Disusun oleh:
merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
masyarakat akan optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang
cukup kepada daerah, dimana sumber penerimaan tersebut didapat dari pendapatan daerah
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa Pendapatan Daerah
adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam
periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Perimbangan dan Lain – lain Pendapatan. Salah satu sumber pendapatan daerah
terbesar yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
PAD merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
kewenangan kepada Pemerintah Daerah dalam mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai
dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. PAD bersumber dari Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD
yang sah. Lain-lain PAD yang sah tersebut meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan seperti jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah. Pemerintah Daerah harus
Kota Bandung merupakan Kota metropolitan di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi
ibu kota provinsi tersebut. Selain menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung
memiliki letak yang strategis sebagai pusat pemerintahan daerah, dan juga merupakan salah
satu kota tujuan utama untuk pariwisata dan pendidikan. Hal tersebut membuat Kota
Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian Jawa Barat, laju
pertumbuhan ekonomi Kota Bandung tergolong tinggi yaitu di atas rata-rata pertumbuhan
Kota Bandung merupakan kawasan pertanian, namun seiring dengan laju urbanisasi
menjadi kawasan industri dan bisnis, sesuai dengan transformasi ekonomi kota umumnya.
Sektor perdagangan dan jasa saat ini memainkan peranan penting akan pertumbuhan
Sementara itu yang menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung masih
didominasi dari penerimaan hasil pajak daerah dan retribusi daerah (Tabel 1&2). Selama
kurun waktu tahun 2013-2017, rata-rata pertumbuhan pendapatan Pemkot Bandung sebesar
7,41%. Pendapatan Pemkot Bandung tahun 2017 sebesar Rp 5,735 triliun, dengan kontribusi
pendapatan terbesar bersumber pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 44,96%,
kemudian diikuti dana perimbangan sebesar 39,94%, dan dari lain-lain pendapatan daerah
yang sah sebesar 15,10%. Rata-rata pertumbuhan PAD tahun 2013-2017 sebesar 15,71% per
tahun dengan sumber utama PAD Kota Bandung berasal dari pajak daerah yang rata-rata
capaiannya 92,20% selama kurun waktu 2013-2017. Dan dana perimbangan, kontribusinya
besar namun rata-rata pertumbuhannya cukup kecil, yaitu 7,94% per tahun. Dana
perimbangan terdiri atas dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya
alam), Dana Alokasi Umum (DAU), serta Dana Alokasi Khusus (DAK).Selain itu,
perkembangan Kota Bandung sebagai pusat bisnis dan pariwisata di Jawa Barat memberikan
banyak kesempatan kepada investor untuk menanamkan modalnya pada kota ini. Dengan
tempat wisata kuliner, belanja dan pusat bisnis lainnya diharapkan akan memberikan
Adapun rumusan masalah yang didapatkan dari latar belakang diatas adalah sebagai
berikut :
1. Berapa besar kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah di Kota
Bandung ?
tentang pemerintah daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman yang dimiliki oleh daerah. Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten
dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab
kepada pemerintah daerah secara proposional. Artinya, pelimpahan tanggung jawab akan diikuti
oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan dan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta
perimbangan pusat dan daerah. Anggaran daerah atau anggaran pendapatan dan belanja
Sebagai instrument kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya
pengembangan kapabilitas dan efektivitas keuangan daerah. Anggaran daerah digunakan sebagai
alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan
diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD) hal ini selaras dengan PP
yang menyatakan bahwa APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam tahun
ajaran tertentu. Oleh karena itu anggaran menjadi sesuatu yang sangat penting dalam
adalah ketidakcukupan dana yang berasal dari daerah itu sendiri sehingga proses otonomi tidak
dapat berjalan lancar, sebab keuangan daerah khususnya sumber-sumber PAD merupakan salah
satu faktor dominan dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan penyelenggaraan daerah.
a. Kekayaan daerah yang secara langsung dikelola oleh pemerintah daerah sesuai tingkat
wewenang tanggung jawab baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam bidang
pembangunan.
b. Kekayaan milik daerah yang dipisahkan yaitu seluruh uang dan barang yang
tetapi diselenggarakan oleh perusahaan daerah yang juga berfungsi sebagai kas daerah.
a. Desentralisasi
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b. Dekonsentrasi
c. Tugas Pembantuan
Penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau desa atau sebutan lain dengan
menugaskan.
dalam membiayai pengeluaran daerah, baik itu pengeluaran rutin ataupun pengeluaran
pembangunan. Salah satu dampak otonomi daerah adalah perlu dilakukannya reformasi
manajemen keuangan daerah. Lingkup manajemen keuangan daerah yang perlu di reformasi
No.25 tahun 1999 yang sekarang sudah diperbaharui menjadi UU No.33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, penerimaan daerah merupakan
uang yang masuk ke kas daerah dan sumber-sumber penerimaan daerah, terdiri atas:
Adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
Adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah
(Munir.2003:39)
c. Pinjaman daerah
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (7) PP No. 107 tahun 2000 adalah semua transaksi
yang mengakibatkan Daerah menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat yang
bernilai uang sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali,
1. Pemerintah
4. Masyarakat
Pendapatan daerah yang lain dan sah berasal dari sumber-sumber antara lain, hasil
penjualan aset tetap daerah, jasa giro, dan penerimaan sumbangan dari pihak ketiga
Menurut UU No.33 tahun 2004 Pendapatan Daerah adalah “Hak Pemerintah Daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan”. Dan makna
dari Pendapatan Asli Daerah itu sendiri menurut UU No.33 tahun 2004 adalah “Pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”. Pendapatan asli daerah sangat diharapkan dapat sebagai penyangga utama
dalam membiayai urusan rumah tangga daerah. Semakin banyak kegiatan daerah yang dibiayai
oleh PAD, berarti semakin tinggi kualitas otonomi PAD yang potensial berada di daerah
tersebut.
Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan pajak yang ditetapkan oleh
daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum. Pajak daerah dapat
dibedakan dalam 2 kategori, yaitu pajak daerah yang ditetapkan melalui peraturan daerah
dan pajak negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada daerah.
Pungutan ini dikenakan kepada semua objek pajak seperti orang atau badan.
Dasar Hukum
Dasar hukum tentang pajak daerah adalah undang-undang Republik Indonesia No. 34
tahun 2000 tentang perubahan atas UU RI No. 18 tahun 1997 tentang pajak dan retribusi
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran antar jasa atau pemberian
izin tertentu, yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi/badan.
3. Ongkos pelayanan tidak melebihi dari pungutan yang dikenakan untuk pelayanan yang
diberikan.
Penerimaan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh jasa pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah daerah dan diperlukan oleh masyarakat. Dilihat dari objeknya retribusi daerah masih
dapat dikembangkan melalui peningkatan jasa pelayanan, selama jasa pelayanan yang diberikan
tersebut benar-benar nyata, tidak dibuat dibuat dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Dalam pungutan retribusi daerah terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung
dapat ditunjuk.
2. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan jasa yang diberikan atau
Antara lain terdiri dari: bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.
Lain-lain PAD yang sah terdiri dari hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing, komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang/jasa oleh daerah. Penerimaan daerah dari sektor ini memiliki
proporsi yang lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan daerah dari sektor pajak
Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, dan
penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan kegiatan impor/ekspor.
Efektivitas dan efisiensi merupakan dua macam kinerja yang digunakan untuk
menilai prestasi kerja dari suatu pusat tanggung jawab tertentu. Efisien dan efektif
biasanya lebih relatif atau komparatif dan bukan bersifat absolut, dalam arti bahwa
a. Efektivitas
Adalah hubungan antara keluaran suatu pusat tanggungjawab dengan sasaran yang
(Bastian, 2006: 78). Unit-unit kerja dalam suatu organisasi selain efisien juga harus
efektif karena keduanya merupakan hal yang harus dipenuhi dan tidak dapat dipilih-
pilih. Pusat pertanggungjawaban yang efektif adalah unit kerja yang mampu
menggunakan sedikit mungkin bahan masukan atau sumber daya untuk mencapai
suatu tingkat keluaran atau hasil tertentu. Akan tetapi, seandainya tingkat keluaran
dari unit kerja tidak mencukupi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebagai
kontribusi dari unit kerjanya maka dikatakan bahwa unit kerja tersebut tidak atau
kurang efektif.
