Anda di halaman 1dari 10

TUGAS HUKUM PEMERINTAH DAERAH DAN DESA

“Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Penanganan Covid-19”

Disusun Oleh :

Nama : Aidhea Ayu Lensi


Nim : 02011381823404

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2020
A. Pendahuluan
1. Latar belakang

COVID-19 merupakan keluarga besar dari virus SARS and MERS yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Virus ini merupakan virus jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia, yang kemudian pertama kali didentifikasi di kota
Wuhan, China pada Desember 2019. Virus corona dapat ditularkan antara hewan ke manusia dan
manusia ke manusia. Gejala klinis akan muncul setelah 2-14 hari setelah terinfeksi, namun dapat
menular meski belum menunjukkan gelaja infeksi. Jika seseorang terinfeksi virus corona, maka akan
mengalami gejala seperti, Demam selama beberapa hari, Batuk, Nyeri, Tenggorokan, Kesulitan
bernafas, Flu/pilek.

Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat menjadi 514 kasus. Pada Minggu (22/3)
kasus baru yang tercatat di Kementerian Kesehatan bertambah 64 kasus. Sementara penderita yang
meninggal meningkat menjadi 48 jiwa dan 29 pasien dinyatakan sembuh. Kasus-kasus tambahan
COVID-19 masih terpusat di DKI Jakarta, namun telah menyentuh bagian timur Indonesia. DKI
Jakarta bertambah 40 kasus. Jawa Timur (15 kasus), Jawa Barat (4 kasus), dan Jawa Timur (1 kasus)
juga menyusul. Temuan kasus baru berada di Papua (2 kasus), Maluku (1 kasus), dan Kalimantan
Selatan (1 kasus). Sejauh ini pemerintah pusat melalui Tim Gugus Tugas COVID-19 yang dipimpin
BNPB masih mengupayakan kebijakan social distancing atau jaga jarak. Masyarakat diimbau untuk
tidak beraktivitas di luar rumah dan menghindari kerumunan dengan tujuan memutus mata rantai
penyebaran virus. Di tengah kondisi pandemi yang semakin meluas, Presiden Joko Widodo baru
menginstruksikan jajarannya untuk segera melakukan Rapid Test dengan cakupan lebih luas.
Cepatnya penyebaran virus yang menjangkiti lebih 150 negara harus jadi alarm. Kondisi ini mestinya
menuntun pemerintah bergegas mengambil kebijakan. Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus
meningkat setiap harinya maka dari itu pemerintah pusat tidak dapat untuk mengatur sebanyak pulau
dan provinsi di indonesia ini sendiri maka pemerintah pusat mengintruksikan dan memberikan
wewanang secara cepat kepada pemerintah daerahnya dalam menindak kasus covid-19 ini.agar
masyarakat yang ada di daerah-daerah dapat mendapatkan penanganan yang cepat dalam kasus covid-
19 ini.

B. Rumusan masalah
1. Adakah kewenangan khusus yang diambil oleh pemerintah daerah dalam penanganan
covid- 19 Didaerahnya ?
PEMBAHASAN

Penanganan virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 harus beradu cepat dengan waktu.
Ahli kesehatan masyarakat Nadia Nurul mengungkapkan, peningkatan kasus hari ke hari
menunjukkan penyebaran virus penyebab Covid-19 tak bisa dianggap enteng. "Kita berpacu dengan
waktu, kalau kita [Indonesia] terlalu lambat untuk memberlakukan kebijakan pembatasan dini, maka
sistem layanan kesehatan pasti akan dipenuhi kasus-kasus covid. Dan nantinya, akan menjadi beban
bersama yang harus dihadapi, dan angka kematian pun tak dapat dihindari akan meningkat drastis,"
Cepatnya penyebaran virus yang menjangkiti lebih 150 negara harus jadi alarm. Kondisi ini mestinya
menuntun pemerintah bergegas mengambil kebijakan berbekal basis data dan analisis yang rigid.
Berbagai kalangan masyarakat mendesak pemerintah memberikan transparansi terkait penanganan
wabah virus corona atau Covid-19. Pemerintah perlu menjamin mutu manajemen penelusuran kasus
yang teliti dan transparan. publik sudah mengingatkan bahwa pemerintah harus bereaksi cepat terkait
merebaknya virus COVID-19, misalnya melalui pembentukan Gugus Tugas semacam Badan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias yang bertanggung jawab langsung kepada presiden
dan berkuasa ke lintas Kementerian/Lembaga serta TNI/POLRI. Lalu tunjuk seorang Juru Bicara dan
terbitkan protokol penanganan COVID-19.

