Anda di halaman 1dari 34

VARIAN COVID-19 DAN TATALAKSANA

ERLINA BURHAN

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI


FKUI-RSUP PERSAHABATAN
MUTASI DAN VARIAN BARU

• Kesalahan pada coding RNA virus à Mutasi


KENAPA VARIAN BARU CORONA BISA
TERBENTUK?
• Virus yang memiliki mutasi tersebut à Variant
KONSEP MUTASI • Strain à Varian yang memiliki karakteristik
fisik yang berbeda à secara fungsi dan
perilaku dari virus aslinya

Jungreis, I., Sealfon, R. & Kellis, M. SARS-CoV-2 gene content and COVID-19 mutation impact by comparing
44 Sarbecovirusgenomes. Nat Commun 12, 2642 (2021). https://doi.org/10.1038/s41467-021-22905-7
Mengapa Virus Bermutasi?
Agar virus dapat Mutasi juga
Ketika virus masuk ke dalam membuat virus
bertahan hidup à
tubuh manusia dan merusak virus bermutasi semakin kuat
sel-sel dalam tubuh à sistem
untuk mengelabui dan lebih mudah
kekebalan tubuh manusia sistem kekebalan
menghambat replikasinya berkembang
tubuh inangnya biak

Ketika variasi yang terbentuk meningkatkan risiko terhadap


manusia, baik mengenai transmisi, virulensi, dan efektivitas
tatalaksana serta vaksin; maka disebut variants of concern (VOC)
Variants of Concern
• Mutasi pada virus à variasi baru
• Variasi yang meningkatkan risiko
terhadap manusia, baik mengenai
transmisi, virulensi, dan efektivitas
tatalaksana serta vaksin; à disebut
Variants of concern (VOC)
• semakin banyak infeksi pada suatu
populasi, kemungkinan mutasi virus
semakin meningkat

WHO, EPI-Win, infodemic. An update on SARS-CoV-2 virus mutations & variants. WHO EPI-Win Update, Jan 25 2021 [Accessed April 8 2021]. Available from: https://www.who.int/docs/default-
source/coronaviruse/risk-comms-updates/update47-sars-cov-2-variants.pdf?sfvrsn=f2180835_4
VOC: Variant of Concern
Varian dengan:

• Genetik marker spesifik yang


mengalami perubahan receptor
binding

• Berkurangnya netralisasi oleh Variants of


antibody dari infeksi sebelumnya
/vaksinsasi berkurang, efikasi obat- Interest
obatan terhadapnya

• Memungkinkan adanya peningkatan


keparahan dan kapasitas penularan

• Perubahan pada diagnosis


Variants of Interest
SEBARAN VOC DI DUNIA
UPDATE VARIAN BARU DI INDONESIA (23 AGUSTUS 2021)
Label WHO Pango Lineages Status di Indonesia
Alpha B.1.1.7 33 kasus (per 6 Juli 2021)
Beta B.1.351 28 kasus (per 6 Juli 2021)
B.1.351.2
B.1.351.3
Gamma P.1 Belum ada data
P.1.1 DKI Jakarta Catat 271
P.1.2 Kasus Varian Baru
Virus Corona,
Delta B.1.617.2 1823 kasus (per 21 Agustus 2021) Didominasi Delta,
AY.1 Muncul Kappa dan
Eta (kompas.com
AY.2
Eta B.1.525 4 kasus di Jakarta (per 6 Juli 2021)

Iota B.1.526 2 sekuens ditemukan (7 Juli 2021)

Kappa B.1.617.1 1 kasus di Jakarta (6 Juli 2021) dan


1 kasus di Sumatra Selatan (Jan
2021)
Lambda C.37 Belum ada data
COVID-19 ALPHA VARIANT (B.1.1.7)

Pertama ditemukan di UK September 2020

Sudah menyebar ke lebih dari 90 negara termasuk Indonesia

Berbagai penemuan menunjukkan tingkat kematian yang


lebih tinggi

Menjadi strain dommaint di inggris yang berperan penting utama


dalam kasus-kasus yang meningkat di bulan-bulan musim dingin
https://www.bbc.co.uk/news/amp/health-55659820
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/transmission/variant.html
COVID-19 Varian BETA (B.1.351)

• Ditemukan pertama kali di Afrika Oktober 2020 ditemukan


Selatan, Oktober 2020 di Afrika Selatan
• Ditemukan lebih mudah menular
• Terdapat 3 mutase di receptor 30 Desember dilaporkan varian B
receptor-binding domain (RBD) 1.351 telah menyebar ke 4 negara
pada apike glycoprotein virus:
K417N, E484K, N501Y 20 Februari 2021 dilaporkan varian
telah menyebar ke 46 negara

• Duong D. What’s important to know about the new COVID-19 variants?. Canadian Medical Association Journal. 2021;193(4):E141-E142.
• Kamps B, Hoffmann C. COVID Reference. 6th ed. Hamburg: Steinhäuser Verlag; 2021.
COVID-19 VARIAN DELTA B.1.617.2

• Pertama kali ditemukan di India, Oktober 2020


• Memiliki 2 mutase: E484Q dan L452R
• Varian dengan 2 mutasi ini diduga menjadi
penyebab terjadinya pelonjakan kasus di india,
namun belum dapat dikonfirmasi.

WHO, Public Health England, Imperia College, Australian Government, Lancet


COVID-19 Varian Delta B.1.617:
Implikasi Klinis

• Varian Delta 3 kali lebih menular dibandingkan varian pertama virus penyebab Covid-19
• 2,61 kali peningkatan risiko rawat inap di rumah sakit
• 1,67 kali peningkatan membutuhkan penanganan gawat darurat

• Masih bisa terdeteksi oleh pemeriksaan PCR


• Belum ada penelitian atau laporan terpublikasi yang menunjukan varian delta memiliki gejala berbeda
• Terbukti menurunkan kemampuan penetralisir antibody à potensi meningkatkan resiko reinfeksi
• Terbukti menurunkan kemampuan penetralisir beberapa vaksin
– Vaksin Pfizer dan Aztrazeneca à efektivitas berkurang bila hanya 1 dosis (terjaga bila 2 dosis)

WHO, Public Health England, Imperia College, Australian Government, Lancet


Delta Variant SARS-CoV-2 as Compared to Other Strains

Previous variants typically produced less virus in the body of infected fully
1 vaccinated people

2 The Delta variant produces high amount of virus in both, unvaccinated and fully
vaccinated people

The amount of virus produced by Delta variant in fully vaccinated people


3 goes down faster

Fully vaccinated people are likely to remain infectious for short time
4 than unvaccinated people

CoV: Corona virus; SARS: Severe Acute Respiratory Syndrome


1. CDC. Delta Variant: What We Know About the Science [Internet] [cited 2021 August 29] Available at https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/variants/delta-variant.html 14
GEJALA KLINIS VARIAN KAPPA

Ruam merah Batuk


seluruh tubuh Demam tinggi persisten
(mirip campak) disertai pilek

Tidak bisa
Mata merah
Mulut kering mengecap dan
dan berair
menghidu

BNT162b2-elicited neutralization of B.1.617 and other SARS-CoV-2 variants | Nature


GEJALA KLINIS VARIAN LAMBDA

Batuk
Demam tinggi
persisten

Ageusia (tidak
Anosmia (tidak
bisa mengecap
bisa menghidu)
rasa)

BNT162b2-elicited neutralization of B.1.617 and other SARS-CoV-2 variants | Nature


• Mu varian (B.1.621) pertama kali terdeteksi di kolombia pada Januari
2021
• WHO menetapkan Varian Mu masuk kedalam VOI (Variant of Interest)
• Varian ini terdeteksi juga di 39 negara lainnya seperti Inggirs,
Varian Mu B1.621 •
Amerika, Hongkong.
Varian ini tercatat kurang dari 0,1% dari infeksi Covid dunia, mulai

: VOI
berkembang di kolombia dan ekuador dengan angka 39% dan 13%
dari kasus Covid
• Sifat dari Mu Varian ini masih diteliti perihal penularan, kekebalan dan
dampak keseriusannya
• di Inggris 32 kasus Mu terlah terdetesi dengan rata-rata usia 20 tahun,
beberapa orang yang positif telah menerima satu atau dua dosis
vaksin Covid
• Varian Mu sampai saat ini belum menimbulkan kekhawatiran
seperti alpha dan Delta
• Varian ini sampai saat ini belum tercatat masuk ke indonesia
https://www.ecdc.europa.eu/en/covid-19/variants-concern https://www.theguardian.com/world/2021/sep/01/who-monitoring-new-coronavirus-variant-named-mu
https://www.kemkes.go.id/article/view/21090800002/indonesia-waspadai-varian-mu.html
Mengapa Varian Baru Berbahaya
Lebih Mudah Menular : Gejala

• Transmisi varian delta ~60% lebih tinggi dari varian alfa Flu yang berat:
• Viral load menjadi tinggi karena replikasi yg sangat cepat ◦ Sakit kepala, dikuti dengan nyeri
tenggorok, hidung berair dan demam
• bisa mengelabui system imun ◦ Pilek
◦ Hidung tersumbat
Lebih berdampak kepada keparahan penyakit :
◦ Bersin
• replikasi yang cepat
Nyeri otot
• bisa mengelabui system imun
“nggak enak badan”
• Menyerang segala usia

• Meningkatkan angka kematian


Kadang disertai oleh gejala klasik Covid

Menurunkan Efektifitas dari Vaksin


Virus BERMUTASI untuk BERTAHAN

KITA KAPAN ???

TIDAK MENGAPA ADA VARIANT BARU, ASAL JANGAN


MASUK KE DALAM TUBUH KITA
PROKES NYA SAMA
“Mutasi” yang Bisa Anda Lakukan
● Jadi agen Edukasi untuk keluarga dan lingkungan sekitar
● Gunakan masker dengan benar jika terpaksa keluar rumah dan saat isoman

○ Pertimbangkan penggunakan double mask atau masker setara n95


● Sering mencuci tangan

○ Dengan sabun dan air jika memungkinkan, atau dengan handrub


berbasis alcohol

● Segera lakukan vaksinasi

● Jangan percaya hoax, Jangan sebar hoax


Penelitian virus strain lebih
lanjut
Apa yang Pengembangan dan update
vaksin
dilakukan
para ahli? Memetakan potensi penyebaran

Menggalakkan protokol
kesehatan
Derajat COVID-19 Dewasa
Tanpa Gejala/Asimtomatik

Ringan
• Memiliki gejala tanpa ada bukti pneumonia atau hipoksia

Sedang
• Dewasa: tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat), tanpa
tanda pneumonia berat. SpO2 ≥93% di udara ruang
Berat
• Dewasa: tanda klinis pneumonia ditambah salah satu tanda pneumonia
berat:
• Frekuensi napas >30x/menit;
• Distress napas berat;
• SpO2 <93% di udara ruang

Kritis
• Sudah terjadi ARDS, sepsis, atau syok sepsis

Burhan E, Susanto AD, Isbaniah F, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, et al. Pedoman tatalaksana COVID-19. 3rd ed. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI; 2020.
Tata Laksana COVID-19 Tanpa Gejala (1)
Isolasi dan Pemantauan

• Isolasi mandiri selama 10 hari sejak terkonfirmasi COVID-19,


baik di rumah maupun di fasilitas lain yang disiapkan
• Pasien dipantau oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP), dan kontrol ke FKTP setelah selesai isolasi

Non-Farmakologis
• Terapkan protokol kesehatan
• Berjemur 10-15 menit tiap hari
• Anggota keluarga yang kontak erat hendaknya memeriksakan diri
Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
Tata Laksana COVID-19
Tanpa Gejala (2)
Farmakologis

• Vitamin C: 3-4x500 mg, 14 hari (non acidic), 2x500 mg, 30 hari


(acidic) per oral
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Pengobatan komorbid / penyakit penyerta
• Obat suportif lain (fitofarmaka, OMAI, antioksidan) dapat
dipertimbangkan

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
Tata Laksana COVID-19 Derajat Ringan (1)
Isolasi dan Pemantauan

• Isolasi mandiri selama 10 hari sejak terkonfirmasi COVID-19, baik di


rumah maupun di fasilitas lain yang disiapkan
• Pasien dipantau oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), dan
kontrol ke FKTP setelah selesai isolasi

Non-Farmakologis

• Terapkan protokol kesehatan


• Berjemur 10-15 menit tiap hari
• Anggota keluarga yang kontak erat hendaknya memeriksakan diri

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
Tata Laksana COVID-19 Derajat Ringan (2)
Farmakologis

• Vitamin C: 3-4x500 mg, 14 hari (non acidic), 2x500 mg, 30 hari (acidic)
per oral
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Antivirus: favipiravir per oral 2x1600 mg hari ke-1, 2x600 mg hari ke-2
sampai hari ke-5 (sediaan 200 mg)
• Terapi simtomatis (misalnya parasetamol jika demam)
• Pengobatan komorbid / penyakit penyerta dan komplikasi yang ada
• Obat suportif lain (fitofarmaka, OMAI, antioksidan) dapat
dipertimbangkan
Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT SEDANG (1)
Isolasi dan Perawatan

• Isolasi dan perawatan di Ruang Isolasi COVID-19 Rumah Sakit


Rujukan atau RS Darurat COVID-19

Non-Farmakologis

• Istirahat total
• Asupan kalori dan cairan cukup
• Oksigen jika diperlukan
• Pemantauan berkala hasil laboratorium darah perifer lengkap, hitung jenis
leukosit, dan ditambah CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, dan foto toraks jika
memungkinkan
Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
Tata Laksana COVID-19 Derajat Sedang (2)
Farmakologis

• Vitamin C: 200-400 mg/8 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1
jam secara drip intravena
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Antivirus: favipiravir peroral 2x1600 mg hari ke-1, 2x600 mg hari ke-2-5
(sediaan 200 mg) ATAU remdesivir IV drip 200 mg hari ke-1, 1x100 mg
hari ke-2-5 atau hari ke-2-10
• Antikoagulan LMWH/UFH sesuai evaluasi DPJP
• Terapi simtomatis (misalnya parasetamol jika demam)
• Pengobatan komorbid / penyakit penyerta dan komplikasi yang ada

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
Tata Laksana COVID-19 Derajat Berat atau Kritis (1)
Isolasi dan Perawatan

• Isolasi dan perawatan di Ruang Isolasi COVID-19 Rumah Sakit Rujukan COVID-19 atau ICU

Non-Farmakologis
• Istirahat total
• Asupan kalori dan cairan cukup, kontrol elektrolit
• Oksigen jika SpO2 <93% dengan udara bebas. Jenis alat dan flow disesuaikan hingga mencapai target SpO2
92-96%
• Pemantauan berkala hasil laboratorium darah perifer lengkap, hitung jenis leukosit, dan ditambah CRP, fungsi
ginjal, fungsi hati, hemostasis, LDH, dan D-dimer jika memungkinkan
• Pemeriksaan foto toraks serial
• Monitor: frekuensi napas (≥30x/menit); SpO2 (≤93 %); PaO2/FiO2 ≤300 mmHg; peningkatan >50% keterlibatan
di area paru dari radiografi toraks dalam 24-48 jam; limfopenia progresif; peningkatan CRP progresif; asidosis
laktat progresif
• Untuk mencegah perburukan penyakit ke gagal napas: terapi oksigen dengan HFNC atau NIV jika tidak ada
perbaikan klinis dalam 1 jam atau ada perburukan klinis, pembatasan resusitasi cairan, atau awake prone
position
• Jika gagal napas dengan ARDS, dipertimbangkan penggunaan ventilator mekanik
Tata Laksana COVID-19 Derajat Berat atau Kritis (2)
Farmakologis
• Vitamin C: 200-400 mg/8 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1 jam secara drip intravena
• Vitamin B1: 1 ampul/24 jam intravena
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Antivirus: favipiravir peroral 2x1600 mg hari ke-1, 2x600 mg hari ke-2-5 (sediaan 200 mg) ATAU
remdesivir IV drip 200 mg hari ke-1, 1x100 mg hari ke-2-5 atau hari ke-2-10
• Kortikosteroid: deksametason 6 mg/24 jam, 10 hari, atau dosis ekivalennya (metilprednisolon 32 mg,
hidrokortison 160 mg)
• Anti IL-6 (Tocilizumab/Sarilumab): Tocilizumab 8 mg/kgBB single dose. Satu dosis tambahan dapat
diberikan jika belum ada perbaikan atau mengalami perburukan, dengan jarak antar dosis minimal 12 jam
• Antikoagulan LMWH/UFH sesuai evaluasi DPJP
• Terapi simtomatis (misalnya parasetamol jika demam)
• Pengobatan komorbid / penyakit penyerta dan komplikasi yang ada
• Jika pasien mengalami syok, berikan tata laksana sesuai pedoman yang ada: resusitasi cairan,
vasopressor, atau inotropik, dan dimonitor secara intensif
• Terapi suportif lain sesuai indikasi
Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
Perubahan Tata Laksana Terapi COVID-19 Terbaru Sesuai Usulan Organisasi Profesi
Lama Baru

Tanpa Gejala Vitamin C, B, E, D, Zinc Vitamin C, D, dan/atau obat-obatan suportif


Vitamin C, B, E, D, Zinc Vitamin C, D
Azitromisin Favipiravir
Ringan
Oseltamivir atau Favipiravir Pengobatan simtomatis
Pengobatan simtomatis Obat-obat suportif
Vitamin C, B, E, D, Zinc Vitamin C, D
Azitromisin Favipiravir atau Remdesivir
Favipiravir atau Remdesivir Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
Kortikosteroid Pengobatan simtomatis
Sedang Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
Pengobatan simtomatis
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
Anti IL-6 (tocilizumab)
Vitamin C, B1, D
Vitamin C, B, E, D, Zinc Favipiravir atau Remdesivir
Azitromisin Kortikosteroid
Favipiravir atau Remdesivir Anti IL-6 (tocilizumab/sarilumab)
Berat atau Kortikosteroid Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
Kritis Pengobatan simtomatis
Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada Terapi tatalaksana syok (bila terjadi)
Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
Terapi tatalaksana syok (bila terjadi)

Sumber: Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
TERAPI LAINNYA (1)
• Neuroamidase inhibitor, menghambat replikasi
Oseltamivir • Untuk pasien yang diduga terinfeksi virus influenza
• Dosis 2x75 mg

• Penggunaan di luar indikasi dapat menyebabkan resistensi


Antibiotik • Tidak rutin dipakai, hanya untuk derajat berat, sesuai indikasi

• Meniru sistem imun untuk melawan antigen virus


Antibodi Monoklonal • Saat ini masih dalam penggunaan untuk uji klinis
• Bamlanivimab, Casirivimab, Sotrovimab, Vilobelimab, Regdanvimab

• Efek antiinflamasi, menyeimbangkan inflamasi pada ALI/ARDS


Mesenchymal Stem Cell • Hasil uji klinis di Indonesia sudah dipublikasi
• Laju kesintasan 2,5-4,5 kali lebih tinggi, dengan dosis 1 juta sel/kgBB

Intravenous • Alternatif untuk kasus COVID-19 berat dan kritis


• Bermanfaat jika diberikan pada pasien yang menuju perburukan
Immunoglobulin • 0,3-0,5 gram/kgBB/hari selama 3-5 hari
TERAPI LAINNYA (2)
• Tidak memiliki keuntungan untuk COVID-19 derajat sedang, berat, kritis
Terapi Plasma Konvalesen • Risiko reaksi transfusi, efek samping koagulasi dan trombosis

• Obat infeksi kecacingan, memiliki potensi efek antivirus


Ivermectin • Penggunaan untuk uji klinis saja

• Antioksidan, prekursor glutation, melindungi stress oksidatif


N-Asetilsistein • Masih dalam uji klinis
• 1200 mg per hari per oral atau IV

• Menghambat aktivitas netrofil dan badai sitokin


Kolkisin • Masih dalam uji klinis
• Dosis berbeda di tiap uji klinis

• Antagonis reseptor androgen, memperbaiki keseimbangan ACE-2


Spironolakton • Masih dalam uji klinis
• 2x100 mg selama 5 hari

Therapeutic Plasma • Memisahkan plasma, mengurangi sitokin dan mediator inflamasi, mencegah
badai sitokin
Exchange • Belum banyak penelitian, hanya berupa laporan kasus
KESIMPULAN
Sars-cov-2 variants Key points
●Mutasi merupakan kejadian normal pada
virus
●Variasi masih terus dalam penelitian dan
temuan terus bertambah à perlu
transparansi mengenai apa yang sudah
diketahui dan belum diketahui mengenai
variasi-variasi baru
●Hal yang dapat dilakukan: Tetap
menggalakan upaya preventif untuk
mengurangi transmisi:
• 5 M, 3 T , vaksinasi serta meningkatkan
imunitas

WHO, EPI-Win, infodemic. An update on SARS-CoV-2 virus mutations & variants. WHO EPI-Win Update, Jan 25 2021 [Accessed April 8 2021]. Available from:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/risk-comms-updates/update47-sars-cov-2-variants.pdf?sfvrsn=f2180835_4

Anda mungkin juga menyukai