b. Efisiensi
Daerah Provinsi DIY No.8 Tahun 2005 Bab XXI Pasal 32).
tersebut:
dengan standar pembiayaan yang telah ditetapkan. Pembiayaan yaitu gambaran tingkat
biaya tertentu yang dapat menggambarkan berapa biaya yang diperlukan untuk
efisien, apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%. Semakin
kecil rasio efisiensi, berarti tingkat efisiensi pemerintah semakin baik. Untuk itu
pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat berapa besarnya biaya yang
diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau tidak. Hal itu
sesuai dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat
kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari BPS di Kota Bandung dalam bentuk angka-
angka dan masih perlu dianalisis kembali, yang meliputi data time series dari tahun
2015 s/d tahun 2017. Menurut Kuncoro (2001), data sekunder adalah data yang
pengguna data. yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan instansi-instansi
yang terkait.
Asli Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Daerah Kota Bandung, yang dimaksud
pendapatan daerah disini yakni hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
Digunakan rumus :
Realisasi PAD
Kontribusi 𝑃𝐴𝐷 = 100%
Pendapatan Daerah
Untuk mengetahui apakah penerimaan dari PAD sudah efektif dan efisien
digunakan rumus :
Yang dimaksud dengan Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah disini adalah
pengutan PAD dan potensi hasil PAD. Selain itu juga untuk menggambarkan kemampuan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Untuk
(>100%) terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut (target PAD) maka dapat
(<100%) terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut (target PAD) maka dapat
Keuangan
Yang dimaksud dengan Biaya Pemungutan disini adalah biaya yang dikeluarkan untuk
Efisiensi (daya guna) digunakan juga untuk mengukur bagian dari PAD yang
efisiensi dengan membandingkan angka rasio yang diperoleh dengan standar rasio
Cara pengukurannya :
1) Apabila rasio yang diperoleh masih dibawah standar rasio sebesar 5% dari
2) Apabila rasio yang diperoleh melampaui standar rasio sebesar 5 dari relisasi,
Sumber: Depdagri, Kepmendagri Nomor 690.900.327 Tahun 1996. Pedoman Penilaian Kinerja
Keuangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
menggali sumber-sumber penerimaan daerah. Salah satu sumbangan bagi pemerintah daerah
yang selama ini dinilai cukup memberikan kontribusi adalah penerimaan daerah yang berasal
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besarnya kontribusi, efektivitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan
daerah. Penelitian ini dilakukan di Dkota Bandung, dalam penelitian ini data yang didapat adalah
data Pendapatan Asli Daerah dan total pendapatan daerah yang diperoleh Kota Bandung selama
tahun anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2017, realisasi penerimaan Pendapatan Asli
Daerah dan Target Penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Kota Bandung selama
tahun anggaran 2015 sampai dengan tahun 2017 serta biaya pemungutan Pendapatan Asli Daerah
dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh diperoleh Kota Bandung
semaksimal mungkin untuk meningkatkan kegiatan pemungutan PAD dengan tetap berlandaskan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah
satu sumber penerimaan daerah, Pendapatan Asli Daerah juga berperan dalam pembiayaan
pembangunan daerah. Dengan melihat besarnya realisasi penerimaan pendapatan asli daerah,
dapat diketahui besarnya kontribusi Pendapatan Asli daerah terhadap pendapatan daerah.
Tabel5. Peranan PAD terhadap Pendapatan Kota Bandung Tahun Anggaran 2015-2017
Tahun
Realisasi PAD Pendapatan Daerah Kontribusi
Anggaran
2015 46%
1.859.694.643 4.066.246.830
2016 51%
2.578.457.420 5.015.836.590
2017 65%
5.685.213.859 8.684.129.617
Rata Rata 54%
Dari table 5 di atas dapat diketahui bahwa peranan PAD terhadap Pendapatan Daerah
kota Bandung cukup besar. Pertumbuhan Pendapatan Daerah tiap tahunnya mengalami
peningkatan, peningkatan yang cukup besar pada tahun anggaran 2017 yakni sebesar Rp
8.684.129.617. Selama tahun anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2017, kontribusi
a) Pada tahun anggaran 2015 PAD memberikan kontribusi sebesar 46% terhadap
kontribusi PAD pada tahun 2016 meningkat dari 46% menjadi 51% sejalan
b) Peningkatan jumlah pendapatan daerah dan realisasi PAD pun terjadi pada tahun
diberikan oleh PAD, dan pada tahun anggaran 2016 ini mengalami peningkatan
sebesar 14% sehingga kontribusi PAD pada tahun 2017 sebesar 65%.
c) Rata-rata kontribusi yang diberikan PAD terhadap pendapatan daerah pada tahun
anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2017 adalah sebesar 54%. Dengan
demikian PAD yang di pungut di Kota Bandung mempunyai kontribusi yang
merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Untuk menentukan efektif tidaknya pemungutan PAD
a. Apabila kontribusi keluaran yang dihasilkan (realisasi Pendapatan Asli Daerah) semakin
besar terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut (target Pendapatan Asli Daerah) maka
b. Apabila kontribusi keluaran yang dihasilkan (realisasi Pendapatan Asli Daerah) semakin
kecil terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut (target Pendapatan Asli Daerah) maka
Kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan tugasnya dikatakan efektif apabila rasio
efektivitas yang dicapai minimal sebesar 100%. Semakin tinggi rasio efektivitas menggambarkan
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa efektivitas selama 3 tahun yang diteliti
yaitu dari tahun anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2017 tingkat efektivitasnya
hampir dan sudah melampaui 100%, hal ini disebabkan karena realisasi PAD lebih besar
dibandingkan target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung, yang artinya
kemampuan daerah Kota Bandung dalam menjalankan tugas sudah tergolong efektif. Efektivitas
pemungutan Pendapatan Asli Daerah ini berasal dari komponen-komponen Pendapatan Asli
Daerah yang direalisasikan sesuai atau bahkan melebihi target yang telah ditentukan. Tingkat
efektivitas sebesar 95% pada tahun anggaran 2015 mempunyai arti yakni dari target yang
ditentukan yaitu sebesar Rp1.961.557.568 dapat tercapai melebihi target yang telah ditentukan
yaitu sebesar Rp1.859.694.643 atau sebesar 95% dari target yang telah ditetapkan.
a. Pendapatan Asli Daerah pada tahun anggaran 2015 dapat mencapai target yang telah
tahun anggaran 2015 ini rasio efektivitas tergolong efektif karena rasionya 95%.
b. Pendapatan Asli Daerah pada tahun anggaran 2016 dapat mencapai target yang telah
Rp5.685.213.859 atau 111%. Pada tahun ini rasio efektivitas PAD kota Bandung
adalah sebesar 111% menunjukkan tingkat kemampuan efektivitas yang baik, dimana
pada tahun ini efektivitasnya semakin meningkat yaitu dari 95% pada tahun 2015
menjadi 111% pada tahun 2006 atau mengalami peningkatan sebesar 6%.
c. Pendapatan Asli Daerah pada tahun anggaran 2017 tetap dapat mencapai target yang
telah ditetapkan. Dari target PAD tahun ini sebesar Rp5.089.505.925 dapat
direalisasikan sebesar 112% . Efektivitas pada tahun anggaran 2017 ini juga
mengalami peningkatan sebesar 1% yaitu dari tahun 2016 sebesar 111% meningkat
menjadi 112% pada tahun 2017. Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat efektivitas
kota Bandung dari 3 tahun anggaran yang diteliti ini, yakni tahun 2015 sampai dengan
tahun 2017 semakin baik dalam merealisasikan PAD, berarti upaya-upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam merealisasikan PAD bisa terwujud
dengan baik.
