Anda di halaman 1dari 38

POSTERIOR

COMPOSITE
Drg. Arlina Nurhapsari.,SpKG
Indikasi
1. Ukuran karies dari kecil hingga sedang pada gigi
posterior
2. Incipient lesions
3. Gigi premolar dan molar pertama  cenderung estetik
4. Kelembaban pada daerah kerja dapat dikontrol
5. Tidak ada riwayat stress oklusal pada gigi yang akan
ditambal
6. Pada pasien dengan resiko karies rendah
7. Sebagai core untuk full crown
Kontraindikasi
1. Bila kontrol kelembaban sulit dilakukan
2. Lesi karies besar yang luas hingga permukaan akar
3. Gigi Pada daerah dengan stress oklusal yang tinggi
4. Pasien dengan resiko karies tinggi dan OHI buruk
5. Pasien dengan parafunctional habits seperti clenching
dan bruxism
Keuntungan
1. Estetik baik
2. Tidak mengambil jaringan gigi yng banyak  resorasi
adhesif
3. Penghantas suhu yang remdah sehingga
4. Perlekatan mikromekanikal  preparasi gigi lebih
mudah dan simpel
5. Lebih murah dibanding resorasi indirek
6. Karena perlekatan ahesi dengan gigi  meningkatkan
retensi dan kekuatan dari jaringan struktur sisa
7. Radioopak  terlihat di radiograf
Kerugian
1. Polymerization shrinkage yang terjadi setelah polimerisasi
komposit dapat :
a) Postoperative sensitivity
b) Secondary caries
c) Discoloration.
2. Teknik lebih sensitif daripada amalgam
3. Resistensi rendah terhadap pemakaian terutama komposit
mikrofill
4. Peletakan yang membutuhkan waktu lebih lama
5. Lebih mahal dibanding restorasi amalgam
Preparasi Kelas I
Tiga tipe preparasi
1. Conventional
2. Beveled conventional
3. Modified
Conventional preparation
• Untuk lesi karies sedang
• Hampir mirip dengan preparasi amalgam 
kedalaman preparasi minimal 1,5mm
• Perbedaan dengan prearasi amalgam :
a) Dimensi Faciolingual dari preparasi dijaga
tetap kecil ( ¼ jarak antar cusp)
b) Tidak membutuhkan dovetail atau retensi
lainnya
c) Preparasi dasar kavitas tidak harus tegak lurus
Bevel : Yes or No
Beveled conventional
• Bevel 45 derajat pada email
• Bevel yang dilakukan pada email :
a) Meningkatkan retensi (prisma email banyak yang
terbuka)
b) Reduksi microleakage
c) Meningkatkan estetik  batas antara tumpatan dan
restorasi samar
d) Meningkatkan kekuatan ikat
Modified
• Preparasi dilakukan hanya pada perluasan karies
dengan kedalaman 1mm
• Preparasi hanya menggunakan rounded corner
inverted cone bur
• Preparasi selesai :
a) Prepare walls converging occlusally.
b) Prepare rounded line angles.
c) Provide flat floor.
d) Produce minimal width faciolingually.
e) Provide occlusal marginal configuration.
Preparasi kelas II
Tahap :
• Menggunakan bur No.330 or 245 pear shaped bur
parallel
• Preparasi dengan kedalaman 1,5 mm
• Dinding oklusal dibuat konvergen dan cavosurface
tumpul
• Preparasi boks proksimal  menggunakan straight
fissure ke marginal ridge  bur tegak lurus dengan
dasar pulpa
• Lebar proksimal box 1.0 to 1.5 mm
• Gingival floor dijaga tetap flat dengan butt joint
cavosurface angle
• Pemberian bevel pada gingival floor tergantung dari
lokasi dan lebar gingival seat
 Jika gingival seat supragingival dan diatas CEJ  dapat
dilakukan bevel
 Jika gingival dekat dengan CEJ  tidak dilakukan bevel
untuk menjaga enamel pada daerah tersebut

