. Diskusikan implikasi ekonomi dari perubahan tarif pajak penjualan
ini dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi berbagai aspek perekonomian, dan
diskusikan konsep teori pemungutan pajak dan bagaimana prinsip ekuitas dapat
memengaruhi desain dan implementasi pajak baru ini.

Jawaban :
Meningkatnya tarif pajak penjualan barang dari 10% menjadi 15% akan berdampak pada
meningkatnya harga barang-barang. Apabila tidak dibarengi dengan kebijakan lain dan
dianggap faktor-faktor lain seperti pendapatan masyarakat adalah tetap, maka daya beli
masyarakat bisa menurun dan akan menghambat roda perekonomian. Peningkatan tarif ini
tidak hanya mempengaruhi masyarakat sebagai konsumen, namun juga sebagai produsen.
Harga barang modal akan meningkat dan produsen harus menyiasati dengan mengeluarkan
modal lebih besar tanpa mengurangi kualitas barang.
Implikasi ekonomi dan pengaruh terhadap aspek perekonomian yang dapat terjadi adalah
sebagai berikut.
1. Perubahan Harga: Pajak mempengaruhi harga barang atau jasa yang dikenai pajak.
Ketika pemerintah menerapkan pajak tambahan pada suatu produk, harga produk
tersebut cenderung meningkat. Kenaikan harga ini dapat mendorong konsumen
untuk mengurangi konsumsi produk tersebut, terutama jika harga naik cukup
signifikan. Sebaliknya, pembebasan pajak atau pemotongan pajak bisa membuat
harga lebih rendah, mendorong konsumen untuk lebih banyak mengonsumsi produk
tersebut.

2. Pendapatan yang Tersedia: Pajak juga dapat mempengaruhi pendapatan yang


tersedia bagi konsumen. Ketika pajak penghasilan atau pajak lainnya dikenakan,
pendapatan yang sebenarnya dapat berkurang. Ini dapat mempengaruhi
kemampuan konsumen untuk membeli barang dan jasa. Pajak yang lebih rendah
atau insentif pajak, seperti kredit pajak, dapat meningkatkan pendapatan yang
tersedia, mendorong konsumen untuk lebih banyak mengonsumsi atau berinvestasi.

3. Insentif Ekonomi: Pemerintah sering menggunakan pajak sebagai alat untuk


menciptakan insentif ekonomi tertentu. Misalnya, dengan memberlakukan pajak
karbon pada emisi gas rumah kaca, pemerintah mendorong perusahaan dan individu
untuk mengurangi emisi mereka dan beralih ke energi bersih. Hal ini dapat memicu
inovasi teknologi hijau dan mendukung upaya perlindungan lingkungan.

4. Perubahan Konsumsi dan Investasi: Pajak juga dapat memengaruhi konsumsi dan
investasi. Pajak konsumsi, seperti pajak penjualan, dapat mengurangi belanja
konsumen, sementara pemotongan pajak investasi dapat mendorong perusahaan
untuk berinvestasi lebih banyak dalam penelitian dan pengembangan atau
pembelian peralatan baru.

5. Distribusi Pendapatan: Pajak juga digunakan untuk mencapai tujuan redistribusi


pendapatan. Misalnya, pajak progresif, yang mengenakan tarif yang lebih tinggi pada
pendapatan yang lebih tinggi, dapat mengurangi ketidaksetaraan pendapatan
dengan mengambil dari yang kaya dan memberikannya kepada yang kurang
mampu.

Dengan demikian, pajak adalah instrumen ekonomi yang kuat yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk mengarahkan perilaku ekonomi masyarakat. Keputusan pemerintah terkait
dengan jenis pajak, tarif pajak, dan penggunaan pendapatan pajak dapat memiliki dampak
signifikan pada perilaku konsumen, produsen, dan berbagai sektor ekonomi.
Di dalam Literatur Ilmu Keuangan Negara, berikut ini konsep teori pemungutan pajak:
1. Teori Asuransi.
Negara, dalam melaksanakan tugasnya/fungsinya, mencakup tugas perlindungan
terhadap jiwa dan harta benda warga negara. Oleh sebab itu, negara bekerja atau
bertindak sebagai perusahaan asuransi. Untuk perlindungan warga negara harus
membayar premi yang dirumuskan sebagai pembayaran pajak. Teori ini sekarang
sudah tidak digunakan lagi karena bila pajak dipandang sebagai teori asuransi
berarti negara wajib mengganti kerugian akibat kebijakannya akan merugikan bagi
warga negara yang merasa dirugikan.

2. Teori Kepentingan.
Berdasarkan kepentingan, pajak mempunyai hubungan dengan kepentingan individu
yang diperoleh dari pekerjaan negara. Makin banyak menikmati jasa dari pekerjaan
pemerintah, makin besar juga pajaknya.

3. Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Pengorbanan Atau Teori Bakti).


Tanpa negara maka individu tidak mungkin bisa hidup bebas berusaha dalam
negara. Oleh karena itu negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak.

4. Teori Gaya Beli.


Merupakan teori yang termasuk modern di mana tidak mempersoalkan asal mulanya
negara memungut pajak melainkan hanya melihat pada efeknya dan memandang
efek tersebut sebagai dasar keadilannya.

5. Teori Gaya Pikul.


Pemungutan pajak menurut teori gaya pikul harus sesuai dengan kekuatan
membayar dari wajib pajak (individu). Tekanan semua pajak harus sesuai dengan
gaya pikul wajib pajak dengan memperhatikan pada besarnya penghasilan dan
kekayaan, juga pengeluaran belanja wajib pajak tersebut.

Di samping itu, prinsip ekuitas menekankan pentingnya memperlakukan semua individu


dengan adil dan seimbang, tanpa memandang perbedaan ras, agama, jenis kelamin, atau
latar belakang sosial. Prinsip ekuitas adalah semakin tinggi pendapatan yang diperoleh
maka makin tinggi pula beban pajak yang dikenakan pada wajib pajak yang bersangkutan
sehingga negara dapat berlaku adil dan tidak diskriminatif dalam memungut pajak terhadap
Wajib Pajak. Hal ini dapat digunakan untuk mengendalikan tingkat konsumsi masyarakat,
namun juga memberatkan karena kemampuan masing-masing individu yang berbeda
dibebankan dengan pajak yang sama. Pungutan pajak harus proporsional (sebanding)
dengan kemampuan yang dimiliki oleh Wajib Pajak untuk membayar pajak. Oleh sebab itu,
apabila pemerintah ingin menaikkan tarif pajak penjualan barang dari 10% menjadi 15%
penjualan, perlu disesuaikan dan dibarengi regulasi/ kebijakan lanjutan, seperti pengenaan
kenaikan pajak menjadi 15% ini diperuntukkan untuk usaha yang telah memiliki omset
tertentu, penambahan subsidi atau bantuan lain bagi masyarakat, transparansi pengelolaan
APBN kepada masyarakat, serta memastikan pengalokasian APBN dari penerimaan pajak
dilaksanakan secara akuntabel. Dengan demikian, tujuan pemerintah dalam menaikkan
pajak tidak menghambat ekonomi mengurangi beban masyarakat, serta terlaksana asas
keadilan bagi seluruh masyarakat.

Referensi:
1. Buku Materi Pokok (BMP) ADBI4330 Administrasi Perpajakan
2. https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/132547-T%2027777-Pengaruh%20penerapan-
Tinajuan%20literatur.pdf

Anda mungkin juga menyukai