Anda di halaman 1dari 8

Kacamata Driyarkara:

MELAWAN CORONA: LINDUNGI TENAGA MEDIS!

Sudah terhitung selama dua minggu lebih kebijakan pembelajaran di rumah dengan
metode Online Class dilakukan oleh warga Universitas Sanata Dharma. Kegiatan ini merupakan
tindak lanjut dari surat himbauan Rektor Universitas Sanata Dharma Drs. Johanes Eka
Priyatma,M.Sc.,Ph.D. tentang Kebijakan Pencegahan COVID-19. Sejalan dengan kebijakan
tersebut, para dosen, staff dan mahasiswa secara mandiri mulai mengkarantina diri sendiri di
rumah sebagai upaya pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19.

Pemerintah pusat sebelumnya memberikan anjuran kepada masyarakat untuk mulai


belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah sebagai bagian dari penerapan social distancing.
Langkah ini dinilai sebagai upaya preventif yang cukup optimal terhadap penyebaran COVID-
19. Dengan melakukan social distancing melalui karantina mandiri di rumah diharapkan dapat
memutus laju penyebaran COVID-19 dan dapat membantu para petugas medis agar pasien yang
dirawat di rumah sakit tidak terus bertambah dan tetap berada pada ambang batas normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Sydney menyatakan bahwa social distancing
terbukti mampu mengontrol penyebaran COVID-19. Arindam Basu seorang professor
epidemiologi dan kesehatan lingkungan dari Universitas Canterburry, Selandia Baru
mengungkapkan bahwa jaga jarak sosial mengacu pada cara menciptakan penghalang jarak fisik
antara dua atau lebih orang sehingga penularan virus dapat dicegah atau dihentikan.

Para peneliti dari Institut Teknologi Bandung melalui jurnal ilmiah yang berjudul “Data
dan Simulasi COVID-19 Dipandang Dari Pendekatan Model Matematika” menyatakan jika
social distancing dilakukan dengan serius, maka pandemi Covid 19 yang ada di Indonesia
diproyeksikan bisa berakhir pada April 2020. Akan tetapi kenyataan berkata lain, dari hari ke
hari angka pasien positif COVID-19 semakin bertambah. Selain itu, perbedaan pasien yang
meninggal dengan yang sembuh cukup signifikan.

1 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Mengutip data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, terhitung per tanggal 30 Maret
2020 sudah terdapat 1.414 orang yang terindikasi positif COVID-19. Dari angka tersebut,
sebanyak 75 pasien dinyatakan sembuh dan sebanyak 122 orang meninggal dunia.

Berbagai daerah di Indonesia juga melaporkan kasus COVID-19 dan terdapat 5 daerah
dengan jumlah kasus COVID-19 yang cukup signifikan dan paling banyak terdapat di daerah
DKI Jakarta.

Dari data tersebut terlihat bahwa angka pasien yang meninggal akibat COVID-19 cukup
tinggi. Dekan FK UI Ari Fahrial Syam menyatakan bahwa angka kematian akibat COVID-19 di
Indonesia berkisar sebesar 8%.

Berbagai data lain juga menyimpulkan bahwa COVID-19 memperparah kondisi orang-
orang yang sudah lanjut usia dengan berbagai penyakit kronis bawaan. Ada beberapa faktor yang
memengaruhi kematian pasien COVID-19. Faktor tersebut antara lain:

1. Pasien datang terlambat ke RS rujukan karena ketika datang ke RS pertama tidak


mempunyai alat dan kapasitas yang memadai.
2. Pasien datang dengan kondisi yang berat dan sudah mempunyai komplikasi penyakit.
3. Kemudian para pasien yang berusia 60 tahun ke atas dengan riwayat penyakit kronis
seperti paru kronis, kencing manis, dan gagal ginjal juga beresiko tinggi pada kematian
jika mengalami infeksi COVID-19
4. Terbatasnya alat ventilator dan alat pencuci darah portabel. Keadaan ini terjadi karena
jumlah sarana prasarana tidak sebanding dengan peningkatan jumlah pasien.
5. Selain itu, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Adib Khumaidi
berpendapat bahwa keterbatasan sarana prasarana seperti ruang ICU dan ruang isolasi
beserta ventilatornya akan berpengaruh pada perawatan penanganan yang diberikan pada
pasien.

Selain menangani para pasien yang positif terinfeksi COVID-19, saat ini pemerintah juga
dihadapkan dengan permasalahan pelik tentang para tenaga medis yang harus gugur saat
menangani pandemi ini. Seperti yang kita ketahui, petugas medis merupakan pihak yang selalu
berada di garda terdepan dalaam melawan dan menangani pandemi ini. Ketua Satgas COVID-19

2 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Ikatan Dokter Indonesia, Zubairi Djoerban mengatakan bahwa dokter dan petugas medis
memang beresiko tinggi terpapar virus corona.

Ikatan Dokter Indonesia atau IDI merilis 6 dokter yang meninggal dunia saat situasi
penyebaran virus COVID-19 melalui akun Twitter @PBIDI, pada minggu, 22 Maret. Dokter
yang meninggal antara lain:

1. dr Hadio Ali SpS, IDI Cabang Jakarta Selatan


2. dr Djoko Judodjoko, SpB, IDI Cabang Kota Bogor
3. dr Laurentius P, SpKJ, IDI Cabang Jakarta Timur
4. dr Adi Mirsaputra SpTHT, IDI Cabang Kota Bekasi
5. dr Ucok Martin SpP, IDI Cabang Medan
6. dr. Toni Daniel Silitonga, IDI Cabang Bandung Barat

Atas kabar duka tersebut, pemerintah menyampaikan dukacita dan belasungkawa untuk
tenaga medis yang meninggal dunia saat merawat pasien COVID-19.
"Saya awali bahwa pemerintah menyatakan keprihatinan yang mendalam dan duka sedalam-
dalamnya atas beberapa tenaga kesehatan yang terpaksa harus menjadi korban dari penyakit
COVID-19," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto dalam
konferensi pers yang disiarkan BNPB pada 22 Maret.

Di tengah melonjaknya jumlah pasien Covid-19 di Tanah Air, kita sering mendengar
keluhan seputar ketersediaan alat pelindung diri atau APD bagi para petugas medis yang sangat
kurang. Padahal, APD terutama sangat diperlukan oleh para tenaga medis yang melakukan
kontak langsung dengan para penderita Covid-19.

Menurut Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Muhammad
Adib Khumaidi, APD bagi tenaga medis di sejumlah daerah menipis. Sejumlah petugas medis
mengaku kesulitan mendapatkan APD. Bahkan, perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Lanto
Daeng Pasewang Jeneponto Sulawesi Selatan misalnya, hanya dibekali jas hujan plastik sebagai
baju pelindung dan diberikan satu masker untuk digunakan sehari. Padahal, mereka merawat
pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 sehingga mesti dilindungi keselamatannya.

3 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Sebelum kabar didistribusikannya APD dari pemerintah pusat, beberapa daerah
melaporkan menipisnya stok APD di rumah sakit. RS Umum Pusat M Djamil, Padang, Sumatera
Barat berharap bantuan APD segera datang. Stok APD saat ini tinggal puluhan unit padahal
jumlah pasien terus bertambah. Direktur Umum SDM Pendidikan RSUP Dr M Jamil Dovy
Djanas menjelaskan sekali masuk ruangan, perawat memakai satu APD. Bayangkan, untuk satu
pasien saja, tenaga medis bisa membutuhkan puluhan APD. Pihaknya pun sempat menggunakan
mantel hujan.

Merespons berbagai keluhan keterbatasan APD itu, Juru Bicara pemerintah untuk
penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyatakan, pemerintah tengah menyiapkan 105 ribu
APD, 125 ribu perlengkapan tes cepat, dan 566 petugas kesehatan ataupun sukarelawan yang
akan bekerja di Wisma Atlet sebagai rumah sakit darurat yang sudah bisa beroperasi.

APD menjadi isu strategis terkait penanganan virus Corona di Indonesia, hal itu juga
disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar IDI Daeng M Faqih, di kantor IDI. Ia
menambahkan bahwa kabarnya tenaga kesehatan menyiasati kurangnya APD dengan
menggunakan plastik seadanya, termasuk jas hujan plastik yang dimodifikasi hingga mereka
hanya memakai masker biasa. Padahal, seharusnya petugas kesehatan memakai masker N95
sebagai masker standar.

Akibat kekurangan APD banyak tenaga tenaga medis yang terinfeksi virus ini dan harus
dirawat. Padahal petugas kesehatan adalah garda terdepan dan dituntut untuk siaga menangani
virus ini. Di satu sisi, faktanya jumlah tenaga kesehatan kurang.

Para tenaga kesehatan harus dilindungi dan diberikan APD memadai, karena peran
mereka strategis dalam penanganan Covid-19. Kita khawatir kalau mereka tidak dilindungi
kemudian banyak petugas kesehatan tertular dan diobservasi selama 14 hari atau diisolasi maka
menimbulkan efek domino. Yaitu, berkurangnya jumlah petugas kesehatan yang bisa membantu
menangani virus.

Presiden Joko Widodo ikut merespon hal ini, "Saya ingin perlindungan maksimal pada
para dokter, tenaga medis, dan jajaran di rumah sakit yang melayani pasien yang terinfeksi

4 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


COVID-19," kata Jokowi dalam video yang disiarkan langsung akun YouTube Sekretariat
Presiden, pada 19 Maret.

"Pastikan alat pelindung diri, APD. Karena mereka berada di garis terdepan sehingga
petugas kesehatan harus terlindung dan tidak terpapar oleh COVID-19," ujar.Jokowi.

Menurut kabar terbaru, pemerintah bakal bekerja sama dengan jaringan hotel untuk
menyediakan tempat tinggal atau hunian darurat bagi para staf dan relawan medis dalam
mengatasi COVID-19.

"Kami sedang mempersiapkan kerjasama dengan jaringan hotel untuk menjadi sarana
tempat tinggal para tenaga medis dan gugus tugas di berbagai daerah agar mereka lebih dekat
dengan rumah sakit yg menangani wabah," mengutip pernyataan Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama pada 23 Maret.

Selain hunian, pemerintah juga akan mempersiapkan transportasi untuk para petugas
medis dan gugus tugas. Kemenparekraf sedang melakukan koordinasi dengan penyedia
transportasi untuk menyediakan alat transportasi untuk para petugas medis dan gugus tugas.

Di sisi lain juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengalokasikan anggaran
sebesar Rp6,1 triliun dalam bentuk asuransi dan santunan kepada tenaga medis yang menangani
COVID-19. Meski begitu, desain pemberian santunan dan asuransi kepada tenaga medis itu
masih dimatangkan pemerintah. Kita semua berharap agar para tenaga medis sebagai garda
terdepan dalam perang melawan virus Covid-19 dapat diberikan penunjang kesehatan dan Alat
Pelindung Diri (APD) yang memadai.

Lantas, apa saja hambatan untuk melindungi keselamatan tenaga medis? Bila perlu, apa
yang bisa dan perlu kita keroyok bersama, agar tidak hanya tergantung pada pemerintah?
Seberapa perlu masyarakat berinisiatif membuat gerakan untuk mendukung kelancaran pasokan
perlengkapan yang diperlukan para tenaga medis, yang notabene merupakan para pejuang
kemanusiaan?

5 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Beberapa hari terakhir muncul sejumlah inisiatif dan platform untuk membantu tenaga
kesehatan dan menyediakan alat kesehatan untuk melawan virus corona. Inisiatif ini beramai-
ramai mengajak masyarakat membantu dan menyisihkan uang yang dimilikinya. Paling banyak,
ajakan menggalang dana muncul dari para selebritas dan influencer di plafotm Kitabisa.

Penggalangan dana dilakukan agar semua pihak dapat turut serta membantu pencegahan
penularan virus corona. Ketimbang, berdiam diri di rumah atau mengomentari kinerja
pemerintah. Selain para selebritas, sejumlah lembaga juga berinisiatif menggalang dana. Seperti
UNICEF Indonesia. Lembaga ini berencana menyalurkan bantuan berupa Paket Alat Pelindung
Diri ke 132 rumah sakit di 34 propinsi melalui Kementerian Kesehatan untuk membantu tenaga
medis bekerja melawan Covid-19.

Hingga kini, pengumpulan dana dari pelbagai inisiatif itu masih berlangsung, termasuk
dari berbagai organisasi mahasiswa, salah satunya adalah yang dilakukan oleh Aliansi BEM
Seluruh Indonesia melalui akun instagramnya (@bem_si).

Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata
Dharma melalui Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis menyatakan sikap untuk:

1. Mendorong pemerintah untuk memperhatikan dan memberikan jaminan perlindungan


kepada para petugas medis, seperti pemenuhan Alat Pelindung Diri (APD)
2. Menuntut negara melalui pemerintah untuk menjamin keselamatan para tenaga kesehatan
dengan mendukung segala kebutuhan mereka, termasuk mengendalikan situasi dan
lingkungan rumah sakit dari kemungkinan penularan virus.
3. Mengajak masyarakat untuk bersama-sama berpartisipasi dalam membantu meringankan
tugas para tenaga kesehatan dengan memberikan donasi untuk pemenuhan Alat
Pelindung Diri (APD) melalui berbagai platform donasi yang tersedia.

Selamat berjuang, para tim medis, pekerja kemanusiaan. Semoga selalu diberkati Tuhan!

6 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Penulis Kajian :

1. Adriyan Frediyanto
2. Martha Elliza Sellyn

Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis

Sumber (semuanya diakses pada 29 Maret 2020 ):

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/29/110300665/update-rincian-kasus-corona-di-29-
provinsi-di-indonesia

https://news.detik.com/berita/d-4956287/nestapa-satu-per-satu-petugas-medis-gugur-di-garda-
depan-lawan-corona/1

https://news.detik.com/berita/d-4956287/nestapa-satu-per-satu-petugas-medis-gugur-di-garda-
depan-lawan-corona/2

https://news.detik.com/berita/d-4949335/duka-pemerintah-untuk-pahlawan-medis-yang-gugur-
karena-corona

https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/idi-tenaga-medis-kekurangan-apd-saat-tangani-
pasien-corona/ar-BB11iaWr

https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20200326165619-33-147755/tanpa-social-distancing-
pandemi-bunuh-100-juta-penduduk-bumi

https://www.liputan6.com/news/read/4208211/3-dokter-meninggal-dunia-diduga-terpapar-covid-
19-dari-pasien

https://tirto.id/anies-sebut-25-tenaga-medis-dki-positif-corona-1-orang-meninggal-eGsW

https://news.detik.com/berita/d-4939174/kemenkes-benarkan-ada-tenaga-medis-terjangkit-
corona

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52022140

7 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


https://republika.co.id/berita/ofr7j6368/49-ribu-tenaga-medis-di-pelosok-butuh-perhatian-
pemerintah

https://mojok.co/red/rame/kilas/pemerintah-siapkan-bonus-untuk-para-dokter-perawat-dan-
tenaga-medis-yang-menangani-corona/

https://nasional.tempo.co/read/1324723/ikatan-dokter-indonesia-ancam-mogok-tangani-pasien-
corona

https://wolipop.detik.com/fashion-news/d-4956346/cerita-anne-avantie-yang-setop-bikin-
kebaya-demi-produksi-baju-apd

https://www.radioidola.com/2020/apa-yang-perlu-dikeroyok-bersama-guna-melindungi-tenaga-
medis-yang-sedang-berjuang-melawan-covid-19-tanpa-harus-bergantung-pada-pemerintah/

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200321095758-284-485545/ramai-ramai-
berdonasi-untuk-lawan-virus-corona

8 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi

Anda mungkin juga menyukai