Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FARMAKOTERAPI TUBERKULOSIS
Dosen Pengampu : apt. Kadar Ismah, S.Farm.

Disusun oleh:
Kelas : S1 FARMASI (3B)
Nama Kelompok :
1. Naila Syakirotul Rizqiyah (201905052)
2. Noor Wafiq Azizah (201905058)
3. Rosalina Muna Tazkiyah (201905073)
4. Shinta Fradista Lisia (201905083)
5. Wafda Nailil Muna (201905089)
6. Zannuba Arina Baroroh (201905094)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


Jl.Lingkar Raya Kudus Pati Km 5 Jepang Kec. Mejobo Kab. Kudus
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
“FARMAKOTERAPI TUBERKULOSIS”

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................................................3
Tujuan..........................................................................................................................................3
BABII..............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
TUBERKULOSIS......................................................................................................................4
BABIII..........................................................................................................................................29
PENUTUP....................................................................................................................................29
KESIMPULAN..........................................................................................................................29
SARAN......................................................................................................................................30
DAFTARPUSTAKA...........................................................................................................................31

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tubercolosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis)
yang mampu menginfeksi secara laten ataupun progresif.
Penyakit TBC merupakan bagian dari 9 penyakit berbahaya di dunia. TBC berada pada peringkat ke-8.
Untuk penyakit TBC berdasarkan laporan penanggulangan global TBC yang dikeluarkan oleh WHO
pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000
penduduk), dan 46% di antaranya diperkirakan kasus baru. Sedangkan pada demam berdarah
diperkirakan 500.000 pasien
Sedangkan untuk TBC, 2 milyar orang terifeksi dan 2-3 juta orang meninggal setiap tahunnya.
Indonesia menepaati urutan ketiga dalam jumlah penderita tuberculosis terbesar setelah India dan Cina.
Berdasarkan kenyataan ini, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai farmakoterapi dari penyakit
tuberculosis dan demam berdarah.

B. RUMUSAN MASALAH
Apa itu penyakit tuberculosis? Serta bagaimana farmakoterapinya?

C. TUJUAN PENULISAN
Mengetahui tentang penyakit tuberculosis Serta farmakoterapinya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. TUBERCULOSIS

I. DESKRIPSI PENYAKIT TUBERCULOSIS


a) Definisi
Tubercolosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis) yang mampu menginfeksi secara laten ataupun progresif.secara umum, 2
milyar orang terinfeksi dan 2-3 juta orang meninggal karena tuberculosis setiap tahun.
Indonesia menempati urutan ketiga dalam jumlah penderita tuberculosis terbesar setelah
India dan Cina. M. Tuberculosis ditransmisikan dari orang ke orang melalui batuk dan
bersin. Kontak yang terlalu dekat dengan penderita TB akan memperbesar kemungkinan
penularan. HIV adalah faktor resiko yang paling penting untuk TB aktif, terutama pada
umur sekitar 25-44 tahun. Penderita yang terinfeksi HIV dengan infeksi tuberkulosis ,
akan berkembang menjadi penyakit yang aktif 100 kali lebih besar dibandingkan dengan
penderita yang tidak terinfeksi HIV.
b) Patofisiologi
Infeksi primer di inisiasi oleh inplantasi organisme di alveolar melalui droplet
nuklei yang sangat kecil (1-5mm) untuk menghindari sel epithelia siliari dari saluran
pernafasan atas. Bila terimplantasi M.tuberculosis melalui saluran nafas ,
mikroorganisme akan membelah diri dan dicerna oleh makrofag pulmonea, dimana
pembelahan diri akan terus berlangsung, walaupun lebih pelan. Nekrosis jaringan dan
klasifikasi pada daerah yang terinfeksi dan nodus limfe regional dapat terjadi,
menghasilkan pembentukan radiodense area menjadi komplek ghon.
Makrofag yang teraktivasi dalam jumlah besar akan mengelilingi daerah yang
ditubuhi M. Tuberculosis yang padat seperti keju (darah nekrotik) sebagai bagian dari
imunitas yang dimediasi oleh sel. Hipersensitivitas tipe tertunda juga berkembang
melalui aktivasi dan perbanyakan limfosit T. Makrofag membentuk granuloma yang
mengandung mikroorganisme. Keberhasilan dalam mengham,bat pertumbuhan M.
Tuberculosis membutuhkan aktivasi dari limfosit CD4 subset, yang dikenal sebagai Th-
1 , yang mengaktivasi makrofag melaluio sekresi dari interferon g.
Sekitar 90% pasien yang pernah menderita penyakit primer tidak memiliki
manifestasi klinis lain selain uji kulit yang positif dengan atau tanpa kombinasi dengan
adanya granuloma stabil yang diperoleh dari hasil radiografi. Sekitar 5% pasien
(biasanya anak-anak, orang tua atau penurunan sistem imun ) mengalami poenyakit
primer yang berkembang pada daerah infeksi primer. Biasanya lobus paling bawah.. dan
lebih sering dengan diseliminasi., menyebabkan terjadinya infeksi maningitis dan
biasanya juga melibatklan lobus paru-paru paling atas. Sekitar 10% dari pasien
mengalami reaktivasi , terjadi penyebaran organisme melalui darah. Biasanya
penyebaran organisme melalui darah menyebabkan pertumbuhan cepat, penyebaran
penyakit secara luas dan pembentukan granuloma yang dikenal dengan granulosma yang
5
dikenal sebagai tuberculosis miliari.
c) Manifetasi klinis
1) yang tidak terinfeksi HIV

Ø Manifestasi klinis dari TB pulmoner tidak spesifik , indikasi hanya pada proses
infeksi yang berjalan dengan lambat (tabel 1)
Ø Pemeriksaan fisik nonspesifik, dugaan perkembangan penyakit pulmoner.
Ø Manifestasi klinis berhubungan dengan TB ekstrapulminar bervariasi tergantung
pada organ yang terlibat tetapi mengandung perkembangan yang lambat dari fungsi
organ yang lambat dari fungsi organ dengan demam tingkat rendah dan sindom
lainnya.

Tabel 1: manifestasi klinis tuberculosis

 Ciri-ciri dan gejala


- Pasien biasanya mengalami penurunan berat badan, lemas, batuk,
demam, dan keringat malam.
- Hemofisis frank
 Pemeriksaan fisik
- Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada, dan peningkatan suara yang
bergetar lebih sering diamati pada auskultasi
 Pemeriksaan labolatorium
- Peningkatan pada perhitungan sel darah putih dengan dominasi limfosit
 Radiografi dada
- Infiltrasi nodus pada daerah apikal di lobus bagian atas dari bagian
superior dari lobus paling bawah
- Kavitasi yang menunjukkan kadar udara-air sebagai tanda perkembangan
infeksi

2. Pasien yang terinfeksi HIV


Ø Manifestasi klinis dari pasien dengan infeksi HIV yang memiliki TB berbeda
dengan pasien yang tidak terinfekasi HIV ( pada penderita AIDS , TB muncul
dalam bentuk primer yang berkembang, yang melibatkan daerah ekstrapulmoner ,
dan melibatkan berbagai lobus paru).
Ø TB pada pasian AIDS , sepertinya kurang terlibat dalam penyakit kavitari, yang
dihubungkan dengan uji kulit positif , atau dihubungkan dengan demam.

d) Kategori penyakit tuberculosis


Kategori 1
1. Pasien baru TB paru BTA positif
2. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
3. Pasien TB ekstra paru
Kategori 2
Paduan OAT (obat anti TB ) ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya.
1. Pasien kambuh
6
2. Pasien gagal
3. Pasien dengan pengobatan terputus

II. TERAPI
a) Pendekatan umum
Kategori 1 diobati dengan INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol selama 2 bulan (fase
intensif) setiap hari dan selanjutnya 4 bulan (fase lanjutan) dengan INH dan rifampisin 3 kali dalam
seminggu (2HRZE/4H3R3)
Kategori 2 diobat dengan INH, rifampisin, pirazinamid, etambutol dan strreptomisin selama 2
bulan setiap hari dan selanjutnya dengan INH dan etambutol selama 5 bulan seminggu 3 kali
( 2HRZES/ HRZE / 5H3R3E3)
Jika setelah dua bulan BTA masih positif, fase intensif ditambah 1 bulan sebagai sisipan (dengan
HRZE).

Tabel 2 : dosis untuk paduan OAT KDT untuk kategori 1

Berat badan (kg) Tahap intensif tiap hari selama Tahap lanjutan 3 kali seminggu
56 hari RHZE (150/75/400/275) selama 16 minggu RH (150/150)

30-37 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT

38-54 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55-70 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

>71 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Tabel 3 : : dosis untuk paduan OAT KDT untuk kategori 2

Berat Tahap intensif tiap hari selama 56 hari RHZE Tahap lanjutan 3 kali seminggu
badan (150/75/400/275) + 5 selama 16 minggu RH (150/150) + E
(kg) (275)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu


30-37 2 tab 4 KDT + 500 mg 2 tablet 2 KDT 2 tab 2 DKD + 2 tab etambutol
streptomisin inj

38-54 3 tab 4 KDT + 750 mg 3 tablet 2 KDT 3 tab 2 DKD + 3 tab etambutol
streptomisin inj

55-70 4 tab 4 KDT + 1000 4 tablet 2 KDT 4 tab 2 DKD + 4 tab etambutol
mg streptomisin inj

>71 5 tab 4 KDT + 1000 5 tablet 2 KDT 5 tab 2 DKD + 5 tab etambutol
mg streptomisin inj

7
Catatan :
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500 mg tanpa
memperhatikan badan.
b) Mekanisme Kerja Obat
Isoniazid bekerja dengan menghambat sintesa asam mikolat, komponen terpenting pada dinding
sel bakteri. Rifampisin menghambat aktivitas RNA polimerase yang tergantung DNA pada sel sel
yang rentan. Pirazinamid adalah analog pirazin dari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau
bakterisid terhadap Mycobacterium tuberculosis tergantung pada dosis pemberian. Mekanisme
kerja pirazinamid belum diketahui secara pasti. Etambutol menghambat sintesis minimal 1
metabolit yang menyebabkan kerusakan pada metabolisme sel, menghambat multiplikasi, dan
kematian sel. Streptomisin adalah antibiotik bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein.
Etionamida dapat bekerja sebagai bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada konsentrasi obat.
Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti tetapi etionamid dapat menghambat sintesis
peptida pada organisme yang rentan. Asam aminosalisilat menghambat pembentukan asam folat
atau menghambat pembentukan komponen dinding sel, mikobaktin, dengan menurunkan
pengambilan besi oleh M. Tuberculosis. Rifapentin memiliki mekanisme kerja yang sama dengan
rifampisin.
c) Data Farmakokinetik
Tabel 4 : Data farmakokinetik dari obat TB
obat Ikatan T ½ (jam) metabolisme ekresi
protein(%)
isoniazid 30 Bervariasi Asetilasi di 50-70%
tergantung pada hati isoniazid
kecepatan asetilasi. diekresikan
Asetilator dalam bentuk
cepatmemetabolisme yang tidak
obat 5-6 kali lebih berubah dan
cepat dibandingkan metabolitnya
asetilator lambat melalui ginjal
dalam waktu
24 jam.

ripamfisin 75-80 3 jam setelah 600 deasitilasi Eliminasi


mg oral dan melalui
meningkat menjadi empedu dan
5,1 jam setelah 900 urin
mg oral . dengan
pemberian berulang,
waktu paruh
menurun jadi 2-3
jam.

pirizinamid 50 9-10 jam 70% dari


dosis oral
diekresikan
8
melalui urin
terutama
filtrasi
glomerulus.

etambutol 10-20 Sekitar 20% Dalam bentuk


dimetabolisme tidak dirubah
dihati sekitar 50%
dalam urin,
8015%
sebagai
metabolit,
dan 20-22%
dalam bentuk
tidak dirubah
di feses.

streptonis rendah 5-6 jam


etionamida 30 2 Dalam bentuk 1% dalam
aktif dan non bentuk bebas
aktif urin.

Asam 50-60 - Asetilasi di 80%


aminosalisilat hati diekresikan
melalui urin
dengahn 50%
dalam bentuk
terasetilasi.

kapreomisin Tergantung pada 52%


bersihan kreatinin diekresikan
melalui urin.

rifapentin 97,7-93,2 13,19 Dihidrolisis 17%


oleh enzim diekresikan
esterase melalui urin
membentuk dan 70%
25-desasetil melalui fases.
rifapentin
yang aktif.

. Nama obat TB
1. Isoniazid
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain, profilaksis.
Kontraindikasi : penyakit hati yang aktif ; hipersensitivitas terhadap
Isoniazid.
9
Peringatan : gangguan fungsi hati (uji fungsi hati); gangguan fungsi
Ginjal; resiko efek samping meningkat pada asetilator
Lambat; epilepsi; riwayat psikosis; alkoholisme;
Kehamilan dan menyusui ; porfiria.
Efek samping : mual, muntah, neuritis perifer, neuritis optik, kejang,
Episode psikosis , reaksi hipersensitivitas seperti
Eritema multiforme, demam, purpura, agranulositosis;
Hepatitis ( terutama pada usia lebih dari 35 tahun);
Sindrom Si.Ee, pellagra, hiperglikemia dan
Ginekomastia.
Sediaan beredar : INH generik, beniazid pembangunan, decadoxin
Harsen, INH CIBA novartis indonesia, inoxin forte dexa
Medica, pahadoxin phapros, pulmolin, pharos, pyravit
I.P.N , yhuparin, pyrifort medifarma , suprazid
Armoxindo.

2. Rifampisin
Indikasi : bruselosis, legionelosis, infeksi berat staphyllococcus
Dalam kombinasi dengan obat lain , tuberkulosis , lepra.
Kontraindikasi : penyakit hati aktif
Peringatan : kurangi dosis pada gangguan fungsi hati ; lakukan
Pemeriksaan uji fungsi hati dan menghitung sel darah
Pada pengobatan jangka panjang; gangguan fungsi
Ginjal ( jika dosis lebih dari 600 mg/hari), kehamilan
Dan menyusui.
Efek samping : gangguan saluran cerna meliputi mjual, muntah,
Anoreksia, diare , pada terapi intermiten dapat terjadi
Sindrom influenza, gangguan respirasi (nafas pendek) ,
Kolaps dan syok, anemia hemolitik, anemia, gagal ginjal
Akut, purpura trombositopenia,; gangguan fungsi hati,
Ikhterus, flusing, urtikaria, ruam, udem, kelemahan
Otot, miopati, leukopenia, eosinofilia, gangguan
Menstruasi, warna kemerahan pada urin, saliva dan
Cairan tubuh lainnya.; tromboflembitis pada pemberian
Infus jangka panjang.
Sediaan beredar : rifamisin generik kombipak generik, inpirif tempo,
Kalrifan kalbefarma, RIF armoxindo, rifabiotik
Bernofan, rifacin prafa, rifan dexa medica, rifamec
Mecosin, rifampin pharos, rifamtibi sanbe, rimactane
Novartis indonesia, rimactazid novartis indonesia.

3. Pirizinamid
Indikasi : tuberkulosis dengan obat lain
Kontraindikasi : gangguan fungsi hati berat, porfiria, hipersensitivitas
Terhadap pirizinamid
Peringatan : gangguan fungsi hati; gangguan fungsu ginjal; diabetes,
Pirai.

10
Efek samping : hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia,
Hepatomageli, ikterus, gagal hati; mual , muntah,
Artralgia, anemia sideroblastik, urtikaria.
Sediaan beredar : pyrazinamid generik, corsazinamide corsa, pezeta
Novartis indonesia, prazina armoxindo, sanazet sanbe,
Tibicel pembangunan.

4. Etambutol
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontraindikasi : anak dibawah 6 tahun , neuritis optik, gangguan visual.
Peringatan : turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal, usia lanjut,
Kehamilan, ingatkan pasien untuk melaporkan
Gangguan penglihatan.
Efek samping : neuritis optik, buta warna merah / hijau , neuritis perifer.

5. Streptomisin ( aminoglikosida)
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Kintraindikasi : kehamilan, mistenia gravis
Peringatan : gangguan fungsi ginjal, bayi dan usia lanjut, ( sesuaikan
Dosis , awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler
Dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka
Panjang.
Efek samping : gangguan vesibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas,
Hipomagnesemia, pada pemberian jangka panjang
Kolitis karena antibiotik.
Sediaan beredar : streptomisina sulfat generik, streptomicyn sulphate
Meiji, meiji indonesia.

6. Sikloresin
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.,
Tuberkulosis yang resisten terhadap obat-obat pilihan
Pertama.
Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal berat, epilepsi , depresi, ansietas
Berat, keadaan psikotik, ketergantungan alkohol,
Porfiria.
Peringatan : hentikan atau kurangi dosis jika muncul dermatitis
Alergik atau gejala toksisitas pada SSP, kurangi dosis
Pada gangguan fungsi ginjal (hindari jika parah),
Monitor fungsi hematologi, ginjal dan hati, kehamilan
Dan menyusui.
Efek samping : terutama neurologis, termasuk sakit kepala, pusing,
Vertigo, mengantuk, tremor, kejang, psikosis, depresi ,
Ruam, anemia megaloblastik, perubahan pada uji fungsi
Hati.
Sediaan beredar : cycloserine meiji meiji indonesia

7. Etionamid

11
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontraindikasi : hipersensitive terhadap etioonamid, kerusakan hati
Parah.
Peringatan : perlu dilakukan pengukuran SGOT dan SGPT sebelum
Dan selama penggunaan obat setiap bulannya.
Memonitor kadar gula darah dan fungsi tiroid secara
Periodik.
Inrteraksi : etionamid berinteraksi dengan isoniazid dan sikloserin.
Efek samping : depresi, pusing, konvulsi, nuritis perifer, dan neuropati,
Gangguan olfaktori, pandangan kabur, neuritis optik,
Sakit kepala, lemas, tremor, psikosis, anoreksia, mual
Dan muntah, diare, rasa logam, hepatitis , joundic,
Stomatitis, hipertensi postural, kemerahan pada kulit,
Jerawat, alopesia, trombositopenia, ginekomsastia,
Impotensi, kesulitan dalam mengatur kadar gula darah.
Sediaan beredar : trecator SC wyeth ayest

8. P-asam aminosalisilat
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap p-asam aminosalisilat ,
Gangguan ginjla parah
Peringatan : timbulnya sindrom malabsorbsi, menganggu
Pembacaan AST dengan metode dye azoene dan uji urin
Kualitatif untuk keton, bilirubin, urobilinogen atau
Porfofilinogen , terbentuknya kristaluria
Interaksi : berinteraksi dengan isoniazid, dioxin, dan vitamin B12
Efek samping : mual, muntah, diare, nyeri abdominal, demam, erupsi
Kulit, leukopenia agranulositosis, trombositopenia,
Jaundice, hepatitis, perikarditis, hipoglikemia, neuritis
Optik, enselopati, vaskulitis, dan reduksi pada
Protombine.
Sediaan beredar : paser jacobus pharm

9. Kapreomisin
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain yang
Digunakan ketika obat tahap pertama tidak efektif atau
Tidak dapat digunakan karena toksisitas atau resistensi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap kapreomisin
Peringatan : dapat menyebabkan hambatan pada neuromuskuler
Parsial dengan dosis IV besar, perlu dilakukan
Pemeriksaan fungsi ginjal , dan hipokalemia.
Pinteraksi : berinteraksi dengan aminoglokosida dan obat
Penghambat neuromuskular nondepolarisasi.
Efek samping : ototoksisitas, tinnitus, vertigo, nyeri, dan pendarahan
Berlebihan pada daerah injeksi, abses steril,
Leukositosis, leukopenia, oesinofilia, abnormal pada
Fungsi hati, urtikaria dan kemerahan kulit

12
Makulopapular.
Sediaan beredar : capstat sulfate dura

10. Rifapentin
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontraindikasi : hipersinsitivitas terhadap ripamfisin
Peringatan : kurangi dosis pada gangguan fungsi hati, lakukan
Pemeriksaan uji fungsi hati dan hitung sel darah pada
Pengobatan jangka panjang. Gangguan fungsi ginjal
(jika dosis lebih dari 600 mg/hari) , kehamilan dan
Menyusui.
Interaksi : berinteraksi dengan menghambat protease , obat-obat
Yang simetabolisme oleh sitokrom P450 3A4 dan P450
2C8/9 , kontrasepsi hormonal oral dan sistemik
Efek samping : kemerahan, pyuria, proteinuria, sedimen pada urin,
Neutropenia, limfopenia, hiperurikemia, dan
Peningkatan SGOT dan SGPT.
Sediaan beredar : priftin aventis
d) Obat TB dan Efeknya
Tabel 5. Obat TB dan efek yang terjadi
Obat A Obat B Efek yang terjadi/
deskripsi
isoniazid rifampisin Terjadi pada
hepatotoksisitas, jika
terjadi perubahan
fungsi hati, hentikan
salah satu atau
keduanya
isonazid asetaminofen Hepatotoksisitas
meningkat akibat
hambtan penguraian
asetaminofen,
kemungkinan
isoniazid
menginduksi enzim
oksidase P4550IIE1
pada hati dan ginjal
sehingga metabolit
hepatotoksik dari
asetaminofen
meningkat,monitor
toksisitas
asetaminofen.

isoniazid klorzoksazon Konsentrasi plasma


klorzoksazon
meningkat, efek

13
meningkat, efek tak
diinginkan
meningkat, lakukan
pengaturan dosis
isoniazid disufiram Terjadi perubahan
koordinasi dan
perilaku, mekanisme
tidak diketahui
kemungkinan
aktivitas
dopaminergik
meningkat. Dosis
disulfiram dikurangi
atau dihentikan
isoniazid enfluram Pada asetilator cepat,
gagal ginjal
disebabkan oleh
fluorida anorganik
yang nefrotoksik.
Monitor fungsi ginjal
pada pasien yang
menerima kombinasi
ini terurtama pada
asetilator cepat.

isoniazid hidantoin Kadar serum


hidantoin meningkat,
sehingga efek dan
toksisitas hidantoin
meningkat. Pada dosis
terapeutik yang
umum , toksisitas
fenitoin muncul
signifikan pada
asetilator lambat.
Monitor kadar serum
hidantoin.

isonazid ketokonazol Manfaat terapeutik


ketokonazol mungkin
attenuated, hindari
penggunaan
kombinasi. Monitor
kadar serum
ketokonazol atau
aktivitas antijamur.

14
isoniazid teofilin Isoniazid
meningkatkan kadar
plasma teofilin, dan
terjadi sedikiut
penurunan eliminasi
isoniazid, monitor dan
lakukan pengaturan
dosis.

rifampisin Asam amino salisilat, oral Asam amino salisilat


menurunkan efek
rifampisin, gunakan
interval waktu 8-12
jam untuk masing-
masing.

rifampisin Antiaritmia (amiodaeron, Konsentrasi serum


disopiramid,meksiletin,propafenon,kinidin,prokainamid) antiaritmia menurun
. karena terjaid induksi
CYPA4 oleh
rifampisin. Monitot
secara ketat pada
waktu mulai
menggunakan dan
menghentikan
rifampisin

rifampisin ACEinhibitor (enalaprin) Efek farmakologi


enalapril menurun

rifampisin antikongulan Rifampisin


menurunkan efek
antikoangulan
warfarin karena
peningkatan
metabolisme oleh
enzim mikrosoma
hati, peningkatan
dosis antikoangulan
mungkin diperlukan,
monitor parameter
koagulasi bila
rifampisin dihentikan.

rifampisin Golongan azol (flukonazol, ketokonazol, itrakonazol) Rifampisin dapat


menginduksi
metabolisme antifungi
15
golongan azol,
ketokonazol dapat
mempengaruhi
absorpsi rifampisin
sehingga kadar serum
rifampisin turun,
monitor dan
dilakukan pengaturan
dosis
rifampisin barbiturat Rifampisin dapat
menstimulasi enzim
mikrosomal hati
sehingga barbiturat
cepat diuraikan,
monitor status klinik
dan kadar plasma
barbiturat, jika
diperlukan tingkatkan
dosis barbiturat.

rifampisin Benzodiazepin (diazepam,midazolam,triazolam) Efek farmakologi


diazepam,
midazolam, triazolam
menurun karena
peningjkatan
metabolisme
benzosiazepin,
monitor respon klinik
benzodiazepin bila
mulai menggunakan
dan menghentikan
rifampisin.

rifampisin Beta bloker (bisopropanolol, metoprolol, propanolol) Efek farmakologi


bisopropanolol,
metoptolol,
propanolol menurun
karena peningkatan
metabolisme hepatik
oleh enzim yang
diinduksi rifampisin.

rifampisin buspiron Konsentrasi plasma


buspiron dan efek
farmakologi menurun
karena metabolisme
oleh CYP3A4 yang
16
diinduksi rifampisin,
peningkatan dosis
buspiron mungkin
diperlukan.

rifampisin kloramfenikol Metabolisme


kloramfenikol
meningkat karena
induksi enzim
mikrosomal hati oleh
rifampisin.
rifampisin Kontrasepsi oral Mengurangi efikasi
kontrasepsi oral, dan
kejadian abnormal
pada menstruasi
meningkat, selama
menggunakan
rifampisin gunakan
kontrasepsi cara lain.

rifampisin kortikosteroid Efek kortikosteroid


menurun setelah
beberapa hari
menggunakan
rifampisin dan efek
meningkat lagi
setelah dihentikan 2-3
minggu, hindari
penggunaan
bersamaan.

rifampisin siklosporin Efek imunosupresan


siklosporin menurun
setelah 2 hari
menggunakan
rifampisin, setelah
rifampisin dihenitan
1-3 minggu efek
kembali. Hal ini
terjadi karena terjadi
induksi enzim
sitokrom P-450
intestinal. Diperlukan
peningkatan dosis
siklosporin.

rifampisin delavirdin Rifampisin


17
meningkatkan
metabolisme
delavirdin karena
induksi enzim
sehingga konsentrasi
dalam plasma
menurun, hindari
penggunaan
bersamaan.

rifampisin digoksin Konsentrasi digoksin


menurun pada
penggunaan
bersamaan, mungkin
diperlukan
peniungkatan dosis
digoksin.

rifampisin doksisiklin Rifampisin dapat


menurunkan
konsentrasi dan waktu
paro doksisiklin yang
memungkinkan
turunnya efek terapi,
monitor respon klinik.

rifampisin estrogen Rifampisin


melemahkan
efektivitas estrogen
dengan menginduksi
enzim metabolisme,
menurunkan AUC
dan waktu paro,
gunakan metode
kontrasepsi lain.

rifampisin fluorkinolon Rifampisin


mempercepat
metavbolisme
fluorkinolon,
diperlukan pengaturan
dosis fluorkinolon.

rifampisin haloporidol Rifampisin


menurunkan
konsentrasi plasma
dan keefektivan klinik
18
haloperidol, pada
penambahan atau
penghentian
rifampisin monitor
dengan hati-hati
respon pasien. Jika
diperlukan dosis
disesuaikan
rifampisin hidantoin Kadar serum
hidantoin dapat
menurun karena
rifampisin
meningkatkan enzim
metabolisme hepatik,
monitor kadar serum
hidantoin dan amati
pasien.

rifampisin isonazid Hepatoroksisitas


meningkat bila
dibandingkan dengan
penggunaan tunggal
masing-masing, bila
terjadi perubahan
pada fungsi hati
hentikan salah satu
atau keduanya.

rifampisin losartan Rifampisin dapat


meningkatkan
metabolisme losartan,
amati respon klinik
pasien pada waktu
mulai atau
penghentian
rifampisin.

rifampisin Antibiotik makrolida (klaritromisin) Metabolisme


rifampisin dapat
dihambat, sebaliknya
metabolisme
antibiotik makrolida
dapat meningkat.
Amati efek samping
yang meningkat dan
penurunan respon
terhadap antibiotik
19
makrolida.

rifampisin Analgetik narkotik (metadon, morfin) Pasien dapat


mengalami reaksi
putus obat.
Rifampisin
menstimulasi
metabolisme
metadon.
rifampisin nifedipin Efek terapeutik
nifedipin dapat
menurun. Monitor
tekanan darah dan
gejala angina.
Sesuaikan dosis
nifedipin atau
gunakan
antihipertensi lain.

rifampisin ondansetron Konsentrasi plasma


ondansetron dapat
menurun. Gunakan
antiemetik lain.

rifampisin progestin Rifampisin dapat


meningkatkan laju
eliminasi progestin
dalam kontrasepsi
oral, hindari
penggunaan bersama.

rifampisin Inhibitor protease (indinavir,nelfinavir,ritonavir) Rifampisin dapat


meningkatkan
metabolisme inhibitor
protease dan inhibitor
protease dan
menurunkan
metabolisme
rifampisin.
rifampisin Derivate kinin Rifamipisin
meningkatkan klirens
hepatik derivat kinin.
Induksi enzim tetap
bertahan setelah
beberapa hari
penghentian
rifampisin . untuk
20
memperoleh efek
yang diinginkan harus
ditingkatkan dosis
derivat kinin.
Penghentian
rifampisin dapat
mengakibatkan
tercapainya toksisitas
derivat kinin, monitor
kadar serum derivat
kinik EKG
Rifampisin sulfasalazin Konsentrasi plasma
sulfapiridin berkurang
dalam penggunaan
bersama antara
sulfasalazin dan
rifampisin. Hal ini
terjadi karena
perubahan flora
bakteri yang dapat
mereduksi
sulfasalazin menjadi
sulfapiridin dam
mesalazin

https://fzahra97.blogspot.com/2017/10/makalah-farmakoterapi-tuberculosis-dan.html

21
BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai