Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1 – MATA KULIAH ADMINISTRASI PERPAJAKAN (ADBI4330)

Nama Mahasiswa : Faishal Rahmat Koto


NIM : 051080243
Prodi : D3 Perpajakan
Dibuat pada : 24 Oktober 2023

Soal

1. Atas dasar apakah negara seakan-akan memberi hak kepada dirinya sendiri untuk membebani
rakyat dengan pemungutan pajaknya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut muncul teori-teori pajak
dari masa kemasa. Diantaranya adalah teori asuransi, teori kepentingan, teori gaya pikul, teori bakti
dan teori asas daya beli. Sebutkanlah kelemahan dari teori asuransi, teori kepentingan, dan teori gaya
pikul yang saudara/i ketahui!

2. Pajak, retribusi dan sumbangan termasuk dalam topik pembahasan public finance, yang merupakan
sumber pemasukan negara. Jelaskanlah perbedaan antara pajak dengan retribusi dan pajak dengan
sumbangan, yang saudara/i ketahui!

3. Adapun tujuan pemungutan pajak adalah untuk mencapai keadilan dalam pemungutannya. Salah
satu cara untuk mewujudkan keadilan dapat ditempuh melalui sistem tarif. Sebutkanlah kebijakan tarif
dan sistem tarif yang berlaku di Indonesia, yang saudara/i ketahui !
Mengutip Buku Hukum Pajak (2021) oleh Alexander Thian, terdapat beberapa teori yang mendasari negara
memungut pajak sekaligus menjawab pertanyaan mengapa negara diperbolehkan memungut pajak dari
warga negaranya. Namun teori-teori yang mendasari bolehnya negara memungut pajak dari warga
negaranya memiliki beberapa kekurangan, berikut dijelaskan teori pemungutan pajak beserta
kelemahannya

Teori Asuransi

Teori asuransi adalah salah satu teori pajak yang menyatakan bahwa pemungutan pajak sebenarnya
adalah bentuk asuransi sosial. Pemerintah mengumpulkan pajak dari masyarakat untuk memberikan
perlindungan dan manfaat sosial kepada mereka. Namun, teori asuransi juga memiliki beberapa
kelemahan, antara lain:

• Manfaat yang dirasakan tidak dirasakan secara langsung: Teori Asuransi menyebutkan bahwa
dengan membayar pajak adalah sebagai bentuk asuransi sosial, namun pada kenyataan setiap
manfaat yang diterima oleh warga tidak diterima secara langsung dan sesuai dengan
kontribusi pajak yang mereka telah bayarkan.
• Keterbatasan dalam mengukur risiko: Teori asuransi mengasumsikan bahwa pemerintah
dapat dengan akurat mengukur risiko yang dihadapi oleh masyarakat dan menentukan
besaran pajak yang sesuai. Namun, dalam praktiknya, mengukur risiko secara tepat dapat
menjadi sulit dan kompleks.
• Ketidakadilan dalam distribusi manfaat: Teori asuransi mengasumsikan bahwa manfaat yang
diberikan oleh pemerintah melalui pemungutan pajak akan didistribusikan secara adil kepada
masyarakat. Namun, dalam kenyataannya, distribusi manfaat sering kali tidak merata dan
dapat menguntungkan kelompok-kelompok tertentu sementara kelompok lain tidak
mendapatkan manfaat yang sama.

