Anda di halaman 1dari 14

PERPAJAKAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

PENGERTIAN PAJAK
Ø Pajak ialah pungutan yang bersifat memaksa oleh negara kepada warga negaranya untuk memenuhi
berbagai macam tuntutan dan perkembangan dalam pembangunan.
Ø Dalam suatu perekonomian Negara peran pajak sangat bermanfaat, pendapatan yang dihasilkan oleh
pajak merupakan pendapatan utama untuk membiayai segala macam kebutuhan-kebutuhan.
Ø Pajak bukan hanya sekedar kewajiban semata, dari pajaklah pembangunan yang ada di negara
Indonesia dapat berlangsung. Namun banyak penyalah gunaan pajak yang menyebabkan
kemunduran pembangunan, dan perekonomian akibat penggelapan dan manipulasi pajak.
Ø Seharusnya kita tidak selalu menuntut hak akan fasilitas yang haus disediakan oleh negara, untuk
sekedar memberikan kontribusi pajak negara saja, kita memikirkan berbagai macam cara untuk
memanipulasinya.

1. PENERIMAAN PEMERINTAH
A.Sumber penerimaan Negara
Penerimaan pemerintah kita artikan sebagai penerimaan pemerintah dalam arti yang
seluas-luasnya yaitu meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan
barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak
uang, dsb.
B. Distribusi Beban Pemerintah
Pajak di samping sebagai sumber penerimaan negara yang utama, juga mempunyai fungsi
lain, yaitu alat untuk mengatur dan mengawasi kegiatan-kegiatan swasta dalam perekonomian
(fungsi pengatur). Sebagai fungsi anggaran pajak mempunyai fungsi sebagai alat untuk membiayai
kegiatan-kegiatan rutin pemerintah, sedangkan fungsi pengatur untuk mengatur perekonomian
guna menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, mengadakan redistribusi pendapatan serta
stabilisasi ekonomi.
2. PAJAK
Dalam pendapatan suatu Negara, pajak merupakan sumber pendapatan yang
utama/pokok. Pengertian pajak akan berkaitan dengan masalah yang aan menjelaskan tetntang
fungsi pajak, dengan keyakinan pengertian tersebut mencakup pokok-pokok yang terkandung di
dalamnya.
· Tujuan Perpajakan
Untuk menekan konsumsi dan investasi dari sistem kegiatan sosial sehingga sistem
administrasi dapat menyediakan barang dan jasa publik, sosial atau kolektif dan dapat
memberikan subsidi kepada golongan miskin tanpa menimbulkan inflasi dan kesukaran dalam
neraca pembayaran.
· Prinsip dalam Perpajakan
1. Prinsip pengenaan pajak
2. Prinsip pemanfaatan dalam perpajakan
3. Prinsip kemampuan membayar
· Karakteristik Pajak
1. Adanya pengalihan dana
2. Tidak ada prestasi balik
3. Untuk biaya pembangunan, mengatur ekonomi dan politik

· Konsep Equal Sacrifice


Prinsip kemampuan untuk membayar pajak berdasarkan atas kesamaan, yang di maksud
dengan sama adalah pembayarannya dalam arti beban riil yang diderita seorang wajib pajak.

Prinsip atas dasar pengorbanan (sacrifice principle) ini dapat kita golongkan menjadi 3 macam
yaitu:
1. Kesamaan pengorbanan secara absolut (equal absolute sacrifice)
2. Kesamaan pengorbanan secara proporsional (equal proportional sacrifice)
3. Kesamaan pengorbanan secara marginal (equal marginal sacrifice)

