Abstract
COVID-19 is a disease caused by SARS COV-2 which is easy to infect humans
and spreads easily. This virus enters the infected cells through a receptor located on the
cell surface called Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2 Receptor). WHO noted
that there are four variants of COVID-19 that should be watched out for, namely Alpha,
Beta, Gamma, and Delta. Recovery from infection with the SARS COV-2 virus can be
done without special treatment, if a person's immune system is strong. Herbal plants that
have good potential in immune booster, antioxidant, immunomodulatory, antimicrobial,
and antiviral are red ginger (Zingiber officinale), turmeric (Curcuma longa L.),
temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb), green tea (Camelia sinensis), and guava
(Psidium guajava).
bersama-sama ikut serta dalam mengatasi virus ini bisa menyebabkan infeksi yang
penyebaran wabah COVID-19 ini parah. Hal ini dikarenakan virus dapat
(Supriyatna et al, 2020). Terdapat penelitian berkembang dengan mudah di paru-paru
yang menyebutkan bahwa SARS-Cov-2 dan bisa memicu beragam komplikasi,
memasuki sel yang diinfeksinya melalui terutama bagi individu perokok, atau
suatu reseptor yang terdapat pada yang sudah berusia lanjut dan
permukaan sel yang disebut dengan mempunyai riwayat penyakit diabetes
Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2).
mellitus, tekanan darah tinggi atau
Reseptor ACE2 merupakan enzim yang
penyakit berat lainnya. Ketika SARS
berada pada permukaan luar (membran) sel-
CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah
sel yang menempel pada organ seperti paru-
putih akan merespons dengan
paru, jantung, ginjal, dan usus (Ikawati,
memproduksi sitokin. Sitokin adalah
2020).
Saat ini telah diketahui bahwa virus protein yang dihasilkan sistem
jaringan paru-paru untuk melindunginya yang patut untuk diwaspadai yaitu Alpha,
dari serangan SARS-CoV-2 (Mulyati, Beta, Gamma, dan Delta. Dari varian
tersebut WHO menyebutkan bahwa varian
2020).
tersebut disebut dengan istilah Variants of
Salah satu upaya yang dapat
Concern (VOC). Berikut merupakan jenis-
dilakukan untuk membangun kekebalan
jenis varian COVID-19 yang telah dicatat
tubuh (sistem imun) adalah dengan
oleh WHO yang berikan nama oleh
menjaga asupan gizi dalam makanan,
sejumlah peneliti sains di WHO Virus
terutama yang mengandung vitamin, Evolution Working Group, WHO COVID-
mineral, dan antioksidan (Siswanto & 19 reference labotary network, GISAID,
Ernawati, 2013; Thaha, 2010). Vitamin, Nextstrain, Pango, dan beberapa ahli
mineral dan antioksidan yang lainnya dari sejumlah negara antara lain
dibutuhkan dapat diperoleh melalui sebagai berikut (Pakpahan et al, 2021):
makanan yang bersumber dari hewan 1. Varian Alpha
telah menjadi sumber utama obat- varian yang ditemukan pertama kali di
Inggris pada tahun 2020. Varian alpha
obatan pada bidang kesehatan karena
memiliki tingkat penyebaran atau penularan
adanya bahaya/efek samping
50% dari COVID sebelumnya. Varian alpha
penggunaan obat kimia sintetik.
memiliki potensi yang besar dalam
(Oladunmoye & Kahinde, 2011).
menimbulkan gejala berat yang
Untuk itu ulasan artikel ini
mengakibatkan pasien harus dirawat inap di
menekankan pada potensi tanaman rumah sakit.
herbal sebagai obat yang berpotensi 2. Varian Beta
dalam pencegahan penyebaran COVID- Varian Beta pertama kali terdeteksi
19 baik yang memiliki kemampuan pada Mei 2020 di afrika Selatan, lebih awal
sebagai imun booster, antioksidan, dari varian Alpha. Varian Beta memiliki
imunomodulator, antimikroba, antivirus mutasi N501Y yang meningkatkan resiko
dan berkorelasi dengan ACE2 ataupun penularan virus ini. Varian Beta telah
komponen varian baru virus SARS- tersebar lebih dari 80 negara di dunia.
3. Varian Gamma
CoV-2.
Varian Gamma pertama kali 1. Varian Eta
terdeteksi di Brazil pada bulan November Varian Eta pertama kali
2020. Sejak Juni 2021, varian Gamma diidentifikasi pada Desember 2020, yang
dikonfirmasi telah menyebar ke 62 negara merupakan mutase dari genetika baru
dan juga masih terus bermutasi. Namun, COVID-19. Varian Eta telah menyebar ke
gejala yang muncul dari varian Gamma lebih dari 70 negara. Namun, virus ini
cukup serupa dengan gejala yang belum dinyatakan lebih menular dan lebih
ditimbulkan oleh varian lainnya seperti berbahaya dari varian delta. Gejala dari
demam, anosmia, kelelahan, batuk, dan virus ini masih serupa dengan varian
nyeri otot. lainnya.
4. Varian Delta 2. Varian Iota
Varian Delta diidentifikasi pertama Varian Iota pertama kali
kali pada Desember 2020 dan telah menjadi teridentikasi pada Desember 2020. Varian
varian dengan kasus terbanyak di India dan Iota banyak tersebar di negara Amerika
Inggris. Varian ini menyebar dengan sangat Serikat dan telah menyebar di 48 negara
cepat dan dinyatakan WHO sebagai mutasi bagian serta 18 negara lainnya. Gejala
virus COVID-19 yang paling kuat. Varian varian Iota hampir mirip dengan varian
Delta memiliki kemampuan menyebar lainnya.
sekitar 50% lebih cepat dari varian Alpha 3. Varian Kappa
dan 50% lebih berbahaya dari mutase virus Varian Kappa terdeteksi
COVID-19 awal. Varian Delta merupaka keberadaannya pada Juli 2021 yang telah
jenis mutase COVID-19 yang menyebabkan tersebar di 27 negara dan menyebabkan
lonjakan tinggi kasus COVID-19 di bulan meningkatnya kasus COVID-19 di
Juli 2021. beberapa negara seperti Italia. Indonesia
Selain istilah VOC, WHO juga juga menjadi salah satu negara yang
menyebutkan istilah lain untuk variant baru teridentifikasi varian Kappa, khususnya di
COVID-19 yaitu Variants of Interest (VOI). DKI Jakarta dan Sumatera Selatan.
Varian ini terdiri dari varian Eta, Iota, 4. Varian Lambda
Kappa, dan Lambda. Varian ini memiliki Varian Lambda ditemukan pertama
kemungkinan faktor potensial bahaya yang kali pada tahun 2020 di Peru, Varian
signifikan, yang terkait dengan persebaran Lambda telah tersebar di 29 negara,
virus yang dapat berpengaruh terhadap terutama di kawasa Amerika Selatan.
kasus kenaikan angka COVID-19 di masa Namun WHO telah mengklaim bahwa
depan (Pakpahan et al, 2021). vaksinasi tetap menjadi upaya yang efektif
dalam mencegah penyebaran COVID-19 obat tradisional. Jahe memiliki rasa
varian Lambda. pedas yang khas, sehingga cukup sering
dimanfaatkan menjadi minuman untuk
POTENSI HERBAL DALAM menghangatkan badan. Dewasa ini,
MENCEGAH PENULARAN SARS
selain jahe putih yang umumnya
COV-2
dikonsumsi masyarakat, ternyata
Kemenkes menyatakan bahwa
terdapat jenis jahe lain yang memiliki
pemulihan dari infeksi virus SARS COV-2
khasiat lebih banyak dan rasa pedas
dapat dilakukan tanpa perawatan khusus,
yang lebih kuat, yakni jahe merah.
jika sistem imun seseorang kuat, karena
virus bersifat self medication (Syahrir et al, Senyawa-senyawa dalam jahe merah