Teori Kepentingan

Teori kepentingan adalah teori pajak yang menyatakan bahwa pemungutan pajak didasarkan pada
kepentingan pemerintah untuk membiayai kegiatan publik dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun, teori kepentingan juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

• Ketidakjelasan dalam menentukan kepentingan: Teori kepentingan mengasumsikan bahwa


pemerintah memiliki kepentingan yang jelas dan dapat diidentifikasi dalam memungut pajak.
Namun, dalam praktiknya, kepentingan pemerintah dapat bervariasi dan sulit untuk
ditentukan dengan pasti.
• Potensi penyalahgunaan kekuasaan: Teori kepentingan dapat memberikan ruang bagi
pemerintah untuk menyalahgunakan kekuasaannya dalam memungut pajak. Pemerintah
dapat menggunakan pemungutan pajak sebagai alat untuk memperkaya diri sendiri atau
kelompok tertentu, tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
• Ketidaksesuaian antara keinginan Pemerintah dan Warga : Teori Kepentingan
menggambarkan bahwa apa yang dilakukan oleh negara sudah pasti hal yang baik dan
penting untuk dilakukan bagi warganya, namun tingkat kecocokan antara apa yang
direncanakan pemerintah denga napa yang diinginkan warga sebagai pembayar pajak belum
tentu sejalan.
Teori Gaya Pikul

Teori gaya pikul adalah teori pajak yang menyatakan bahwa pemungutan pajak didasarkan pada
kemampuan dan kekuatan ekonomi individu atau kelompok. Namun, teori gaya pikul juga memiliki
beberapa kelemahan, antara lain:

• Ketidakadilan dalam membagi beban: Teori gaya pikul mengasumsikan bahwa pemungutan
pajak akan dilakukan secara adil berdasarkan kemampuan ekonomi individu atau kelompok.
Namun, dalam kenyataannya, pemungutan pajak sering kali tidak merata dan dapat
memberikan beban yang berat pada kelompok yang lebih lemah secara ekonomi.
• Keterbatasan dalam mengukur kemampuan ekonomi: Teori gaya pikul mengasumsikan bahwa
kemampuan ekonomi individu atau kelompok dapat diukur dengan akurat. Namun, dalam
praktiknya, mengukur kemampuan ekonomi dapat menjadi sulit karena faktor-faktor seperti
aset yang tidak terlihat atau pendapatan yang tidak dilaporkan.
• Ketidaktepatan dalam menentukan aturan Pemajakan ; Teori gaya pikul mengasumsikan
bahwa semua hal terkait obyek, subjek dan system pnemajaka sudah tepat sesuai dengan
prinsip keadilan pembagian beban berdasarkan kemampuan ekonomi, namun pada
kenyataannya masih terdapat celah atau ketidaktepatan system pemajakan yang justru dapat
merugikan golongan masyarakat kecil

Sumber :

Modul ADBI4330 – Administrasi Perpajakan

https://www.pajak.com/pajak/teori-teori-pemungutan-pajak/

https://money.kompas.com/read/2022/02/01/190900926/mengapa-negara-memungut-pajak-dari-
warga-negaranya-?page=all.
Pajak, retribusi, dan sumbangan adalah tiga bentuk pemasukan negara yang berbeda dalam konteks
Public Finance (Keuangan Publik). Berikut adalah perbedaan antara ketiganya:

PAJAK
a. Jenis Timbal Balik / Pengembalian Manfaat
Pajak adalah jumlah uang yang harus dibayarkan oleh warga negara kepada pemerintah
berdasarkan hukum, tanpa memperoleh manfaat langsung atau spesifik yang sesuai dengan
jumlah pajak yang dibayarkan.
b. Tujuan Umum
Pendapatan pajak digunakan oleh pemerintah untuk membiayai berbagai layanan dan
program yang diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat, seperti pendidikan, perawatan
kesehatan, infrastruktur, dan lainnya.
c. Tidak Bersifat Opsional
Pajak biasanya bersifat wajib, artinya warga negara harus membayar pajak sesuai dengan
undang-undang, dan ketidakpatuhan dapat mengakibatkan sanksi hukum.

RETRIBUSI
a. Pertimbangan Manfaat
Retribusi adalah biaya yang harus dibayar oleh individu atau entitas karena mereka menerima
manfaat spesifik dari layanan atau fasilitas pemerintah. Retribusi biasanya disesuaikan dengan
besarnya manfaat yang diterima.
b. Tujuan Khusus
Pendapatan dari retribusi digunakan untuk membiayai layanan atau fasilitas tertentu yang
memberikan manfaat langsung kepada mereka yang membayar retribusi, seperti biaya parkir,
izin usaha, atau tiket masuk taman nasional.
c. Opsional
Retribusi bersifat opsional, dalam arti bahwa individu atau entitas hanya membayar ketika
mereka menggunakan layanan atau fasilitas yang dikenai retribusi.

SUMBANGAN:
a. Sifat Sukarela
Sumbangan adalah pembayaran yang diberikan kepada pemerintah atau organisasi nirlaba
oleh individu atau entitas atas dasar suka rela tanpa ada kewajiban hukum untuk membayar.
b. Tujuan Khusus atau Sosial
Sumbangan dapat digunakan untuk tujuan khusus seperti kampanye amal, bantuan
kemanusiaan, atau proyek-proyek sosial tertentu yang tidak selalu terkait dengan layanan
pemerintah umum.
c. Tidak Wajib
Sumbangan sepenuhnya bersifat sukarela, dan pembayarannya tidak diatur oleh undang-
undang atau regulasi.
Dalam rangkaian pendapatan negara, pajak adalah komponen utama yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah yang luas dan beragam. Retribusi adalah cara untuk membiayai
layanan atau fasilitas tertentu dengan membebankan biaya kepada mereka yang menggunakannya.
Sumbangan, di sisi lain, bersifat sukarela dan tidak terkait dengan kewajiban hukum, seringkali
digunakan untuk tujuan amal atau sosial tertentu.

Sumber :

Modul ADBI4330 – Administrasi Perpajakan

https://lmatsconsulting.com/perbedaan-pajak-retribusi-dan-sumbangan
1. Tarif Progresif
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan di mana persentasenya naik sebanding dengan
dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia, tarif pajak progresif diterapkan untuk pengenaan pajak
penghasilan (PPh) Pasal 21 wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan Undang-undang (UU)M
Nomor 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), besaran tarif untuk
PPh 21 wajib pajak orang pribadi, adalah sebagai berikut:
• Tarif 5% untuk penghasilan kena pajak hingga Rp 60 juta.
• Tarif 15% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 60 juta sampai dengan Rp 250 juta.
• Tarif 25% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 250 juta sampai dengan Rp 500 juta.
• Tarif 30% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 500 juta sampai dengan Rp 5 miliar.
• Tarif 35% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 5 miliar

2. Tarif Degresif
Tarif pajak degresif merupakan kebalikan dari tarif progresif. Artinya, ini merupakan tarif pajak
yang persentase pungutannya akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin
meningkat. Namun, ini tidak berarti membuat jumlah pajak terutang ikut mengecil. Melainkan
bisa jadi lebih besar, karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.

3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan terhadap
dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun nilai objek pajak, persentasenya akan tetap. Contoh
penerapan tarif proporsional di Indonesia, adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang
ditetapkan sebesar 11% atas seluruh barang/jasa kena pajak (BKP/JKP). Pengenaan tarif ini
tidak melihat nilai objek pajak. Misalnya, untuk BKP berupa televisi dan produk lain seperti
detergen, tetap memiliki tarif PPN yang sama, yakni 11%.

4. Tarif Regresif
Tarif pajak regresif, atau biasa disebut juga sebagai tarif tetap, adalah tarif pajak yang
nominalnya tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya. Tarif
tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap, sesuai dengan peraturan
yang telah diberlakukan. Misalnya, Bea Meterai dengan nilai atau nominal Rp 10.000 sebagai
syarat wajib untuk dokumen-dokumen penting.

Sumber :

Modul ADBI4330 – Administrasi Perpajakan


https://katadata.co.id/agungjatmiko/ekonopedia/631700a579f51/mencermati-4-jenis-tarif-pajak-
yang-berlaku-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai