Anda di halaman 1dari 24

OMSK Benigna Aktif

M Pranoto Wibisono
20204010037
Refleksi Kasus
Identitas
• Nama : Tn. S
• Usia : 51 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan :-
• Tanggal datang ke RS : 24 mei 2021
anamnesis
• Keluhan utama: control, telingan masih berdenging
• Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke poliklinik tht untuk control keluhan telinga kiri yang
masih berdenging. Pasien juga pernah mengalami keluhan serupa, dan
sudah di obati namun masih belum membaik. Saat dilakukan
pemeriksaan menggunakan otoskop didapatkan discharge pada
auricula sinistra disertai perforasi dan terdapat pulsating point. Pada
pemeriksaan organ lain seperti faring,laring,hidung, tonsil dan uvula
masih dalam batas normal.
• Riwayat penyakit dahulu: tidak ada
• Riwayat oenyakit keluarga: tidak ada data
Tanda vital
• Tekanan darah: 120/80 mmHg
• Nadi: 60 x/menit
• Suhu : 36ºC
• RR: 20 x/menit
Pemeriksaan fisik
• TELINGA : AURIKULA : DBN, CAE : AS discharge +, MEMBRAN TIMPANI
: AS perforasi +, pulsating point +
• HIDUNG : HIDUNG LUAR : DBN, KONKA : DBN, SEPTUM : DBN,
• TENGGOROK : UVULA : DBN TONSIL : DBN FARING : DBN LARING :
DBN LAIN-LAIN : DBN
• KEPALA/LEHER : DBN
Diagnosis
AS OMSK benigna Aktif
Tindakan dan tataklaksana
• Aural toilet:
Perihydrol 3%
Tindakan dan tatalaksana
R/ perhidrol 3% cc 10
s 2 dd gtt 3 AS
R/ ciprofloxacin mg 500 no XV
s 2 dd 1
R/ Trifed (pseudoefedrin HCL 60 mg + triprolidine HCL 2,5 mg) no XV
• s 2 dd 1
Pembahasan
Definisi
• Infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi mebran timpani dan
secret yang keluar dari telinga secara terus menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Patogenesis
• Bermula dari otitis media akut yang mengalami perforasi mebrana
timpani yang berlangsung lebih dari 2 bulan.
• Terjadi karena OMA yang terlambat di obati
• Virulensi tinggi
• Hygiene pasien yang buruk
• Sistem imun pasien yang rendah
• Sering disebabkan oleh kolesteatoma (kista epithelial yang berisi
deskuamasi epitel (keratin)).
Letak perforasi
Kolesteatoma
• Kongenital: dimulai dari fase embrio dan sering detemukan pada telinga
dengan keadaan membrana timpani yang utuh dan tanpa adanya tanda-
tanda infeksi.
• Akuisita:
1. Primer: terbentuk tanpa didahului perforasi mebrana timpani, terjadi
karena invaginasi membrana timpani pars flaksida karena adanya tekanan
negative yang disebabkan oleh gangguan tuba (Teori Invaginasi).
2. Sekunder: terbentuk setelah adanya perforasi membrana timpani,
sehingga epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi (Teori
Migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi
infeksi yang berlangsung lama (Teori Metaplasi).
Diagnosis
• Berdasarkan gejala klinis: perforasi mebrana timpani, otorea purulen
( persisten (27%), intermiten (73%)), penurunan pendengaran (sedang
berat), otalgia, demam, sakit kepala, bengkak retroaurikular, parese nervus
VII/facialis.
• Pemeriksaan penala: untuk mengetahui adanya penurunan pendengaran.
• Audiometri: untuk mengetahui derajat dan jenis gangguan pendengaran
• BERA: dilakukan pada pasien anak yang tidak kooperatif
• Pemeriksaan penunjang: foto rontgent mastoid, kultur dan uji resistensi
kuman dari secret telinga.
Tatalaksana
• Ear Toilet: memudahkan penetrasi antibiotik
Tatalaksana
• Tipe aman:
1. Terapi konsevatif: pemberian tetes H2O2 3% 3-5 hari (jika secret
terus menerus keluar), antibiotic oral( ampisilin dan eritromisin) dan
kortikosteroid.
2. Terapi pembedahan: miringotomi dan timpanoplasti (jika selama
obeservasi 2 bulan perforasi masih ada), adenoidektomi dan
tonsilektomi (jika sumber infeksi masih menetap dan bukan berasal
dari telinga).
R/ PERIHIDROL 3% 100 ML No.I
S 2 DD gtt 3 AS
R/ ciprofloxacin 500 mg No. XX
S 2 dd tab 1 (habiskan)
• Kombinasi obat dekongestan (phenylpropanolamine hcl dan
pseudoephedrine hcl)
R/ trifed No. XX
S 2 dd tab 1
• Tipe bahaya:
1. Pembedahan: mastoidektomi (dengan/tanpa timpanoplasti)
2. Terapi medikamentosa dilakukan sebelum dilakukan pembedahan.
3. Jika terdapat abses subperiosteal retroauricular maka dilakukan
tersendiri sebelum mastoidektomi.
Mastoidektomi
• Sederhana: dilakukan untuk mebersihkan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Dilakukan agar infeksi menjadi tenang dan telinga tidak berair,
namun fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
• Radikal: dilakukan pada keadaan OMSK bahaya yang infeksi dan kolesteatoma
yang meluas. Kavum timpani dan rongga mastoid di bersihkan dari jaringan
patologik. Setelah operasi ini pasien tidak boleh berenang seumur hidup.
• Radikal dengan modifikasi(operasy bondy): dilakukan pada OMSK dengan
koleteatoma didaerah atik, namun belum merusak kavum timpani. Rongga
mastoid di bersihkan dan dinding posterior telinga di rendahkan, dengan
tujuan untuk membersihkan jaringan patologik dan memperyahankan
pendengaran.
komplikasi
• Intrakranial
• Intratemporl
• Parese nervus facialis.
Daftar pustaka
• Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher, Edisi ke
7, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
• Liwang,F Dkk, (2020). kapita selekta kedokteran: edisi 5 jilid 2. jakarta:
media aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai