Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MIKOLOGI

MIKOSIS SISTEMIK

Dosen Pengampu :
1. Dewi Inderiati,S.Si,M.Biomed
2. Ni Putu A.S.ST, M. Biomed

Disusun Oleh :
Nur Eka Khoirina P3.73.34.1.20.031
D3-Teknologi Laboratorium Medis

Poltekkes Kemenkes Jakarta III


Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentang “MIKOSIS SISTEMIK”. Guna memenuhi
tugas mata kuliah Mikologi.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca.

Bekasi, 16 februari 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................6
1.3 Tujuan ....................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mikosis Sistemik..................................................................................7

2.2 Macam-macam Mikosis sistemik oportunistik dan Respirasi endemik.................7

2.3 Aspek/gangguan Kulit pada Mikosis Opportunistik Sistemik...............................8

2.4 Aspek/gangguan Kulit Pada Mikosis Respirasi Endemik .....................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 31

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikosis adalah infeksi akibat jamur. Kondisi ini bisa terjadi pada permukaan kulit maupun
organ dalam manusia. Mycoses atau mikosis terjadi ketika jamur yang tumbuh dalam tubuh
manusia terlalu banyak dan tidak dapat dilawan oleh sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini
sering dialami oleh kalangan orang dengan sistem imun yang melemah atau terganggu.Pada
umumnya, mikosis tidak berbahaya. Gejalanya bisa berupa kulit yang mengalami iritasi,
gatal, bersisik, hingga bentol-bentol.Infeksi jamur dapat disembuhkan dengan obat-obatan
antijamur. Obat ini tersedia dalam bentuk topikal (oles) dan obat minum.

Secara umum, tanda dan gejala mikosis bisa berupa: Iritasi kulit, Kulit bersisik, Kemerahan
pada kulit, Gatal-gatal, Pembengkakan, serta Bentol-bentol.

Gejala mikosis berdasarkan jenis infeksi jamur yang terjadi

Mikosis dapat terjadi di bagian tubuh mana saja dengan gejala yang hampir sama.
Perbedaannya hanyalah pada lokasi infeksi jamur terjadi. Beberapa jenis mikosis yang
paling sering muncul meliputi:

1. Panu (bagian luar/kulit)

Panu adalah infeksi jamur yang terjadi pada permukaan kulit. Dalam dunia medis, penyakit
ini disebut pityriasis versicolor.Gejala panu berupa bercak-bercak berwarna lebih terang
(hipopigmentasi) atau lebih gelap (hiperpigmentasi) dari kulit di sekelilingnya. Bercak juga
dapat berwarna kemerahan.

2. Mikosis pada organ dalam

Infeksi jamur juga bisa terjadi pada organ-organ dalam tubuh manusia. Salah satu contohnya
adalah infeksi jamur di paru-paru.Mikosis di paru-paru bisa menyebabkan gejala seperti
batuk, demam, sesak napas, hingga penurunan berat badan. Infeksi ini terjadi ketika
seseorang tidak sengaja menghirup spora jamur ke dalam paru-paru. Misalnya, spora jamur

4
dari kotoran burung.Infeksi jamur di organ dalam lebih berbahaya daripada mikosis pada
permukaan kulit. Oleh karena itu, pengobatannya harus dilakukan secepat mungkin. 

Penyebab utama mikosis adalah infeksi jamur. Jamur bisa hidup di tempat yang kotor
dan lembap, tumbuh-tumbuhan, permukaan lantai, maupun di permukaan kulit
manusia.Beberapa jenis jamur tumbuh secara alami pada tubuh manusia dan tidak
menimbulkan penyakit. Namun jika jumlahnya berkembang secara berlebihan, jamur akan
menimbulkan gejala yang mengganggu kenyamanan.Sejumlah jamur juga dapat melepaskan
spora ke udara. Spora ini bisa terhirup sehingga menyebabkan infeksi jamur di dalam
tubuh.Mikosis juga dapat ditularkan melalui kontak dengan manusia, atau hewan yang telah
terinfeksi, serta permukaan benda yang tercemar oleh jamur. 

Faktor risiko mikosis


Beberapa faktor di bawah ini dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena mikosis:

 Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena usia tua, mengidap diabetes, HIV
dan AIDS, atau menjalani prosedur kemoterapi
 Konsumsi obat-obatan imunosupresan (penekan sistem imun), contohnya pada orang
yang telah menjalani prosedur transplantasi organ
 Mengidap penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Diagnosis mikosis dapat dipastikan oleh dokter dengan cara:

 Wawancara mengenai gejala infeksi jamur dan faktor risikonya.


 Pemeriksaan fisik pada bagian yang mengalami gejala mikosis.
 Pemeriksaan dengan lampu ultraviolet (UV) untuk mencari ada tidaknya spora jamur di
permukaan kulit.
 Biopsi, yakni mengambil sampel jaringan dari kulit atau kuku yang terinfeksi.
 Kultur jamur.
 Tes darah.
 Rontgen dada bila infeksi jamur dicurigai terjadi pada paru-paru.

5
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari mikosis sistemik ?
B. Apa saja jenis-jenis mikosis sistemik opportunistic ?
A. Apa saja jenis-jenis mikosis respirasi endemic ?
C. Bagaimana pemeriksaan gangguan kulit pada mikosis opportunstik ?
D. Baggaimana pemeriksaan gangguan kulit pada mikosis respirasi
endemik?

1.3 Tujuan
B. Untuk memahami dan menjelaskan tentang mikosis sistemik.
C. Untuk memahami dan menjelaskan jenis-jenis mikosis sistemik
opportunistik.
D. Untuk memahami dan menjelaskan jenis-jenis mikosis respirasi
endemik.
E. Untuk memahami dan menjelaskan aspek/gangguan kulit pada mikosis
sistemik opportunistik.
F. Untuk memahami dan menjelaskan aspek/gangguan kulit pada respirasi
endemik.

6
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Mikosis Sistemik
Mikosis sistemik merupakan infeksi jamur yang pintu awal masuk ke tubuh biasanya
pada lokasi yang dalam seperti paru-paru, saluran pencernaan, atau sinus paranasalis. Jamur ini
dapat menyebar melalui aliran darah sehingga menimbulkan infeksi yang menyeluruh.
Mikosis sistemik adalah mikosis/ infeksi yang menyerang organ-organ dalam seperti
jarigan subcutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus dan vagina.
Pada prinsipnya ada dua variasi utama dari mikosis sistemik yaitu mikosis oportunistik dan
mikosis respirasi endemik.

2.2 Macam-macam Mikosis sistemik oportunistik dan Respirasi Endemik


Mikosis sistemik oportunistik yang paling banyak ditemukan pada manusia adalah
kandidiasis sistemik atau profunda, aspergilosis, dan zygomikosis sistemik. Mikosis-mikosis ini
menyerang pasien-pasien yang dilatarbelakangi oleh penyakit yang berat, seperti keadaan AIDS,
neutrofeni oleh karena keganasan, transplantasi organ padat, atau pembedahan yang luas. Saat
terapi kombinasi antiretrovirus digunakan, insiden mikosis sistemik pada pasien yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menurun secara signifikan. Pada pasien-pasien
neutrofeni, jamur-jamur lain terkadang juga dapat menyebabkan infeksi. Perbedaan kondisi yang
melatarbelakanginya menjadi predisposisi terhadap mikosis yang berbeda juga, dan skemanya
ditampilkan pada tabel 190-2. Secara umum, sebagian besar infeksi oportunistik ini jarang
melibatkan kulit, meskipun infeksi dapat terjadi pada lingkungan dan cuaca apapun. Manifestasi
klinis dari mikosis oportunistik juga bervariasi karena tergantung pada lokasi masuknya
organisme dan penyakit yang melatarbelakanginya.
Tabel 190-2
Predisposisi yang Mendasari dan Mikosis Sistemik Oportunistik

Predisposisi Infeksi
Neutrofeni (apapun penyebabnya) defek Aspergillosis, kandidiasis orofaring dan/atau
fungsi netrofil sistemik, zygomycosis, infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme yang jarang
Limfopeni CD4 (misalnya sindrom Kandidiasis orofaring, cryptococcosis, dan mikosis
imunodefisiensi yang didapat) respirasi yang endemik seperti histoplasmosis,
nocardiosis

Diabetes Melitus Zygomycosis

Operasi Katup Jantung Bervariasi, terutama Candida albicans dan non-


albicans candida sp.

7
Operasi Perut Kandidiasis

Mikosis respirasi endemik antara lain histoplasmosis (tipe klasik dan afrika),
blastomycosis, coccidioidomycosis, paracoccidioidomycosis dan infeksi yang disebabkan oleh
Penicillium marneffei. Manifestasi klinis dari infeksi-infeksi ini dipengaruhi oleh status imun
yang melatarbelakanginya dan banyak didapatkan pada kondisi imunodefisiensi, terutama AIDS.
Meskipun demikian, mereka mempunyai pola klinis yang mirip pada semua infeksi. Infeksi-
infeksi ini juga dapat menyerang individu yang sehat. Infeksi mempunyai area endemik yang
berbatas jelas yang ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung daya hidup organisme
penyebab di lingkungan, seperti cuaca. Rute infeksi yang sering adalah melalui paru-paru
(Gambar 190-8).

Gambar 190-8. Rute infeksi dan penyebaran ke kulit oleh mikosis (respirasi) endemik. CNS = Central
Nervous System.

Pada prinsipnya, karena adanya kecenderungan dari kedua kelompok infeksi untuk terjadi
pada pasien yang mempunyai predisposisi, perbedaan antara mikosis oportunistik dan sistemik
menjadi kabur. Hal ini terutama terjadi pada kasus cryptococcosis yang mempunyai gambaran
klinis dan patologi dari dua tipe mikosis sistemik respirasi, akan tetapi saat ini terutama
didapatkan pada pasien-pasien AIDS.

2.3 ASPEK KULIT PADA MIKOSIS OPPORTUNISTIK SISTEMIK


Lesi-lesi kulit tidak umum terjadi pada infeksi jamur opportunistik tetapi dapat terjadi
pada beberapa pasien, khususnya pada kelompok-kelompok dengan predisposisi tertentu.
Ketika lesi timbul, kehadirannya sangat membantu, karena mungkin lesi-lesi ini dapat dibiopsi
dengan mudah untuk menegakkan diagnosis.

8
A. KANDIDIASIS SISTEMIK
Kandidiasis sistemik terjadi akibat penyebaran spesies kandida dari saluran pencernaan
atau melalui peredaran darah. Lesi-lesi kulit terjadi khususnya pada dua situasi : (1) pada pasien
neutrofeni, dimana sering dengan penyakit diseminata yang berat dan dengan nodus dikulit yang
meluas dan berhubungan dengan nyeri otot, (2) penyalahgunaan obat intravena, kandidiasis
dapat terlihat sebagai ruam folikular, pustular pada daerah janggut dan kulit kepala. Lesi-lesi
yang lain meliputi deposit retina dan vitreal dan abses di sekitar costochondral junction.
Kandidiasis sistemik biasanya diterapi dengan amfoterisin B intravena (konvensional atau
lipid-associated) atau fluconazol. Resistensi beberapa obat azol, seperti flucanazol dan
ketokonazol, adalah sering pada non albican's candida sp. tertentu dan obat-obat anti jamur harus
dihindari pada infeksi yang disebabkan oleh spesies ini.

B. ZYGOMYCOSIS (MUCORMYCOSIS, PHYCOMYCOSIS)


Zygomycosis adalah penyakit yang jarang, disebabkan oleh jamur zygomycetes seperti
Rhizomucor, Absidia dan Rhizopus, Cunninghamdla berthollettiae dan Saksanea Vasifornis
adalah penyebab yang jarang. Zygomycetes menyebabkan penyakit pada pasien-pasien dengan
kontrol diabetes yang jelek, netropeni, atau penyakit ginjal. Telah dilaporkan adanya invasi
langsung melalui abrasi setelah terjadinya trauma karena bencana alam (seperti, tanah longsor
atau tsunami). Penyakit ini dapat menyerang daerah-daerah nekrotik yang terbakar atau kulit
wajah secara sekunder pada infeksi invasif pada sinus paranasal (Gambar 190-19).

Gambar 190-19. Mucormycosis. A. Wajah dari seorang wanita muda dengan diabetes melitus
menunjukkan proptosis, edema fasialis unilateral, kelumpuhan fasialis sisi kanan dihubungkan dengan
infeksi yang dimulai di sinus maksilaris kanan. B. Ulkus. C. Hifa pada jaringan.

9
` Infeksi zygomycetes juga dapat disebabkan oleh kontak yang dekat antara kulit dengan
bahan-bahan pakaian yang telah terkonntaminasi R. rhizopodiformis atau dengan penekan lidah
terbuat dari kayu pada kasus-kasus R.microsporus. Jamur Zygomycetes mempunyai suatu
kecenderungan untuk menyerang pembuluh darah, menyebabkan infark yang luas. Infeksi
mungkin mempunyai respon dengan amfoterisin intra vena dan baru-baru ini didapatkan bahwa
formulasi lipid assosiated amfoterisin B dapat membantu.

MIKOSIS OPPORTUNISTIK YANG LAIN


Jamur lain yang menyebabkan infeksi sistemik juga dapat menimbulkan lesi-lesi di kulit
karena penyebaran melalui aliran darah. Organisme yang paling dikenal adalah Aspergillus,
Scedosporium, Trichosporon, dan Fusarium. Infeksi kulit ini terlihat terutama pada pasien
immunokompromise yang berat seperti pasien dengan netropenia.
Aspergillus dapat menyebabkan lesi-lesi nekrotik yang luas seperti ektima gangrenosum,
tetapi papul-papul lebih kecil dan abses dingin juga dapat terjadi. Infeksi Fusarium
menghasilkan lesi-lesi menyerupai lesi target dengan distribusi luas yang dapat mengalami
nekrosis sentral dan pada beberapa kasus dapat terjadi selulitis digitalis dan superficial white
onychomycosis. Pengobatan untuk semua infeksi ini biasanya adalah amfoterisin B.

TEMUAN LABORATORIUM
Konfirmasi pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis menemui banyak kesulitan terutama
karena banyaknya organisme yang komensal juga pada manusia; karena infeksi ini terjadi pada
pasien dengan sakit yang berat, kemampuan untuk memproduksi titer antibodi yang diagnostik
sangat lemah. Interpretasi dari data laboratorium sangat sulit dan harus selalu dihubungkan
dengan keadaan klinis pasien. Idealnya diagnosis histologi harus dibuat meskipun biopsi
mungkin tidak memungkinkan karena risiko pendarahan. Pada banyak kasus diagnosis mikosis
sistemik bersifat presumtif dan oleh karena itu pengobatan diberikan secara empiris.

C. ACTINOMYCOSIS DAN NOCARDIOSIS


Actinomycosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri filamentosa yang membentuk
granula-granula yang besar (sulfur granules) pada rongga abses. Drainase sinus berhubungan
dari pusat abses ke permukaan kulit atau mukosa. Nocardiosis adalah infeksi akut dan kronik
yang juga disebabkan oleh bakteri filamentosa. Infeksi ini menyebabkan infeksi kulit yang

10
terlokalisasi, infeksi subkutan dan infeksi sistemik. Actinomycosis dan Nocardiosis didiskusikan
secara mendetail pada bab 185 dan versi on-line.

2.4 ASPEK KULIT PADA MIKOSIS RESPIRASI ENDEMIK


A. HISTOPLASMOSIS
Jamur dari genus histoplasma yang dimorfik menyebabkan sejumlah infeksi yang
berbeda pada binatang dan manusia. Rentangnya mulai dari equine farcy atau equine
histoplasmosis, merupakan infeksi diseminata pada kuda yang disebabkan oleh Histoplasma
farciminosum sampai dua bentuk infeksi pada manusia yang dikenal classic atau small-form
histoplasmosis dan african histoplasmosis. Infeksi ini disebabkan berturut-turut oleh dua varian
dari H. capsulatum : H. capsulatum var. capsulatum dan H. capsulatum var. duboisii. Keduanya
dapat dibedakan karena pada fase ragi (yeast) memiliki perbedaan dalam hal ukuran, tipe
capsulatum menghasilkan sel-sel dengan diameter 2-5 µm dan tipe duboisii menghasilkan sel-
sel dengan diameter 10-15 µm. Perbedaan lain yang penting adalah epidemiologinya dan
manifestasi klinisnya. Keduanya juga menunjukkan perbedaan antigen minor yang terlihat pada
serodiagnosis namun fase miselialnya sama. Dua tipe infeksi pada manuasia akan disebut
sebagai histoplasmosis dan african histoplasmosis karena saat ini nomenklatur ini telah
digunakan secara luas.
Small-form atau Classic Histoplasmosis atau Histoplasmosis Capsulati
Histoplasmosis terjadi dari infeksi oleh jamur dimorfik H. capsulatum var. capsulatum. Status
seksual dari jamur ini, Ajellomyces capsulatus, juga telah diketahui. Infeksi awal berupa infeksi
paru-paru, yang pada sebagian besar individu bersifat asimtomatik dan dapat sembuh secara
spontan, satu-satunya tanda bahwa telah terjadinya paparan adalah terbentuknya reaksi tes
kulit intradermal yang positif terhadap ekstrak antigenik jamur, histoplasmin. Meskipun
demikian, ada juga yang bersifat simtomatik, seperti penyakit histoplasmosis paru yang bersifat
akut dan kronik, termasuk infeksi diseminata yang dapat menyebar ke kulit atau membran
mukosa. Inokulasi langsung pada kulit dapat terjadi akibat kecelakaan laboratorium.

11
EPIDEMIOLOGI.
Histoplasmosis dapat terjadi pada banyak negara dari amerika sampai afrika, india dan timur
jauh. Di Amerika serikat, mississipi dan lembah sungai ohio, merupakan wilayah histoplasmosis
endemik dimana lebih dari 80% populasinya mengalami infeksi yang asimtomatik. Tingkat
paparan yang terjadi di amerika selatan bagian utara dan beberapa pulau karibia dan daerah
endemik lain mempunya paparan lebih rendah. Histoplasmosis tidak ditemukan di eropa. H.
capsulatum merupakan saprofit lingkungan yang dapat diisolasi dari tanah, tertama setelah
terkontaminasi oleh ekskreta burung atau kelelawar. Penyakit ini biasanya didapat melalui
inhalasi spora dan epidemik dari infeksi pernafasan dapat terjadi pada orang-orang yang
terpapar terhadap lingkungan yang banyak mengandung spora, ketika menjelajahi gua atau
membersihkan lokasi yang banyak terkontaminasi oleh hinggapnya burung-burung seperti
ranting pohon dan bangunan tua yang telah rusak. Meskipun setiap orang bisa mendapat
histoplasmosis lewat inhalasi, akan tetapi infeksi diseminata terjadi pada pasien-pasien dengan
penyakit yang mengganggu imunitas seluler, seperti AIDS atau limfoma.

TEMUAN KLINIS.
Spektrum histoplasmosis terdiri dari infeksi asimtomatik, infeksi simtomatik jinak dan berbagai
tipe diseminata yang progresif dengan penyebaran melalui aliran darah ke multipel organ. Lesi
kulit dapat terjadi sebagai akibat pembentukan kompleks imun pada infeksi primer (eritema
multiforme) atau dari penyebaran langsung setelah perluasan infeksi dari paru-paru; infeksi
dapat juga terjadi karena inokulasi pada kulit, meskipun jarang.
Bentuk asimtomatik dari histoplasmosis, secara definisi, tanpa tanda atau gejala, namun
telah terpapar, biasanya menunjukkan tes kulit histoplasmin yang positif. Persentase reaktsi tes
kulit pada komunitas menandakan kemungkinan paparan, dan pada daerah endemik,
persentasenya berkisar dari 5-90%. Kadang-kadang, nodul paru asimtomatik yang diangkat saat
eksplorasi pembedahan atau otopsi didapatkan mengandung histoplasma.

12
 Histoplasmosis Paru Akut
Pada histoplasmosis paru akut, pasien sering terpapar dengan sejumlah besar spora misalnya
saat memasuki gua atau setelah membersihkan sarang burung. Pasien mengalami batuk, nyeri
dada, dan demam, sering disertai dengan nyeri sendi dan ruam- eritema toksik, eritema
multiforme, atau eritema nodusum. Kejadian ruam pada kulit tidak sering ditemukan, terjadi
pada kurang dari 15% pasien, akan tetapi ruam dapat dipicu oleh terapi infeksi akut. Pada
pemeriksaan x-ray dada, sering didapatkan mottling yang luas, yang dapat menjadi kalsifikasi
seiring dengan waktu.

 Histoplasmosis Paru Kronik


Histoplasmosis paru kronik biasanya terjadi pada orang dewasa dan menunjukan kavitas dan
konsolidasi paru yang menyerupai tuberkulosis. Keterlibatan kulit tidak ditemukan.

 Histoplasmosis Diseminata Akut


Pada pasien dengan histoplasmosis diseminata akut, terjadi penyebaran diseminata ke organ-
organ lain seperti hati dan limfe, sitem limforetikuler dan sumsum tulang. Pasien mengalami
penurunan berat badan yang progresif dan demam. Bentuk ini adalah tipe yang paling sering
terjadi pada pasien-pasien AIDS yang tidak diobati, yang mana sering terdapat lesi kulit sebagai
manifestasi dari infeksi diseminata (Gambar 190-9). Terdapat papul, nodul kecil atau lesi kecil
menyerupai muluskum yang selanjutnya dapat berkembang menjadi ulkus yang dangkal. Lesi
kulit ini lebih sering terjadi pada pasien positif HIV dibandingkan dengan histoplasmosis
diseminata lainnya. Mikronoduler infiltrat paru yang luas juga dapat terjadi. Pasien mengalami
penurunan berat badan yang progresif dan berat, demam, anemia dan hepatosplenomegali.
Perbedaan antara histoplasmosis diseminata akut dan kronik bersifat artifisial karena
kondisi ini hanya menunjukkan perbedaan kebiasaan yang ekstrem, dengan progresi yang
terjadi lebih dari beberapa bulan pada bentuk yang akut, dan lebih dari beberapa tahun pada
bentuk yang kronik. Bentuk intermediat dapat mengenai organ-organ lain seperti selaput otak
dan jantung.

13
Gambar 190-9. Histoplasmosis, diseminata. Papul-papul keratotik eritematosa yang multipel dan plak-
plak kecil yang menyerupai pola psoriasis gutata terlihat pada dada dan lengan seorang laki-laki dengan
penyakit HIV yang lanjut.

 Histoplasmosis Diseminata Kronik


Histoplasmosis diseminata kronik dapat terlihat berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah
pasien meninggalkan area endemik. Gambaran klinis yang paling sering didapatkan adalah ulkus
oral atau faring dan insufisiensi adrenal (penyakit addison) karena infiltrasi adrenal. Ulkus-ulkus
pada mulut biasanya lebar, ireguler, dan persisten dan dapat menyerang lidah begitu juga
dengan mukosa pipi. Pasien dapat terlihat sehat, namun penting untuk ditelusuri adanya infeksi
di tempat lain (misalnya dengan CT Scan abdomen). Infeksi adrenal harus dapat disingkirkan.

 Histoplasmosis Kulit Primer


Histoplasmosis kulit primer jarang ditemukan dan terjadi setelah inokulasi dari organisme ke
kulit, misalnya setelah kecelakaan laboratorium atau infeksi didapat dari ruangan postmortem.
Lesi primer berupa nodul atau ulkus yang berindurasi, dan sering didapatkan limfadenopati
lokal.

DIAGNOSIS BANDING.
Organisme ini mempunyai ukuran yang sama dengan sejumlah organisme lain yang
menyebabkan mikosis profunda seperti P. Marnaffei dan bentuk kecil dari Blastomyces dan
Cryptococcus (lihat pemeriksaan laboratorium). Organisme ini juga mempunyai ukuran yang
sama dengan Leishmania sp., dan pada daerah tropis, penyakit kala-azar merupakan diagnosis

14
banding yang penting. Temuan ini menegaskan pentingnya melakukan pemeriksaan
laboratorium yang sesuai untuk mengkonfirmasi diagnosis.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Diagnosis histoplasmosis ditegakkan dengan mengidentifikasi sel menyerupai ragi intraseluler
yang kecil dari histoplasma di sputum, darah perifer, sumsum tulang dan spesimen biopsi.
Histoplasma harus dibedakan dari P. Marneffei karena kedua organisme mempunyai ukuran
yang sama, meskipun P. Marneffei memperlihatkan bentukan septa yang karakteristik. Identitas
dari organisme harus dikonfirmasi dengan kultur, ia tumbuh sebagai sebuah mold pada
temperatur ruangan. Koloni yang putih, seperti kapas terbentuk pada temperatur ruangan di
agar glukosa sabouraud untuk menghasilkan 2 tipe spora, yang lebih lebar (8-15µm), bulat,
makrokonidia tuberkulatum tipikal; mikrokonidia yang lebih kecil yang menular. Konfirmasi
identitas harus menyertakan didapatkannya produksi diffusing exoantigen dengan
immunodifusion assay (tes eksoantigen). Kultur pada fase miselial dari H. capsulatum sangat
infectious, dan laboratorium yang menerima spesimen itu harus diperingatkan tentang diagnosis
yang dicurigai.
Tes kulit intradermal histoplasmin merupakan alat epidemiologik, namun tidak membantu dalam
mendiagnosis. Pada pasien histoplasmosis diseminata, tes tersebut sering negatif. Sebaliknya
pemeriksaan serologi sering berguna untuk diagnosis. Adanya peningkatan titer fiksasi
komplemen mengindikasikan penyebaran. Deteksi presipitin melalui imunodifusi juga berguna
karena adanya antibodi spesifik terhadap antigen H dan M berkorelasi dengan infeksi aktif atau
infeksi yang baru terjadi. Perkembangan baru, terutama yang berguna pada pasien AIDS, adalah
ditemukannya pemeriksaan tes serologik untuk mendeteksi antigen histoplasma pada sirkulasi.
Pada potongan histopatologik, H. capsulatum merupakan parasit intrasel sering terlihat dalam
makrofag. Sel tersebut lebih kecil (diameter 2-4µm) dan berbentuk oval dengan buds/pucuk
kecil (Gambar 190-10). Bentuk miselial jarang terlihat pada jaringan.

15
Gambar-190-10. Histoplasmosis, diseminata. Spesimen biopsi lesi memperlihatkan makrofag-makrofag
dermisyang penuh sesak dengan lusinan bentuk ragi yang tipis dari histoplasma capsulatum (panah).
African Histoplasmosis (Large-Form Histoplasmosis atau Histoplasmosis Duboisii)
African histoplasmosis merupakan infeksi yang sporadik dan jarang pada pasien-pasien AIDS.
Infeksi ini ditemukan mulai dari daerah selatan sahara dan sebelah utara Sungai Zambezi di
afrika. Infeksi yang terdapat di luar afrika berasal dari afrika. Lokasi yang paling sering terkena
secara klinis adalah kulit dan tulang, meskipun limfonodi dan organ lain, termasuk paru-paru,
dapat terkena. Lesi kulit bervariasi mulai dari bentuk papul kecil yang menyerupai moluskum
kontagiosum sampai abses dingin, sinus yang mengeluarkan cairan, atau ulkus. Masih belum
jelas diketahui apakah terdapat bentuk asimtomatis dari african histoplasmosis seperti yang
didapatkan pada classic histoplasmosis. Diagnosis dikonfirmasi dengan kultur dan mikroskopis
(mikroskopi langsung atau histopatologi). Organisme H. capsulatum var. duboisii berbeda
dengan bentuk capsulatum yang ukurannya lebih kecil. Organisme ini biasanya mempunyai
diameter 10-15µm, sekilas seperti buah pir, dan berkelompok dalam sel giant. Serologi
histoplasma, menggunakan tes konvensional, sering memberi hasil negatif pada african
histoplasmosis.

PENGOBATAN.
Pilihan pengobatan untuk histoplasmosis tergantung dari tingkat beratnya penyakit. Pada
pasien dengan beberapa bentuk diseminata atau bentuk terlokalisir, itrakonazol oral (200-400
mg perhari) sangat efektif. Obat ini juga digunakan untuk pengobatan supresi jangka panjang
pasien AIDS setelah pengobatan primer baik dengan itrakonazol atau amfoterisisn B. Apabila
didapatkan hitung CD4 tidak menurun pada pasien yang sedang dalam pengobatan Highly
Active Anti-Retroviral Therapy (HAART), maka pengobatan supresif dapat dihentikan. Pada
penyakit AIDS, beberapa pasien mendapatkan pengobatan untuk histoplasmosis, sebuah

16
immune reconstitution syndrome dilaporkan setelah memulai terapi HAART dengan gejala
obstruksi intestinal, uveitis dan arthralgia. Pemberian amfoterisin B intravena (sampai dengan
1 mg/kg perhari) diberikan pada pasien yang mengalami infeksi yang menyebar luas dan berat
dan merupakan terapi alternatif yang utama. Ketokonazol dan itrakonazol juga efektif pada
banyak kasus. Pada african histoplasmosis, itrakonazol juga merupakan terapi pilihan, tetapi
sekali lagi, pada kasus yang berat, amfoterisin B merupakan pilihan.

B. Blastomycosis (North American Blastomycosis, Gilchrist Disease)


Blastomycosis adalah mikosis kronik yang disebabkan oleh patogen dimorfik Blastomyces
dermatitidis. Tempat utamanya pada paru-paru tetapi bentuk infeksi yang diseminata dapat
mengenai kulit, tulang, CNS dan tempat-tempat lain.

EPIDEMIOLOGI
Blastomycosis ditemukan di Amerika Utara dan Kanada. Sebagian besar kasus
diperkirakan berasal dari Regio Great Lakes dan Amerika Serikat bagian selatan. Blastomycosis
juga terjadi secara sporadik di Afrika, dengan jumlah kasus yang paling besar berasal dari
Zimbabwe, dan kasus ini juga telah dilaporkan dari Timur Tengah dan India.
Diperkirakan bahwa habitat alami Blastomyces berhubungan dengan serbuk-serbuk kayu
dan berada dekat dengan sungai atau danau atau pada daerah-daerah yang mengalami banjir
secara periodik. Walaupun demikian, sulit untuk mengisolasi bentuk Blastomyces dari
lingkungan alami. Blastomycosis juga dapat mengenai binatang-binatang peliharaan seperti
anjing.

MANIFESTASI KLINIS
Seperti histoplasmosis, terdapat juga bentuk infeksi subklinis; prevalensinya tidak dapat
diterangkan secara mendetail disebabkan oleh karena kelangkaan antigen Blastomyces untuk tes
kulit (skin test) dan perluasan reaksi silang antigen dengan jamur seperti Histoplasma.
Blastomycosis kulit primer umumnya sangat jarang dan menyertai trauma pada kulit dan diikuti

17
oleh masuknya jamur, sebagai contoh, pada pekerja laboratorium atau ahli patologi. Setelah
inokulasi, dalam 1-2 minggu terlihat daerah eritema, dengan indurasi dan ulkus yang disertai
limfangitis dan limfadenopati.
Secara klinis blastomycosis paru sangat mirip dengan tuberkulosis paru. Bisa tanpa gejala
atau ada demam yang ringan, nyeri dada, batuk dan hemoptisis namun tidak seperti
histoplasmosis, blastomycosis sering terjadi bersamaan dengan penyakit diseminata. Lesi-lesi
kulit merupakan gambaran yang sering didapatkan pada blastomycosis diseminata. Lesi kulit
sering simetris dan biasanya mengenai wajah dan ekstremitas. Lesi awalnya adalah papul atau
nodus yang dapat mengalami ulserasi dan mengeluarkan nanah. Sejalan dengan waktu, lesi ini
meluas membentuk lesi hiperkeratotik, sering dengan ulserasi dan/atau parut di bagian tengah.
(Gambar 190-11 dan 190-12).

Gambar 190-11. Blastomycosis. Plak yang Gambar 190-12. Blastomycosis


mengalami peradangan dengan ulserasi Plak verukosa kronik pada pipi.
menyerupai piderma gangrenosum

Lesi pada mulut jarang terlihat. Lesi kulit multipel sering ditemukan pada infeksi diseminata.
Pasien-pasien lain dapat menunjukkan nodul dan abses, pada beberapa pasien muncul lesi yang
memiliki morfologi berbeda-beda. Blastomycosis yang melibatkan kulit dan tulang frekuensinya
lebih tinggi pada pasien-pasien di Afrika. Meskipun blastomycosis dapat mengenai setiap organ,
tempat-tempat lain yang sering diserang meliputi tulang, epididimis dan kelenjar adrenal. Jarang
terjadi penyebaran secara cepat dengan melibatkan multipel organ dan B. dermatitidis dapat
mengakibatkan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Lesi-lesi kulit pada penyakit
diseminata yang menyebar luas biasanya berupa papul, abses dan ulkus kecil. Blastomycosis
yang menyebar luas terjadi pada pasien AIDS, tetapi ini sangat jarang.

18
DIAGNOSIS BANDING
Granuloma kulit kronik harus dibedakan dengan bentuk yang disebabkan oleh tuberkulosis,
mikosis profunda lain, kanker kulit non melanoma, pioderma gangrenosum dan reaksi-reaksi
obat yang disebabkan bromida dan iodida.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Jamur dapat ditemukan dengan pemeriksaan KOH dari pus, kerokan kulit atau sputum, berupa
sel yang berbentuk seperti bola (spherical) refraktil dan berdinding tebal dengan broad-based
buds (Gambar 190-13).

Gambar 190-13. Preparat langsung (KOH) dari Blastomyces (tanda panah)

Pada kultur, jamur tumbuh seperti jamur miselial dalam suhu ruangan, menghasilkan konidia
yang kecil, bulat, seperti buah pear. Pada temperatur lebih tinggi [370C (98,60F)] dan enriched
media menghasilkan bentuk ragi (yeast) dengan kuncup (buds) yang khas. Pada potongan
jaringan organisme yang tipikal dengan buds yang lebar dapat ditemukan, walaupun perlu
melihat beberapa lapangan pandang untuk menemukan sel-sel yang khas. Sel-sel ini sering
ditemukan pada sel raksasa (giants cell) atau dikelilingi banyak neutrofil (Gambar 190-14).

19
Gambar 190-14. Blastomycosis. Spesimen biopsi dari lesi menunjukkan bentukan budding yeast
(pewarnaan dengan Gomori Methenamine Silver).

Adanya antibodi terhadap B.dermatitidis sering ditemukan dalam serum pasien-pasien yang
terinfeksi dan garis precipitin yang karakteristik, pita E, sering ditemukan dalam proporsi yang
tinggi pada kasus yang telah terbukti; bisa juga dilakukan pemeriksaan enzim-linked
immunosorbent assay untuk blastomycosis. Salah satu masalah pada serodiagnosis blastomycosis
adalah tingginya jumlah reaksi positif palsu pada orang-orang yang tidak terinfeksi dan reaksi
silang dengan jamur lain.

PENGOBATAN.
Pengobatannya sama dengan yang digunakan pada histoplasmosis, itrakonazol (200-400 mg
perhari) digunakan pada infeksi yang kurang berat atau pada penyebaran lokal. Pengobatan
biasanya diberikan paling sedikit 6 bulan. Pengamatan diperlukan karena penyakit ini dapat
kambuh kembali, khususnya pada tempat-tempat infeksi bagian dalam atau pada pasien dengan
imunosupresi. Amfoterisin B (sampai dengan 1mg/kg perhari) umumnya digunakan untuk
pengobatan blastomycosis diseminata dengan penyebaran yang luas.

C. Coccidioidomycosis (Coccidioidal Granuloma, Valley fever, San Joaquin


Valley Fever, Desert Rheumatism)
Coccidioidomycosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Coccidioides immitis. Jamur
ini menunjukkan bentuk dimorfik yang tidak biasa, dengan bentuk mold pada suhu ruangan dan
terbentuknya struktur mengandung spora yang lebar, spherules, pada jaringan yang terinfeksi.
Seperti mikosis endemik lainnya, ada bentuk asimtomatik, infeksi paru akut dan kronik serta

20
bentuk yang diseminata. Penyakit dapat mengenai individu yang sehat atau pasien yang memiliki
predisposisi, termasuk pasien AIDS.

EPIDEMIOLOGI
C. immitis endemik di beberapa daerah semi gurun pasir di Amerika Serikat bagian Selatan
(seperti: California, arizona, New Mexico dan Texas) dan di beberapa daerah di Meksiko dan
Amerika tengah dan selatan. Cuaca pada daerah endemik ditandai dengan temperatur yang tinggi
pada musim panas dan curah hujan tahunan yang rendah yang ditunjukkan dengan vegetasi yang
khas dari kaktus dan masquet bushes. Tes kulit dengan coccidioidin memperlihatkan bahwa
insiden paparan pada area endemik dapat setinggi 95%. Jamur ditemukan di tanah dan dapat
menyerang binatang lain serta manusia. Paparan dapat didapatkan dari kunjungan singkat ke
daerah endemik, dan cuaca setempat dapat menentukan tingkat paparan. Misalnya badai debu
menyebabkan infeksi pada banyak individu. Jalur infeksi yang biasa melalu pernafasan,
implantasi langsung pada kulit dapat terjadi walaupun jarang.

MANIFESTASI KLINIS
Seperti mikosis sistemik yang lain, ada bentuk asimtomatik atau subklinis yang sering pada
area endemik, yang ditentukan oleh persentase reaktor tes kulit terhadap coccidioidin pada
populasi yang sehat. Bentuk infeksi paru primer merupakan tipe klinis yang paling sering,
dengan adanya infeksi dada dengan demam, batuk dan nyeri dada. Komplikasi seperti efusi
pleura dapat terjadi. Eritema multiforme atau eritema nodusum, sering disertai dengan artralgia
atau uveitis anterior, terjadi minggu ke 3 sampai minggu ke 7 pada sekitar 10-15% pasien dan
lebih sering terjadi pada perempuan. Kadang-kadang saat permulaan, ruam eritema dan makula
yang menyeluruh dapat terjadi pada beberapa pasien.
Bentuk infeksi paru kronik ditandai dengan batuk kronik dan mirip tuberkulosis. Lesi kulit
biasanya tidak terjadi pada fase ini.
Pada infeksi kulit primer yang jarang, setelah inokulasi, terdapat nodul dengan indurasi
yang terbentuk 1-3 minggu setelah trauma lokal. Hal ini diikuti dengan limfadenopati regional.
Coccidioidomycosis yang diseminata terjadi pada kurang dari 0,5% individu yang terinfeksi. Hal
ini paling sering terlihat pada pasien dengan latar belakang etnik tertentu (warga kulit hitam
amerika, Filipina atau Meksiko), pada wanita hamil dan pasien dengan immunosupresi, termasuk

21
AIDS. Pada penyakit yang diseminata, lesi berkembang dikulit, jaringan subkutan, tulang-tulang,
sendi-sendi dan semua organ. Lesi-lesi kulit (Gambar 190-15) berupa papul, nodul, abses,
granuloma, ulkus atau sinus yang mengeluarkan cairan dimana ada penyakit tulang dan sendi
yang mendasarinya.

Gambar 190-15. Coccidioidomycosis, disseminata. Dua Papul/nodul yang intak dan mengalami ulserasi
terlihat pada pipi dan hidung pasien dengan meningitis coccidioidomycosis.

Beberapa lesi tampak sebagai plak yang datar dengan atropi pada bagian sentral. Meningitis
adalah sebuah komplikasi dari penyebaran infeksi dan biasanya tidak dihubungkan dengan
tanda-tanda infeksi dari tempat lain. Pada pasien AIDS, pneumonia persisten, lesi kulit dan
penyebaran yang luas sering terjadi.

DIAGNOSIS BANDING
Dokter didaerah endemik harus menyadari adanya hubungan antar eritema nodosum dan
coccidioidomycosis. Juga sering terjadi pada pengunjung daerah endemik setelah tinggal
beberapa waktu.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Temuan laboratorium yang karakteristik adalah dengan didapatkannya C.immitis yang
dapat membentuk spherule yang berisi spora. Spherules yang berisi spora ini ukurannya besar
(sampai dengan 250µm) dan dapat dilihat di KOH sputum, cairan serebrospinal (CS) atau nanah.
Pada kultur, koloni C.imitis adalah miselial, tumbuh cepat, putih dan seperti katun. Pada
pemeriksaan dengan mikroskop, tampak seperti rantai arthospora pada miselium yang lebih tua.
C.immitis pada fase mold adalah sangat menular dan pembiakannya harus ditangani dengan hati-
hati.

22
Tes serologik berguna dalam mendiagnosis dan menentukan prognosis dari
coccidioidomycosis. Presipitin terbentuk pada kira-kira 90% dari individu yang terinfeksi dalam
2-6 minggu, tetapi hidup sebentar; complement-fixing antibodies, khas pada infeksi yang lebih
berat dan infeksi aktif, meningkat sampai batas maksimum setelah 6 bulan. Tes kulit dengan
coccidioidin nilainya rendah untuk mendiagnosis infeksi. Spherulin adalah antigen yang
dihasilkan spherule C.immitis dan mungkin lebih baik daripada coccidioidin dalam mendeteksi
sensitisasi. Walaupun demikian, pada infeksi yang berat, anergi kutaneus terhadap keduanya
sering terjadi.
Spherule-spherule berisi endospora yang besar dapat dilihat di potongan jaringan, meskipun ada
variasi yang sedikit pada stadium intermediat yang kurang dapat dibedakan saat pembentukan
spherule. Sebelum bentuk endospora, sitoplasma dari spherule yang imatur adalah basofilik dan
selanjutnya pecah menjadi spora. Miselium jarang terlihat pada pemeriksaan histopatologi.

PENGOBATAN
Tidak ada terapi spesifik, istirahat adalah diperlukan pada infeksi paru primer, dan adanya sedikit
fakta bahwa gejala-gejalanya membaik atau lebih singkat dengan pemberian obat golongan azol
oral, meskipun prakteknya digunakan secara luas. Untuk penyakit yang meluas, pengobatannya
masih belum memuaskan, tetapi amfoterisin B (1mg/kg perhari), itrakonazol (200-400mg
perhari) semua dapat diberikan. Pengalaman dengan antifungal agen yang lebih baru seperti
variconazol dan posaconazol masih terbatas. Penting untuk mengikuti perkembangan pasien
dengan hati-hati, cenderung sering kambuh. Meningitis, arthritis dan infeksi meluas progresif
yang mempengaruhi organ multipel terutama sukar disembuhkan. Umumnya,
coccidioidomycosis pada jaringan lunak (kulit dan sendi) mempunyai prognosa yang lebih baik
dan angka kematiannya rendah.

D. Parococcidioidomycosis (South American


Blastomycosis,Paracoccidioidal Granuloma)
Paracoccidiodes brasiliensis adalah jamur dimorfik yang menyebabkan infeksi penafasan
dengan kecenderungan menyebar ke membran mukosa dan kelenjar limfe. Ditemukan di
Amerika Selatan dan Tengah.

23
EPIDEMIOLOGI
Paracocidioidomycosis telah dilaporkan sebagian besar dari negara-negara Amerika Latin, tetapi
infeksi ditemukan paling sering di daerah-daerah di Brazil, Colombia dan Argentina. Infeksi
tidak terjadi di Amerika Serikat, meskipun telah dilaporkan terjadi di Meksiko. Tingkat paparan
dapat dinilai dengan reaksi tes kulit dan kejadiannya sama antara laki-laki dan perempuan,
meskipun kejadian reaksi positif pada daerah endemik jarang melebihi 25%; bekerja dengan
derivat tes kulit dari antigen glikoprotein 43 yang telah dimurnikan secara umum menunjukkan
bahwa tingkat paparan lebih tinggi daripada yang sebelumnya diketahui. Infeksi aktif terutama
terlihat pada laki-laki. Mekanismenya diperkirakan berhubungan dengan adanya reseptor
estrogen sitoplasmik pada jamur dan invitro, estradiol menekan perubahan pada miselium
menjadi ragi (yeast). Tempat ekologi yang sesuai untuk organisme ini tidak diketahui, tetapi
kondisi lebih sering didaerah pedesaan; paparan dihubungkan dengan kedekatan pada air atau
daerah dengan kelembaban udara tinggi.

MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa perbedaan pola klinis dari infeksi coccidioidomycosis yang tergantung
pada lokasi predominan yang terlihat pada klinis. Hal ini termasuk paru-paru (bentuk pulmoner),
membran mukosa (bentuk mukokutaneus) dan kelenjar limpa (bentuk limfatik). Banyak pasien
mempunyai infeksi campuran dengan keterlibatan sekelompok organ yang berbeda.
Jarang terdapat pasien dengan bentuk infeksi paru akut, meskipun jarang ditemukan dan
dilaporkan menurun selama terjadi infeksi yang menyebar. Lebih sering, infeksi cenderung
menjadi kronik dan progresif secara lambat dengan penurunan berat badan serta batuk kronik.
Pada x-ray dada, lesi dapat tampak bilateral dan nodular, dan sering tampak fibrosis yang
meluas. Lokasi lain yang dapat ikut terlibat adalah daerah mukokutaneus. Lesi oral atau
circumoral sering terdapat pada bentuk paracocidioidomycosis mukokutaneus; lesi juga dapat
mengenai hidung, konjungtiva atau disekitar anus. Lesi-lesi ini dapat berupa granuloma kecil
atau ulkus. Penyembuhannya dengan parut yang menyebabkan kecacatan yang berat.
Kelenjar limfe leher kadang-kadang membesar, nyeri dan terikat dengan kulit
dibawahnya; jarang supuratif. Lokasi sistemik lain yang terlibat antara lain limfa, usus kecil,
paru dan hati. Paracocidioidomycosis jarang pada pasien AIDS meskipun terdapat variasi yang

24
sangat luas diamana bentuk progresif yang lebih cepat dari infeksi diseminata terjadi pada orang
dewasa muda dan anak-anak lebih tua tanpa predisposisi yang diketahui.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis bandingnya antara lain tuberkulosis, leishmaniasis dan mikosis profunda yang lain.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Sputum, eksudat dan kerokan dapat diperiksa dengan menggunakan KOH. Pemeriksaan ini
memperlihatkan sejumlah yeast yang bulat dengan gambaran khas multiple budding dimana sel
induk dikelilingi oleh sejumlah besar buds (kuncup) yang lebih kecil. Organisme ini dimorfik
dan menghasilkan fase pertumbuhan miselial yang tampak seperti kapas pada pembiakan primer
dalam suhu kamar. Karakteristik dari fase yeast yang dapat diinduksi pada media yang diperkaya
seperti agar Brain-Heart Infusion (BHI) pada suhu 370C (98,60F). Tes serologi sangat membantu
dalam menegakkan diagnosis, tes yang utama adalah immunodiffusion assay dan tes fiksasi
komplemen. Baru-baru ini pada immunoblotting, telah ditemukan antibodi terhadap antigen 43-
kDa yang spesifik untuk infeksi ini. Ada juga tes deteksi antigen untuk memonitoring pasien
dengan penyakit yang diseminata. Secara histopatologi ada respon granulomatosa campuran
dengan fibrosis. Organisme ini dapat dilihat dengan pewarnaan jamur khusus seperti
methenamine silver (Grocott modification). Pada jaringan, pola budding yang khas dapat dilihat,
walaupun mungkin perlu memeriksa beberapa lapangan pandang untuk menemukan struktur
yang khas (Gambar 190-16). Pada infeksi yang luas, massa dari bentuk yeast yang kecil mungkin
dikelirukan dengan histoplasma.

Gambar 190-16. Biopsi dari lesi mukosa oral memperlihatkan budding Paracoccidioides brasiliensis yang
multipel.

25
PENGOBATAN
Pilihan terapi pada sebagian besar kasus adalah itrakonaszol yang dapat memberikan remisi
dalam 3-6 bulan. Ketokonazol adalah alternatif lain. Kekambuhan dapat terjadi, dan jika
memungkinkan pasien harus diperiksa ulang secara periodik setelah terapi primer. Pada infeksi
yang sangat luas dan pasien yang sakit berat, seperti infeksi tipe diseminata yang progresif,
amfoterisin B intravena dapat diperlukan. Penyakit paru yang berat atau fibrosis intraoral
mungkin masih tetap ada setelah pengobatan.

E. Cryptococcosis (Torulosis, European Blastomycosis)


Cryptococcosis adalah infeksi yang disebabkan oleh ragi cryptococcus neoformans yang
berkapsul. Meskipun jalan utamanya melalui inhalasi ke dalam paru-paru, penyakit ini biasanya
menunjukkan tanda-tanda penyebaran ekstra paru seperti meningitis. Lesi-lesi kulit dapat terjadi
sebagai akibat perluasan atau jarang melalui inokulasi. Penyakit ini dihubungkan dengan infeksi
HIV.

EPIDEMIOLOGI
Cryptococcosis penyebarannya meliputi seluruh dunia, meskipun tingkat paparannya
kemungkinan sangat berbeda antar satu negara dengan negara yang lain. C. neoformans
mempunyai tiga varian yaitu (1) C. neoformans var. Neoforman, (2) C. neoformans var. Grubii,
dan (3) C. neoformans var. gattii.
Varian berhubungan dengan tiga kelompok serotipe yaitu : (1) D, (2) A, dan (3) B atau C.
Varian neoformans dan grubii dapat diisolasi dari ekskreta burung merpati dan lebih sering
didapatkan pada penderita AIDS, varian gattii ditemukan pada debris dari pohon eucalyptus
tertentu di daerah tropis dan California, tetapi jarang diisolasi dari pasien AIDS. Dua macam
bentuk seksual yaitu Filobasilidiella neoformans dan F. bacillispora sesuai dengan varian
neoforman/grabiis dan gattii berturut-turut. Pasien dengan keadaan immunodefiensi tertentu
karena AIDS, limfoma maligna, sarkoidosis, penyakit kolagen dan karsinoma dan pasien yang
mendapat terapi glukokortikoid sistemik umumnya rentan. Insiden cryptococcosis pada pasien
AIDS bervariasi di berbagai negara dari 3-6 % di Amerika Serikat, 3% di Inggris dan lebih dari

26
12 di Afrika, misalnya Zaire. Bentuk serotipe D lebih sering ditemukan pada lesi-lesi kulit yang
terjadi pada 10 – 15 % kasus dari cryptococcosis yang diseminata.

MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya epidemik AIDS telah mempengaruhi epidemiologi dan pada daerah-daerah
seperti di daerah bagian utara. Thailand, merupakan salah satu komplikasi sekunder utama dari
infeksi HIV. Kemungkinan ada bentuk subklinis dari cryptococcosis karena individu yang tidak
mengalami gejala klinis mempunyai tes kulit positif. Bagaimanapun juga manifestasi klinis yang
lebih umum pada penyakit ini adalah meningoencephalitis. Ditandai dengan tanda-tanda klasik :
meningismus, perubahan penurunan kesadaran, perubahan mental, dan kelemahan syaraf. Pasien
AIDS tanda-tanda ini terlihat kurang jelas. Infeksi saluran pernafasan dapat ditemukan sekitar
10% dari yang mengalami meningitis. Tanda-tanda di dada termasuk tampak bayangan
nodular, kavitas dan efusi pleura. Pada pasien AIDS sering disertai demam dan nyeri kepala
ringan dan beberapa tanda-tanda infeksi. Lesi-lesi kulit berkembang sekitar 10% pada kasus-
kasus, tapi jarang patognomonik. Papul atau pustul menyerupai akne berkembang menjadi plak
berkrusta, kutil-kutil atau vegetasi, ulkus dan nodul atau plak dengan infiltrasi yang keras adalah
karakteristik telah terjadinya infeksi sistemik yang menyebar luas (Gambar 190-17).

Gambar 190-17. Cryptococcosis, disseminated. Papul dan nodul multipel, diskret, berwarna seperti
warna kulit menyerupai moluskum kontagiosum terlihat pada wajah pria dengan infeksi HIV lanjut.

Cold abscess, selulitis dan lesi-lesi nodular juga terjadi. Dan sebaliknya orang sehat atau pasien
dengan sarkoidosis, lesi-lesi mungkin soliter dan pada pasien-pasien tersebut lesi mungkin satu-
satunya manifestasi dari infeksi.
Pada cryptococcosis kulit primer dengan inokulasi langsung organisme di dalam kulit,
lesi-lesi kulit biasanya nodul soliter yang pecah menjadi ulserasi. Limfadenopati lokal juga dapat

27
terjadi. Istilah Cryptococcosis kulit primer juga digunakan untuk menggambarkan lesi soliter dari
cryptococcosis, tetapi pada banyak kasus serupa juga memperlihatkan penyebaran ke organ
dalam yang lain. Ini penting untuk menelusuri semua pasien dengan lesi-lesi kulit mengetahui
adanya penyebaran ke tempat lain.

DIAGNOSA BANDING
Lesi-lesi kulit cryptococcal dapat menyerupai banyak kondisi lain, khususnya mikosis sistemik
lain pada pasien AIDS. Jadi penting dilakukan biopsi dan kultur untuk lesi-lesi yang dicurigai
pada pasien imunokompromis.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Cryptococci mempunyai ukuran yang besar (5-15µm), budding cell dengan kapsul yang
paling bagus dilihat dengan mikroskop langsung dengan pewarnaan India Ink atau Nigrosin
(Gambar 190-18).

Gambar 190-18. Cryptoccocis. Preparat dari cairan serebrospinal dengan tinta India.

Organisme tidak sulit tumbuh pada kultur. Terdapat berbagai gambaran biokimia yang khas
seperti produksi urease dan kemampuan membentuk pigmen pada medium Guizotia. Tes
serologis adalah tes yang cepat dan spesifik. Tes yang utama adalah antigen-detection assay
yang menggunakan latex agglutination atau enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) yang
mudah dan sangat cepat untuk memeriksa darah dan CSF. Titer yang sangat tinggi ditemukan
pada serum dan CSF pasien AIDS. Pada pasien bukan AIDS dengan lesi kulit tunggal yang
terlokalisasi sering antigennya negatif.
Pada potongan jaringan, yeast pleomorfik yang besar menstimulasi baik reaksi granuloma
maupun inflamasi yang sangat minimal. Kapsul pada sel-sel ini dapat diwarnai dengan
menggunakan mucicarmine atau alcian blue.

28
PENGOBATAN
Regimen obat yang paling sering digunakan pada pasien non AIDS adalah amfoterisin B
intravena di kombinasi dengan flucytosine. Pada pasien dengan lesi-lesi kulit tunggal dan tidak
ada tanda-tanda infeksi lain, dapat dipakai obat alternatif seperti flukonazol atau itrakonazol.
Pada pasien AIDS, terdapat angka kekambuhan sangat tinggi dan biasanya diberikan selama 10-
14 hari amfoterisin B dengan atau tanpa flusytosine diikuti dengan flukonazol jangka panjang.
Walaupun demikian, memungkinkan terjadinya penghentian terapi supresif jangka panjang pada
pasien yang menerima HAART. Flukonazol diberikan dengan sendirinya sebagai terapi
alternatif.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Saat pasien telah mengalami infeksi ini, penting untuk mengkoreksi diagnosis.
 Penelusuran riwayat yang relevan dengan cermat dari kondisi penyakit yang
melatarbelakanginya dan terapinya sangat penting.
 Eritema nodusum dapat disebabkan oleh beberapa mikosis endemik (misalnya
cocidioidomycosis)
 Biopsi kulit penting untuk menegakkan diagnosis.
 Kultur jamur yang positif harus diinterpretasikan dengan hati-hati, karena identifikasi
organisme menyerupai lokasi kolonisasi.
 Peringatkan laboratorium apabila anda mengirimkan material dari kasus mikosis endemik
yang dicurigai untuk dilakukan kultur, karena ini merupakan patogen yang berbahaya dan
membutuhkan fasilitas kontainmen.
 Pengobatan biasanya membutuhkan terapi jangka panjang biasanya dengan obat-obat
intravena seperti amfoterisin B, variconazol atau caspofungin.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/52635603/MIKOSIS-SISTEMIKppt/
https://id.scribd.com/doc/288204025/MIKOSIS-SISTEMIK
https://www.sehatq.com/penyakit/mikosis

31

Anda mungkin juga menyukai