Semua ini baru muncul di awal Maret 2020 atau kurang lebih dua bulan sejak merebaknya COVID-
19. Lambannya proses awal penanganan COVID-19 membuat pembentukan Gusus Tugas COVID-19
juga terlambat setelah virus itu menyebar selama dua bulan. Hal krusial yang harus segera ditangani
adalah hubungan Gugus Tugas dengan pemerintah daerah: bagaimana mekanisme kewenangan dan
komunikasinya? Apakah protokol sudah disosialisasikan ke seluruh pemda dan publik sehingga
segera dapat diimplementasikan?. Untuk mengejar keterlambatan penanganan COVID-19,
pemerintah Indonesia harus bekerja keras melalui Gugus Tugas COVID-19, terutama untuk
berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Koordinasi menjadi kunci utama penyelesaian konflik
COVID-19.

1.Wewenang khusus yang dilakukan pemerintah daerah dalam penanganan kasus COVID-19

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memastikan, pemerintah Indonesia serius menangani pandemi
Covid-19. Namun dia mengakui, tidak semua hal terkait penanganan virus corona diungkapkan ke
publik untuk menghindari kepanikan dan keresahan di masyarakat.

"Oleh sebab itu, dalam penanganan memang kita tidak bersuara. Kita semuanya harus tetap tenang
dan berupaya keras menghadapi kasus ini," ujar Jokowi saat meninjau pencegahan penyebaran Covid-
19 di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (13/3/2020).

Jokowi mengatakan, pencegahan dan mitigasi telah dilakukan pemerintah sebelum virus corona
masuk Indonesia. Seperti yang dilakukan saat mengevakuasi dan mengobservasi ratusan WNI dari
negara episentrum corona sesuai standar WHO.

Begitu juga ketika pemerintah menemukan dua kasus virus corona di Indonesia pada Senin 2 Maret
2020 lalu. Pemerintah pun bergerak cepat menelusuri siapa-siapa saja yang close contact dengan dua
pasien positif Covid-19 itu. Penanganan serius ini dilakukan karena penyebaran virus tidak mengenal
batas negara. Jokowi menyebut, saat ini sudah 117 negara di dunia yang menjadi episentrum corona.
Covid-19 pun bukan lagi kategori wabah atau epidemi, tapi meningkat menjadi pandemi. Mantan
Gubernur DKI Jakarta itu memastikan, koordinasi lintas kementerian dan lembaga serta pemerintah
daerah terus diperkuat untuk menangani pandemi Covid-19. Dalam dua bulan terakhir, pemerintah
telah melakukan satu kali rapat paripurna tentang Covid-19, lima kali rapat terbatas, dan 2-3 kali
sehari rapat internal khusus membahas Covid-19.

Jokowi sendiri bahkan telah membuat video untuk mengedukasi masyarakat dalam mencegah
penyebaran Covid-19. Selain itu, pemerintah juga telah membuka call center di nomor 119 yang dapat
diakses semua masyarakat."Kominfo dan Polri juga terus mengawasi dan menindak penyebaran hoaks
mengenai Covid-19. Lalu tentang pengawasan dan respons cepat untuk cegah penyebaran yang lebih
besar juga serius kami lakukan," ucapnya. Selain itu, pemerintah juga terus menjaga ketat 135 pintu
gerbang masuk ke Indonesia, baik di darat, di pelabuhan, maupun di bandara. Prosedur pemeriksaan
terhadap orang yang masuk ke Indonesia dilakukan secara ketat sesuai protokol keamanan yang
diterbitkan pemerintah. Jokowi juga mengungkapkan bahwa pemerintah telah menambah jumlah
rumah sakit rujukan menjadi 132, ditambah 109 rumah sakit TNI, 53 rumah sakit Polri, dan 65 rumah
sakit Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Termasuk di sini pembangunan fasilitas observasi dalam
skala besar di Pulau Galang (Batam, Kepulauan Riau). Insyaallah minggu depan bisa diselesaikan,
dan akan saya cek langsung," ujarnya.

Pemerintah juga terus berkoordinasi dengan negara tetangga dalam menegah penyebaran Covid-19
ini. Termasuk juga berkoordinasi dengan WHO. Pemerintah menyatakan, belum berencana
mengisolasi atau lockdown suatu wilayah di Indonesia akibat Covid-19. "Belum berpikir ke arah sana.
Tapi saya sangat menghargai kerja sama seluruh kementerian dan lembaga, termasuk pemerintah
daerah. Saya ingin memberikan apresiasi terhadap daerah-daerah yang mampu memberikan
penjelasan yang baik, edukasi ke masyarakat seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat," kata Jokowi.

Jokowi meminta masyarakat tenang namun tetap waspada dan meningkatkan imunitas tubuh melalui
olahraga yang rutin serta makanan yang sehat dan bergizi. Mantan Wali Kota Solo itu juga meminta
masyarakat terus berpikir positif dan tidak stres agar tidak mengganggu imunitas tubuh."Dan terakhir,
saya ajak seluruh elemen bangsa mari kita bersama-sama saling bekerja keras dan beri dukungan,
memberikan energi positif, upaya serta tekad untuk melawan virus corona ini.

Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo menjelaskan, status keadaan tertentu darurat ditetapkan pada 28
Januari 2020 pada saat rapat koordinasi di Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan
(PMK) pada saat membahas kepulangan WNI di Wuhan, China.

Saat itu diperlukan status karena ketika itu belum ada daerah atau pemerintah pusat menentukan status
keadaan tertentu darurat. Hingga akhirnya disetujui Menko PMK dan keluarlah status keadaan
tertentu darurat penanganan virus Corona pada 28 Januari sampai 28 Februari 2020.

"Kemudian karena skala makin besar dan Presiden memerintahkan percepatan, maka diperpanjang
lagi. Karena sampai saat ini belum ada daerah atau nasional yang menetapkan keadaan darurat
sehingga BNPB perlu memperpanjang dari 29 Februari sampai 29 Mei 2020. Supaya lebih fleksibel
karena kita tunggu daerah-daerah yang mengeluarkan status keadaan darurat," kata dia.

Dia mengatakan, presiden telah meminta kepada kepala daerah, termasuk gubernur, bupati, dan wali
kota untuk menentukan dua status darurat di wilayahnya, apakah siaga darurat atau tanggap
darurat."Untuk siaga darurat, mungkin yang belum ada kasusnya mungkin bisa jaga-jaga. Kemudian
tanggap darurat untuk daerah yang sudah banyak positif, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan daerah
lain. Tentunya perlu konsultasi dahulu dengan Ketua Gugus Tugas, Kepala BNPB," kata dia.

Agus menjelaskan, jika daerah sudah menetapkan status keadaan darurat, maka status keadaan
tertentu darurat yang dikeluarkan BNPB tidak berlaku lagi. "Karena kita harus bekerja, kita harus
keluarkan anggaran sehingga perlu payung hukum, sehingga aman semua ini, terutama mengeluarkan
dana siap pakai di BNPB," kata Agus. Agus menambahkan, kasus Covid-9 ini bisa disebut bencana
non-alam ini sebagai bencana skala nasional. Karena dengan status tersebut, pemerintah mengerahkan
segala potensi di Indonesia, baik TNI, Polri, serta dunia usaha dan lainnya untuk mendukung operasi
percepatan penanggulangan bencana Covid-19.

perhitungan dan data yang akurat, sehingga akhirnya memperpanjang masa darurat Covid-19.
Pemerintah juga dinilai mempunyai peta persebaran potensi eskalasi pasien positif Corona dan juga
memiliki skenario penanganan berbagai pola.

"Dalam berbagai data yang masuk ini tentu kalau andai kata kita perkirakan puncaknya sudah
penurunan, pasti strateginya berbeda. Tapi memang kan puncaknya belum bisa diprediksi dan diduga,
jadi penanganannya ini diperpanjang karena kita belum tahu pola persebaran itu tadi," kata dia kepada

Melki pun menilai, pemerintah juga memilki skenario dan memperhitungkan penanganan Corona
terkait masa darurat, apalagi bertepatan dengan Ramadan dan Idul Fitri. Dia mengatakan, untuk
mencegah penyebaran Covid, maka beberapa cara bisa dilakukan, seperti diam di rumah, tidak berada
keramaian, serta menjaga jarak

"Dan salah satunya ini diperpanjang, sehingga kita tak berasumsi bahwa sebelum Lebaran sudah
beres. Jadi andai kata belum benar kita redakan betul ini kondisinya kita sudah siap, jadi sikap kita itu
lebih baik mencegah daripada mengobati," kata dia.

Melki mengatakan, DPR tidak bisa mengharapkan ada kondisi ideal dalam penanganan Corona yang
dilakukan pemerintah. Sebab, menteri saja sudah terjangkit Covid-19.

"Kita belum tahu lagi siapa yang akan kena. Jadi kita jangan jadi penonton saja dan mengamati saja,
kita harus ambil bagian penting dari ini. Pemerintah itu dikasih masukan iya dan tidak harapkan
pemerintah saja," ucap dia.

Mengenai adanya desakan sejumlah pihak agar dilakukan lockdown, kata dia, yang perlu dilakukan
adalah meminimalisasi penularan dan mengobati mereka yang terjangkit. Apalagi Indonesia negara
yang memiliki banyak pulau, tidak seperti Malaysia.

"Tentu masih ada yang kurang, seperti APD dan perawat medis, tapi bukan berarti penanganannya
tidak jalan. Jadi saya imbau kepada daerah jangan selalu berpatokan standar WHO, standar WHO
tidak bisa dihadirkan di seluruh wilayah kita karena kita tahu ada masalah distribusi alat kesehatan
dan APD-nya, karena faktor bahan bakunya kan dari China, jadi pabrik belum bisa berproduksi
maksimal," kata Melki.

Sehingga, dia berharap semua pihak seperti pihak rumah sakit, TNI, Polri, BUMN, swasta, tenaga
mahasiswa kedokteran berpartisipasi memaksimalkan upaya agar masyarakat tak terkena virus.

Wakil Ketua Komisi IX Nihayatul Wafiroh menambahkan, yang harus menyikapi hal ini bukanlah
BNPB, tetapi langsung diketuai presiden karena otoritasnya lebih tinggi.
"Dan jangan hanya diperpanjang saja statusnya, tapi tak dilakukan apa-apa, karena saya masih
menemukan sejumlah persoalan di sejumlah RS rujukan yang ternyata belum ada kesiapan yang jelas
dalam menerima pasien. Gimana kalau nanti membeludak? Akan tidak siap lagi," kata dia kepada

Nihayatul mengatakan, banyak hal yang harus dilakukan. "Saya ingin memastikan test kit-nya sudah
ada berapa, data pemerintah bagaimana, dan bagaimana kesiapan tim medis di RS rujukan, dan bukan
hanya di RS rujukan, tapi di puskesmas, tim medisnya siap," kata dia.

Pengamat Kebijakan Publik Pheni Chalid menilai, status darurat Covid-19 memang harus
diperpanjang mengingat masa inkubasi virus tersebut dan penyebarannya yang masih belum terdeteksi
dengan baik. Selain itu, ada sikap kurang ketat di Indonesia saat virus tersebut sudah merebak di
berbagai negara.

Dia pun menilai, tidak perlu dilakukan lockdown secara penuh. Yang harus dilakukan adalah
melakukan lockdown parsial atau seperti isolasi terbatas seperti saat ini.

"Jadi saya setuju kalau kita ingin safe, jadi waktu yang menentukan itu. Kalau negara lain deteksi satu
per satu dia telah berhubungan dengan siapa langsung dilacak. Mungkin tidak lockdown penuh, tapi
untuk 90 hari itu oke untuk Indonesia sudah cukup itu," kata dia kepada Liputan6.com

Dia pun menilai, kebijakan lockdown yang parsial dilakukan karena, alat dan dokter di Indonesia
masih terbatas. Selain itu, hanya ada beberapa rumah sakit, misalnya di DKI Jakarta, yang bisa
menerima pasien positif Covid-19.

Pheni Chalid mengatakan, kalau diberlakukan lockdown secara keseluruhan, maka risikonya adalah
pemerintah harus bekerja keras mempersiapkan semuanya. Misalnya, perlengkapan untuk petugas
kesehatan harus lengkap, suplai bahan pokok, hingga obat-obatan juga harus lengkap.