Bentuk preparasi
Amalgam vs Composite
Modikifasi Kelas II
• Saucer-shaped class II  preparasi hanya sampai perluasan karies
dan dasar preparasi tidak rata kedalamannya
• Box shaped tooth preparation  pada karies yang hanya ada di
permukaan proksimal dan tanpa membutuhkan retensi sekunder
• Slot preparation  bila preparasi dapat dilakukan dari permukaan
fasial atau lingual  bur tegak lurus dengan aksis gigi dan
cavosurface angle 90°°
Preparasi Amalgam vs Composite
Kelemahan komposit
POLYMERIZATION SHRINKAGE

• C Factor
• Teknik penumpatan
• Penyinaran
C Factor
C Factor (Configuration Factor)
• Merupakan : Ratio antara bonded surface dengan
unbonded surface
• C factor ↑, shrinkage ↑
Teknik penumpatan
1. Incremental layering technique
2. Horizontal technique
3. U-shaped Layering Technique
4. Vertical Layering Technique
5. Oblique Technique
6. Three-site Technique
7. Successive Cusp Build-up Technique
8. Bulk Technique
Incremental layering technique
• Digunakan untuk restorasi komposit ukuran sedang –
besar
• Peletakkan komposit perlapis dengan ketebalan 2 mm
Keuntungan
a) Mendapatkan kualitas margin yang bagus
b) Mencegah deformasi pada dinding kavitas
c) Mendapatkan polimerisasi komposit yang baik
Horizontal technique

• Digunakan untuk restorasi kecil


• Teknik ini meningkatkan C-factor
U-shaped Layering Technique
• Lapisan pertama berbentuk U  diletakkan sebagai
dasar,pada gingival dan oklusal
• Lapisan berikutnya dapat diletakkan secara horizontal
dan oblique
Vertical Layering Technique
• Letakkan lapisan kecil secara vertikal pada salah satu
dinding ( bukal atau lingual)
• Penyinaran dilakukan dari dinding yang berlawanan
• Mengurangi celah pada dinding gingival
Oblique Technique
• Per lapisan dibentuk wedge-shaped composite untuk
mencegah deformasi pada dinding kavitas
• Pada teknik ini polimerisasi dimulai dari dinding kavitas
dan berakhir pada permukaan oklusal
Three-site Technique
• Teknik ini  polymerization vectors are directed
towards the gingival margin.
• Teknik ini menggunakan clear matrix and reflective
wedges.
Successive Cusp Build-up Technique
• Lapisan pertama
diapkilasikan pada
permukaan dentin tanpa
mengenai dinding kavitas
• Kemudian dilakukan built
up komposit per cusp
• Teknik ini meminimalkan C
factor
Bulk Technique
• Dapat mengurangi stress pada cavosurface margins.
• Direkomendasikan untuk packable composites.
PENYINARAN
Light curing unit
1. Tungsten-quartz halogen (TQH) curing unit
 panjang gelombang 410 to 500 nm
 Intensitas 400-900 mW/cm2
2. Plasma arc curing (PAC) unit
 Panjang gelombang 450-500 nm
 Intensitas 1800 mW/cm2
3. Light emitting diode (LED) unit
 Panjang gelombang 455 - 486 nm
4. Argon laser curing unit.
 Panjang gelombang 470 nm
 Intensitas 200 to 300 mW
Jarak penyinaran
• Rekomendasi jarak antara light cure dengan komposit adalah 1mm
Sudut penyinaran

Penyinaran dilakukan dari berbagai sisi dari proksimal box


agar mendapat polimerisasi yang baik
Intensitas sinar
• Intensitas sinar menurun bila jarak tambah jauh

• Jika kavitas dalam gunakan intensitas tinggi ( sekitar 600 mW/cm2)

• Intensitas lampu berkurang seiring usia lampu


Kesalahan
pada komposit

Anda mungkin juga menyukai