· Efek perpajakan dalam perekonomian


1. Terhadap Produksi
Pengaruhnya terhadap produksi berpengaruh melalui kerja, tabungan, dan investasi. Maksutnya
yaitu keinginan untuk bekerja, menabung, dan berinvestasi.
2. Terhadap Produksi keseluruhan
Pengaruh pajak terhadap produksi melalui pengaruhnya keseluruhan terhadap kerja, tabungan, dan
investasi. Jika investasi dapat dimanfaatkan dengan baik, akan membuat pekerjan lebih produktif.
Tabungan da investasi terkadang tidk bias sama, kadang lebih besar investasi atau sebaliknya.
Maka dampaknya akan terjadi pengangguran.
3. Pengaruh Pajak Terhadap Komposisi Produksi
Pajak juga dapat menyebabkan peyimpangan factor poduksi, terutama digunakan untuk
keuntungan yang tidak diharapkan. Seharusnya dapat menghasilkan produksi yang banyak, akan
tetapi sebaliknya yaitu menghasilkan produksi yang jauh sedikit. Seberapa jauh pengaruh
pemungutan pajak terhadap beralihnya penggunaan faktor-faktor produksi terhadap kegiatan-
kegiatan yang dikenai pungutan pajak ke kegiatan yang lain, juga berapa banyak jumlah produksi
barang-barang yang dihasilkan pada kegiatan-kegiatan yang dijadikan obyek pajak itu akan
berkurang akan tergantung pada tinggi rendahnya elestistas permintaan dan penawaran terhadap
barang-barang yang dihasilkan tersebut.
4. Pengaruh Pajak Terhadap Distribusi Pendapatan
Tujuan pembangunan suatu negara adalah berupa peningkatan pendapatan nasional per
kapita, penciptaan lapangan pekerjaan, distribusi pendapatan yang lebih merata dan keseimbangan
neraca pembayaran internasional. Namun seringkali tujuan tersebut tidak sejalan, dan
menyebabkan harus mengurangi salah satu tujuan lain untuk mencapainya.seringkali untuk
mencapainya terdapat distribusi yang tidak merata. teori ekonomi makro, dikemukakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendapatan semakin rendah hasrat untuk mengadakan konsumsi
pendapatan.
Diharapkan bahwa kelompok kaya yang sanggup membentuk tabungan dan kemudian
mengadakan investasi apabila diadakan distribusi pendapatan yang lebih merata, maka ini akan
berarti menurunkan tingkat tabungan masyarakat yang berarti pola mengurangi dana yang
tersedia untuk investasi. Dengan kata lain kelompok miskin tidak mempunyai kemampuan untuk
mengadakn tabungan dan investasi.

· Personal Taxes (Pajak Perseorangan)


Pajak perseorangan adalah pajak yang dikenakan pada seseorang tanpa mengingat jumlah
pendapatannya, tabungan atau pengeluarannya. Pajak ini dapat dikenakan dalam jumlah yang sama
pada semua orang atau dapat dikenakan pada segolongan orang tertentu berdasarkan kriteria
tertentu. Contohnya adalah status perkawinan, umur, dsb.
1. Pengaruh Pajak Perseorangan Terhadap Konsumsi Suatu Barang
Misalkan pajak yang harus di bayar oleh setiap orang dalam jumlah yang sama, kemudian
dianalisis mengenai pengaruh pajak terhadap penghsilamn seseorang. Apabila seseorang
menggunakan semua pendapatanya untuk membeli suatu barang maka akan mendapatkan barang
sebanyak 0D, dan jika tidak di gunakan semuanya akan memperoleh barang sebanyak C0.

2. Pengaruh Pajak Perseorangan Terhadap Pengeluaran Konsumsi Dan Tabungan


Dalam hal ini kita asumsikan bahwa seseorang menabung dengan tujuan untuk melakukan
konsumsi pada suatu waktu yang akan datang. Penghasilan sesorang dapat dbedakan menjadi dua
yaitu untuk tabungan atau untuk konsumsi. Hal ini merupakan suatu pertimbangan seseorang untuk
menabungkan penghasilannya atau digunakan untuk konsumsi.
3. Pengaruh Pajak Perseorangan Terhadap Pemilihan Bentuk Tabungan
Misal, seseorang tidak meyukai resiko, karena itu orang hanya bersedia untuk memegang sebagian
besar tabungannya dalam bentuk tabungan yang mengandung resiko, hanya jika hasil yang
diterimanya besar. Semakin besar hasil yang diharapkan, akan semakin besar pula seseorang
bersedia menanggung resiko.
4. Pengaruh Pajak Perseorangan Terhadap Penawaran Tenaga Kerja
Pajak perseorangan yang berupa pungutan yang jumlahnya telah ditentukan menyebabkan
pendapatan yang diterima harus digunakan sebagian untuk membayar pajak dalam jumlah yang
sama dan besarnya tidak tergantung lamanya bekerja. Bahkan orang tersebut harus tetap membayar
pajak perseorangan walaupun dia tidak bekerja sama sekali. Sesorang yang harus membayar pajak
perseorangan menyebabkan dia bekerja lebih lama dari sebelum ada pajak.
5. Pengaruh Pajak Penghasilan Terhadap Penawaran Tenaga Kerja
Pajak penghasilan selain mempunyai efek pendapatan (income effect), juga mempunyai efek
substitusi (substitution effect). Adanya pajak penghasilan menyebabkan pendapatan yang diterima
oleh seseorang harus dikurangi untuk membayar pajak. Karena sesorang yang bekerja lebih
memperhatikan pendapatan netto daripada pendapatan bruto, maka efek substitusi menunjukkan
sikap seseorang yang mengurangi jam kerjanya

