Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berkembang di
Indonesia mem-punyai corak agraris, maritim, ataupun campuran. Misalnya, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim. Sunda dan Mataram bercorak agraris, sedangkan Majapahit cenderung bercorak campuran antara kerajaan maritim dan agraris. Pada umumnya, kerajaan yang bercorak agraris sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Sebaliknya, pada kerajaan-kerajaan yang bercorak maritim, sumber penghasilan negara dan kegiatan ekonomi penduduknya cenderung bertumpu pada bidang pelayaran dan perdagangan.
Di daerah pesisir atau kota-kota pelabuhan, selain terdapat
para pekerja pribumi juga terdapat orang-orang asing yang berprofesi sebagai pedagang. Meskipun demikian, sebagian orang asing tersebut ada yang menjadi pegawai Kerajaan. Pada zaman Majapahit terdapat petugas-petugas khusus kerajaan yang berprofesi sebagai juru kling dan juru cina, yaitu suatu profesi yang berkaitan dengan pengaturan para pedagang, khususnya yang berasal dari India dan Cina yang menetap di ibu kota kerajaan maupun di berbagai tempat lainnya di Maia-pahit.
Meskipun sebagian besar penduduk dari masing-masing
kerajaan telah meng-geluti bidang-bidang perekonomian yang sesuai dengan cork kerajaannya, bukan berarti tidak ada bidang-bidang keahlian lain yang dimiliki penduduk di setiap Kerajaan tersebut. Misalya, di Kerajaan Mataram meskipun memiliki corak agraris, juga berkembang profesi-profesi lain di luar pertanian, seperti pedagang. peternak, nelayan, dan perajin.
Tenaga kerja banyak terdapat di daerah perkotaan, baik di
kota pelabuhan, pusat kota, maupun di lingkungan kota pusat kerajaan. Di kota raja sebagai pusat kebudayaan, ekonomi, dan pemerintahan tentu memerlukan banyak tenaga ahli profesional. Di istana atau kraton, raja sebagai penguasa tertinggi dapat mempekerjakan ahli-ahli terbaik yang ada di seluruh kerajaan tersebut. Misalnya, citralekha (juru tulis), tabib, arsitek, pemahat, penatah, dalang. penari, pesinden, dan para pandai (pandai emas, besi, perak, tembaga, dan perunggu).