"Dan itu hanya tergantung dari pemerintah. Nah, pemerintah kita tidak begitu efektif kan dalam
penanganan dalam hal kasus-kasus kaya ini saja. Hadapi Covid-19, enggak ada respons sudah Wuhan
sudah sekian banyak, kita merasa belum ada. Setelah ada beberapa meninggal baru oh sudah di mana
mana, seminggu ini sudah ribut lalu menjadi menakutkan karena tiba tiba sudah ke mana-mana," kata
dia.

"Itu kalau di negara yang tidak ketat memantau, peralatan terbatas, hanya waktu yang bisa
memungkinkan bisa meredakan Covid-19 itu," imbuh dia.
Agar lockdown parsial ini efektif, maka masyarakat harus mengurangi aktivitasnya. Lockdown parsial
atau terbatas ini, kata dia, masih ada ruang untuk masyarakat mencari kebutuhannya, tapi dengan
ekstra waspada.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyambangi kantor Gubernur DKI Jakarta
Anies Baswedan di Balai Kota untuk membahas penanganan penyebaran Covid-19. Dia pun
menegaskan bahwa karantina wilayah merupakan kewenangan pemerintah pusat yang berada di
bawah kewenangan Presiden Jokowi.

"Di sini saya sampaikan ke Pak Gubernur tentang karantina wilayah ini, karena menyangkut aspek
ekonomi, maka selain Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018, untuk pembatasan wilayah, karantina
wilayah, itu adalah menjadi kewenangan pusat," ucap Tito saat konferensi pers di Balai Kota, Selasa
(17/3/2020).

Mantan Kapolri itu menuturkan bahwa karantina wilayah berkaitan dengan segi ekonomi yang mana
menurutnya akan berkaitan langsung dengan masalah moneter dan fiskal. Jika faktor ini ditelaah lagi,
kata Tito, sesuai dengan Undang-Undang 23 Tahun 2014 kewenangan itu secara absolut berada di
tangan presiden.

"Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, menjadi urusan absolut yang merupakan
kewenangan pemerintah pusat dalam hal ini Pak Presiden," tukasnya.

Status Darurat di Daerah

Sejumlah daerah telah memutuskan status darurat terkait dengan penyebaran dan penanganan Covid-
19. Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan, Akhyar Nasution, mengatakan Medan ditetapkan
berstatus siaga darurat virus Corona Covid-9 sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden Joko Widodo.

Penetapan status siaga darurat didapat berdasarkan hasil rapat koordinasi yang dilakukan Akhyar
bersama seluruh pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemko Medan dan
unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).

"Tujuan kita semua sama, memberi rasa aman dan nyaman bagi masyarakat," kata Akhyar, Senin, 16
Maret 2020.

Pemkot Medan akan segera mengeluarkan surat edaran kepada seluruh stakeholder, termasuk
perkantoran dan pelaku usaha untuk menyediakan hand sanitizer ataupun sarana cuci tangan dengan
air mengalir dan sabun.

Pemerintah Kota (Pemkot) Solo juga bergerak cepat menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB)
virus Corona alias Covid-19 setelah meninggalnya satu pasien positif corona di RSUD dr Moewardi
Solo.

Keputusan itu diambil setelah Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menggelar rapat koordinasi dengan
jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkominda) di rumah dinas Wali Kota Solo, Loji
Gandrung, Jumat malam, 13 Maret 2020.
Setelah menetapkan status tersebut, menurut Wali Kota Solo yang akrab disapa Rudy itu, Pemkot
Solo meniadakan kegiatan Car Free Day yang menjadi agenda rutin yang dilaksanakan setiap Minggu
pagi mulai pukul 06.00 hingga 09.0 WIB.

Sekolah mulai dari tingkat SD, SMP dan madrasah diliburkan. Sebagai gantinya, para siswa
diharuskan untuk belajar di rumahnya masing-masing untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona.
Untuk SMK dan SMA karena masih ujian tidak libur, tapi setelah ujian selesai diliburkan.

Gubernur Banten Wahidin Halim juga mengumumkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Virus
Corona atau Covid-19 usai menggelar rapat dengan jajarannya, Sabtu, 14 Maret 2020.

"Penetapan status KLB sebagai salah satu upaya Pemprov Banten dalam membatasi kecepatan
sebaran atau paparan virus Covid-19, terhadap masyarakat di Provinsi Banten," kata Gubernur
Banten, Wahidin Halim (WH), dalam siaran persnya, Sabtu, 14 Maret 2020.

Wahidin Halim mengimbau masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Seperti makan dan
minuman yang sehat, rajin berolahraga, hingga selalu mencuci tangan ketika beraktivitas di mana
saja.Sekolah tingkat SMA sederajat diliburkan mulai Senin, 16 Maret 2020 hingga Senin, 30 Maret
2020. Namun bagi siswa tingkat SMA sederajat yang akan mengikuti Ujian Nasional (UN), tetap
masuk sekolah seperti biasa atau tidak diliburkan

Di Papua, status menjadi siaga darurat. Pemerinta setempat meliburkan sekolah di 29 kabupaten/kota
selama 14 hari. Kemudian ASN bekerja dari rumah 14 Hari. Penetapan siaga darurat ini dilakukan
karena empat orang PDP yang tersebar di Merauke, Jayapura, dan Biak Numfor. Riau juga
menetapkan status siaga darurat virus Corona Covid-19. Terdapat 17 pasian diisolasi di RSUD
Pekanbaru, Tembilahan, dan Kota Dumai. Sembilan pasien dinyatakan negatif dan sudah
diperbolehkan pulang. Pemprov mengeluarkan kebijakan sekolah dari TK hingga SMA diliburkan.
Beberapa perguruan tinggi juga meliburkan mahasiswa. PNS masih bekerja di kantor dan dinas
kesehatan menambah beberapa rumah sakit rujukan untuk pasien terdapat gejala.

Sementara itu, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memutuskan mengunci sebagian aktivitas rutin
(local lockdown) masyarakat. Local Lockdown dilaksanakan dalam kurun waktu dua pekan ke depan,
dimulai Senin, 16 Maret 2020.

"Kami memutuskan situasi yang disebut local lockdown,” kata Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi
di Balikpapan, Senin.

Pemprov Kaltim meminta masyarakat efisien dalam beraktivitas di luar rumah. Aktivitas dimaksud
berupa kegiatan belajar mengajar sekolah, kampus, pusat perbelanjaan, ibadah dan lainnya. Hadi
memerintahkan dinas pendidikan kota/kabupaten meliburkan proses belajar mengajar selama dua
pekan ke depan. Agenda ujian nasional pun terpaksa ditunda menunggu pemberitahuan lebih lanjut.
Kemudian di Gorontalo, statusnya Siaga Darurat. Ada dua kabupaten yang meliburkan sekolah, yaitu
Bone Bolango dan Gorontalo Utara.ASN dilarang laksanakan perjalanan dinas keluar daerah. Tempat-
tempat pelayanan publik dan tempat umum, seperti mal dan lain-lain, disediakan pencuci tangan dan
ada petugas pengecek suhu badan. Kota Gorontalo membetuk satgas C-19. Saat ini tengah diisolasi
satu orang yang suspect Covid-19.
Gubernur Bali Wayan Koster juga mengambil keputusan tegas dengan menetapkan status siaga untuk
penanggulangan Covid-19. "Pemerintah Provinsi Bali menetapkan keputusan gubernur tentang
penetapan status siaga penanggulangan Covid-19 di Provinsi Bali," kata Koster.

Dia mengimbau agar masyarakat secara bersama-sama melakukan social distancing measure pada
hari-hari ke depan, yaitu menjaga jarak antar-warga, mengurangi perjumpaan, menghindari kontak
fisik, menjauhi tempat-tempat berkumpulnya orang banyak, dan jangan bepergian ke luar kota atau
pulang kampung.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyerahkan status darurat di daerahnya kepada
kepala daerah. Pasalnya, Jokowi menilai tingkat penyebaran virus corona Covid-19 derajatnya
bervariasi di setiap daerah.

"Saya minta kepada seluruh gubernur, kepada seluruh bupati, kepada seluruh wali kota untuk terus
memonitor kondisi daerah dan terus berkonsultasi dengan pakar untuk menelaah situasi yang ada,"
kata Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat, Minggu, 15 Januari 2020.

Kendati begitu, para kepala daerah tetap diminta untuk berkoordinasi dan berkonsultasi ke BNPB
untuk menentukannya.

Jokowi juga menegaskan, pemerintah saat ini tidak berpikir akan melakukan kebijakan lockdown.
Kebijakan itu pun merupakan wewenang dari pemerintah pusat. Kebijakan tersebut tidak boleh
diambil oleh pemerintah daerah.

"Saat ini tidak ada kita berpikiran ke arah kebijakan lockdown," tegas Jokowi dalam keterangan pers
di Istana Bogor, Senin, 16 Maret 2020. Dia menambahkan, ada langkah lain selain lockdown dalam
menangkal penyebaran Covid-19. Hal tersebut dapat dilakukan dengan sejumlah kegiatan yang
sifatnya memutus mata rantai penyebaran virus.

"Yang penting dilakukan bagaimana kita mengurangi mobilitas orang dari satu tempat ke tempat lain,
jaga jarak, dan mengurangi keramaian orang yang membawa risiko besar penyebaran Covid-19," ujar
Jokowi.

Dia meminta kepada semua pihak, baik pemerintah daerah maupun pihak swasta, untuk menjadikan
Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dipimpin Letjen TNI Doni Monardo sebagai
satu-satunya rujukan dalam mencari informasi mengenai penyebaran virus corona.

"Untuk menghidari kesimpangsiuran informasi, saya minta Satgas Covid-19 menjaga satu-satunya
rujukan informasi kepada masyarakat," ucap Jokowi saat menggelar konferensi pers di istana
Kepresidenan, Jakarta, Senin 16 Maret 2020.

Namun demikian, bukan berarti pemerintah daerah tidak boleh memutuskan hal apa pun terkait
penanganan Covid-19. Pemerintah Daerah tetap diperbolehkan mengambil kebijakan, tapi untuk hal-
hal tertentu dan skala yang lebih kecil."Untuk hal-hal kebijakan besar, agar berkomunikasi dengan
Satgas Covid-19 atau menteri terkait,” ucap dia. Bukan hanya itu, Jokowi juga mengatakan bahwa ke
depannya kebijakan pemerintah pusat dan daerah terkait virus Corona akan ditelaah lebih mendalam
sebelum diumumkan ke masyarakat. Dia tak mau keputusan yang diambil justru memperburuk
keadaan. "Semua kebijakan baik kebijakan pempus maupun kebijakan pemda akan dan harus ditelaah
secara mendalam," jelasnya.
"Agar efektif menyelesaikan masalah dan tidak semakin memperburuk keadaan," imbuh Jokowi Dia
juga meminta para kepala daerah lebih berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan terkait penanganan
virus corona atau Covid-19. Dia mewanti-wanti agar setiap kebijakan yang diputuskan tak membuat
masyarakat menjadi panik.

Social distancing atau jaga jarak kurang berhasil untuk menyelesaikan COVID-19 di
Indonesia karena rendahnya disiplin orang Indonesia. Kalau mau berhasil, jaga jarak harus dilengkapi
dengan penegakan hukum bagi yang melanggar.
Selain itu, pendekatan jaga jarak juga harus memikirkan jalan keluar bagi pekerja sektor informal,
misalnya pedagang kaki lima atau pengendara atau pengemudi online atau industri tertentu yang tidak
dapat bekerja dari rumah. Mereka tidak bisa makan hari itu kalau tidak bekerja. Untuk itu, jaga jarak
tidak dapat menyelesaikan masalah COVID-19.
Berdasarkan referensi penyelesaian COVID-19 di beberapa negara, metode karantina merupakan
metode yang tepat, termasuk untuk Indonesia, asalkan direncanakan dengan baik. Untuk menjalankan
karantina, pemerintah melalui Gugus Tugas harus menyiapkan anggaran dan personal aparat
keamanan yang cukup.
Karantina konsekuensinya menutup wilayah secara keseluruhan. Tidak ada lagi manusia di tempat
publik. Semua kebutuhan hidup disuplai oleh negara. Jika ada yang melanggar, akan dikenai pidana
kurungan atau denda. Selama proses larantina, kota didisinfektan dan warga disembuhkan.

Anda mungkin juga menyukai