Pengaruh Pajak Terhadap Distribusi Pendapatan

Untuk menilai baik atau buruknya suatu kebijakan harus dipertimbangkan dari beberapa segi.
Untuk itu kita dapat melihat kebijaksaan perpajakan dari sudut distribusi pendapatan. Tujuan
Negara Republik Indonesia, seperti yang terdapat pada Undang-undang Dasar 1945 yaitu :

 Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan;
 Untuk memajukan kesejahteraan umum;
 Memcerdaskan kehidupan bangsa dan;
 Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Apabila kita dapat mencapai tujuan itu, maka negara kita adalah negara ada dalam keadilan dan
kemakmuran. Untuk mencapai tujuan itu secara bertahap oleh MPR ditetapkan GBHN. Adapun
garis besar kebijakan yang ada dalam GBHN adalah berusaha meningkatkan pendapatan
nasional perkapita, penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan yang lebih merata dan
keseimbangan dalam neraca pembayaran international. Keempat kebijaksaan pembangunan ini
tidak selalu sejalan dan selaras dalam pencapaiannya, melainkan seringkali untuk mencapai
tujuan yang satu terpaksa harus mengurangi keberhasilan yang lain. Misalnya untuk adanya
distrubusi pendapatan yang kurang merata. Karena dalam distribusi ini terdapat golongan
masyarakat yang kaya dan miskin dalam perekonomian.
Adanya distribusi pendapatan dalam masyarakat, hanyalah merupakan suatu gambaran untuk
mencapai suatu keadilan dalam masyarakat. Masalah keadilan merupakan masalah yang
kompleks dan merupakan masalah yang telah lama timbu, yaitu sejak manusia mulai hidup
bermasyarakat. Masalah keadilan merupakan masalah hubungan proporsional anatara dua
variabel atau lebih kurang tepat. Pengertian tepat dan proporsional merupakan pengertian yang
membutuhkan perasaan dan kesadaran. Sedangkan dua variabel tersebut misalnya antara
kewajiban dan hak, dan lain-lain. Keadilan adalah kehendak yang tetap dan ajeg untuk
memberikan kepada masing-masing orang bagiannya. Oleh karena itu keadilan harus pula
memperhatikan setiap warga negara atau setiap pribadi sebagai suatu kenyataan yang berbeda-
beda, baik dalam ekonomi, fisik, maupun dalam kemampuan lain.
Untuk mengurangi ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan pemerintah dapat menggunakan
kebijaksaan dalam perpajakan. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa tujuan suatu perekonomian
adalah memberikan penghasilan yang merata atau sama besarnya bagi setiap anggota
masyarakat. Sistem pajak yang bersifat regresif cenderung untuk memperbesar adanya
ketidakmerataan penghasilan dalam masyarakat. Sebaliknya semakin progresif sistem perpajakan
yang dianut oleh suatu perekonomian akan semakin berkuranglah perbedaan penghsilan yang
terdapat dalam perekonomian tersebut. Jadi kalau kita memang ingin mempersempit perbedaan
penghasilan yang terdapat dalam perekonomin, maka sistem pajak yang digunakan hendaknya
bersifat progresif tajam. Misalnya sistem perpajakan yang mengikuti prinsip minimum kena
pajak. Maksudnya penghasilan di atas sautu jumlah tertentu, di kenai pajak dan penghasilan
dibawah penghasilan minimum tidak dikenai pajak atau bebas dari pajak.
Distribusi pendapatan yang merata akan mempunyai kebaikan-kebaikan sebagai berikut :
 Distribusi pendapatan yang merata tersebut akan mengakibatkan berkurangnya
kecenderungan untuk timbulnya berbagai macam tindak kejahatan dan gangguan
keamanan yang ada dalam masyarakat.
 Kemerataan dalam distribusi pendapatan akan mengakibatkakn kesejahteraan optimum
dalam masyarakat tersebut.

Di samping kebaikan-kebaikan diatas, distribusi pendapatan yang merata juga akan


menimbulkan pengaruh negative atau keburukan dalam masyarakat sebagai berikut:

 Menyamaratakan pendapatan justru akan menghambat dalam kemajuan kebudayaan


suatu negara.
 Menyamaratakan pendapatan akan bertentangan dengan kenyataan hidup yang ada
didunia ini. Karna pada dasarnya dunia ini memang ada perbedaan-perbedaan dalam
kemampuan masing-masing orang.
PAJAK DAN EFISIENSI EKONOMI

Pajak adalah apa yang kita bayarkan untuk suatu masyarakat yang beradab. Pemerintah harus
membayar untuk program-program mereka. Dananya sebagian besar berasal dari perpajakan dan
setiap kerugian merupakan deficit

yang dipinjam dari public. Tetapi dalam ilmu ekonomi kita selalu perlu menembus selubung
aliran moneter untuk memahami alur sumber daya yang riil. Di balik alira perpajakan dolar, yang
sesungguhnya dperlukan pemerintah adalah sumberdaya ekonomi yang langka seperti lahan,
tenaga kerja dan modal.

A. Prinsip-Prinsip Perpajakan

1. Prinsip Keuntungan vs Prinsip Kemampuan untuk Membayar

Para ekonom dan filsuf politik telah mengajukan dua prinsip utama untuk mengatur suatu system
pajak.Prinsip tersebut adalah :

 Prinsip Keuntungan: Prinsip keuntungan menyatakan bahwa individu harus dibebani


pajak dengan proporsi untuk mereka dapatkan dari program-program pemerintah.

 Prinsip Kemampuan untuk Membayar: Prinsip ini menyatakan bahwa jumlah pajak
harus dibayar oleh seseorang harus berkaitan dengan pendapatan atau kesehatan mereka.
Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pula pajaknya.

2. Pemerataan Horizontal dan Vertikal

Apakah mereka diatur dengan bentuk keuntungan maupun kemampuan untuk membayar, system
perpajakan yang paling modern juga berusaha untuk memasukkan pandangan-pandangan
modern tentang keadilan atau pemerataan. Satu prinsip yang penting adalah dari pemerataan
horizontal, yang menyatakan bahwa mereka yang pada pokoknya sama harus dikenai pajak
secara sama.

Gagasan atas perlakuan yang sama dari pemerataan memiliki akar yang kuat di dalam filsafat
politis Negara barat.Jika kita sama di dalam cara, semua prinsip perpajakan akan menyatakan
bahwa kita harus membayar pajak yang sama.Dalam kasus perpajakan keuntungan, jika kita
menerima jasa pelayanan yang sam persis dengan jalan raya, prinsip pemerataan horizontal
menyatakan bahwa kita harus membayar pajak yang sama.Atau dengan system perpajakan
mengikuti pendekatan kemampuan untuk membayar, pemerataan horizontal memerintahkan
bahwa orang yang mempunyai pendapatan yang sama harus membayar pajak yang sama.

Prinsip yang lebih controversial adalah pemerataan vertical, yang menyangkut perlakuan pajak
dari orang-orang dengan tingkatan pendapatan yang berbeda.Prinsip-prinsip filosofis yang
abstrak memberikan sedikit petunjuk dalam menyelesaikan masalah-masalah keadilan.

3. Kompromi Pragmatis dalam Perpajakan


Pemerintah biasanya mengambil penyelesaian beradasrkan pendekatan keuntungan dan
kemampuan untuk membayar. Sistem perpajakan yang modern merupakan kompromi yang tidak
mudah antara prinsip-prinsip yang tinggi dan pragmatism politik.Seperti yang dituliskan Colbert
“ Menaikkan pajak seperti mencabuti bulu angsa,; anda ingin mendapatkan jumlah bulu yang
sebanyak-banyaknya dengan bunyi erangannya sesedikit mungkin”.

Pajak progresif dan Regresif

Pajak keuntungan atau kepentingan merupakan bagian yang menurun dari penghasilan
pemerintah. Sekarang Negara-negara maju sangat bergantung pada pajak pendapatan progresif.
Dengan pajak progresif, keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi diharuskan membayar
pajak pendapatan yang lebih besar.

Suatu pajak disebut proporsional, progresif, atau regresif bergantung pada apakah pajak
mengambil dari orang-orang dengan pendapatan tinggi dengan bagian yang sama dari
pendapatan, bagian yang lebih besar dari pendapatan, atau bagian yang lebih kecil daripada
pendapatan dari orang-orang dengan pandapatan rendah.

Pajak langsung dan Tidak langsung

B. Perpajakan Dan Efisiensi

Perpajakan mempengaruhi baik efisisensi ekonomi maupun distribusi pendapatan. Dalam tahun-
ketahun terakhir ini, dampak atas efisiensi menjadi keprihatinan yang utama dari kebijakan
ekonomi karena para ekonom dan pembuat kebijakan efek dari insentif atas perilaku individu
dan bisnis.

Dalam bidang tabungan dan investasi, pajak secara jelas memiliki dampak utama atas aktivitas
ekonomi. Ketika pajak tinggi di satu sector, sumberdaya akan bergerak mengalir ke bidang-
bidang yang dikenai pajak lebih ringan. Jika investasi yang berisiko dikenai pajak secara tidak
menguntungkan, para investor mungkin memilih investasi yang lebih aman. Inefisisensi muncul
sebanyak dari perbedaan pajak lintas sector seperti dari adanya pajak yang tinggi.

Efisiensi dan Keadilan

Para ekonom telah khawatir mengenai dampak perpajakan atas efisiensi ekonomi. Teori modern
dari perpajakan yang efisien mengusahakan hokum pajak Ramsey, yang menyatakan bahwa
pemerintah harus memungut pajak-pajak yang terberat atas input-input dan output-output yang
sangat tidak elastic dalam harga baik penawaran maupun permintaan.

Pemikiran atas hokum pajak Ramsey adalah bahwa jika suatu komodotas sangat tidak elastic
dalam harga baik penawaran maupun permintaan, pajak atas komoditas itu akan memiliki
dampak yang lebih kecil pada konsumsi dan produksi.Dalam beberapa keadaan, pajak ramsey
mungkin mengganti cara meningkatakan pendapatan denga kerugian minimum dari efisiensi
ekonomi
C. Permasalahan Yang Sulit Dari Insiden Pajak

Siapakah yang akhirnya membayar semua pajak yang dipungut oleh pemerintah ini ? Kita
seharusnya tidak menganggap bahwa orang atau perusahaan yang mengirimkan penghasilan
pajak kepada pemerintah yang akhirnya akan membayar pajak itu. Hanya krena suatu perusahaan
mengirimkan penerimaan pajak kepada kantor bendahara Negara tidak berarti bahwa pajak
berasal dari perusahaan tersebut.

Ilmu mikro ekonomi memberikan beberapa alat penting untuk menganalisa insiden pajak. Dalam
beberapa kasus yang hanya melibatkan permintaan dan penawaran untuk komoditas tunggal,
analisis untuk insiden pajaknya adalah terus terang. Dalam kasus yang lain, efek-efeknya
mengalir melalui ekonomi, yang membuat analisis nya menjadi sangat kompleks dan kadang-
kadang membutuhkan pendekatan keseimbangan umum.

