Anda di halaman 1dari 10

RESEPTOR ACE2 SEBAGAI INFEKSI AWAL DARI VARIAN BARU SARS-

COV-2 (COVID-19) SERTA POTENSI OBAT HERBAL DALAM


PENANGANANNYA

Ni Komang Widiastuti, Pande Putu Indira Prima Dewi,


Putu Monika Budiasih, Ani Wini Buu
Program Studi Biologi, Universitas Dhyana Pura, Dalung, Kuta Utara
Corresponding author: nkwidyaa1234@gmail.com

Abstract
COVID-19 is a disease caused by SARS COV-2 which is easy to infect humans
and spreads easily. This virus enters the infected cells through a receptor located on the
cell surface called Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2 Receptor). WHO noted
that there are four variants of COVID-19 that should be watched out for, namely Alpha,
Beta, Gamma, and Delta. Recovery from infection with the SARS COV-2 virus can be
done without special treatment, if a person's immune system is strong. Herbal plants that
have good potential in immune booster, antioxidant, immunomodulatory, antimicrobial,
and antiviral are red ginger (Zingiber officinale), turmeric (Curcuma longa L.),
temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb), green tea (Camelia sinensis), and guava
(Psidium guajava).

Keywords: ACE2 Receptor, SARS COV-2, Herbal Medicine

PENDAHULUAN cukup lama untuk menganalisa sifat dari


Akhir tahun 2019 menjadi awal virus ini (Koentjoro et al, 2020).
mula munculnya varian baru coronavirus COVID-19 adalah penyakit yang
yang dikenal dengan severe acute disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang
respiratory syndrome coronavirus-2 memiliki sifat mudah menginfeksi manusia
(SARS-Cov-2) atau dikenal dengan sebutan dan mudah menyebar hampir ke seluruh
COVID-19, yang kehadirannya hampir penjuru dunia. Dalam perkembangannya
melumpuhkan seluruh dunia dan bahkan COVID-19 memgalami mutasi gen. Virus
para ahli pun membutuhkan waktu yang corona yang mengandung gen tidak
bermutasi disebut dengan SARS-CoV-2 untuk berikatan dengan ACE2 pada sel
wild type, sedangkan virus corona yang inang manusia dan memulai siklus
mengandung gen bermutasi disebut dengan hidupnya dengan bantuan Main Protease
SARS-CoV-2 mutant (Parwanto, 2021). (MPro) dalam proses replikasinya (Ahkam
COVID-19 pertama kali dideteksi et al, 2020).
di Wuhan, China yang menginfeksi Dengan bantuan protein S pada
sejumlah pasien pada awal bulan desember permukaan, SARS-Co-V menancap
2019. Kebanyakan yang diinfeksi oleh pada reseptor ACE-2 yang terdapat
COVID-19 menyebabkan radang paru-paru pada permukaan paru dan kemudian
pada pasien. Masuk pada awal tahun 2020
menginfeksi sel-sel dalam paru-paru.
otoritas China mengumumkan bahwa
Pada orang yang mempunyai sistem
munculnya virus corona dengan varian baru.
imun yang baik, maka infeksi virus ini
Dari perkembangan COVID-19 yang begitu
akan menimbulkan gejala ringan bahkan
pesat WHO menetapkan bahwa wabah
tanpa respons. Namun bagi orang yang
COVID-19 sebagai pandemi dunia dan
meminta semua komunitas dunia untuk mempunyai sistem imun yang rendah

bersama-sama ikut serta dalam mengatasi virus ini bisa menyebabkan infeksi yang
penyebaran wabah COVID-19 ini parah. Hal ini dikarenakan virus dapat
(Supriyatna et al, 2020). Terdapat penelitian berkembang dengan mudah di paru-paru
yang menyebutkan bahwa SARS-Cov-2 dan bisa memicu beragam komplikasi,
memasuki sel yang diinfeksinya melalui terutama bagi individu perokok, atau
suatu reseptor yang terdapat pada yang sudah berusia lanjut dan
permukaan sel yang disebut dengan mempunyai riwayat penyakit diabetes
Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2).
mellitus, tekanan darah tinggi atau
Reseptor ACE2 merupakan enzim yang
penyakit berat lainnya. Ketika SARS
berada pada permukaan luar (membran) sel-
CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah
sel yang menempel pada organ seperti paru-
putih akan merespons dengan
paru, jantung, ginjal, dan usus (Ikawati,
memproduksi sitokin. Sitokin adalah
2020).
Saat ini telah diketahui bahwa virus protein yang dihasilkan sistem

ini menggunakan Angiotensinconverting kekebalan tubuh untuk melakukan


Enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor untuk berbagai fungsi penting dalam penanda
menginfeksi manusia (Guo et al, 2020). sinyal sel. Sitokin tersebut lalu bergerak
Virus corona dibantu oleh S (spike) protein menuju jaringan yang terinfeksi dan
berikatan dengan reseptor sel tersebut VARIAN BARU SARS COV-2
untuk memicu reaksi peradangan. Pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
kasus covid ini sitokin bergerak menuju mencatat terdapat empat varian COVID-19

jaringan paru-paru untuk melindunginya yang patut untuk diwaspadai yaitu Alpha,

dari serangan SARS-CoV-2 (Mulyati, Beta, Gamma, dan Delta. Dari varian
tersebut WHO menyebutkan bahwa varian
2020).
tersebut disebut dengan istilah Variants of
Salah satu upaya yang dapat
Concern (VOC). Berikut merupakan jenis-
dilakukan untuk membangun kekebalan
jenis varian COVID-19 yang telah dicatat
tubuh (sistem imun) adalah dengan
oleh WHO yang berikan nama oleh
menjaga asupan gizi dalam makanan,
sejumlah peneliti sains di WHO Virus
terutama yang mengandung vitamin, Evolution Working Group, WHO COVID-
mineral, dan antioksidan (Siswanto & 19 reference labotary network, GISAID,
Ernawati, 2013; Thaha, 2010). Vitamin, Nextstrain, Pango, dan beberapa ahli
mineral dan antioksidan yang lainnya dari sejumlah negara antara lain
dibutuhkan dapat diperoleh melalui sebagai berikut (Pakpahan et al, 2021):
makanan yang bersumber dari hewan 1. Varian Alpha

maupun tanaman. Dewasa ini, tanaman Varian Alpha merupakan jenis

telah menjadi sumber utama obat- varian yang ditemukan pertama kali di
Inggris pada tahun 2020. Varian alpha
obatan pada bidang kesehatan karena
memiliki tingkat penyebaran atau penularan
adanya bahaya/efek samping
50% dari COVID sebelumnya. Varian alpha
penggunaan obat kimia sintetik.
memiliki potensi yang besar dalam
(Oladunmoye & Kahinde, 2011).
menimbulkan gejala berat yang
Untuk itu ulasan artikel ini
mengakibatkan pasien harus dirawat inap di
menekankan pada potensi tanaman rumah sakit.
herbal sebagai obat yang berpotensi 2. Varian Beta
dalam pencegahan penyebaran COVID- Varian Beta pertama kali terdeteksi
19 baik yang memiliki kemampuan pada Mei 2020 di afrika Selatan, lebih awal
sebagai imun booster, antioksidan, dari varian Alpha. Varian Beta memiliki
imunomodulator, antimikroba, antivirus mutasi N501Y yang meningkatkan resiko

dan berkorelasi dengan ACE2 ataupun penularan virus ini. Varian Beta telah

komponen varian baru virus SARS- tersebar lebih dari 80 negara di dunia.
3. Varian Gamma
CoV-2.
Varian Gamma pertama kali 1. Varian Eta
terdeteksi di Brazil pada bulan November Varian Eta pertama kali
2020. Sejak Juni 2021, varian Gamma diidentifikasi pada Desember 2020, yang
dikonfirmasi telah menyebar ke 62 negara merupakan mutase dari genetika baru
dan juga masih terus bermutasi. Namun, COVID-19. Varian Eta telah menyebar ke
gejala yang muncul dari varian Gamma lebih dari 70 negara. Namun, virus ini
cukup serupa dengan gejala yang belum dinyatakan lebih menular dan lebih
ditimbulkan oleh varian lainnya seperti berbahaya dari varian delta. Gejala dari
demam, anosmia, kelelahan, batuk, dan virus ini masih serupa dengan varian
nyeri otot. lainnya.
4. Varian Delta 2. Varian Iota
Varian Delta diidentifikasi pertama Varian Iota pertama kali
kali pada Desember 2020 dan telah menjadi teridentikasi pada Desember 2020. Varian
varian dengan kasus terbanyak di India dan Iota banyak tersebar di negara Amerika
Inggris. Varian ini menyebar dengan sangat Serikat dan telah menyebar di 48 negara
cepat dan dinyatakan WHO sebagai mutasi bagian serta 18 negara lainnya. Gejala
virus COVID-19 yang paling kuat. Varian varian Iota hampir mirip dengan varian
Delta memiliki kemampuan menyebar lainnya.
sekitar 50% lebih cepat dari varian Alpha 3. Varian Kappa
dan 50% lebih berbahaya dari mutase virus Varian Kappa terdeteksi
COVID-19 awal. Varian Delta merupaka keberadaannya pada Juli 2021 yang telah
jenis mutase COVID-19 yang menyebabkan tersebar di 27 negara dan menyebabkan
lonjakan tinggi kasus COVID-19 di bulan meningkatnya kasus COVID-19 di
Juli 2021. beberapa negara seperti Italia. Indonesia
Selain istilah VOC, WHO juga juga menjadi salah satu negara yang
menyebutkan istilah lain untuk variant baru teridentifikasi varian Kappa, khususnya di
COVID-19 yaitu Variants of Interest (VOI). DKI Jakarta dan Sumatera Selatan.
Varian ini terdiri dari varian Eta, Iota, 4. Varian Lambda
Kappa, dan Lambda. Varian ini memiliki Varian Lambda ditemukan pertama
kemungkinan faktor potensial bahaya yang kali pada tahun 2020 di Peru, Varian
signifikan, yang terkait dengan persebaran Lambda telah tersebar di 29 negara,
virus yang dapat berpengaruh terhadap terutama di kawasa Amerika Selatan.
kasus kenaikan angka COVID-19 di masa Namun WHO telah mengklaim bahwa
depan (Pakpahan et al, 2021). vaksinasi tetap menjadi upaya yang efektif
dalam mencegah penyebaran COVID-19 obat tradisional. Jahe memiliki rasa
varian Lambda. pedas yang khas, sehingga cukup sering
dimanfaatkan menjadi minuman untuk
POTENSI HERBAL DALAM menghangatkan badan. Dewasa ini,
MENCEGAH PENULARAN SARS
selain jahe putih yang umumnya
COV-2
dikonsumsi masyarakat, ternyata
Kemenkes menyatakan bahwa
terdapat jenis jahe lain yang memiliki
pemulihan dari infeksi virus SARS COV-2
khasiat lebih banyak dan rasa pedas
dapat dilakukan tanpa perawatan khusus,
yang lebih kuat, yakni jahe merah.
jika sistem imun seseorang kuat, karena
virus bersifat self medication (Syahrir et al, Senyawa-senyawa dalam jahe merah

2020). Sistem imun merupakan mekanisme dilaporkan memiliki khasiat sebagai


pertahanan tubuh yang akan melindungi antibakteri, antioksidan, antiinflamasi,
tubuh dari infeksi bakteri, virus, hingga analgesic, diuretic, antijamur,
parasite, serta mengeliminasi zat asing lain antikanker, dan antivirus (Kaushik et al,
dari tubuh (Aripin, 2019). Untuk itu pada 2020; Ukeh et al, 2009). Berdasarkan
masa ini sangat penting bagi masyarakat studi komputasional dilaporkan bahwa
untuk menjaga sistem imun agar tetap kuat senyawa-senyawa dalam jahe merah
untuk menjaga tubuh dari infeksi virus
memiliki kemampuan untuk
(Susilo et al, 2020). Tanaman herbal
menghambat infeksi dari virus termasuk
memiliki potensi yang baik dalam imun
virus SARS CoV-2, ACE2 reseptor
booster, antioksidan, imunomodulator, s
pada sel manusia. Sehingga jahe merah
antimikroba, serta antivirus Tanaman
diprediksi mampu menghambat proses
tersebut antara lain: jahe merah
infeksi dari virus SARS-CoV-2 pada sel
(Zingiber officinale), kunyit (Curcuma
inang manusia dan diprediksi dapat
longa L.), temulawak (Curcuma
dijadikan minuman obat oral yang baik.
xanthorriza Roxb), teh hijau (Camelia
Di Sudan, masyarakatnya mulai
sinensis), dan jambu biji (Psidium
mengkonsumsi minuman jahe sebagai
guajava). (Dewi & Riyandari, 2020).
salah satu upaya mencegah COVID-19,
A. Jahe Merah (Zingiber officinale)
dengan cara melarutkan 12 gram bubuk
Jahe merupakan salah satu
jahe merah dalam 250 ml air hangat tiga
tanaman rempah di Indonesia yang
kali sehari (Magzoub, 2020).
cukup popular dimanfaatkan sebagai
B. Kunyit (Curcuma longa L.) dan epigallocatechin gallate pada teh hijau
Temulawak (Curcuma xanthorriza disinyalir mampu meningkatkan sistem