Efisiensi biaya pemungutan Pendapatan Asli Daerah dilakukan dengan cara membandingkan
biaya pemungutan PAD dengan realisasi PAD Kota Bandung. Pemungutan adalah suatu
rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek Pendapatan Asli Daerah,
penentuan besarnya pungutan yang terutang sampai kegiatan penagihan serta pengawasan
penyetorannya. Biaya pemungutan adalah biaya yang diberikan kepada aparat pelaksana
Dari hasil perhitungan rasio tingkat efisiensi tersebut dapat diartikan sebagai berikut:
a. Apabila rasio yang diperoleh masih dibawah standar rasio sebesar 5% dari realisasi
Untuk melihat efisiensi Biaya Pemungutan PAD dapat ditunjukkan melalui rumus:
Tabel 7 diatas menunjukkan biaya pemungutan PAD pemerintah Kota Bandung yang
sudah cukup baik, karena rasio efisiensinya hanya berkisar 4%. Artinya rasio efisiensi sebesar
4% adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Kota Bandung pada tahun anggaran
2015 untuk menghasilkan realisasi PAD sebesar Rp1.859.694.643 adalah sebesar 4% atau
Rp81.911.079 dari realisasi PAD yang didapat. Rasio sebesar 4% mempunyai arti, untuk
mendapatkan realisasi PAD sebesar Rp 1,- biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 0.004,-.
Terlihat jelas bahwa rasio efisiensi Pemerintah Kota Bandung tahunnya semakin tidak
mendekati 100%. Hal ini berarti realisasi Pendapatan Asli Daerah yang diterima Kota Bandung
lebih besar dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memungut Pendapatan
Asli Daerah. Rata-rata setiap tahunnya tidak mengalami kenaikkan efisiensi yang menunjukkan
tingkat efisiensi semakin tahun semakin baik. Selama tiga tahun anggaran ( tahun 2015-2017 )
biaya pemungutan Pendapatan Asli Daerah yang harus dikeluarkan memang mengalami
peningkatan setiap tahunnya, tetapi peningkatan tersebut tidak mempengaruhi tingkat efisiensi
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan daerah selama tahun anggaran
2015 sampai dengan tahun anggaran 2017 berkisar antara 46% sampai dengan 65%
dengan rata-rata kontribusi sebesar 54%. Tahun 2015 kontribusinya sebesar 46%, tahun
2016 sebesar 51%, dan tahun 2017 sebesar 65%. Setiap tahun kontribusi Pendapatan Asli
tidak terlalu besar dan pada tahun 2016. Tahun berikutnya adanya kenaikkan sekitar 14%
Kota Bandung telah berusaha untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada dengan sebaik
2. Rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah selama 3 tahun yang diteliti yaitu dari tahun
anggaran 2015 sampai dengan tahun anggaran 2017 tingkat efektivitasnya sudah
melampaui 100%, hal ini disebabkan karena realisasi Pendapatan Asli Daerah lebih besar
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kota Bandung. Ini
berarti kemampuan Kota Bandung dalam menjalankan tugas sudah tergolong efektif.
Pada tahun 2015 tingkat efektivitasnya sebesar 95%, tahun 2016 sebesar 111%, dan tahun
2017 tingkat efektivitasnya sebesar 112%. Setiap tahunnya target Pendapatan Asli
Daerah yang ingin dicapai selalu terealisasikan sesuai dengan yang telah ditargetkan
bahkan untuk setiap tahunnya realisasi Pendapatan Asli Daerah yang diterima dapat
3. Rasio efisiensi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung pada tahun 2015 sebesar 4%,
tahun 2016 sebesar 4%, dan tahun 2017 rasio efisiensinya sebesar 4%. Hal ini
menunjukkan bahwa pemungutan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun ke
tahun semakin efisien karena rasio efisiensinya dibawah 5%. Walaupun setiap tahunnya