Skenario 2
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Semenjak merebak pertama kali di Wuhan, Cina, di akhir bulan Desember 2019, kasus Coronavirus Disease
2019 (Covid-19) telah menyebar ke seluruh dunia. Pada tanggal 11 Maret 2020, World Health Organization
(WHO) resmi mendeklarasikan wabah Covid-19 sebagai suatu pandemi, yang telah menimbulkan krisis
kesehatan masyarakat global, dan berpotensi berdampak pada berbagai sektor kehidupan. Sampai menjelang
akhir bulan Oktober 2021 ini, lebih dari 200 negara terdampak pandemi Covid-19 ini, dengan angka kejadian
lebih dari 240 juta kasus dan angka kematian hampir mencapai 5 juta orang di seluruh
dunia(https://www.bbc.com/news/world-51235105;
https://www.worldometers.info/coronavirus/#countries). Di Indonesia angka kasus telah mencapai lebih dari 4
juta, dengan angka kematian lebih dari 140 ribu orang (https://covid19.who.int/table;
https://www.worldometers.info/coronavirus/country/indonesia/). Angkaini telah menempatkan Indonesia
di urutan ke 14 negara dengan angka kejadian tertinggi di dunia. Sementara ini, sejak bulan September 2021
telah terjadi penurunan kasus yang menempatkan Indonesia sampai saat ini di urutan kedua terendah di
Kawasan Asia Tenggara, dengan positivity rate sebesar 1,8% (kasus positif harian 2.892 dari
tes rata-rata harian sebesar 258.934)
(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/24/positivity-rate-covid-19-indonesia-peringkat- kedua-
terendah-di-asean).
Sejak kasus pertama muncul di awal bulan Maret 2020, Indonesia telah melewati gelombang kedua di bulan Juni
2021 dengan kasus harian yang meningkat pesat, pernah mencapai angka 56.757 pada tanggal 15 Juli 2021,
yang merupakan angka tertinggi setelah mengalami puncak pertama di Januari 2021
(https://covid19.go.id/p/berita/indonesia-fights-back-covid-19-second-wave). Data menunjukkan telah terjadi
peningkatan sebesar 283% dalam kurun waktu 13 minggu dari angka terendah untuk mencapai gelombang
pertama, sementara untuk mencapai puncak gelombang kedua dibutuhkan waktu 6 minggu dari angka terendah
setelah penurunan gelombang pertama dengan tingkat peningkatan sebesar 381%. Ada beberapa faktor yang
diduga berperan dalam peningkatan kasus tersebut, terutama terkait dengan munculnya varian Delta di Indonesia
yang diduga penyebarannya sangat cepat. Selain itu, juga didukung adanya pergerakan masyarakat yang
meningkat saat Idul Fitri 2021 di bulan Mei, atau sekitar 1 bulan sebelum kejadian gelombang kedua ini. Varian
Delta adalah bagian dari varian of concern (VoC) yang telah ditetapkan oleh WHO untuk membantu
melakukan pemantauan yang lebih ketat terhadap penyebaran penyakit ini.
2. Apa maksud dari KLB? Apa klasfikasi KLB menurut skenario? (Rania)
- (Salsabilla) KLB yaitu timbulnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pd suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan menjurus pada terjaidnya wabah.
Klasifikasi : Penyebab (Toksin enterotoksin, eksotoksin, endotoksin; Infeksi; Toksin biologis
jamur; Toksin kimia zat kimia organik) dan Sumber (Manusia, Kegiatan Manusia, Binatang,
Serangga, Udara, Permukaan benda atau alat, Air, Makanan atau minuman)
Covid masuk ke infeksi virus dan bersumber dari udara
- (Dinar) 7 Kriteria KLB menurut kemenkes
1. Timbul suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
2. Peningkatan kejadian kesatikan terus menerus dalam kurun waktu berurut-turut
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dalam kurun waktu jam, hari tau minggu
4. Jumlah penderita baru mennjukkan dua kali atau lebih dibanding tahun sebelumnya
5. Adanya rata-rata jumlah kesakitan per tahun meningat dua kali ata lebih]
6. Angka kematian kasus atau CFR dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan 50% atau lebih
dalam kurun waktu yang sama
7. Angka Proporsinal penyakit kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan sebelumnya
- (Rania) Langkah-langkah penyelidikan epidemiologi :
1. Konfirmasi atau menegakkan diagnosa dilakukan pada awla kegiatan, pada pelacakan ditentukan
definisi atau jenis kasus (penjenjangan kasus pasti (memenuhi kriteria bukti laboratorium);
presumtif (memenuhi kriteria gejala penyakit namun bukan bukti infeksi baru deteksi antibodi pd
kasus covid); tersangka (gejala sesuai tapi tidak ada bukti))
2. Memastikan adanya KLB berdasarkan kriteria kemenkes
3. Menghubungkan KLB dengan faktor tertentu terkait waktu, tempat dan orang
Waktu cara penularan, identifikasi paparan
Tempat identifkasi sumber dan tempat penularan
Orang sumber penularan dan etiologi
2
4. Rumusan hipotesis berdasarkan data yang sudah ada, untuk menyelidiki cara penularan penyebab
penularan dan faktor
5. Pengumpulan data epidemiologi untuk pembuktian hipotesis (data primer wawancara; data
sekunder data tahun sebelumnya, vaksinasi, dll)
6. Pengolahan data, analisis dan innterpretasi data (data primer dan sekunder)
Analisis data dalam bentuk tabel, grafik atau peta untuk menggambarkan besarnya masalah. Hasil
analisis dapat menjawab hipotesis epidemiologi.
7. Merumuskan kesimpulan dan penyelidikan dibuat rekomendasi cara penanggulangan KLB agar
tidak kembali terjadi
- (Erin) Sifat karakterisitik : resiko datangnya penyebab penyakit di populasi, sejummlah besar kasu
penyakit sudah akan terjadi, penyakit yang bersangkutan berbahaya sehingga terjadi kecatatan datau
kematina, timbul kekacauan sosial adn ekonomi, tidak mampu menangani situasi karena kurang mampu,
kemungkinan bahaya penyebaran penyakit secara internasional, kategori penyakit berbeda tiap
negaranya.
Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya yang kuat dalam hal pencegahan penularan Covid-19.
Lewat Satuan Gugus Tugas Covid-19 berbagai kebijakan telah ditetapkan terkait penanganan dan pencegahan
penularan penyakit ini. Slogan 5M yang terdiri dari “Memakai Masker, Mencuci tangan, Menjaga Jarak,
Menghindari kerumunan dan Mengurangi Mobilitas” telah didengungkan dan program 3T telah juga
diupayakan, yaitu “Tracing (telusur), Testing (pemeriksaan) dan Treatment (penanganan)”. Pemerintah juga
menetapkan program “Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)” dengan berbagai tingkatan
dan parameter sejak awal Januari 2021 dan telah mengalami perpanjangan beberapa kali periode sampai saat
ini. Program ini merupakan
3
kelanjutan dari program “Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)”. Pembatasan dibedakan berdasarkan
sektor kegiatan, terutama yang esensial dan non-esensial. Untuk yang non-esensial, diberlakukan bekerja 100%
dari rumah (work from home= WFH). Sementara untuk yang esensial masih dibedakan lagi, seperti untuk
sektor keuangan, informasi dan teknologi, industri orientasi ekspor, dan hotel yang tidak dialokasikan sebagai
lokasi karantina menerapkan 50% WFH dan 50% work from office (WFO). Sektor esensial-pemerintahan yang
memberikan pelayanan publik yang tidak bisa ditunda pelaksanaannya menerapkan 25% WFO. Sektor kritikal
(seperti energi, kesehatan, keamanan, logistik dan transportasi, utilitas dasar) menerapkan 100% WFO. Untuk
sektor pendidikan ditetapkan 100% kegiatan dilakukan secara daring.
Pemerintah juga membuat program dan aplikasi Pedulilindungi (https://www.pedulilindungi.id/) sebagai upaya
untuk memantau penyebaran penyakit yang didasarkan pada partisipasi aktif masyarakat. Strategi lain yang
juga digencarkan dalam upaya pencegahan dan penurunan angka kejadian Covid- 19 adalah program vaksinasi.
Dimulai dengan penyuntikan Bapak Presiden RI pada tanggal 13 Januari 2021 saat ini cakupan program
vaksinasi dosis pertama telah sekitar 51% dan sekitar 30% untuk dosis kedua dari sasaran sebesar 208 juta
penduduk Indonesia. Pemerintah telah berupaya untuk mendatangkan berbagai jenis vaksin dari berbagai
produsen seperti Sinovac, Sinopharm, Moderna, Astra Zeneca dan Pfizer. Untuk mendukung keberhasilan
pelaksanaan program tersebut berbagai badan dan lembaga pemerintah telah dilibatkan, seperti Balai
Pengendalian Obat dan Makanan (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Diluar dari pencapaian
yang telah diraih masih ada beberapa kendala yang muncul. Ketidakjelasan informasi dan ketidak percayaan
akan vaksin adalah 2 hal yang menjadi beberapa penyebab utama yang muncul
dari suatu survei (https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/12/ini-sederet-kendala-
yang-hambat-vaksinasi- covid-19-di-indonesia). Selain itu pihak pemerintah mengakui keterbatasan jumlah
vaksin dan sumber daya vaksinator menjadi faktor penghambat keberhasilan program
vaksinasi (https://www.liputan6.com/health/read/4647809/jubir-nadia-sebut-3-kendala-vaksinasi-covid-
19-di- daerah).
1. Bagaimana pengaruh program pemerintah terhadap angka kejadian covid-19 di Indonesia? Apakah
program tersebut efektif? (Zanthika)
- (Haqqi) yang dipelajari pemerintah selama covid-19 : telah terintegrasi saat ada pasien yang
terkonfimasi positif dapat diketahui oleh petugas; meningkatkan tingkat tes di laboratorium reagen,
sarana prasarana; penguatan pada 3T untuk memutus rantai penyebaran covid-19, dapat diakses oleh
masyarakat luas; koordinasi lintas sektoral (rumah sakit dengan satgas di lapangan dan produsen dan
donatur)
- (dinar) cukup efektif Masyarakat sebenarnya tahu kalau peraturan pemerintah merupakan kunci
memutus penyebaran covid, hanya saja masyarakat merasa pemerintah terlalu sering mengubah
peraturan sehingga masyarakat bingung dengan peraturannya. Kurangnya sosialisasi terkait
peraturannya.
4. Bagaimana cara melakukan tracing? Sejauh apa tracing itu dilakukan? (Umar)
- (Haqqi)
5. Apa strategi dan indikator penanggulangan pandemi? (Rania)
- (Umar) dapat menggunakan kerangka kerja respon bencana nasional berdarakan prinsip resiko
penanggulangan pandemi
o Seluruh provinsi dan kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi kasus baru,
mengelola, dan memberikan intervensi pada kasus-kasus baru COVID-19, serta upaya
pencegahan penularan kasus baru dalam adaptasi kebiasaan baru dengan pelaksanaan
protokol kesehatan yang ketat dalam setiap aktifitas masyarakat. Setiap daerah juga
harus menyiapkan dan merespon berbagai skenario kesehatan masyarakat.
o Strategi yang komprehensif perlu disusun dalam dokumen Rencana Operasi (Renops)
Penanggulangan COVID-19 yang melibatkan lintas sektor. Renops mencakup,
o (1) Koordinasi, perencanaan dan monitoring;
o (2) komunikasi risiko dan pemberdayaan Masyarakat
o (3) Surveilans, Tim Gerak Cepat (TGC), Analisis Risiko, Penyelidikan Epidemiologi;
o (4) Pintu Masuk negara/ Wilayah, Perjalanan Internasional dan transportasi
o (5) Laboratorium;
o (6) Pengendalian Infeksi;
o (7) Manajemen Kasus;
o (8) Dukungan Operasional dan Logistik;
o (9) Keberlangsungan pelayanan dan sistem esensial dan memperhatikan kondisi
transmisi di komunitas atau kondisi kapasitas terbatas dan kondisi yang memerlukan
bantuan kemanusiaan.
2. Pandemi (Rania)
- Wabah penyakit yang menjangkit scr serempak dimana-mana yang menyebar hampir
di seluruh negara atau benua dan mengenai hampir seluruh orang. Terjadi
peningkatan penyakit diatas normal dan secara tiba-tiba pada populasi suatu area
geografis tertentu (Zanthika)
- Menyerang pada kelommpok populasi tingkat internasional. Epidemik yang terjadi di
lintas negara. Kalau pandemi menyerang tingkat dunia. Epidemi antar negara.
Wabah tingkat daerah atau negara. (Safinatuz)
- Pandemi tidak berhubungan dengan tingkat keparahan, jumlah korban dan tingkat
infeksi tapi bergantung pada letak geografisnya. Dinyatakan saat penyakit baru
muncul saat ad aorang yang tidak memiliki tingkat imunitas tertentu. Tidak semua
bisa disebut pandemi, contoh sars corona virus tahun 2003 karena penyebaran dapat
dikendalikan dengan cepat. Bisa disebut pandemi apabila menimbulkan kepanikan
global yang dapat meningkatkan kewaspadaan di seluruh dunia. Contoh lain flu babi
tahun 2009. (Rania)
LO
1. PPKM (kenapa bisa mengendalikan covid)
2. Program vaksin
3. Pada fase apa indonesia saat ini dalam penanggulangan bencana dan apa yang bisa
dilakukan
4. Bagaimana cara menyatakan morbiditas dan mortalititas
5. Apa yang dimaksud dengan CFR dan positivity rate
6. Bagaimana cara menghitung CFR
7. Bagaimana puskesmas melakukan penyelidikan KLB dan tujuannya
8. Apa yang dimaksud dengan perilaku sehat dan sakit
9. Bagaimana penyuluhan covid dikaitkan dengan hoax
10. Dasar gugus tugas dan struktur pencegahan covid-19 di Indonesia
TUGAS
Individu
Ditulis tangan dengan tinta biru
Artikel jurnal sesuai skenario jurnal pengendalian tentang outbreak (maksimal 1 halaman
diringkas dan dijelaskan implikasinya). Dikumpulkan maksimal sebelum pertemuan kedua.