Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Satgas Covid-19 Kota Medan menyampaikan perkembangan data covid-19

di Kota Medan. Data tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BPBD Kota

Medan. Data diawali dari jumlah pasien yang terpapar covid-19. Disebutkannya

bahwa jumlah suspek sebanyak 448 orang dengan jumlah yang dirawat sebanyak

448 orang dan yang meninggal sebanyak796. Kemudian untuk yang terkonfirmasi

sebanyak 33.484 orang sedangkan yang sudah sembuh sebanyak 22.717 orang dan

yang meninggal sebanyak 713 orang, sementara yang sedang dirawat sebanyak

9.663 (Pemko Medan, 2021).

Total kematian nakes di dunia yang tertinggi adalah Rusia 4,7 persen,

sedangkan Indonesia 2,4 persen, tapi dia membandingkan dengan jumlah dokter

per seribu populasi. Jadi kalau di kita memang jumlah dokternya tidak sebanyak

yang di Rusia dan masalah berikutnya lagi adalah distribusi, sehingga kalau di

indeksnya rusia paling tinggi yang artinya, cukup mengkhawatirkan angka

kematian terhadap tenaga medis/kesehatan,” Transisi Gugus Tugas Percepatan

Penanganan COVID-19 (Gugus covid, 2021)

Covid-19 mencatat, sebanyak1.459tenaga kesehatan di Indonesia meninggal

dunia akibat virus corona Covid-19 . Mayoritas tenaga kesehatan yang meninggal

karena virus mematikan tersebut adalah dokter, yakni sebanyak 545 orang.

Sebanyak 453 Tenaga Kesehatan juga tercatat meninggal akibat corona.

1
2

Kemudian, ada 235 bidan yang meninggal karena terpapar virus mematikan

tersebut. Apoteker yang meninggal dunia akibat corona mencapai 47 orang.

Sebanyak 46 dokter gigi juga meninggal dunia akibat corona (Gugus covid, 2021)

Provinsi Sumatera Utara yang terpapar COVID-19 terdiri dari 40 orang

dokter spesialis, 13 orang peserta pendidikan dokter spesialis, 29 orang dokter

umum, 207 orang Tenaga Kesehatan, 29 orang bidan, dan 30 orang analis

laboratorium (Gugus covid, 2020).

UPT Puskesmas Sentosa Baru yang terpapar COVID-19 terdiri dari 1 orang

dokter spesialis, 1 orang peserta pendidikan dokter spesialis, 1 orang dokter

umum, 2 orang Tenaga Kesehatan, 9 orang bidan, dan 3 orang analis laboratorium

(Profil Kesehatan UPT Puskesmas Sentosa Baru, 2020).

Tingginya morbiditas dan mortalitas tenaga kesehatan menjadi keprihatinan

tersendiri bagi organisasi profesi terkait. Data yang masuk ke Gugus Tugas

COVID-19 DIY sampai tanggal 7 Agustus 2020 terdapat sejumlah 110 tenaga

kesehatan dari 838 kasus terkonformasi (13,1%). Jenis tenaga Kesehatan yang

terkena juga sudah meluas tidak hanya dokter, bidan dan Tenaga Kesehatan saja,

namun ada petugas rekam medis, petugas laboratorium, radiographer dan lainnya

(Bahl, P.,2020).

Tenaga kesehatan adalah profesi kesehatan terbesar di dunia, dengan sekitar

27,9 juta Tenaga Kesehatan di seluruh dunia (WHO, 2020). Bersama dengan

Tenaga Kesehatan kesehatan lainnya, Tenaga Kesehatan memainkan peran

penting dalam pengaturan Tenaga Kesehatanan kesehatan dalam

pencegahan,pengendalian infeksi, isolasi, pemantauan terus menerus pasien dan


3

karena sifatnya yang unik dalam menghadapi pasien, ada risiko pekerjaan untuk

memberikan Tenaga Kesehatanan selama wabah COVID-19 dan juga dilaporkan

bahwa kemungkinan paparan pekerjaan relatif lebih tinggi pada Tenaga Kesehatan

(MoYet all, 2020). Tidak hanya harus siap menghadapi banyaknya pasien yang

terpapar pandemi COVID-19 setiap harinya, tetapi jumlah tenaga medis yang

gugur juga semakin bertambah hal ini dikarena kurang nya kesiap siagaan tentang

pencegahan covid-19 (Sundari, 2020).

Upaya pencegahan terjadinya covid-19 dengan meningkatkan kesiapsiagaan

tenaga kesehatan menjadi faktor yang perlu diperhatikan guna menekan

keselamatan kerja dalam menghadapi pandemi COVID-19. Berdasarkan hasil

wawancara kepada tiga Tenaga Kesehatan Puskesmas Sentosa Barudi Indonesia

Februari 2020 menyatakan kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan PUSKESMAS

SENTOSA BARU sudah mengikuti arahan dari Kemenkes RI. Pemerintah

menyarankan tenaga kesehatan untuk mengutamakan aman diri terlebih dahulu

(Mawardi, D, 2020).

Standar operasional prosedur dalam mengurangi, COVID-19 dapat

mengenai siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin dan usia. Tenaga Kesehatan

merupakan profesi yang paling beresiko dalam penanganan COVID19

(Belingheri, dll.,2020). Pemenuhan Alat Pelindung Diri (APD) yang tidak standar

di awalawal pandemik masih menjadi masalah sehingga mengakibatkan tingginya

kasus kematian pada tenaga Kesehatan yang menangani pasien COVID-19 secara

langsung (Putri, R. N,2020).


4

Banyaknya jumlah korban tenaga kesehatan yang terinfeksi COVID-19 di

atas salah satu faktornya adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang

tidak terstandarisasi. Keterbatasan APD menyebakan menurunnya standarisasi

penggunaan APD oleh tenaga kesehatan. WHO juga menekankan penggunaan

APD terhadap tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan seperti Tenaga Kesehatan

yang merupakan garda terdepan pelayanan kesehatan. APD yang digunakan

seperti google (kacamata), mask (masker), glove (sarung tangan) dan robe (jubah)

sesuai dengan standar pencegahan infeksi (Larassaty, L.: 2020).

Berdasarkan pada data angka kematian tenaga kesehatan di berbagai negara.

Septiani, A. dalam Newsweek memaparkan jumlah kasus tenaga kesehatan

terinfeksi COVID-19 hingga bulan April 2020. Di Italia 66 dokter dan Tenaga

Kesehatan meninggal dan 9.000 tenaga kesehatan lain terinfeksi, China sedikitnya

13 dokter dan Tenaga Kesehatan telah meninggal dan 3.300 lainnya terinfeksi,

Inggris 4 dokter dan 1 Tenaga Kesehatan meninggal, Perancis 5 dokter

dikonfirmasi meninggal, Spanyol 5 orang, Iran 3 orang, AS 1 orang dokter

meninggal, Yunani 1 orang, Polandia 1 orang, Pakistan 1 orang (Septiani, A.:

2020).

Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan menjadi faktor yang perlu diperhatikan

guna menekan keselamatan kerja dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Berdasarkan hasil wawancara kepada tiga Tenaga Kesehatan Puskesmas Sentosa

Baru di Indonesia Februari 2020 menyatakan kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan

Puskesmas Sentosa Baru sudah mengikuti arahan dari Kemenkes RI. Pemerintah

menyarankan tenaga kesehatan untuk mengutamakan aman diri terlebih dahulu.


5

Aman diri yang dilakukan seperti pencegahan transmisi virus, menjaga kebersihan

tangan, menggunakan APD (sarung tangan, pelindung wajah (masker N95 atau

bedah 3-ply (tiga lapis)), kacamata dan gaun pelindung), pencegahan luka tusukan

jarum dan beda tajam lainnya, kebersihan pernapasan dengan etika batuk yang

baik dan benar, kebersihan lingkungan pasien, linen, pembuangan limbah dan

peralatan pasien. Kemudian melakukan identifikasi pasien untuk merujuk pasien

COVID-19 sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap rumah sakit

Saat ini, ketersediaan APD standar sudah banyak yang tercukupi namun

mortalitas pada tenaga Kesehatan sepertinya juga terus ada. Menurut data dari

Ikatan Dokter Indonesia sampai tanggal 2 Agustus 2020 dokter yang gugur sudah

72 orang, belum lagi tenaga Kesehatan yang lain seperti Tenaga Kesehatan, bidan,

dan lainnya Hal ini menjadi keprihatinan kita semua, apa saja yang dapat

menyebabkan tenaga kesehatan ini tertular COVID-19, bahkan sudah dengan

APD yang lengkap (Bahl, P.,2020).

Tenaga kesehatan merupakan aset yang berharga dalam pelayanan

Kesehatan. Untuk mencetak seorang orang saja tenaga kesehatan yang kompeten

butuh waktu bertahuntahun, Sudah menjadi kewajiban pemerintah dan

stakeholder terkait untuk menjaga dan mengamankan tenaga Kesehatan yang

dimiliki agar terhindar dari penularan COVID-19. Jika banyak tenaga kesehatan

yang tertular COVID-19 dikhawatirkan pelayanan kesehatan dapat menjadi

lumpuh dan tentu saja hal ini akan merugikan seluruh masyarakat karena siapa

lagi yang akan merawat pasien-pasien COVID-19 ini (Bahl, P.,2020).


6

Aman diri yang dilakukan seperti pencegahan transmisi virus, menjaga

kebersihan tangan, menggunakan APD (sarung tangan, pelindung wajah (masker

N95 atau bedah 3-ply (tiga lapis)), kacamata dan gaun pelindung), pencegahan

luka tusukan jarum dan beda tajam lainnya, kebersihan pernapasan dengan etika

batuk yang baik dan benar, kebersihan lingkungan pasien, linen, pembuangan

limbah dan peralatan pasien. Kemudian melakukan identifikasi pasien untuk

merujuk pasien COVID-19 sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)

setiap rumah sakit (Mawardi, D, 2020).

Tenaga medis tersebut juga diikuti dengan fakta bahwa tidak sedikit dokter

dan Tenaga Kesehatan yang pada akhirnya positif covid-19, bahkan meninggal

dunia karena penyakit tersebut. Terhitung 1 April 2020, ada sebanyak 84 tenaga

medis di Jakarta dinyatakan positif covid-19 dalam tulisannya yang diunggah

pada portal berita Detik News juga menjelaskan bahwa 84 orang tenaga medis

tersebut tersebar di 30 rumah sakit dengan dua orang sedang dalam kondisi hamil,

dan satu orang meninggal dunia. Menurut salah satu dokter yang menangani

pasien covid-19 di indonesia, banyak pasien covid-19 yang tidak menunjukan

gejala sehingga tenaga medis yang menangani menjadi lebih rentan tertular

Adanya pasien tanpa gejala tersebut membuat para tenaga medis harus lebih hati-

hati ketika bertugas (Masriadi, 2020).

Banyak nya tenaga kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru yang tidak

memperhatikan perlindungan diri terhadap pencegahan covid-19, sehingga

banyak tenaga kesehatan yang terpapar covid-19, hal ini disebabkan kurang
7

kesiapsiagaan Puskesmas Sentosa Baru dalam pencegahan covid-19 berdasarkan

standar operasional prosedur pedoman kesiapsiagaan menghadapi covid-19.

Berhubungan dengan beberapa penyataan yang telah dipaparkan.

Pentingnya nilai kesiapsiagaan bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Sentosa Baru

yang merupakan garda terdepan dalam menghadapi fenomena pandemi COVID-

19. Tenaga Kesehatan memiliki potensi yang cukup rentan untuk terinfeksi

COVID-19. Merebaknya COVID-19 yang berawal di Wuhan, China tidak hanya

mengakibatkan masyarakat menjadi korban. Hal ini membuat dokter dan Tenaga

Kesehatan juga ikut serta menjadi korban penularan COVID-19. Berdasarkan

situasi pandemi di Indonesia Ketua DPD PPNI Kabupaten Bandung Barat (KBB)

Aditya Duta Tirani menyarankan Tenaga Kesehatan untuk menjaga keselamatan

diri. Prioritas pencegahan dengan menghindari penularan COVID-19 (Mawardi,

D, 2020).

Berhubungan dengan beberapa penyataan yang telah dipaparkan.

Pentingnya nilai kesiapsiagaan bagi Tenaga Kesehatan PUSKESMAS SENTOSA

BARU yang merupakan garda terdepan dalam menghadapi fenomena pandemi

COVID-19. Tenaga Kesehatan memiliki potensi yang cukup rentan untuk

terinfeksi COVID-19. Merebaknya COVID-19 yang berawal di Wuhan, China

tidak hanya mengakibatkan masyarakat menjadi korban. Hal ini membuat dokter

dan Tenaga Kesehatan juga ikut serta menjadi korban penularan COVID-19.

Berdasarkan situasi pandemi di Indonesia Ketua DPD PPNI Kabupaten Bandung

Barat (KBB) Aditya Duta Tirani menyarankan Tenaga Kesehatan untuk menjaga
8

keselamatan diri. Prioritas pencegahan dengan menghindari penularan COVID-19

(Mawardi, D.: 2020)

Untuk pencegahan terpaparnya covid-19 Puskesmas Sentosa Baru

diperlukaan tatalaksana dengan prinsif PPI yaitu sebelum kontak dengan pasien,

sebelum tindakan aseptic, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontrak

dengan pasien, sebelum tindakan sehingga perlunya kesiapsiagaan Puskesmas

Sentosa Baru.

Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 7 Juni 2021, melalui wanwancara

sebanyak 10 Tenaga Kesehatan yang belum siap dalam melakukan menangan

tugas covid-19 hal ini dikarenakan takutnya perat dalam melakukan penanganan

covid-19. Puskesmas Sentosa Baru merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama

sebagai penyedia jasa layanan kesehatan yang menjadikan preventif dan promotif

sebagai upaya agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas

Sentosa Baru menanggung jawab wilayah kerjanya, yaitu suatu kecamatan atau

bagian dari kecamatan. Pelaksanaan upaya kesehatan pada puskesmas dalam dua

bagian yaitu perorangan dan masyarakat. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

serta Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) diselenggarakan seimbang dan

sinergis menuju tercapainya keluarga-keluarga sehat dalam wilayah kerjanya

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui “Kesiapsiagaan Petugas

Kesehatan Dengan Penanganan Pasien Dimasa pandemi Covid - 19 Sesuai


9

Dengan Standar Operasional Prosedur Di UPT Puskesmas Sentosa Baru

Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2021”.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan

Dengan Penanganan Pasien Dimasa pandemi Covid - 19 Sesuai Dengan Standar

Operasional Prosedur Di UPT Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan

Perjuangan Tahun 2021.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan Dengan Penanganan

Pasien Dimasa pandemi Covid - 19 Sesuai Dengan Standar Operasional Prosedur

Di UPT Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2021.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui siap-siagaan dalam SOP ( Standar Operasional Prosedur)

Di UPT Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun

2021.

2. Untuk mengetahui siap-siagaan dalam pengunaan APD Di UPT Puskesmas

Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2021.

3. Untuk Mengetahui Penanganan Pasien Covid – 19 Dalam Jaga Jarak Di

UPT Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2021.


10

4. Untuk Mengetahui Penanganan Pasien Covid – 19 Dalam cuci tangan Di

UPT Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2021.

5. Untuk Mengetahui Penanganan Pasien Covid – 19 Dalam Pakai Masker Di

UPT Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2021.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Tempat Peneliti

Dapat menambah wawasan di uji ilmu pengetahuan tempat peneliti ,

Sebagai bekal pengetahuan tentang Pencegahan Penularan Covid 19.

Mengetahui Untuk mendukung penelitian di bidang penelitian serta

untuk menambah pengetahuan peneliti tentang kesiapsiagaan Tenaga

Kesehatan dalam penaganan covid-19.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan manfaat terhadap kemajuan ilmu dan penulisan ini juga

diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dari perpustakaan

program kesehatan lingkungan.

1.4.3. Peneliti Selanjutnya

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam upaya Memberikan

informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang

Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan Dengan Penanganan Pasien Covid - 19,

dan menambah variabel lainnya dalam penelitian selanjutnya.


11

BAB 2

TINAJUAN PUSTAKA

2.1. Covid (Coronavirus)

2.1.1.Defenisi Covid (Coronavirus)

Virus corona adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit

Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS) dan virus corona yang paling baru ditemukan Covid-19 (Coronavirus

disease 2019). Pada tahun 16 SARS pertama kali mewabah di Tiongkok, dan pada

tahun 2012 pertama kali muncul di Timur Tengah. Adanya penyakit baru di

Tiongkong yang dinamakan Covid-19 ini menyebabkan banyak kematian di

berbagai Negara (pandemi) yang terjadi pada akhir tahun 2019 (Adityo Susilo,

2020 ).

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh turunan corona virus baru,

CO diambil dari corona, VI virus, dan D disease (penyakit). Sebelumnya,

penyakit ini disebut 2019 novel corona virus atau 2019-ncov. Virus Covid-19

adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus yang sama dengan Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa (WHO,

2020). Corona virus 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh sindrom pernapasan akut corona virus 2 (Sars-CoV). Penyakit ini pertama

kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, Ibu kota Provinsi Hubei China,

dan sejak itu menyebar secara global diseluruh dunia, mengakibatkan pandem

corona virus 2019-2020. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan

11
12

wabah corona virus 2019-2020 sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat

Internasional (PHEIC) pada 30 Januari 2020, dan pandemi pada 11 Maret 2020.

Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam infeksi SARS-Cov. Efek

sitopatik virus dan kemampuannya mengalahkan respon imun menentukan

keparahan infeksi. Disregulasi sistem imun kemudian berperan dalam kerusakan

jaringan pada infeksi SARS-CoV-2. Respons imun yang tidak adekuat

menyebabkan replikasi virus dan kerusakan jaringan. Di sisi lain, respons imun

yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan (Adityo Susilo, 2020 ).

2.1.2 Pecegahan Covid-19

Tindakan pencegahan dan mitigasi adalah kunci penerapan di pelayanan

kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di

masyarakat yaitu meliputi :

1. Selalu menjaga kebersihan tangan dengan menggunakan hand sanitizer

jika tangan tampak kotor atau cuci tangan dengan sabun dan air.

2. Menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut setelah kontak dengan

orang.

3. Menerapkan etika batuk dan bersin dengan menutup mulut dan hidung

dengan lengan atas bagian dalam atau menggunakan tisu dan di lanjutkan

cuci tangan.

4. Menggunakan masker medis atau masker kain jika berpergian keluar

rumah dan segera mencuci tangan setelah menyentuh masker atau

membuang masker bekas pakai.


13

5. Selalu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang atau tidak berkerumbun

dengan banyak orang (Kemenkes, 2020)

2.1.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, terdapat 3

tingkat penggunaan alat pelindung diri untuk tenaga medis yaitu :

1. Tingkat 1

Untuk kelompok tenaga medis dan paramedis seperti dokter, Tenaga

Kesehatan, dan supir ambulans yang bertugas di tempat praktik umum, tiase

pra- pemeriksaan, dan di bagian rawat jalan umum harus menggunakan alat

pelindung diri seperti masker bedah 3 lembar, sarung tangan karet sekali

pakai, dan baju kerja (Taher, 2020).

2. Tingkat 2

Untuk kelompok tenaga medis dan paramedis tingkat 2 seperti dokter,

Tenaga Kesehatan, radiologi,farmasi, laboran, dan supir ambulans harus

menggunakan alat pelindung diri seperti pelindung mata, masker 3

lembar, penutup kepala, sarung tangan karet sekali pakai, dan gown.

Mereka hanya menangani pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi

pernapasan dan pemeriksaan yang melibatkan ODP, PDP, atau

konfirmasi Covid-19 (Taher, 2020).

3. Tingkat 3

Untuk kelompok tenaga medis tingkat 3 seperti dokter, Tenaga Kesehatan,

dokter gigi, Tenaga Kesehatan gigi, dan laboran harus menggunakan alat

pelindung diri seperti pelindung mata dan face shield, masker N95, penutup
14

kepala, coverall/ hazmat, sarung tangan bedah karet steril sekali pakai,

sepatu boots saat bertugas di ruangan pasien ODP, PDP, dan konfirmasi

Covid- 19 yang berpotensi menimbulkan aerosol dan kegiatan

membutuhkan tindakan langsung ke pasien (Taher, 2020).

2.2. Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan

2.2.1. Defenisi Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan

Menurut (Sutton., 2016) penilaian kemampuan kesiapsiagaan bencana

secara umum yaitu Capabality Assesment of Readiness yang berisikan eleman

sebagai berikut:

1. Hukum dan wewenang,

2. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko,

3. Mitigasi bencana,

4. Manajemen sumber daya,

5. Arah, kontrol dan koordinasi,

6. Komuni kasi dan peringatan,

7. Operasi dan prosedur,

8. Logistik dan fasilitas, Pelatihan, evaluasi dan tindakan korektif,

9. Krisis komunikasi, pendidikan umum dan informasi serta

10. Keuangan dan administrasi.

2.2.2. Standar Operasional Prosedur Pencegahan/Penanganan Covid -19

Pencegahan dan pengendalian COVID-19 harus ditempatkan pada prioritas

yang paling utama dalam segala kebijakan pemerintahan. Institusi kesehatan pada

semua tingkatan/ level harus mengikuti petunjuk pemerintah pusat/ daerah


15

setempat dan memperkuat pedoman kerja pencegahan dan pengendalian epidemi

local dan membentuk kelompok ahli pencegahan dan pengendalian COVID-19

yang melibatkan para ahli dan pemangku kepentingan terkait.

Struktur Pelaksana dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19

memiliki tugas: a. menetapkan dan melaksanakan rencana operasional percepatan

penanganan COVID-19; b. mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan

kegiatan percepatan penanganan COVID-19; c. melakukan pengawasan

pelaksanaan percepatan penanganan COVID-19; d. mengerahkan sumber daya

untuk pelaksanaan kegiatan percepatan penanganan COVID-19; dan e.

melaporkan pelaksanaan percepatan penanganan COVID-19 kepada Presiden dan

Pengarah.

Dalam melaksanakan tugas, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-

19 dibantu oleh Sekretariat yang berkedudukan di Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB). Sekretariat, sebagaimana dimaksud,

mempunyai tugas memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Gugus

Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Susunan keanggotaan Gugus Tugas

Percepatan Penanganan COVID-19

SOP DALAM PENANGAN COVID-19

1. Jaga jarak

2. Cuci tangan di air yang mengalir

3. Mengunakan masker.
16

2.2.3. Pengertian Kesiapsiagaan

Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan kesiapsiagaan

sebagai ‘keadaan siap siaga’. Berasal dari kata dasar ‘siap siaga’, yang berarti

‘siap untuk digunakan atau untuk bertindak’. Dalam Bahasa Inggris, padanan

kata ‘kesiapsiagaan’ adalah preparedness. Sementara definisi yang diberikan

Undang Undang Nomor 24 tahun 2007,

kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk

mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya

korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan

masyarakat. Konsep kesiapsiagaan memiliki berbagai dimensi yang didukung

oleh sejumlah aktivitas. Dimensi dari kesiapsiagaan mencakup berbagai tujuan

atau pernyataan akhir bahwa kesiapsiagaan berusaha untuk dicapai.

Kegiatan-kegiatan adalah tindakan-tindakan nyata yang perlu untuk diambil

dalam rangka menemukan tujuan- tujuan tersebut. Sumber-sumber bervariasi

dalam hal bagaimana dimensi-dimensi tersebut dan aktivitas-aktivitas yang

didefinisikan (Sutton dan Tierney, 2016)

Kesiapsiagaan (preparedness) menghadapi covid-19 adalah kegiatan

yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana Covid-19 sehingga

tindakan yang dilakukan pada saat dan setelah terjadi Covid-19 dilakukan secara

tepat dan efektif, yang dilakukan tenaga ahli dan personil atau tenaga lapangan.

Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi di
17

bidang sumberdaya air antara lain bidang hidrologi, dan tenaga ahli lainnya yang

berhubungan dengan masalah Covid-19. Kelompok tenaga lapangan dalam

pelaksanaan pengendalian banjir dibutuhkan petugas lapangan dalam jumlah

cukup utamanya untuk kegiatan pemantauan dan tindakan turun tangan (16)

2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesiapsiagaan

Menurut (Sutton., 2016)dimensi kesiapsiagaan bencana meliputi : penilaian

bencana, manajemen arahan dan koordinasi, respons perencanaan dan

kesepakatan secara formal dan informal, dukungan sumebr daya, fasilitas

proteksi, penanggulangan kegawatdaruratan dan fungsi perbaikan serta inisiatif

untuk pemulihan. Masing-masing dimensi memiliki jenis kegiatan yang

disesuaikan dengan dimensi yang di maksud.

Menurut Kemnkes RI (2021) terdapat 3 faktor kritis kesiapsiagaan untuk

mengantisipasi pandemi covid-19, yaitu:

1. Jaga jarak

2. Cuci tangan di air yang mengalir

3. Mengunakan masker

a. Parameter pertama adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko

bencana. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk

kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat memengaruhi

sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi

bencana, terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah pesisir

yang rentan terhadap Covid-19


18

b. Parameter ke dua adalah kebijakan dan panduan yang berkaitan dengan

kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam. Kebijakan kesiapsiagaan

bencana alam sangat penting dan merupakan upaya konkrit untuk

melaksanakan kegiatan siaga Covid-19. Kebijakan yang signifikan

berpengaruh terhadap kesiapsiagaan meliputi: pendidikan publik,

emergency planning, sistim peringatan Covid-19 dan mobilisasi sumber

daya, termasuk pendanaan, organisasi pengelola, SDM dan fasilitas-fasilitas

penting untuk kondisi darurat bencana. Kebijakan- kebijakan dituangkan

dalam berbagai bentuk, tetapi akan lebih bermakna apabila dicantumkan

secara konkrit dalam peraturan-peraturan, seperti: SK atau Perda yang

disertai dengan job description yang jelas. Agar kebijakan dapat

diimplementasikan dengan optimal, maka dibutuhkan panduanpanduan

operasionalnya.

c. Parameter ke tiga adalah rencana untuk keadaan darurat Covid-19.

Rencana ini menjadi bagian yang penting dalam kesiapsiagaan, terutama

berkaitan dengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan, agar korban

bencana dapat diminimalkan. Upaya ini sangat krusial, terutama ada saat

terjadi bencana dan hari-hari pertama setelah bencana sebelum bantuan

dari pemerintah dan dari pihak luar datang.

d. Parameter ke empat berkaitan dengan sistim peringatan bencana.

Sistim ini meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya

bencana. Dengan peringatan bencana ini, masyarakat dapat melakukan

tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta benda dan
19

kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan latihan dan simulasi, apa yang

harus dilakukan apabila mendengar peringatan, kemana dan bagaimana

harus menyelamatkan diri dalam waktu tertentu, sesuai dengan lokasi

dimana masyarakat sedang berada saat terjadinya peringatan.

e. Parameter ke lima yaitu: mobilisasi sumber daya. Sumber daya yang

tersedia, baik sumber daya manusia (SDM), maupun pendanaan dan sarana

– prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat

mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana

alam. Karena itu, mobilisasi sumber daya menjadi faktor yang krusial.

2.2.4. Upaya Dilakukan Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya

bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan

berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat

bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara

lain (BNPB, 2018):

1. Pengaktifan pos-pos siaga Covid-19 dengan segenap unsur pendukungnya.

2. Pelatihan siaga/simulasi/gladi/teknis bagi setiap sektor penanggulangan

bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).

3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan

4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.

5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna

mendukung tugas kebencanaan.


20

2.3. SDM (Tenaga Kesehatan)

2.3.1. Definisi SDM (Tenaga Kesehatan)

Sumber daya manusia kesehatan atau tenaga kesehatan yaitu berbagai jenis

tenaga kesehatan klinik maupun nonklinik yang melaksanakan upaya medis dan

intervensi kesehatan masyarakat. Kinerja dari pelayanan kesehatan sangat

tergantung kepada pengetahuan, keterampilan dan motivasi dari orang-orang yang

bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan. Sumber daya manusia

kesehatan berhubungan erat dengan masing-masing fungsi suatu organisasi

kesehatan dan juga berinteraksi diantara fungsi-fungsi tersebut.

Untuk mencapai visi dan misi suatu organisasi diperlukan keterampilan dan

kemampuan sumber daya manusia yang mampu mendiagnosa permasalahan dan

mengintervensi sehingga didapatkan penyelesaian dari setiap permasalahan

yang menjadi tugas pokok dan fungsi organisasi. Sumber daya manusia tersebut

juga dapat menjadi ancaman bagi pelaksana kebijakan, strategi, program, dan

prosedur suatu kegiatan apabila tidak dikelola dengan baik dan tepat (17).

Pasal 1 UU RI Nomor 36 Tahun 2014 ini menyatakan bahwa tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan

Dalam Sistim Kesehatan Nasional, paling tidak terdapat 6 (enam) subsistem

yang turut menentukan derajat kesehatan secara nasional yang salah satunya

adalah sumber daya manusia (SDM) Kesehatan, disamping subsistem lainnya


21

seperti upaya kesehatan, pembiayaan, obat dan perbekalan kesehatan,

pemberdayaan dan manajemen. Tenaga kesehatan. merupakan unsur utama yang

mendukung subsistem lainnya. Subsistem sumber daya manusia kesehatan

bertujuan pada tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi,

terdistribusi dengan adil, serta termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya

guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tenaga

kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah semua orang yang bekerja

secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki

pendidikan formal kesehatan, maupun tidak yang untuk jenis tertentu

memerlukan upaya kesehatan.

2.3.2 Pengelompokan Tenaga Kesehatan

UU RI Nomor 36 Tahun 2014 pada Pasal 11 dinyatakan bahwa tenaga

kesehatan dikelompokkan ke dalam:

1. Tenaga medis terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan

dokter gigi spesialis.

2. Tenaga psikologi klinis adalah psikologi klinis.

3. Tenaga keTenaga Kesehatanan terdiri atas berbagai jenis Tenaga Kesehatan.

4. Tenaga kebidanan adalah bidan.

5. Tenaga kefarmasian terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

6. Tenaga kesehatan masyarakat terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga

promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja,


22

tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan

kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.

7. Tenaga kesehatan lingkungan terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan,

entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.

8. Tenaga gizi terdiri atas nutrisionis dan dietisien..

9. Tenaga keterapian fisik terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis

wicara, dan akupunktur.

10. Tenaga keteknisian medis terdiri atas perekam medis dan informasi

kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis

optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan

audiologis..

11. Tenaga teknik biomedika terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli

teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik

prostetik..

12. Tenaga kesehatan tradisional.

13. Tenaga kesehatan lain.

2.4. Integrasi Keislaman

2.4.1. Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan dalam Islam

Satu tahun belakangan ini dan sekarang juga masih berlangsung,

masyarakat di seluruh dunia, termasuk kita di Indonesia, sedang menghadapi

wabah penyakit yang disebabkan oleh Virus Corona Covid-19. Sampai sekarang

ini (tanggal 21 April 2021, ketika naskah ini ditulis), tidak kurang dari

142.677.809  juta jiwa masyarakat di dunia ini telah terinfeksi Covid-19 dan
23

3.042.426 lainnya meninggal dunia. Sementara di Indonesia, pada hari yang sama

ada 1.609.300 orang terjangkit  Covid-19 dan 43.567 orang meninggal dunia.

Penularan wabah virus Covid-19 ini diprediksi amasih akan terus  berlangsung

dan belum ada yang memastikan kapan akan berakhir. Oleh sebab itu mari kita

senantiasa berdoa kepada Allah SWT semoga wabah virus covid-19 ini segera

berakhir sehingga kita bisa beraktivitas normal kembali seperti sediakala.

Peristiwa wabah penyakit seperti yang kita alami sekarang ini, dalam

sejarah kehidupan manusia sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sejarah mencatat,

pada tahun 1720 telah terjadi wabah penyakit yang disebut dengan The Great

Plague of Marseille ( Wabah Besar Marseille) yang membunuh kira-kira 30%

penduduk di Marseille, Perancis.  Penyakit ini disebarkan melalui kutu tikus yang

membawa bakteri yang disebut dengan Bakteri Yersinia Pestis yang awal mula

dibawa dari kapal bernama Grand Sain Antonie yang bersandar di kota pelabuhan

Perancis. Pada tahun 1818 , terjadi pula wabah penyakit kolera yang pertama kali

muncul di Delta Sungai Gangga di Jassore, India yang dipicu oleh beras yang

terkontaminasi.

Wabah ini cepat menyebar ke sebagian besar India,  Myanmar dan

Srilangka mengikuti rute perdagangan yang ditetapkan oleh orang Eropa. Pada

tahun 1820 kolera menyebar ke negara-negara Asia lain seperti Philipina,

Thailand dan Indonesia (saat itu disebut wilayah Hindia Timur Belanda). Wabah

kolera ini menyebabkan kurang lebih 100 ribu orang meninggal dunia. Pandemi

kolera ini baru berakhir pada musim dingin ekstrim pada tahun  1823-1824. Lebih

mengejutkan lagi, pada tahun 1920 telah mewabah pula  penyakit yang disebut
24

dengan Spanish Flu ( Flu Spanyol), virus ini sangat berbahaya karena telah

menyebabkan kurang lebih 500 juta jiwa terjangkiti dan menyebabkan kurang

lebih 100 juta jiwa meninggal dunia.

Di masa Nabi SAW juga pernah terjadi wabah penyakit, yang salah

satunya adalah penyakit  Thaun. Penyakit Thaun ini tercatat dalam sebuah hadits,

dimana Rasulullah bersabda : “Jika kalian mendengar penyakit Thaun mewabah

di suatu daerah, maka jangan masuk ke daerah itu. Apabila kalian berada di

daerah itu, jangan hengkang (lari) dari Thaun”. Selain saat zaman Nabi, penyakit

Thaun juga terjadi di zaman Umar bin Khattab. Kala itu, Umar bin Kattab

menahan diri memasuki negeri Syam, karena di daerah tersebut  tengah terjadi

wabah penyakit thaun.

Dikutip dari buku “Rahasia Sehat Ala Rasulullah SAW” karya Nabhil

Thawil, penyakit Thaun ini adalah penyakit menular yang bisa menyebabkan

kematian. Penyakit ini berasal dari infeksi bakteri Pasterella Pestis. Bakteri thaun

ini dibawa oleh Xenopsella Cheopis (kutu anjing) yang berasal dari darah tikus.

Sebab, Xenopsella Cheopis sejatnya hidup di tubuh tikus. Artinya wabah ini

pertama kali terjadi pada tikus dan menyebar kepada manusia. Melalui darah tikus

yang berada di kutu anjing itu tersebut menular ke manusia melalui kulit dan

darah. Adapun masa inkubasi penyakit thaun ini antara dua sampai dua belas hari.

Para penderitanya harus menjalani karantina dan menjalani pengobatan yang

berlaku sesuai apa yang dilakukan di zaman Rasulullah maupun Umar bin

khattab.
25

Lalu bagaimana Islam memandang musibah, baik musibah alam atau

musibah non alam sebagaimana wabah penyakit atau pandemi? Dalam Islam

semua yang dialami manusia berupa musibah adalah merupakan ketentuan Allah

SWT untuk menguji kesabaran manusia. Dalam Alqur’an surat Al-Baqarah

(Mawardi, D, 2020) ayat 155 Allah SWT berfirman :

ّ ٰ ‫ت َوبَ ِّش ِر ال‬


َ‫صبِ ِر ْين‬ ِ ۗ ‫س َوالثَّ َم ٰر‬ ِ ْ‫ف َو ْالجُو‬
ٍ ‫ع َونَ ْق‬
ِ ُ‫ص ِّمنَ ااْل َ ْم َوا ِل َوااْل َ ْنف‬ ِ ْ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِ َش ْي ٍء ِّمنَ ْال َخو‬

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan ketakutan,

kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita

gembira kepada orang-orang yang sabar (QS.Al-Baqarah : 155)

Imam As-Syaukahi di dalam tafsir Fath Al-Qadir menyebut bahwa cobaan

dari Allah adalah suatu keniscayaan. Cobaan yang dimaksudkan bisa berupa

cobaan yang menantang fisik, psikis, dan mental seseorang. Namun demikian,

orang-orang yang beriman akan menjadikan semua itu sebagai pijakan untuk

hidup lebih baik lagi ke depannya.

Sementara itu Wahbah Al-Zuhaili dalam Al-Wajiz menyebut, cobaan yang

beragam itu dimaksudkan agar manusia bisa dibedakan mana di antara mereka

yang imannya kuat dan mana yang imannya kurang. Mereka yang imannya kuat

akan survive dengan cobaan Allah, sementara yang lemah akan tergilas dengan

musibah itu.

Sementara itu di dalam Tafsir Kementerian Agama RI, disebutkan orang-

orang yang beriman akan berkata, musibah-musibah itu untuk menunjukkan


26

kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik

Allah; pun menunjukkan keimanan akan adanya hari akhir.

Orang-orang yang imannya tebal itulah yang memperoleh ampunan dan

rahmat dari tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk

sehingga mengetahui kebenaran, apakah Anda sudah sabar dan memiliki iman

yang tebal saat tertimpa musibah?

2.4.2. Penanganan Pasien Covid – 19 Dalam Islam

Semua yang terjadi di muka bumi ini merupakan ketentuan Allah SWT

untuk menunjukkan kepada kita kebesaran-Nya dan supaya kita sebagai manusia

tidak merasa angkuh dan sombong karena dengan musibah itu manusia menjadi

tidak ada artinya dihadapan Allah SWT. Dalam Surat Al-Hadid (57) ayat 22 Allah

SWT berfirman:

‫ب ِّم ْن قَب ِْل اَ ْن نَّ ْب َراَهَا ۗاِ َّن ٰذلِكَ َعلَى هّٰللا ِ يَ ِس ْي ۖ ٌر‬
ٍ ‫ض َواَل فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ُك ْم اِاَّل فِ ْي ِك ٰت‬
ِ ْ‫ص ْيبَ ٍة فِى ااْل َر‬
ِ ‫اب ِم ْن ُّم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َمٓا ا‬

Tiada suatu bencanapun yang menimpa  di bumi dan (tidak pula) pada

dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum

Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi

Allah (QS. Al-Hadid : 22)

Menurut ar-Razi dalam tafsirnya, hakikat musibah telah ditentukan oleh

Allah baik yang ada dibumi, misalnya banjir, kemarau panjang, gagalnya hasil

pertanian. Musibah yang dirasakan manusia ada dua kategori. Pertama, seperti

sakit, fakir, kematian keluarga. Kedua, sebagai ujian kebaikan maupun keburukan.
27

Pertama, supaya manusia tak putus asa atas apa yang telah dia dapatkan.

Imam al-Baidhawi menjelaskan bahwa tujuan dari musibah bertujuan agar

manusia tak sedih atas hilangnya kenikmatan dunia yang ia miliki dari

genggamannya.

Kedua, agar manusia tak bangga atas nikmat yang telah diberikan oleh

Allah. Imam Baghawi dalam tafsirnya yang berjudul Ma’alim at-Tanzil mengutip

pendapat Ikrimah yang menyatakan setiap orang pasti merasakan kesenangan juga

merasakan kesusahan, kesedihan, maka dari itu jadikanlah kesenangan itu untuk

bersyukur atas nikmat-Nya, dan jadikan kesedihan sebagai penguat dalam

menghadapi kesabaran.

Dari penjelasan di atas, manusia harus positif thingking kepada Allah,

terutama musibah yang diberikan-Nya tidak lain agar manusia menyadari

ketidakmampuannya atas apa yang ia perbuat, ia miliki supaya disyukuri, serta tak

bangga atas apa yang ia miliki, karena semuanya hanya titipan, tak lama lagi akan

kembali ke sisi-Nya

Sebelum masa Pandemi Covid-19 boleh jadi kebanyakan manusia merasa

jumawa, semua bisa dilakukan,  semua hal bisa dikendalikan dengan

menggunakan teknologi hasil temuannya sendiri. Namun begitu Allah SWT

menurunkan musibah berupa virus yang sangat menular dan mematikan, manusia

baru sadar bahwa mereka sebenarnya tidak ada artinya dibandingkan kekuasaan

dan kekuatan Allah SWT. Mungkin inilah salah satu hikmah datangnya pandemi,

yaitu mengingatkan kita semua sebagai manusia bahwa kita ini makhluk yang

lemah dan serba terbatas sehingga tidak sepatutnya menyombongkan diri dan
28

melupakan dari beribadah kepada Allah SWT. Semoga pandemic ini membuat

kita semua semakin rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, kita diminta untuk

mengambil hikmah dari musibah yang ditimpakan kepada manusia sebagaimana

sabdanya:

Dari Shuhaib, ia berkata. Rasulullah SAW bersabda : Sungguh

menakjubkan perkara kaum mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah

kebaikan, dan itu tidak akan terjadi kecuali bagi orang yang beriman. Jika ia

dianugerahi nikmat, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa musibah,

ia bersabar, maka itu juga baik baginya  (HR.Muslim).

Meskipun sebagai manusia kita dianjurkan untuk menerima segala musibah

itu dengan penuh ketabahan dan kesabaran, namun manusia dituntut pula untuk

berusaha mencegah dan mengatasi semua bencana dan musibah yang dialami.

Bila bencana itu berupa bencana non alam seperti wabah virus covid-19, maka

kita dituntut untuk berikhtiar mencegah penularan dan penyebarannya seraya

berupaya untuk menemukan obat untuk menyembuhkannya. Hal ini dikarenakan

salah satu diantara tujuan utama syariat adalah melindungi jiwa manusia dari hal-

hal yang dapat merusak dan membahayakannya. Sehingga kesabaran dalam

menghadapi wabah pandemic bukan hanya ditunjukkan dengan menerima di

dalam hati saja dengan pasrah tetapi juga ditunjukkan dalam kesabaran melakukan

pencegahan dan menghambat penularan  serta  kesabaran dalam menemukan obat

yang dapat menyembuhkannya. Segala macam penyakit dan bahaya sudah

selayaknya dihindari. Perintah ini juga disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam
29

haditsnya : “Dan larilah dari penyakit lepra, sebagaimana engkau lari dari

kejaran singa” (HR.Bukhari).

Dalam riwayat lain, Rasulullah juga memerintahkan untuk menjauhi suatu

negeri yang terdampak wabah, begitu pula sebaliknya orang yang berada di negeri

yang terkena wabah itu tidak boleh keluar dari wilayahnya. Kalau istilah sekarang

disebut dengan lock down  atau menutup dan mengisolasi wilayah yang terkena

wabah penyakit menular.

Tha’un (penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah SWT untuk

menguji hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar

penyakit itu menjangkiti suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan

apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu

lari daripadanya  (HR.Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, Islam mengajarkan bagaimana cara kita sebagai seorang

muslim menerima suatu musibah atau bencana yang menimpa baik bencana alam

maupun bencana non alam seperti wabah covid-19. Cara yang diajarkan Islam itu

adalah menerima bencana itu dengan penuh kesabaran sebagai bentuk keimanan

kita atas kekuasaan Allah SWT seraya kita berusaha mengatasinya dengan

mencegah penyebarannya, membantu mereka yang tertimba musibah, serta

berusaha mencari solusi untuk pengobatannya. Islam mengajarkan dengan

musibah atau bencana itu maka akan menjadi ladang amal yaitu dengan sikap

saling menolong antar sesama muslim maupun sikap saling menolong yang

melintasi agama, etnis, bahkan negara. (MH).


30

2.4.3. Maqasid Syariah

Untuk memahami tentang maqasid al-shariah, mesti diketahui terlebih

dahulu pengertiannya baik secara bahasa maupun secara istilah. Maqasid al-

shariah dilihat dari sudut lughawi (bahasa) merupakan gabungan kata yang terdiri

dari dua kata yaitu almaqasid )‫ ) املقاصد‬dan al-shariah )‫ الشريعة‬.)Maqasid berakar

dari kata qasada )‫) قصد‬yaqsidu )‫ )يقصد‬yang berarti menyengaja atau bermaksud

kepada. Kata maqasid merupakan bentuk jamak dari kata maqsid )‫) مقصد‬atau

maqsad )‫) مقصد‬yang bermakna kesengajaan atau tujuan. Manakala, al-shariah di

dalam literatur bahasa Arab bermakna jalan menuju sumber air atau dapat

diartikan juga sebagai jalan kearah sumber pokok kehidupan yaitu shariah Tuhan.

Maka, maqasid al-shariah sejatinya mengandung makna tujuan dan rahasia yang

telah diletakkan oleh Syar’i (Allah SWT) dari setiap hukum yang telah diturunkan

oleh-Nya.

Apabila kita berbicara mengenai maqasid al-shariah sebagai salah satu

disiplin ilmu yang bersifat independen, sejatinya kita tidak menjumpai definisi

yang konkret dan komprehensif yang diberikan oleh ulama-ulama klasik sehingga

kita akan menjumpai beraneka ragam versi definisi di antara para ulama sekalipun

ke semuanya berangkat dari titik tolak yang hampir sama. Misalnya saja menurut

Wahbah Zuhaili bahwa maqasid al-shariah adalah nilai-nilai dan sasaran syara’

yang tersirat dalam segenap maupun sebagian besar dari hukum-hukumnya

dimana nilai serta sasaran tersebut dipandang sebagai tujuan dan rahasia syariah

yang telah ditetapkan oleh Syar’i (Allah SWT) dalam setiap ketentuan hukum.
31

Al-Imam Al-Shatibi menyatakan bahwa beban-beban syariah kembali pada

pemeliharaan serta penjagaan tujuan-tujuannya pada makhluk. Tujuan-tujuan

tersebut tidak lepas dari tiga kategori yaitu dharuriyyat, hajiyyat dan tahsiniyyat.

Al-Syar’i mempunyai tujuan yang terkandung dalam setiap penetapan hukum-

hukum dalam rangka mewujudkan kemaslahatan umat manusia baik di dunia

maupun di akhirat. Sedangkan Imam Ahmad al-Raysuni mendefinisikan maqasid

al-shariah sebagai tujuantujuan yang telah ditetapkan syariat untuk kemaslahatan

hamba atau umat manusia.

Manakala, Ibn ‘Asyur mendefinisikan bahwa maqasid al-shariah adalah

maknamakna dan hikmah-hikmah yang diperlihatkan oleh Allah SWT dalam

semua atau sebagian besar syariat-Nya, serta masuk dalam wilayah ini sifat-sifat

syariat atau tujuan umumnya. Ibn ‘Asyur telah membagikan maqasid dengan lebih

terperinci lagi dengan mengategorikannya pada dua kategori yaitu maqasid umum

dan maqasid khusus dan menurut beliau, inti dari maqasid al-shariah untuk

mencapai kemaslahatan umat yang sebesar-besarnya. Hal demikian ini karena

tujuan asal penetapan hukum dalam Islam adalah untuk menciptakan

kemaslahatan, bertujuan untuk memelihara tujuan-tujuan syara’.

Shariah Islam merupakan pedoman paling agung serta memiliki nilai yang

tinggi dimana sudah seharusnya ia mempunyai objektif tertentu untuk

mencapainya. Tujuan memahami maqasid al-shariah adalah untuk memahami nas-

nas syara’ dan mengimplementasikannya ke atas permasalahan-permasalahan baru

yang berlaku dan mengambil dalil daripadanya ke atas hukum bagi permasalahan-

permasalahan tersebut. Maka, dengan memahami maqasid al-shariah, ia


32

membantu umat Islam mengetahui bahwa segala hukum yang telah ditentukan

oleh Allah SWT adalah sematamata untuk memberikan kebaikan atau maslahah

serta menjauhkan daripada kemudharatan atau mafsadah ke atas mereka

2.5. Landasan Teori

Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana

dan di dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan

kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan

resiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadi bencana.

Kesiapsiagaan dalam mengantisipasi covid-19 menyebutkan kesiapsiagaan

menggunakan parameter:

1. Pengetahuan merupakan pengetahuan dasar petugas mengenai covid-19.

2. Kebijakan dan panduan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dalam

mengantisipasi covid-19 seperti tersedianya cuci tangan, menggunakan

masker, protap, panduan pemenuhan kebutuhan dasar.

3. Rencana tanggap darurat merupakan tindakan yang telah dipersiapkan

petugas menghadapi covid-19, seperti masker, tabung oksigen, vitamin C,

perencanaan pencegahan covid-19.

4. Sistem peringatan covid-19 merupakan usaha petugas dalam mencegah

terjadinya covid-19, seperti sistem informasi, sistem peringatan dini tentang

covid-19, penyampaian informasi, pengembangan sistem peringatan dini,

pelatihan dan simulasi covid-19

Sumberdaya organisasi pendukung kesiapsiagaan petugas penanggulangan

covid-19 dalam menghadapi covid-19sebagai berikut:


33

1. Personil (sumber daya manusia)

a. Kelompok tenaga ahli

Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi

di bidang sumber daya kesehatan antara lain bidang radiologi, spesiali paru,

dan tenaga ahli lainnya yang berhubungan dengan masalah covid-19.

b. Kelompok tenaga lapangan

Dalam pelaksanaan pengendalian covid-19 dibutuhkan petugas lapangan

dalam jumlah cukup utamanya untuk kegiatan pemantauan dan tindakan di

lapangan tentang pencegahan covid-19.

1. Sarana atau Peralatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala

sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau

tujuan. Sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti

komputer dan mesin-mesin.

Sarana/peralatan yang digunakan petugas dalam upaya penanggulangan

covid-19terdiri dari:

a. Masker

b. Handsanitazer

c. cuci tangan dengan air mengalir

d. jaga jarak
34

Kerangka Teori

Kesiapsiagaan Petugas
PENANGANAN PASIEN
Kesehatan
COVID - 19

1. SOP (standar 1. Jaga jarak


operasional prosedur) 2. Cuci tangan
2. APD 3. Pakai masker

Sumber : KEMENKES RI (2020)

2.6. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui

penelitian. Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Kesiapsiagaan Petugas Penanganan Pasien


Kesehatan Covid – 19
Keterangan :
1. Jaga jarak
1. SOP (standar 2. Cuci tangan
operasional prosedur) 3. Pakai masker
2. APD

Keterangan

X : Variabel Independen (Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan)

Y : Variabel Dependen (Penanganan Pasien Covid - 19)


35

: Menyatakan Berpengaruh antara Variabel Independen dan Dependen

2.7. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori (Sugiyono, 2017).

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan hipotesisnya yaitu

1. Ada hubungan mengetahui siap-siagaan dalam pengunaan APD Di UPT

Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2021

2. Ada hubungan mengetahui Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan dalam

Penanganan Pasien Dimasa pandemi Covid - 19 Sesuai Dengan Standar

Operasional Prosedur Di UPT Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan

Perjuangan Tahun 2021


36

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Salah satu bentuk statistik yang digunakan untuk mencari hubungan dua

variabel atau lebih dilakukan secara kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan

bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat

(Hidayat, 2010).

Jenis penelitian menggunakan deskriptif korelasional guna mengetahui

hubungan variabel bebas(independent) dan variabel terikat (dependent).

3.1.2 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain crosssectional. Menurut

Notoatmodjo (2010) cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point

time approach). Rencangan cross sectional merupakan penelitian dengan

melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan ( sekali waktu)

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Hidayat, 2010). Penelitian ini menggunakan variabel yaitu suatu

variabel bebas(variabel independent) atau variabel x dan satu variabel

terikat(variabel dependent) atau variabel Y.Variabel bebas dalam penelitian ini

36
37

adalah pengetahuan sedangkan variabel terikat adalah Kesiapsiagaan Petugas

Kesehatan Dengan Penanganan Pasien Covid - 19.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan

Perjuangan. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah masalah

banyaknya tenaga kesehatan yang lalai terhadap pencegahan covid-19 sehingga

ada Tenaga Kesehatan dari sentosa baru terpapar covid-19, cukupnya reponden,

belum ada penelitian yang meneliti Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan Dengan

Penanganan Pasien Dimasa pandemi Covid - 19 Di Puskesmas Sentosa Baru

Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2021”

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan mulai dari bulan April 2021 sampai dengan

Februari 2022, terhitung mulai survey awal sampai dengan pengambilan data dan

penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan yang ada di

Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2021 yaitu terdiri

dari Dokter Umum 12 orang , dokter Gigi 4 orang, Keperawatan Ners 1 orang,

Perawat (non Ners) 17 orang, Keperawatan SPK 7 orang, Bidan Klinik 13, Bidan

Pendidik 2 orang, bidan Umum 1 orang, Apoteker 1 orang , non Apoteker 1


38

orang, Farmasi ( Asisten Apoteker) 2 orang, Kesmas Umum 6 orang, keteknisian

medis ( terapis gigi dan mulut / perawat gigi) 3 orang, ahli teknoklogi

laboratorium (analis kesehatan) 3 orang, sebanyak 73 orang tenaga kesehatan.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti. Dinamakan

penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk meneralisasikan hasil penelitian

sampel (Arikunto,2012), Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini ada total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena

jumlah populasi yang kurang dari 100. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah sebanyak 73 orang dalam tenaga kesehatan

3.4. Definisi Operasional Penelitian

Defenisi operasional adalah uraian tentang batas variable yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan (Notoadmodjo,

2010). Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai cirri, sifat atau ukuran

yanag dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel independen (X) adalah Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan dan variabel

dependen (Y) Penggunaan Penanganan Pasien Covid - 19.


39

Tabel 3.1.
Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan
1. SOP ( standar Upaya yang Lembar 1. Sesuai Ordinal
Operasional dilakukan oleh kuesioner 2. Tidak sesuai
Perosedur) petugas kesehatan
dalam mengurangi
angka kejadian
covid-19
2. APD(Alat Alat yang Lembar 1. Digunakan Ordinal
Pelindung digunakan untuk kuesioner 2. Tidak
Diri) pencegahan digunakan
penularan covid-19
Penanganan Pasien Covid - 19
3. Jaga jarak Pembatasan jarak Lembar 1.Dilaksanakan Ordinal
oleh pasien dengan kuesioner 2.Tidak
tenaga kesehatan dilaksanakan
yang ada di
puskesmas sentosa
baru
4. Cuci tangan Sebelum dan Lembar 1.Dilaksanaka Ordinal
sesudah tenaga kuesioner 2.Tidak
kesehatn dilaksanakan
melakukan cuci
tangan 6 lkangkah
sesuai dengan who
5. Pakai masker Pasien dan tenaga Lembar 1.Dilaksanaka Ordinal
kesehatan kuesioner 2.Tidak
memakai masker dilaksanakan
pada saat sebelum
dan sesudah
melakukan
pemeriksaan

3.5. Etika Penelitian

Adapun etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Informed Concent (Lembar Persetujuan)


40

Lembar persetujuan diberikan kepada responden. Penelitian menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin

terjadi sebelum dan sesudah meneliti. Jika responden bersedia maka mereka

diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika mereka

menolak, maka penelitian tidak akan memaksa dan akan tetap menghargai

hak-haknya.

b. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasian data, peneliti tidak mencantumkan namanya pada

lembar pengumpulan data, tetapi cukup memberikan kode pada masing-

masing

c. Confidentiality (Kerahasian)

Kerahasian data akan dijaga oleh penelitian, hanya sekelompok data saja yang

akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian (Hidayat,2010).

3.6. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian

3.6.1. Teknik Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti melakukan pengurusan surat

perizinan ke pihak kampus UIN Sumatera Utara melalui link Si-Selma

untuk ditujukan badan penelitian dan pengembangan, Dinas Kesehatan

Kota, ke Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan.

Kemudian, setelah surat selesai peneliti memasukkan surat ke Puskesmas

Sentosa Baru bersangkutan dan meminta izin untuk survei pengambilan data

awal.
41

2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan melihat kesiapsiagaan tenaga

kesehatan dilakukan pada bulan Juni 2021 bertempat Puskesmas Sentosa

Baru Kecamatan Medan Perjuangan. Selanjutnya melakukuan penangan

covid-19 oleh tenaga kesehatan

3. tahap 3 melihat standar penangan covid-19 dan bagaimana kesiapsiagaan

tenaga kesehatan berdasarkan standar SOP

3.6.2. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan pada penelitian ini berupa Kuesioner, dimana

jawabanya sudah ditentukan oleh peneliti dan responden tinggal memilih dari

jawaban yang sudah disediakan. Menggunakan Kuesioner tujuannya agar

memudahkan responden dalam menjawab setiap pertanyaan, dimana pertanyaan

yang diajukan disusun berdasarkan Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan , yang harus

dimiliki oleh responden Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan dan Penanganan

Pasien Covid – 19

Pada bagian pertama dari instrument penelitian ini berisi data demografi

responden meliputi : jenis kelamin, umur, agama dan suku bangsa. Pengisian

Kuesioner dengan cara memberikan tanda checklist pada pilihan jawaban yang

telah disediakan.

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder yang diperoleh dari bagian administrasi Puskesmas Sentosa Baru

Kecamatan Medan Perjuangan. Untuk variable Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan

Dengan Penanganan Pasien Dimasa pandemi Covid - 19 menggunakan angket

langsung melalui kuesioner.


42

1. Data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan membagikan

Kuesioner penelitian yaitu instrumen Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan

Dengan Penanganan Pasien Dimasa pandemi Covid - 19 yang telah

disiapkan peneliti sesuai dengan variable penelitian

2. Data sekunder adalah diperoleh dari catatan atau dokumen Puskesmas

Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan

Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari responden

(data primer). Data diukur menggunakan alat ukur kuesioner dengan

menggunakan kategori (Hidayat, 2019).

3.7. Uji Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang sudah

baku berdasarkan literature dan sudah pernah ada peneliti yang menggunakn

kuesioner tentang sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP),

kesiap siagaan berdasarkan penelitian referensi (Arini, 2017). Fakultas KeTenaga

Kesehatanan Universitas Sumatera Utara Medan, sehingga tidak perlu lagi di uji

validitas dan reliabilita dengan nilai rabilitas dengan 30 orang, 0,36 > 0,457 dan

reabiliatas 0,897

3.8. Teknik Pengelolahan dan Teknik Analisa Data

3.8.1. Teknik Pengelolaan

Menurut Arikunto (2013) teknik pengolahan data dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Proses Editing ( proses pengeditan)


43

Dilakukan pengecekan data yang dikumpulkan. Pada proses editing ini

peneliti memeriksa kelengkapan jawaban pada saat intervieu tes untuk

memastikan bahwa semua pertanyaan dijawab oleh responden. Bila

terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki dan

dilakukan pendataan ulang terhadap responden.

b. Proses coding (pemberian kode)

Data yang telah diteliti dirubah dalam bentuk ankga (kode). Nama

responden dirubah menjadi kode responden 0,1 02, 03,........ 10.

Membagikan kuesioner dengan memberikan kode, pengetahuan 1 : baik, 2

:cukup, 3 : kurang dan pemberian kode

c. Proses scoring (pemberian skor)

Penelitian memberikan skor / nilai terhadap jawaban benar telah diberikan

respon sesuai dengan aspek pengukuran benar yang telah ditentukan

pengetahuan, 1.Baik, bila pertanyaandijawab benar dengan skor 11-15,

2.Cukup, bila pertanyaan dijawab benar dengan skor 6-10, 3.Kurang, bila

pertanyaan benaran benar dengan skor 0-5.

d. Proses tabulating (tabulasi)

Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan

kesimpulan, data dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi.

3.9 Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk menunjang pembuktian hipotesa, dengan

menggunakan :

1. Analisa Univariat
44

Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran identitas

responden meliputi :,umur, agama, suku,

2. Analisa Bivariate

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan setiap variabel

independen dengan variabel dependen. Uji statistik dalam penelitian ini,

digunakan rumus chi square (kai kuadrat) untuk mengestimasi atau

mengevaluasi frekuensi yang diselidiki memiliki hubungan yang signifikan

atau tidak, dengan derajat kepercayaan 95%.

Uji kemaknaan digunakan batas kemaknaan sebesar 5% (0,05) :

a. Nilai P value < 0,05, maka Ho diterima yang artinya data sampel

mendukung adanya perbedaan bermakna (signifikan).

b. Nilai P value > 0,05, maka Ho ditolak yang artinya data sampel tidak

mendukung adanya perbedaan bermakna (tidak signifikan).


45

DAFTAR PUSTAKAN

Adityo, Dkk. (2020). Corona Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. (Jurnal;

Ilmu Penyakit Dalam, Univesitas Indonesia).

Karnen, Iris. (2020). Imunologi Dasar. (Buku; Fakultas Kedokteran, Univesitas

Indonesia).

Lia, Dkk. (2020). Analisis Gejala Klinis dan Peningkatan Kekebalan Tubuh untuk

Mencegah Penyakit Covid-19. (Jurnal; Kesehatan Masyarakat, FOK UNG,

Gorontalo).

dr. Dasdo Antonius Sinaga. (2020). Virus Corona. (Dokter Ahli Jantung dan

Pembuluh Darah, Rumah Sakit Swasta Pekan Baru).

Tri Astuti, & Dkk. (2020). Implikasi Manajemen KeTenaga Kesehatanan dalam

Penanganan Pasien Corona Virus Disease-19 (Covid-19): Litelature

Review. (Jurusan KeTenaga Kesehatanan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Surakarta).

Tsaqila. (2020). Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menangani Penyebaran Covid-

19. (Jurnal Ilmiah, Stikes Kendal).


46

Lampiran 1
47
48

Lampiran 2
49

Lampiran 3

Lampiran 4
50

INFORMED CONSENT

Perihal : Pemberian Informasi dan Persetujuan


Lampiran : 1 (satu ) lembar
Dengan hormat,
Nama Saya : Afif Effendi Siregar
Nim : 0801172239

Bersama surat ini peneliti mengajukan permohonan untuk melakukan

penelitian tentang “Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan Dengan Penanganan Pasien

Dimasa pandemi Covid - 19 Di Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan

Perjuangan Tahun 2021”. Peneliti memohon kesediaan tenaga kesehatan untuk

bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan. Kerahasiaan

data pribadi tenaga kesehatan akan sangat dijaga dan informasi yang peneliti

dapatkan akan digunakan sebagai data penelitian. Oleh karena itu, peneliti

berharap tenaga kesehatan yang akan menjadi responden memberikan jawaban

sesuai dengan yang ditentukan. Atas perhatian dan kerja sama untuk menjadi

responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

Medan , 2021
Hormat saya

(Afif Effendi Siregar)

Lampiran 5
51

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian Kesiapsiagaan

Petugas Kesehatan Dengan Penanganan Pasien Dimasa pandemi Covid - 19 Di

Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2021” maka

dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta

dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya

Medan,..................2021

( )

Lampiran 6
52

KUESIONER PENELITIAN
KESIAPSIAGAAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PENANGANAN
PASIEN DIMASA PANDEMI COVID - 19 SESUAI DENGAN STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR DI UPT PUSKESMAS SENTOSA BARU
KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN TAHUN 2021.

No Kuesioner :

Inisial :

Umur :

Bagian :

A. KESIAPSIAGAAN PETUGAS KESEHATAN

No Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan Skala Ukur ceklish


yang sesuai

1. Sop ( Standar Operasional Prosedur) Sesuai


Pengana Covid -19
Tidak sesuai

2. APD ( Alat Pelindung Diri) Digunakan


Tidak
Digunakan

B. PENANGANAN PASIEN DIMASA PANDEMI COVID - 19 SESUAI

DENGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

No Penanganan Pasien Dimasa Pandemi Skala Ukur ceklish


Covid - 19 Sesuai Dengan Standar yang sesuai
Operasional Prosedur
1. JAGA JARAK Dilakukan
Tidak Dilakukan

2. CUCI TANGAN Dilakukan


Tidak Dilakukan
53

3. PAKAI MASKER Dilakukan


Tidak Dilakukan

Anda mungkin juga menyukai