Roxb) imun tubuh (Wiratno, 2009). Teh hijau

Kunyit atau kunir dan mengandung senyawa flavonoid seperti


flavonol, flavones, flavanol, isoflavone,
temulawak merupakan tanaman rempah
antosianin, dan catechin (Anindita, 2012).
yang popular di Indonesia sebagai
Selain itu teh hijau juga mengandung
bahan obat atau jamu. Kunyit memiliki
minyak esensial, tannin, kafein, vitamin dan
kandungan senyawa yang berfungsi
pigmen seperti klorofil dan karotenoid
sebagai antioksidan, antiinflamasi,
(Kusmita et al, 2015).
antitumor, antivirus dan juga D. Jambu Biji (Psidium guajava)
menguatkan sistem imun. Begitupula Jambu biji merupakan salah satu
dengan temulawak mengandung minyak buah lokal yang banyak digemari oleh
atsiri dan senyawa kurkuminoid dalam masyarakat Indonesia. Jambu biji
rimpangnya yang berkhasiat sebagai memang telah diketahui memiliki
antibakteria, antikanker. Telah banyak manfaat. Tidak hanya buahnya
dilaporkan bahwa senyawasenyawa yang lezat untuk dikonsumsi, tetapi
kurkumin memiliki aktivitas antivirus bagian lain dari jambu biji memiliki
yang dapat melawan berbagai macam banyak khasiat. Sebagai pengobatan
virus seperti virus hepatitis, influenza, herbal oleh masyarakat Indonesia. Daun
zika, chikungunya, HIV, herpes, dan jambu memiliki banyak kandungan
human papillomavirus. Studi mengenai senyawa bioaktif seperti asam
dosis oral kurkumin 150mg/kg BB pada galat, katekin, epikatekin, rutin, naringe
hewan coba miokard fibrosis nin, dan kaemferol. Selain itu, daun
menyebabkan peningkatan ekspresi dari jambu biji juga mengandung senyawa-
ACE2.COVID-19 agar tidak melebihi senyawafenolik, isoflavonoid, kuersetin,
dosis (Jena et al, 2020). seskuiterpenoid, dan kuersetin
C. The Hijau (Camelia sinensis) glikosida (Barbalho et al, 2012).
Teh hijau merupakan jenis teh yang Beberapa hasil penelitian telah
memiliki potensi farmakologi antara lain membuktikan bahwa daun jambu biji
sebagai antikanker, imunodulator, antivirus, memiliki berbagai aktivitas
antibakteri, antioksidan dan antiinflamasi farmakologi, antaralain sebagai
(Fitriansyah et al, 2016). Kandungan
analgesik, antiinflamasi, antimikroba, h Kami mengucapkan terimakasih
epatoprotektif, antikanker, antihiperglik kepada beberapa pihak yang telah
emik, dan antioksidan. Studi molecular membantu dalam penyelesaian artikel
docking oleh Tallei et al, (2020) ini, yaitu I Gede Widhiantara, selaku
menunjukkan bahwa senyawa dosen pengampu mata kuiah biomedik
kaemferol dan kuersetin dapat menjadi serta rekan-rekan kelompok 2 yang
kandidat senyawa sebagai inhibitor telah bekerjasama dengan baik dalam
Mpro dan glikoprotein spike (protein S). penyelesaian artikel ini.
Selain itu, senyawa kuersetin dan
kaemferol dapat berperan sebagai DAFTAR PUSTAKA
inhibitor non-kompetitif 3CLPro dan Ahkam, A. H., Hermanto, F.E.,
Plpro. Berdasarkan studi tersebut, daun Alamsyah A., Aliyyah I.H., and
jambu biji diprediksi dapat menjadi Fatchiyah F., 2020, Virtual
salah satu tanaman yang dapat prediction of antiviral potential of
menghambat infeksi COVID-19 karena ginger (Zingiber officinale) bioac-
mengandung kedua senyawa tersebut. tive compounds against spike and
MPro of SARSCoV2. Journal of
KESIMPULAN Biological Researches, Vol. 25, No.
SARS COV-2 memiliki banyak 2: 52–57.
varian yang menjadi penyebab penyakit Anindita, R., Soeprobowati, T.R. and
Covid-19 dengan menggunakan Suprapti, N.H., 2012, Potensi Teh
Angiotensinconverting Enzyme 2 Hijau (Camelia sinensis L.) Dalam
(ACE2) sebagai reseptor untuk Perbaikan Fungsi Hepar Pada
menginfeksi sel-sel pada paru-paru Mencit Yang Diinduksi
manusia. Peningkatan sistem imum Monosodium Glutamat (MSG).
menjadi hal yang penting untuk Anatomi dan Fisiologi, Vol.20,
diperhatikan yang dapat dilakukan No.2: 15-23.
dengan memanfaatkan potensi obat Aripin, I., 2019, Pendidikan Nilai Pada
herbal dalam pencegahan serta Materi Konsep Sistem Imun. Bio
penanganannya. Educatio:(The Journal of Science
124 Volume 07, Nomor 02 (2020)
UCAPAN TERIMAKASIH
Jurnal Pharmascience and Biology of Indonesia),Vol.13, No.2 : 202-
Education), Vol.4, No.1 : 1-11. 216.
Barbalho, S. M., Machado F.M.V.F.,
Guo, Y.R., Cao, Q.D., Hong, Z.S., Tan,
Goulart R.D.A., Brunnati A.C.S.,
Y.Y., Chen, S.D., Jin, H.J., Tan,
Ottoboni A.M.M.B., and Nicolau
K.S., Wang, D.Y. and Yan, Y.,
C.C.T., 2012, Psidium Guajava
2020, The Origin, Transmission
(Guava): A Plant of Multipurpose
and Clinical Therapies on
Medicinal Applications. Medicinal
Coronavirus Disease 2019
& Aromatic Plants,Vol.1, No.4 :
(COVID-19) Outbreak–an Update
1–6.
on The Status. Military Medical
Dharmayanti, N. P. I., & Nurjanah, D.
Research, Vol.7, No.1 : 1-10.
(2020). A Review on
Ikawati, Zullies. (2020). Mengenal
Coronaviruses: The Infectious
Reseptor ACE2 “Pintu Masuk” Virus
Agent to Animals and Human.
COVID-19. Fakultas Farmasi.
Indonesian Bulletin of Animal and Universitas Gadjah Mada. Diakses
Veterinary Sciences, 30(1), 1. pada 26 Oktober 2021
https://doi.org/10.14334/wartazoa. https://farmasi.ugm.ac.id/id/mengenal-
v30i1.2469 reseptor-ace2-pintu-masuk-virus-
Dewi, Y. K., & Riyandari, B. A. (2020). covid-19/.
Potensi Tanaman Lokal sebagai Jena, A.B., Kanungo, N., Nayak, V.,

Tanaman Obat dalam Chainy, G.B.N. and Dandapat, J.,

Menghambat Penyebaran COVID- 2020, Catechin and Curcumin Interact


With Corona (2019- nCoV/SARS-
19. 07(02), 112–128.
CoV2) Viral S Protein and ACE2 of
Fitriansyah, S.N., Wirya, S. and Human Cell Membrane: Insights
Hermayanti, C., 2016, Formulasi From Computational Study and
Dan Evaluasi Spray Gel Fraksi Etil Implication for Intervention. Preprint :
Asetat Pucuk Daun Teh Hijau Nature Research.
(Camelia Sinensis [L.] Kuntze) Kaushik, S., Jangra, G., Kundu, V.,
Sebagai Antijerawat. Yadav, J.P. and Kaushik, S., 2020,
PHARMACY: Jurnal Farmasi Antiviral Activity of Zingiber
Indonesia (Pharmaceutical Journal officinale (Ginger) Ingredients
Against The Chikungunya Virus. Viral Infections Among Yoruba
Virus Disease, 2020 May, 5 : 1-7. Tribe of South Western Nigeria.
Koentjoro, M. P., Donastin, A., & Prasetyo, African Journal of Microbiology
E. N. (2020). Potensi Senyawa Researh, Vol.5, No.19 : 2991-3004.
Bioaktif Tanaman Kelor Penghambat Pakpahan, alnolt K., Martha, J.,
Interaksi Angiotensin-Converting Triwibowo, A., Bhaskara, I. L. A.,
Enzyme 2 Pada Sindroma Sars-Cov-2.
Tasya, V., Angelique, J., Stevanus,
Jurnal Bioteknologi & Biosains
R., & Tania, V. (2021). Pedoman
Indonesia (JBBI), 7(2), 259–270.
Menghadapi Pandemi Covid-19
https://doi.org/10.29122/jbbi.v7i2.415
BAGI MAHASISWA BUKU SAKU
6.
(A. K. Pakpahan & J. Martha
Kusmita, L., Puspitaningrum, I. and
(eds.)). Universitas Katolik
Limantara, L., 2015, Identification,
Parahyangan.
isolation and Antioxidant Activity
Parwanto, E. (2021). Virus Corona
Of Pheophytin From Green Tea
(SARS-CoV-2) Penyebab COVID-
(Camellia sinensis (L.) Kuntze).
19 Kini Telah Bermutasi. Jurnal
Procedia Chemistry, Vol.14,
Biomedika Dan Kesehatan, 4(2),
No.14 : 232-238.
47–49.
Magzoub, M., 2020, Life Style
https://doi.org/10.1101/2020.12.30.
Guideline of Ginger (Zingiber
20249034
officinale) as Prophylaxis and
Siswanto, B. and Ernawati, F., 2013,
Treatment for Coronaviruses
Peran Beberapa Zat Gizi Mikro
(SARS-CoV-2) Infection (COVID-
Dalam Sistem Imunitas. Gizi
19). Saudi Journal of Biomedical
Indonesia, Vol.36, No.1 : 57-64.
Research, Vol 5, No. 6 : 125-127.
Mulyati, B. (2020). Potensi herbal Supriyatna, A., Kinasih, I., Virakawugi
dalam pencegahan dan penanganan Darniwa, A., Jaenudin, M., Sains
pasien CoVID-19. Indept, 9(1), 1– dan Teknologi, F., Sunan Gunung
5. Djati Bandung, U., & Quran dan
Hadist, A. (2020). Evolusi SARS-
Oladunmoye, M.K. and Kehinde, F.Y.,
CoV-2 dalam Perspektif Wahyu
2011, Ethnobotanical Survey of
Memandu Ilmu (WMI). 1–2.
Medicinal Plants Used in Treating
Susilo, A., Rumende, C.M., Pitoyo, Ukeh, D.A., Birkett, M.A., Pickett, J.A.,
C.W., Santoso, W.D., Yulianti, M., Bowman, A.S. and Mordue, A.J.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., 2009, Repellent Activity of
Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, Alligator pepper, Aframomum
E.J. and Chen, L.K., 2020, melegueta, and Ginger, Zingiber
Coronavirus Disease 2019: officinale, Against The Maize
Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Weevil, Sitophilus zeamais.
Penyakit Dalam Indonesia, Vol.7, Phytochemistry, Vol.70, No.6 :
No. 1: 45-67. 751-758.
Syahrir, A., Rahem, A. and Prayoga, A., Wiratno, W., 2009, Pengaruh Polifenol
2020, Religiositas Mahasiswa Teh Hijau Terhadap Sistem Imun
Farmasi UIN Malang Selama Penderita Karsinoma Nasofaring
Pandemi COVID-19. Journal of yang Mendapat Radioterapi Kajian
Halal Product and Research, Vol.3, jumlah monosit, limfosit serta
No.1 : 25-34 produksi TNF-  , IFN-  dan IL-2
Tallei, T. E., Tumilaar, S.G., Niode, ex vivo. Media Medika
N.J., Fatimawali, F., Kepel, B.J., Indonesiana, Vol.43, No.4 : 175-
Idroes, R., and Effendi, Y., 2020, 181.
Potential of Plant Bioactive
Compounds as SARS-CoV-2 Main
Protease (M pro) and Spike (S)
Glycoprotein Inhibitors: A
Molecular Docking Study (April):
1–18.
Thaha, I.L.M., 2010, Peran
Mikronutrien di dalam Perbaikan
Kualitas Imunitas Penderita Multi
Drug Resisten Tuberkulosis (Mdr-
tb). Jurnal Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia Universitas
Hasanuddin, Vol.6, No. 2: 113-116

Anda mungkin juga menyukai