Pada hakekatnya pembangunan nasional di suatu negara diselenggarakan oleh masyarakat


bersama dengan pemerintah secara bahu membahu. Untuk dapat mensukseskan pembangunan
nasional, peranan penerimaan dalam negeri menjadi sangat penting. Tidak mungkin roda
pemerintahan dan pembangunan nasional dapat digerakkan tanpa adanya dukungan dana
terutama yang berasal dari penerimaan dalam negeri. Selain itu, negara dalam menyelenggarakan
pemerintahan mempunyai kewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang
kesejahteraan, keamanan, pertahanan, maupun kecerdasan kehidupannya. Untuk mewujudkan
kepentingan-kepentingan tersebut, negara membutuhkan dana. Dana yang akan dikeluarkan ini
salah satunya tentu didapat dari rakyat itu sendiri melalui pemungutan yang disebut dengan
pajak.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dalam Negeri Indonesia yang paling potensial.
Pajak ini nantinya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin
maupun pengeluaran pembangunan. Peran pajak, baik sebagai sumber penerimaan dalam negeri
maupun sebagai penyelaras kegiatan ekonomi pada masa-masa yang akan datang, akan sangat
penting bagi negara kita. Peran utama pajak bagi Negara Indonesia ada dua, yaitu sebagai alat
penerimaan negara (fungsi budgeter) dan sebagai alat pengatur (fungsi regulatory). Fungsi
budgeter berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, sedangkan fungsi reguler
berfungsi untuk mengatur pertumbuhan ekonomi

Fungsi pajak yang pertama, yaitu sebagai alat penerimaan negara, menempatkan pajak sebagai
andalan pemerintah untuk menghasilkan penerimaan yang setinggi-tingginya dari sektor pajak.
Dari segi ekonomi pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke
sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya beli (purchasing
power) atau kemampuan belanja (spending power) sektor privat agar tidak terjadi gangguan
serius terhadap jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola
secara baik. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba
bersih. Setiap perusahaan / orang yang menjadi Pengusaha Kena Pajak pasti merupakan Wajib
Pajak.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau
pemotong pajak tertentu.
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya harus terlebih dahulu memahami
ketentuan-ketentuan umum perpajakan yang ada. Salah satu ketentuan tersebut yaitu mengenai
Self assessment system yang merupakan sistem pemungutan pajak di mana seluruh proses
pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dimulai dari menghitung dan menetapkan besarnya
pajak terutang, menyetor pajak terutang ke kas negara, melaporkan perhitungan dan penyetoran,
serta mempertanggungjawabkan semua kewajiban dilakukan oleh Wajib Pajak itu sendiri. Hal ini
merupakan bentuk kepercayaan pemerintah kepada masyarakat untuk menjalankan sepenuhnya
kewajiban pajaknya.

Dari pengertian tersebut jelas bahwa Wajib Pajak harus aktif menghitung dan melaporkan jumlah
pajak terutangnya tanpa campur tangan fiskus. Konsekuensi dari diijinkannya sistem ini yaitu
bahwa masyarakat harus mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelunasan pajak seperti kapan harus membayar pajak, kapan harus
melaporkannya, kepada siapa pajak dibayarkan, bagaimana menghitung besarnya pajak serta
sanksi apa yang akan diterima bila Wajib Pajak melanggar Undang- Undang Pajak.
Dalam hal pelaksanaan administrasi perpajakan, terdapat perbedaan kepentingan antara wajib
pajak dengan pemerintah. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena
dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis Wajib Pajak. Di lain pihak
pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, yang sebagian
besar berasal dari penerimaan pajak. Adanya perbedaan kepentingan ini menyebabkan Wajib
Pajak cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun illegal,
hal ini dimungkinkan jika ada peluang yang dapat dimanfaatkan baik karena kelemahan
peraturan pajak maupun sumber daya manusia (fiskus).

Oleh karena itu, untuk dapat menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan usaha efisiensi
laba usaha serta untuk meminimalisasi beban pajak, Wajib Pajak dapat menggunakan salah satu
cara di dalam perpajakan yang dikenal dengan manajemen pajak, yaitu suatu upaya memenuhi
kewajiban perpajakan dengan benar melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian dan pengawasan mengenai perpajakan, sehingga beban pajak yang ditanggung
perusahaan dapat diminimalkan guna memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan tanpa
melanggar Undang-Undang yang berlaku. Upaya untuk meminimalisasi pajak ini sering disebut
dengan teknik perencanaan pajak. Teknik ini merupakan bagian dari manajemen pajak yang
merujuk pada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar hutang pajak berada
dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun
perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban
perpajakan secara lengkap, benar dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan
sumber daya. Bila hal ini telah dilakukan, tidak bisa dimungkiri pelaksanaan administrasi
perpajakan yang efisien dapat kita peroleh.
Mengenal Perencanaan Pajak

Pajak adalah pungutan oleh negara yang berakibat arus dana ke luar (cash outflows) dalam arti
akan mengurangi hak pemilik perusahaan. Ditinjau dari pandangan entity theory, pajak dianggap
sebagai laba yang merupakan hak dari negara. Sebaliknya, konsep proprietory menganggap
semua kekayaan dan kewajiban perusahaan adalah hak dan kewajiban pemilik. Menurut paham
ini semua pengeluaran yang mengurangi hak dari pemilik perusahaan dianggap sebagai beban,
tidak terkecuali pajak. Karena menganggap bahwa pungutan pajak tidak berbeda dengan beban
usaha yang lain, maka timbul hasrat untuk berusaha bagaimana mengurangi pajak. Prinsip
efisiensi yang diterapkan dalam badan usaha untuk mengurangi segala macam biaya juga
diterapkan untuk pajak. Berdasarkan kenyataan bahwa peraturan perpajakan sedemikian
kompleks dan dinamis, maka untuk mengurangi beban pajak diperlukan suatu manajemen pajak
yang antara lain melalui fungsi perencanaan pajak (Basri Musri, 2004).
Perencanaan Pajak (Tax Planning) menurut Susan M. Lyons, (1993:303) adalah “Arrangement
of a person’d business and/or private affairs in order to minimize tax liability”. Robert K. Eskew
(1988:762) menyebutkan Tax Planning adalah “The practice of evaluating the tax effects of
contemplated actions or transactions”, sedangkan Barry Spitz (1983:1) menyatakan bahwa “Tax
Planning is the process of taking into consideration all revelant tax factors, in the light of the
material non tax factors, for the purpose of determining “: whether; and if so — when; how; and
with whom, to enter into and conduct transaction, operations and relationships, with the object
of keeping the tax burden falling on taxable events and persons as low as possible while
attaining the desired business, personal and other objectives”. Tax Planning is the systematic
analysis of deferring tax options aimed at the minimization of tax liability in current and future
tax periods (Crumbley D.Larry, Friedman Jack P., Anders Susan B.:1994).

Pengertian lainnya perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan
konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada
konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat
mengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut
sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang
merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi (Mohammad Zain, 2003).
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah
untuk meminimumkan kewajiban pajak (Erly Suandy, 2003). Di pihak lain Moenaf H. Regar
(1995:212) menyebutkan bahwa perencanaan pajak (Tax Planning) adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh wajib pajak untuk menghemat pajak dengan cara mengatur penghitungan
penghasilan yang lebih kecil yang dimungkinkan oleh perundang-undangan pajak.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tax planning adalah perencanaan
pajak sebagai bagian dari fungsi manajemen (Planning, Organizing, Stafing, Directing /
Actuating, Controlling) dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dengan tehnik dan strategi
mengatur akuntansi dan keuangan perusahaan untuk penghematan pajak tanpa melanggar
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku (in legal way), terhindar dari tax
evasion / penyelundupan pajak, terhindar dari illegal tax avoidance / penghindaran pajak illegal
antara lain dengan menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melapor Pajak Terutang sesuai
ketentuan yang berlaku dan membayar serta melunasinya sebelum tanggal jatuh tempo sehingga
terhindar dari Sanksi Perpajakan.

Perlunya Perencanaan Pajak


Ada beberapa alasan mengapa perencanaan pajak perlu dilakukan, di antaranya:

Kerumitan Peraturan Per UU Perpajakan


Semakin rumit peraturan per UU Perpajakan yang berlaku maka terdapat kecenderungan biaya
untuk mematuhinya (complince cost) semakin tinggi. Untuk mendapatkan kepatuhan pajak/tax
compliance dengan biaya murah diperlukan perencanaan pajak antara lain dengan merekrut
tenaga yang ahli di bidang tersebut.

Makin besarnya jumlah Pajak terutang


Makin besarnya jumlah Pajak terutang akibat kekeliruan dan kesalahan dalam menghitung,
memperhitungkan, menyetor dan melaporkan Pajak dapat dihindarkan dengan meminimais
kekeliruan dan kesalahan yang terjadi.

Tingginya Biaya Negosiasi


Wajib Pajak kadang-kadang perlu melakukan Negosiasi untuk mengurangi jumlah Pajak terutang
akibat kekeliruan dalam menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melapor pajak, dan biaya
negosiasi umumnya relatif tinggi. Perencanaan pajak dapat dilakukan dengan Tax Litigation
yaitu menyelesaikan perselisihan perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku antara lain
mengajukan Keberatan, Banding, Peninjauan Kembali.

Risiko Pembinaan Otoritas Pajak


Dalam rangka meminimais risiko pembinaan otoritas Pajak berupa Pemeriksaan Pajak maka
Perencanaan Pajak perlu dilakukan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sebagai
kewajiban kenegaraan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak mengundang
otoritas pajak untuk melakukan Pemeriksaan Pajak. Upaya yang dapat dilaksanakan antara lain
dengan melakukan penelitian pajak/tax research.

Sanksi Perpajakan dan moral hazard


Perencanaan pajak diperlukan dalam rangka menghindar dari terkena Sanksi Perpajakan yang
berisiko berat dari segi material dan moral dengan cara memahami peraturan perpajakan yang
berlaku secara bulat dan utuh serta mengupayakan agar tidak salah tafsir.
Alasan lainnya diungkapkan oleh Simon James dan Nobes sebagaimana dikutip oleh Gunadi
dalam makalahnya Tax Management “Legalitas dan Implikasi Terhadap Upaya Peningkatan
Penerimaan Pajak”. Menurutnya pendorong dari dilaksanakannya perencanaan pajak adalah:

1. tingginya tarif pajak,


2. kekuranggamblangan (imprecise) ketentuan (baik rumusan eksplisit ketentuannya
maupun semangat, maksud dan tujuan implisitnya),
3. terlalu kecilnya sanksi dan
4. Kekurangwajaran atau kekurangmerataan, serta
5. distorsi dalam sistem perpajakan.
Dari beberapa alasan yang mendasari dan mendorong dilakukannya perencanaan pajak, Basri
Musri (2004) menguraikan ada 5 faktor pendorong utama wajib pajak untuk melakukan
perencanaan pajak, yaitu:

Rate of tax
Terpilihnya tarif pajak sebagai alat tax planning karena disadari bahwa semakin tinggi tarif yang
dikenakan, beban pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak semakin besar. Yang dihindari
dalam hal ini adalah marginal rates of tax bukan rata-rata tarif pajak yang ditanggung.

Base of tax
Perilaku wajib pajak jika melakukan Tax Planning yang didasarkan pada base of tax akan
berhadapan dengan pilihan mengenakan dirinya untuk dibebani pajak dari pendapatan tabungan,
investasi atau dari sumber lainnya. Dengan membuat tabel berapa tarif pajak atas masing-masing
penghasilan dikaitkan dengan tingkat pengembalian (yield required) dari investasi yang
diinginkan, wajib pajak akan dapat memilih yang paling menguntungkan (pajak yang minimal).

Loopholes
Keadaan ini dimungkinkan oleh karena terdapat celah ketentuan perundang-undangan
perpajakan untuk membayar pajak lebih sedikit atau bahkan tanpa membayar sama sekali
misalnya terhindarnya PPh atas bunga sertifikat Bank Indonesia apabila deposan Indonesia
membeli SBI lewat bank di luar negeri.

Tax Shelter
Wajib pajak memanfaatkan kesempatan mengurangi beban pajak oleh karena adanya fasilitas di
dalam undang-undang perpajakan yang memang sengaja diberikan pemerintah, seperti
diperkenankan penyusutan dipercepat di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).

Tax Havens
Wajib pajak memanfaatkan kesempatan mengurangi beban pajak oleh karena negara tertentu
menganut paham no-tax havens untuk income tax seperti pada Cayman Island atau hanya
mengenakan pajak pada pendapatan lokal saja (taxing only local income) seperti di Liberia,
special privilages atas penghasilan International Business Companies seperti di Luxemburg, dan
low tax havens with treaty benefits bagi negara yang melakukan tax treaties.

Anda mungkin juga menyukai