FARMAKOTERAPI TUBERKULOSIS
Dosen Pengampu : apt. Kadar Ismah, S.Farm.
Disusun oleh:
Kelas : S1 FARMASI (3B)
Nama Kelompok :
1. Naila Syakirotul Rizqiyah (201905052)
2. Noor Wafiq Azizah (201905058)
3. Rosalina Muna Tazkiyah (201905073)
4. Shinta Fradista Lisia (201905083)
5. Wafda Nailil Muna (201905089)
6. Zannuba Arina Baroroh (201905094)
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
“FARMAKOTERAPI TUBERKULOSIS”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,
saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................................................3
Tujuan..........................................................................................................................................3
BABII..............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
TUBERKULOSIS......................................................................................................................4
BABIII..........................................................................................................................................29
PENUTUP....................................................................................................................................29
KESIMPULAN..........................................................................................................................29
SARAN......................................................................................................................................30
DAFTARPUSTAKA...........................................................................................................................31
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tubercolosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis)
yang mampu menginfeksi secara laten ataupun progresif.
Penyakit TBC merupakan bagian dari 9 penyakit berbahaya di dunia. TBC berada pada peringkat ke-8.
Untuk penyakit TBC berdasarkan laporan penanggulangan global TBC yang dikeluarkan oleh WHO
pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000
penduduk), dan 46% di antaranya diperkirakan kasus baru. Sedangkan pada demam berdarah
diperkirakan 500.000 pasien
Sedangkan untuk TBC, 2 milyar orang terifeksi dan 2-3 juta orang meninggal setiap tahunnya.
Indonesia menepaati urutan ketiga dalam jumlah penderita tuberculosis terbesar setelah India dan Cina.
Berdasarkan kenyataan ini, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai farmakoterapi dari penyakit
tuberculosis dan demam berdarah.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa itu penyakit tuberculosis? Serta bagaimana farmakoterapinya?
C. TUJUAN PENULISAN
Mengetahui tentang penyakit tuberculosis Serta farmakoterapinya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. TUBERCULOSIS
Ø Manifestasi klinis dari TB pulmoner tidak spesifik , indikasi hanya pada proses
infeksi yang berjalan dengan lambat (tabel 1)
Ø Pemeriksaan fisik nonspesifik, dugaan perkembangan penyakit pulmoner.
Ø Manifestasi klinis berhubungan dengan TB ekstrapulminar bervariasi tergantung
pada organ yang terlibat tetapi mengandung perkembangan yang lambat dari fungsi
organ yang lambat dari fungsi organ dengan demam tingkat rendah dan sindom
lainnya.
II. TERAPI
a) Pendekatan umum
Kategori 1 diobati dengan INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol selama 2 bulan (fase
intensif) setiap hari dan selanjutnya 4 bulan (fase lanjutan) dengan INH dan rifampisin 3 kali dalam
seminggu (2HRZE/4H3R3)
Kategori 2 diobat dengan INH, rifampisin, pirazinamid, etambutol dan strreptomisin selama 2
bulan setiap hari dan selanjutnya dengan INH dan etambutol selama 5 bulan seminggu 3 kali
( 2HRZES/ HRZE / 5H3R3E3)
Jika setelah dua bulan BTA masih positif, fase intensif ditambah 1 bulan sebagai sisipan (dengan
HRZE).
Berat badan (kg) Tahap intensif tiap hari selama Tahap lanjutan 3 kali seminggu
56 hari RHZE (150/75/400/275) selama 16 minggu RH (150/150)
Berat Tahap intensif tiap hari selama 56 hari RHZE Tahap lanjutan 3 kali seminggu
badan (150/75/400/275) + 5 selama 16 minggu RH (150/150) + E
(kg) (275)
38-54 3 tab 4 KDT + 750 mg 3 tablet 2 KDT 3 tab 2 DKD + 3 tab etambutol
streptomisin inj
55-70 4 tab 4 KDT + 1000 4 tablet 2 KDT 4 tab 2 DKD + 4 tab etambutol
mg streptomisin inj
>71 5 tab 4 KDT + 1000 5 tablet 2 KDT 5 tab 2 DKD + 5 tab etambutol
mg streptomisin inj
7
Catatan :
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500 mg tanpa
memperhatikan badan.
b) Mekanisme Kerja Obat
Isoniazid bekerja dengan menghambat sintesa asam mikolat, komponen terpenting pada dinding
sel bakteri. Rifampisin menghambat aktivitas RNA polimerase yang tergantung DNA pada sel sel
yang rentan. Pirazinamid adalah analog pirazin dari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau
bakterisid terhadap Mycobacterium tuberculosis tergantung pada dosis pemberian. Mekanisme
kerja pirazinamid belum diketahui secara pasti. Etambutol menghambat sintesis minimal 1
metabolit yang menyebabkan kerusakan pada metabolisme sel, menghambat multiplikasi, dan
kematian sel. Streptomisin adalah antibiotik bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein.
Etionamida dapat bekerja sebagai bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada konsentrasi obat.
Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti tetapi etionamid dapat menghambat sintesis
peptida pada organisme yang rentan. Asam aminosalisilat menghambat pembentukan asam folat
atau menghambat pembentukan komponen dinding sel, mikobaktin, dengan menurunkan
pengambilan besi oleh M. Tuberculosis. Rifapentin memiliki mekanisme kerja yang sama dengan
rifampisin.
c) Data Farmakokinetik
Tabel 4 : Data farmakokinetik dari obat TB
obat Ikatan T ½ (jam) metabolisme ekresi
protein(%)
isoniazid 30 Bervariasi Asetilasi di 50-70%
tergantung pada hati isoniazid
kecepatan asetilasi. diekresikan
Asetilator dalam bentuk
cepatmemetabolisme yang tidak
obat 5-6 kali lebih berubah dan
cepat dibandingkan metabolitnya
asetilator lambat melalui ginjal
dalam waktu
24 jam.
. Nama obat TB
1. Isoniazid
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain, profilaksis.
Kontraindikasi : penyakit hati yang aktif ; hipersensitivitas terhadap
Isoniazid.
9
Peringatan : gangguan fungsi hati (uji fungsi hati); gangguan fungsi
Ginjal; resiko efek samping meningkat pada asetilator
Lambat; epilepsi; riwayat psikosis; alkoholisme;
Kehamilan dan menyusui ; porfiria.
Efek samping : mual, muntah, neuritis perifer, neuritis optik, kejang,
Episode psikosis , reaksi hipersensitivitas seperti
Eritema multiforme, demam, purpura, agranulositosis;
Hepatitis ( terutama pada usia lebih dari 35 tahun);
Sindrom Si.Ee, pellagra, hiperglikemia dan
Ginekomastia.
Sediaan beredar : INH generik, beniazid pembangunan, decadoxin
Harsen, INH CIBA novartis indonesia, inoxin forte dexa
Medica, pahadoxin phapros, pulmolin, pharos, pyravit
I.P.N , yhuparin, pyrifort medifarma , suprazid
Armoxindo.
2. Rifampisin
Indikasi : bruselosis, legionelosis, infeksi berat staphyllococcus
Dalam kombinasi dengan obat lain , tuberkulosis , lepra.
Kontraindikasi : penyakit hati aktif
Peringatan : kurangi dosis pada gangguan fungsi hati ; lakukan
Pemeriksaan uji fungsi hati dan menghitung sel darah
Pada pengobatan jangka panjang; gangguan fungsi
Ginjal ( jika dosis lebih dari 600 mg/hari), kehamilan
Dan menyusui.
Efek samping : gangguan saluran cerna meliputi mjual, muntah,
Anoreksia, diare , pada terapi intermiten dapat terjadi
Sindrom influenza, gangguan respirasi (nafas pendek) ,
Kolaps dan syok, anemia hemolitik, anemia, gagal ginjal
Akut, purpura trombositopenia,; gangguan fungsi hati,
Ikhterus, flusing, urtikaria, ruam, udem, kelemahan
Otot, miopati, leukopenia, eosinofilia, gangguan
Menstruasi, warna kemerahan pada urin, saliva dan
Cairan tubuh lainnya.; tromboflembitis pada pemberian
Infus jangka panjang.
Sediaan beredar : rifamisin generik kombipak generik, inpirif tempo,
Kalrifan kalbefarma, RIF armoxindo, rifabiotik
Bernofan, rifacin prafa, rifan dexa medica, rifamec
Mecosin, rifampin pharos, rifamtibi sanbe, rimactane
Novartis indonesia, rimactazid novartis indonesia.
3. Pirizinamid
Indikasi : tuberkulosis dengan obat lain
Kontraindikasi : gangguan fungsi hati berat, porfiria, hipersensitivitas
Terhadap pirizinamid
Peringatan : gangguan fungsi hati; gangguan fungsu ginjal; diabetes,
Pirai.
10
Efek samping : hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia,
Hepatomageli, ikterus, gagal hati; mual , muntah,
Artralgia, anemia sideroblastik, urtikaria.
Sediaan beredar : pyrazinamid generik, corsazinamide corsa, pezeta
Novartis indonesia, prazina armoxindo, sanazet sanbe,
Tibicel pembangunan.
4. Etambutol
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontraindikasi : anak dibawah 6 tahun , neuritis optik, gangguan visual.
Peringatan : turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal, usia lanjut,
Kehamilan, ingatkan pasien untuk melaporkan
Gangguan penglihatan.
Efek samping : neuritis optik, buta warna merah / hijau , neuritis perifer.
5. Streptomisin ( aminoglikosida)
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Kintraindikasi : kehamilan, mistenia gravis
Peringatan : gangguan fungsi ginjal, bayi dan usia lanjut, ( sesuaikan
Dosis , awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler
Dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka
Panjang.
Efek samping : gangguan vesibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas,
Hipomagnesemia, pada pemberian jangka panjang
Kolitis karena antibiotik.
Sediaan beredar : streptomisina sulfat generik, streptomicyn sulphate
Meiji, meiji indonesia.
6. Sikloresin
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.,
Tuberkulosis yang resisten terhadap obat-obat pilihan
Pertama.
Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal berat, epilepsi , depresi, ansietas
Berat, keadaan psikotik, ketergantungan alkohol,
Porfiria.
Peringatan : hentikan atau kurangi dosis jika muncul dermatitis
Alergik atau gejala toksisitas pada SSP, kurangi dosis
Pada gangguan fungsi ginjal (hindari jika parah),
Monitor fungsi hematologi, ginjal dan hati, kehamilan
Dan menyusui.
Efek samping : terutama neurologis, termasuk sakit kepala, pusing,
Vertigo, mengantuk, tremor, kejang, psikosis, depresi ,
Ruam, anemia megaloblastik, perubahan pada uji fungsi
Hati.
Sediaan beredar : cycloserine meiji meiji indonesia
7. Etionamid
11
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontraindikasi : hipersensitive terhadap etioonamid, kerusakan hati
Parah.
Peringatan : perlu dilakukan pengukuran SGOT dan SGPT sebelum
Dan selama penggunaan obat setiap bulannya.
Memonitor kadar gula darah dan fungsi tiroid secara
Periodik.
Inrteraksi : etionamid berinteraksi dengan isoniazid dan sikloserin.
Efek samping : depresi, pusing, konvulsi, nuritis perifer, dan neuropati,
Gangguan olfaktori, pandangan kabur, neuritis optik,
Sakit kepala, lemas, tremor, psikosis, anoreksia, mual
Dan muntah, diare, rasa logam, hepatitis , joundic,
Stomatitis, hipertensi postural, kemerahan pada kulit,
Jerawat, alopesia, trombositopenia, ginekomsastia,
Impotensi, kesulitan dalam mengatur kadar gula darah.
Sediaan beredar : trecator SC wyeth ayest
8. P-asam aminosalisilat
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap p-asam aminosalisilat ,
Gangguan ginjla parah
Peringatan : timbulnya sindrom malabsorbsi, menganggu
Pembacaan AST dengan metode dye azoene dan uji urin
Kualitatif untuk keton, bilirubin, urobilinogen atau
Porfofilinogen , terbentuknya kristaluria
Interaksi : berinteraksi dengan isoniazid, dioxin, dan vitamin B12
Efek samping : mual, muntah, diare, nyeri abdominal, demam, erupsi
Kulit, leukopenia agranulositosis, trombositopenia,
Jaundice, hepatitis, perikarditis, hipoglikemia, neuritis
Optik, enselopati, vaskulitis, dan reduksi pada
Protombine.
Sediaan beredar : paser jacobus pharm
9. Kapreomisin
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain yang
Digunakan ketika obat tahap pertama tidak efektif atau
Tidak dapat digunakan karena toksisitas atau resistensi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap kapreomisin
Peringatan : dapat menyebabkan hambatan pada neuromuskuler
Parsial dengan dosis IV besar, perlu dilakukan
Pemeriksaan fungsi ginjal , dan hipokalemia.
Pinteraksi : berinteraksi dengan aminoglokosida dan obat
Penghambat neuromuskular nondepolarisasi.
Efek samping : ototoksisitas, tinnitus, vertigo, nyeri, dan pendarahan
Berlebihan pada daerah injeksi, abses steril,
Leukositosis, leukopenia, oesinofilia, abnormal pada
Fungsi hati, urtikaria dan kemerahan kulit
12
Makulopapular.
Sediaan beredar : capstat sulfate dura
10. Rifapentin
Indikasi : tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontraindikasi : hipersinsitivitas terhadap ripamfisin
Peringatan : kurangi dosis pada gangguan fungsi hati, lakukan
Pemeriksaan uji fungsi hati dan hitung sel darah pada
Pengobatan jangka panjang. Gangguan fungsi ginjal
(jika dosis lebih dari 600 mg/hari) , kehamilan dan
Menyusui.
Interaksi : berinteraksi dengan menghambat protease , obat-obat
Yang simetabolisme oleh sitokrom P450 3A4 dan P450
2C8/9 , kontrasepsi hormonal oral dan sistemik
Efek samping : kemerahan, pyuria, proteinuria, sedimen pada urin,
Neutropenia, limfopenia, hiperurikemia, dan
Peningkatan SGOT dan SGPT.
Sediaan beredar : priftin aventis
d) Obat TB dan Efeknya
Tabel 5. Obat TB dan efek yang terjadi
Obat A Obat B Efek yang terjadi/
deskripsi
isoniazid rifampisin Terjadi pada
hepatotoksisitas, jika
terjadi perubahan
fungsi hati, hentikan
salah satu atau
keduanya
isonazid asetaminofen Hepatotoksisitas
meningkat akibat
hambtan penguraian
asetaminofen,
kemungkinan
isoniazid
menginduksi enzim
oksidase P4550IIE1
pada hati dan ginjal
sehingga metabolit
hepatotoksik dari
asetaminofen
meningkat,monitor
toksisitas
asetaminofen.
13
meningkat, efek tak
diinginkan
meningkat, lakukan
pengaturan dosis
isoniazid disufiram Terjadi perubahan
koordinasi dan
perilaku, mekanisme
tidak diketahui
kemungkinan
aktivitas
dopaminergik
meningkat. Dosis
disulfiram dikurangi
atau dihentikan
isoniazid enfluram Pada asetilator cepat,
gagal ginjal
disebabkan oleh
fluorida anorganik
yang nefrotoksik.
Monitor fungsi ginjal
pada pasien yang
menerima kombinasi
ini terurtama pada
asetilator cepat.
14
isoniazid teofilin Isoniazid
meningkatkan kadar
plasma teofilin, dan
terjadi sedikiut
penurunan eliminasi
isoniazid, monitor dan
lakukan pengaturan
dosis.
https://fzahra97.blogspot.com/2017/10/makalah-farmakoterapi-tuberculosis-dan.html
21
BAB III
PENUTUP