Anda di halaman 1dari 13

PARASITOLOGI

“Mikosis Dalam”

Disusun Oleh :
Afaf Aufa Rofifah (P21335120001)
Aldyth Zahra (P21335120003)
Annisa Rahayu (P21335120005)
Bryan Novianjaya Putra (P21335120007)

DIV Kesehatan Lingkungan

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II


Jln. Hang Jebat III F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120
Telp.021-7397641, 7397643 Fax.021-7397769
2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tak lupa shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW. Atas limpahan nikmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas Mata Kuliah Parasitologi.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tak sedikit hambatan yang kami hadapi. Akan
tetapi hambatan itu berhasil kami atasi berkat semangat, kerja keras, doa dan bimbingan dosen
kami yakni Ibu Dr. Dra. Syarifah MEJ, MBiomed, Ibu Dr. Dra Tjiptorini, M.Kes., Desembra
Lisa, S.Pd, M.Pd., dan Ibu Pucheu Dyah Ayu Intan M. (Pr.).

Dengan disusunnya makalah ini kami harap dapat memberikan pengetahuan baru bagi
para pembaca mengenai mikosis dalam. Makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi, jurnal, dan berita.

Kami harap makalah ini dapat memperikan ilmu yang bermanfaat dan dapat
memperluas ilmu para pembaca, khususnya mahasiswa/I Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jakarta II jurusan Kesehatan Lingkungan. Kami sadar bahwa selama penulisan makalah ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harap dosen pembimbing kami dapat
memberikan masukannya agar kami dapat memperbaiki kesalahan kami dan membuat makalah
dengan lebih baik lagi. Begitupun kepada pembaca, kami sangat terbuka untuk menerima kritik
dan saran dari para pembaca.

Jakarta, 4 Maret 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................................... i


Daftar Isi.............................................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan ........................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 1
BAB II Pembahasan .......................................................................................................................... 2
A. Jenis Jenis Mikosis Dalam. ..................................................................................................... 2
B. Penyebab Mikosis Dalam. ...................................................................................................... 4
C. Penyebaran, Penanggulangan, dan Diagnosa Mikosis Dalam. ............................................ 5
BAB III Penutup ................................................................................................................................ 9
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................................................ 9
Daftar Pustaka .................................................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikosis adalah infeksi akibat jamur. Kondisi ini bisa terjadi pada permukaan kulit maupun
organ dalam manusia.Mycoses atau mikosis terjadi ketika jamur yang tumbuh dalam tubuh
manusia terlalu banyak dan tidak dapat dilawan oleh sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini
sering dialami oleh kalangan orang dengan sistem imun yang melemah atau terganggu.Pada
umumnya, mikosis tidak berbahaya. Gejalanya bisa berupa kulit yang mengalami iritasi, gatal,
bersisik, hingga bentol-bentol.Infeksi jamur dapat disembuhkan dengan obat-obatan antijamur.
Obat ini tersedia dalam bentuk topikal (oles) dan obat minum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis mikosis dalam?.
2. Apa penyebab mikosis dalam?.
3. Bagaimana penyebaran, penanggulangan, dan diagnosa mikosis dalam?.

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui jenis-jenis mikosis dalam.
2. Mengetahui dan memahami penyebab mikosis dalam.
3. Mengetahui dan memahami penyebaran, penanggulangan, dan diagnosa mikosis
dalam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis Jenis Mikosis Dalam.
1. Nokardiosis

Nokardiosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh Nocardia sp.


Nocardia spesies terdapat dialam bebas,di tanah sebagai saprofit.Penyakit terjadi karena
inhalasi jamur(terhirup).infeksi ini lebih sering terjadi pada laki – laki dari pada perempuan
.manusia jarang terkena Nocardia sp. kecuali pada individu yang irnnunokomporis.terdapat
dua bentuk nokardiosis yaitu nokardiosis sistemik dan nokardiosis misetoma.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Nocardia asteroides, infeksi terjadi melalui inhalasi.
Kelainan primer terjadi pada paru – paru menyebar melalui darah dapat menginfeksi ginjal dan
otak. Nokardiosis ialah penyakit kosmopolit .Di Indonesia telah dilaporkaan penderita
nokardiosis paru diantaranya disebabkan oleh N. Brasiliensis. Nocardia berukuran diameter <
I mikron,bersifat gram positif Nocardia asteroides, N. Brasiliensis bersifat tahan asam
sebagian. Koloni Nocardia bersfat aerob. Infeksi terjadi dengan inhalasi jamur, kelainan
primer terdapat dalam paru dan menyerupai penyakit paru lain. Dengan penyebaran
hematogen, jamur dapat ke alat alat lain terutama ke otak dan ginjal.

2. Kriptokokosis.

Kriptokokosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus


neoformans. Jamur ini hidup ditanah yang mengandung kotoran burung merpati, menyebabkan
penyakit Meningitis. Infeksi terjadi jika spora masuk melalui inhalasi ke paru –paru, jamur
berkembang biak dalam alveoli dan dapat menimbulkan penyakit pada paru-paru jika faktor
predisposisi mendukung. Sering kali gejala infeksi paru tidak diperhatikan karena ringan, tetapi
jika telah masuk ke otak dan timbul gejala yang menonjol barulah dilakukan pemeriksaan
terhadap kriptokokosis.

Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, LCS, darah, Urin, kotoran burung
merpati. Pemeriksaan langsung dilakukan dengan menggunakan KHO tinta cina untuk melihat
adanya kapsul pada spora yang berbentuk oval. Biakan pada media Sabaroud agar tampak
koloni berwarna krem, konsistensi mucoid (berlendir).

2
3

3. Histoplasmosis

Histoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma


capsulatum yang bersifat dimorfik dan menyebabkan penyakit histoplasmosis. Infeksi terjadi
jika spora masuk melalui inhalasi pada paru-paru dan menimbulkan peradarangan setempat,
diikuti dengan pembesaran kelenjar limfe regional. Dengan foto Rontgen tampak gambaran
menyerupai tuberculosis paru. Jika infeksi dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang
lebih parah lagi menyebar ke seluruh organ dalam dan dapat menimbulkan kematian.

Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, darah, LCS, urin dan bahan biopsi. Pemeriksaan
langsung dari bahan yang berasal dari jaringan maka akan tampak spora yang berbentu bulat /
oval (yeast).

Bahan pemeriksaan ditanam pada media Saboraud agar akan tumbuh koloni:

▪ Koloni Yeast jika diinkubasi pada suhu 37˚ C


▪ Koloni Mold jika diinkubasi pada suhu ruang.

Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopik maka pada koloni yeast tampak spora yang
berbentuk oval. Dan pada koloni mold jika dilakukan pemeriksaan mikroskopik maka tampak
hifa- hifa dan makrokonidia.

4. Koksidiomikosis

Koksidiomikosis merupakan penyakit pernapasan yang cara infeksinya dengan inhalasi


spora C.immitis, jamur dimorfik yang terdapat di alam bebas. C. Immitis adalah jamur
dimorfik. Di tanah dan dalam biakan dalam suhu kamar C.immitis membentuk koloni filamen.
Hifa jamur ini membentuk artrospora dan mengalami fragmentasi. Artrospora ringan, mudah
dibawa oleh angin dan terhirup ke dalam paru. Pada suhu 37°C, C.immitis membentuk koloni
yang terdiri atas sferul yang berisi endospora.

5. Blastomikosis

Penyebabnya ialah Blastomyces dermatitidis. Jamur ini adalah jenis jamur dimorfik dan
terdapat bebas di alam. Dalam biakan pada suhu 37°C dan jaringan manusia, jamur tumbuh
sebagai sel ragi (8 – 15 mikron) berdinding tebal dan berkembang biak dengan membentuk
tunas. Tunas ini berhubungan dengan sel induk pada dasar yang lebar. Biasanya hanya dibentuk
satu tunas. Biakan pada suhu kamar membentuk koloni filamen dengan mikrokonidia
4

berbentuk lonjong sampai bulat. Pengobatan dilakukan dengan pemberian amfoterisin-B secara
intravena.

6. Maduromycosis.

Merupakan mikosis pada kaki yang terjadi ditandai dengan terjadinya masa
granulomatous yang biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang kaki. Gejalanya dimulai
dengan adanya lesi pada tapak kaki bagian belakang, timbul massa granulomatous dan abses
yang terjadi sinus-sinusnyang mengeluarkan nanah dan granula. Penyebabnya adalah
Allescheris boydii, Chepalosporium falciforme, Madurella mycetomi, dan Madurella grisea.

7. Sporotrichosis.

Merupakan mikosis yang bersifat granulomatous menimbulkan terjadinya berupa


benjolan gamma, ulcus, dan abses yang biasanya mengenai juga kulit dan kelenjar lympha
superfisial. Penyebabnya adalah sporotrichum schenckii. Gejala awalnya berupa benjolan
berupa benjolan dibawah kulit kemudian membesar, merah, meradang, mengalami nekrosis
kemudian terbentuk ulcus. Nodul (benjolan) yang sama terjadi sepanjang lympha.

B. Penyebab Mikosis Dalam.


Seseorang tetap dapat terinfeksi jamur pada organ dalam walaupun tidak memiliki kondisi
penurunan sistem imun atau disebut dengan mikosis primer. Biasanya mikosis primer terjadi
jika tubuh terpapar jamur dalam jumlah banyak atau dengan intensitas tinggi, misalnya ketika
tinggal di daerah yang banyak penderita infeksi jamur.

Cara masuknya jamur ke dalam tubuh berbeda-beda, tetapi biasanya masuk melalui sistem
pernapasan. Beberapa jenis jamur yang dapat menyebabkan mikosis primer adalah
Coccidioides immitis, Histoplasma capsulatum, Blastomyces dermatitidis, dan
Paracoccidioides brasiliensis.

Pada seseorang yang mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh, infeksi jamur biasanya
menyerang organ paru-paru. Mikosis organ dalam yang menyerang orang dengan sistem
kekbalan tubuh rendah disebut dengan mikosis oportunistik. Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan penurunan sistem imun adalah:

▪ Menderita HIV/AIDS
▪ Menderita diabetes
5

▪ Pasca menerima organ donor


▪ Sedang melakukan kemoterapi untuk pengobatan kanker
▪ Mengonsumsi obat-obatan imunosupresan untuk penyakit autoimun

Selain paru-paru, jamur dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut atau alat-alat medis
yang menempel pada tubuh ketika dirawat di rumah sakit. Jenis infeksi jamur yang masuk
kategori ini adalah kriptokokosis, candidiasis, aspergillosis, zigomikosis, phaeohyphomycosis,
dan hyalohyphomycosis.

C. Penyebaran, Penanggulangan, dan Diagnosa Mikosis Dalam.


1. Penyebaran.
Jamur langsung masuk ke organ dalam misalnya paru-paru melalui inhalasi,
melalui luka atau menyebar dari permukaan kulit dan alat dalam lain. Penyebaran dapat
terjadi kepada seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Pada
Histoplasma calastum penyebaran infeksi jamur lewat udara yaitu spora jamur yang
berada di tanah terbang tertiup angin dan mencemari udara, lalu masuk ke dalam sistem
pernapasan manusia dan tidak sengaja terhirup. Selain itu, kurangnya strelisasi alat-alat
medis juga dapat menjadi penyebaran nya yaitu masuk ke dalam tubuh melalui mulut
atau alat-alat medis yang menempel pada tubuh ketika dirawat dirumah sakit.
Lingkungan tempat tinggal juga mendukung penyebaran jamur misalnya keadaaan
tempat tinggal dengan sirkulasi udara yang rendah dan lingkungan lembab.
2. Penanggulangan.
▪ Hygiene diri harus terjaga seperti mencuci tangan setelah melakukan aktivitas yang
berisiko menularkan jamur
▪ Rutin mengonsumsi vitamin dan makanan bergizi terutama yang mengandung serat
dan antioksidan untuk meningkatkan imunitas tubuh, karena penyebaran jamur
lebih cepat ketika seseorang memiliki imunitas tubuh yang lemah seperti yang
sudah dijelaskan diatas
▪ Menjaga lingkungan tempat tinggal dengan memiliki ventilasi yang baik dengan
sinar matahari yang memadai.
▪ Jauhi dan hindari lokasi yang menjadi tempat infeksi jamur jika memang
mengharuskan ke tempat tersebut gunakan masker dan alat pelindung diri yang
lain.
6

▪ Menjaga kebersihan hewan peliharaan khususnya burung dapat menghindari dari


penyakit histoplasmosis
▪ Menyiram sekitar kandang burung atau unggas dengan air sebelum membersihkan
kadang burung atau unggas. Cara ini dapat menurunkan resiko terpapar spora jamur
Histplasma capsulatum yang menyebar di udara
▪ Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter menjadi salah satu langkah pencegahan
yang tepat bagi seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah untuk
menghindari terjadinya mikosis
▪ Pemberian obat antifungi sesuai dengan rekomendasi dari dokter.
3. Diagnosa Mikosis Dalam.
Gejala mikosis organ dalam terkadang tidak khas sehingga pemeriksaan jamur
di laboratorium perlu dilakukan guna memastikan jenis jamur dan infeksinya, serta
mengetahui pengobatan yang diperlukan. Pemeriksaan tersebut akan mengambil
sampel cairan tubuh, seperti darah, urine, dahak, serta cairan otak, atau sampel jaringan
organ yang terdampak. Pada kasus tertentu, seperti infeksi jamur di sinus atau paru-
paru, dokter dapat melalukan pemeriksaan melalui pemindaian dengan Rontgen guna
mengetahui letak infeksi jamur dan menilai tingkat kerusakan jaringan.Pemeriksaan
lain dapat dilakukan dengan cara dibawah seperti dibawah ini yaitu:
1) Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik spesimen klinik secara langsung maupun dengan
pewarnaan harus selalu dilakukan karena dapat mendiagnosis kemungkinan
terdapatnya infeksi jamur secara cepat, mudah dan murah, meskipun nilai
diagnostiknya sangat bervariasi bergantung pada spesies jamur yang ditemukan.
Pemeriksaan mikroskopik langsung dilakukan dengan menambahkan laritan
garam fisiologis, KOH 10% atau tinta India. Teknik pewarnaan dapat dilakukan
dengan Giemsa, gomori methenamin silver (GMS), calcofluor, maupun deteksi
antibodi monoklonal dengan pewarnaan imunofluoresens.
2) Biakan
Pemeriksaan biakan jamur yang berasal dari berbagai spesimen respirasi
memiliki nilai diagnostik bervariasi, tergantung pada spesies jamur, asal spesimen
serta derajat penyakit yang dialami pasien. Pemeriksaan diagnostik memiliki
nilai diagnostik tinggi bahkan menjadi baku emas diagnosis infeksi jamur
tertentu. Pemeriksaan biakan membutuhkan waktu beberapa hari sampai
7

minggu, tetapi penting dilakukan untuk identifikasi spesies secara konvensional


maupun uji kepekaan jamur terhadap obat-obat antijamur.
3) Serologi
Uji serologi secara tradisional digunakan untuk mendeteksi reaktivitas
antibodi pejamu terhadap elemen-elemen jamur. Nilai diagnostiknya sangat
terbatas, sehingga perlu berhati-hati dalam menentukan interpretasi hasil. Dewasa
ini telah dikembangkan deteksi antigen yang memiliki nilai diagnostik lebiih
tinggi. Uji ini didasarkan atas deteksi komponen dinding jamur yang dilepaskan
ke aliran darah atau cairan tubuh lain pada saat jamur berproliferasi.
4) Polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR maupun real-time PCR juga sedang dikembangkan teatpi
masih digunakan secara terbatas karena belum terdapatnya standarisasi dan
validasi.Diagnosis dini sangat penting untuk memperoleh luaran klinis optimal.
Keterlambatan diagnosis akan mengakibatkan keterlambatan penatalaksanaan
yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas. Dalam penegakan mikosis
sistemik dikenal beberapa istilah yang menentukan derajat diagnostik, yaitu:
proven, probable, possible.
- Kriteria diagnosis proven. Ditemukan faktor pejamu dan gambaran klinis dan
hasil pemeriksaan mikologi positif sebagai berikut:
▪ Pemeriksaan histologi atau sitokimia menunjukkan elemen jamur
positif dari hasil biopsi atau aspirasi disertai bukti kerusakan jaringan
(secara mikroskopik atau radiologi) atau
▪ Biakan positif dari spesimen yang berasal dari tempat steril serta secara
klinis dan radiologi meunjukkan kelainan/lesi yang sesuai dengan
infeksi atau
▪ Pemeriksaan mikroskopik/antigen Cryptococcus dan likuor
serebrospinal (LSS).
- Kriteria diagnosis probable
▪ Paling sedikit terdapat satu kriteria faktor pejamu dan
▪ Satu kriteria klinis mayor atau dua kriteria klinis minor pada lokasi lesi
abnormal yang sesuai dengan kondisi infeksi secara klinis atau radiologi
dan
▪ Satu kriteria mikologi.
- Kriteria diagnosis possible
8

▪ Paling sedikit terdapat satu kriteria faktor pejamudan


▪ Satu kriteria klinis mayor atau dua kriteria klinis minor dan lokasi
lesi abnormal yang sesuai dengan kondisi infeksi secara klinis atau
radiologi.
▪ tanpa kriteria mikologi atau hasil pemeriksaan mikologi negative.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
▪ Mikosis dalam memiliki banyak jenis diantaranya adalah nocardiosis, kriptokokosis,
histoplasmosis, koksidiomikosis, blastomikosis, maduromycosis, sporotrichosis.
▪ Penyebab mikosis berbeda-beda. Cara masuknya jamur ke dalam tubuh berbeda-beda,
tetapi biasanya masuk melalui sistem pernapasan.
▪ Jamur tersebar kedalam tubuh melalui inhalasi, melalui luka atau menyebar
dipermukaan kulit, dan lainnya.
▪ Cara menanggulanginya adalah dengan menjaga kebersihan diri, rutin mengonsumsi
vitamin, menjaga kebersihan lingkungan, menjauhi sumber jamur, dan lainnya.
▪ Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik, biakan, serologi, dan
PCR.

B. Saran
Pengetahuan masyarakat akan penyakit mikosis dalam ini perlu ditingkatkan agar
masyarakat mengetahui dan menyadari ciri-ciri mikosis dalam sejak dini sehingga penyakit
tersebut dapat dicegah sedini mungkin.

9
Daftar Pustaka
https://www.alodokter.com/mikosis#:~:text=Mikosis%20organ%20dalam%20atau%20mikos
is,tergantung%20dari%20organ%20yang%20terkena.

http://cdn.stikesmucis.ac.id/13DA277012.pdf

http://scholar.unand.ac.id/42116/2/BAB%20I%20tesis.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai