Anda di halaman 1dari 9

CRITICAL REVIEW

7 KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA DALAM BIDANG EKONOMI

Nama : Ilham Ramadhan

NIM : 11220150000007

Kelas : 4B Ekonomi

Mata Kuliah : Sejarah Indonesia Madya

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

2024
1. Kerajaan Perlak (840-1292 M)
Perekonomian Kerajaan Perlak berpengaruh pada masa sejarah Indonesia, dikenal
sebagai kerajaan islam pertama di Asia Tenggara. Berdiri pada tahun 840 Masehi,
Kerajaan Perlak berada di wilayah Perlak, Aceh Timur, yang terkenal sebagai suatu daerah
penghasil kayu perlak, jenis kayu yang sangat bagus untuk pembuatan kapal. Posisinya
yang strategis dan hasil alam yang melimpah membuat Perlak berkembang sebagai
pelabuhan niaga yang maju pada abad VIII.

Ekonomi Kerajaan Perlak berdasarkan tiga pilar utama: pertanian, perdagangan, dan
kerajinan.
• Pertanian merupakan sektor ekonomi utama dalam masyarakat agraris seperti
Kerajaan Perlak, dengan tanaman padi dan tanaman lainnya seperti lada,
cengkih, dan rempah-rempah mungkin menjadi bagian penting dari sektor
pertanian di Kerajaan Perlak. Pertanian dan perkebunan menghasilkan
komoditas seperti kayu perlak, yang digunakan untuk pembuatan kapal dan
bangunan.

• Perdagangan maritim menjadi bagian penting dalam ekonomi Kerajaan Perlak,


terutama karena letaknya yang strategis di pesisir pantai. Mereka terlibat dalam
perdagangan dengan negara-negara tetangga atau negara-negara jauh untuk
memperoleh barang-barang yang tidak ada di wilayah mereka dan memperluas
jangkauan ekonomi mereka. Bandar Perlak disinggahi banyak kapal dagang dari
Arab, Gujarat, dan Persia.

• Kerajinan pengolahan dan pembuatan barang-barang kerajinan seperti tekstil,


perhiasan, dan senjata mungkin juga menjadi bagian penting dari ekonomi
kerajaan.

Pada saat itu kerajaan juga telah memiliki mata uang tersendiri. Mata uang tersebut
diketahui terbuat dari emas (dirham), perak ( kupang), dan tembaga atau kuningan.

Kesultanan Perlak berakhir pada tahun 1292 Masehi, karena mengalami kemunduran
dan ketidakstabilan. Para pedagang yang melihat hal itu akhirnya memutuskan untuk pergi
ke tempat lain, yakni Pasai. Akhirnya kerajaan runtuh dan berganti menjadi Kerajaan
Samudera Pasai.
2. Kerajaan Banten (1552-1816)
Pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten memiliki peran yang signifikan dalam
mengembangkan kota tersebut menjadi sebuah pusat perdagangan dan penyebaran agama
Islam. Faktor-faktor utama yang berkontribusi pada perkembangan tersebut diantaranya :

• Banten memiliki posisi geografis yang strategis dalam jalur perdagangan, terletak
di pesisir barat Pulau Jawa. Letaknya yang berdekatan dengan Selat Sunda
memungkinkan Banten menjadi titik transit penting bagi perdagangan antara
Timur dan Barat.

• Setelah kejatuhan Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, jalur perdagangan
di wilayah tersebut mengalami perubahan. Para pedagang Islam yang sebelumnya
singgah di Malaka beralih langsung menuju Banten. Hal ini memperkuat peran
Banten sebagai pusat perdagangan utama di wilayah tersebut.

• Banten memiliki komoditas ekspor penting, terutama lada. Lada merupakan salah
satu komoditas yang sangat diminati dalam perdagangan internasional pada masa
itu. Kehadiran komoditas ini memperkuat posisi Banten sebagai pusat perdagangan
yang berkembang.

Dengan adanya faktor-faktor tersebut, Banten menjadi magnet bagi pedagang dari
berbagai negara dan budaya, termasuk Arab, Gujarat, Persia, Turki, dan Cina. Mereka
membentuk perkampungan-perkampungan sesuai dengan asal bangsa mereka, seperti
Kampung Pakojan untuk orang Arab, Kampung Pacinan untuk orang Cina, dan Kampung
Banda serta Kampung Jawa untuk orang Indonesia. Hal ini mencerminkan keragaman
budaya dan perdagangan internasional yang terjadi di Banten pada masa itu. Selain
menjadi pusat perdagangan, Banten juga menjadi pusat penyebaran agama Islam di
wilayah tersebut melalui interaksi antara pedagang-pedagang Muslim dan penduduk lokal.
3. Kerajaan Samudra Pasai (1267-1825 M)

Kerajaan Samudera Pasai, yang terletak di pesisir utara Sumatera dekat Kota
Lhokseumawe, Aceh, memiliki sejarah yang kaya dan peran penting dalam perdagangan
maritim. Diantaranya :

• Perekonomian Samudera Pasai sangat bergantung pada perdagangan. Letak


geografisnya yang strategis, terletak di jalur Selat Malaka, memungkinkan
kerajaan ini menjadi bandar bagi pedagang-pedagang Islam. Rempah-rempah,
terutama lada, menjadi komoditas utama yang diperdagangkan. Lada dari
Samudera Pasai laku di seluruh dunia.

• Sejak abad ke-7, pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan Timur Tengah
memainkan peran penting dalam pelayaran dan perdagangan internasional melalui
Selat Malaka. Kerajaan Samudera Pasai tumbuh sebagai pusat perdagangan
maritim dan bandar transit. Para pedagang dari berbagai negeri seperti Turki, Arab,
Persia, Gujarat, Bengali, Melayu, Jawa, Siam, dan Kedah berdagang di Samudera
Pasai.

• Kerajaan Samudera Pasai memiliki pengaruh atas pelabuhan-pelabuhan penting di


ujung Sumatera, seperti Pidie dan Perlak. Pelabuhan-pelabuhan ini menjadi
pengumpul berbagai barang dari banyak daerah. Setiap tahunnya, Samudera Pasai
mampu mengekspor lada, sutra, kapur barus, dan emas dalam jumlah besar.

• Kerajaan mengeluarkan koine mas sebagai mata uang masyarakat Pasai. Koine
mas adalah bentuk alat tukar berupa koin emas (dirham) dengan komposisi emas
murni 70 persen.

Dengan perdagangan yang makmur dan pengaruhnya atas jalur perdagangan internasional,
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak keemasan di bawah kepemimpinan Sultan
Mahmud Malik Az Zahir. Perekonomian yang kuat dan komoditas-komoditas berharga
menjadikan Samudera Pasai sebagai salah satu kerajaan maritim terkemuka pada
zamannya.
4. Kerajaan Gowa (1565-1895 M)
Kerajaan Gowa pada masa itu memiliki beragam sumber penghasilan yang memperkuat
posisinya sebagai kerajaan yang makmur dan berpengaruh di wilayah tersebut. Beberapa
sumber penghasilan utama Kerajaan Gowa antara lain:

• Kerajaan Gowa juga merupakan kerajaan maritim yang terletak di wilayah yang
strategis di tepi Selat Makasar. Oleh karena itu, perdagangan maritim menjadi salah
satu sumber penghasilan utama mereka. Kerajaan Gowa menjalin hubungan
dagang yang erat dengan berbagai kerajaan dan negara di sekitarnya, serta
memperdagangkan berbagai komoditas seperti rempah-rempah, kain, dan barang-
barang mewah lainnya.

• Kerajaan Gowa memiliki kendali atas sejumlah besar tanah dan sumber daya alam
di wilayahnya, termasuk pertanian, perkebunan, dan tambang. Mereka
mengumpulkan pajak dari para petani, pengusaha perkebunan, dan pengelola
tambang sebagai sumber pendapatan.

• Selat Makasar adalah jalur perdagangan penting yang menghubungkan Asia


Tenggara dengan Asia Timur. Kerajaan Gowa dapat memperoleh keuntungan dari
pengendalian dan penjagaan jalur laut ini, seperti menarik pajak dari kapal-kapal
yang melewati wilayah mereka atau memperdagangkan barang-barang melalui
perdagangan transit.

• Seperti kebanyakan kerajaan feodal pada masa itu, Gowa juga mengenakan pajak
dan pungutan kepada penduduknya. Hal ini mencakup pajak atas tanah, pajak
perdagangan, serta pungutan atas penggunaan infrastruktur dan jasa pemerintah.

• Kerajaan Gowa mungkin juga menerima pembayaran upeti atau perlindungan dari
kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya sebagai bagian dari hubungan politik dan
ekonomi mereka.
5. Kerajaan Malaka (1405-1511 M)
Kerajaan Malaka merupakan kerajaan maritim yang berdiri pada tahun 1405 di Pulau
Malaka, yang sekarang dikenal sebagai Pulau Melaka. Pendirian kerajaan ini dilakukan
oleh Iskandar Shah, yang juga disebut Paremeswara, yang merupakan pemerintah dari
Singapura. Kerajaan Malaka berada di posisi strategis, yang membuatnya memiliki
pengaruh yang kuat dalam perdagangan internasional pada masa itu. Selain itu, kerajaan
ini juga menjadi salah satu pusat penyebaran dan pengajaran agama Islam yang sangat
besar pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1459-1477 Masehi).

Perekonomian masyarakat Malaka bertumpu pada perdagangan dan perdagangan, yang


membuatnya menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara pada masa
itu. Kerajaan Malaka merupakan salah satu daripada kerajaan-kerajaan yang memiliki
kekuatan dan kekuatan ekonomi yang sangat besar, yang membuatnya menjadi salah satu
daripada kerajaan yang berperan penting dalam perekonomian Asia Tenggara pada masa
itu.

Sejak Kerajaan Malaka berkuasa, jalur perdagangan internasional yang melalui Selat
Malaka semakin ramai. Bersamaan dengan melemahnya kekuatan Majapahit dan
Samudera Pasai, kerajaan Malaka tidak memiliki persaingan dalam perdagangan. Tidak
adanya saingan di wilayah tersebut, mendorong kerajaan Malaka membuat aturan-aturan
bagi kapal yang sedang melintasi dan berlabuh di Semenanjung Malaka.

Aturan tersebut adalah diberlakukan pajak bea cukai untuk setiap barang yang datang
dari wilayah barat (luar negeri) sebesar 6% dan upeti untuk pedagang yang berasal dari
wilayah Timur (dalam negeri). Tingkat keorganisasian pelabuhan ditingkatkan dengan
membuat peraturan tentang syarat-syarat kapal yang berlabuh, kewajiban melaporkan
nama jabatan dan tanggung jawab bagi kapal-kapal yang sedang berlabuh, dan sebagainya.

Raja dan pejabat kerajaan turut serta dalam perdagangan dengan memiliki kapal dan
awak-awaknya. Kapal tersebut disewakan kepada pedagang yang hendak menjual
barangnya ke luar negeri. Selain peraturan-peraturan tentang perdagangan, kerajaan
Malaka memberlakukan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam perdagangan dan
diplomatik.
6. Kerajaan Cirebon (1430-1677 M)
Kesultanan Cirebon, yang berdiri pada abad ke-15, mengalami perkembangan ekonomi
yang signifikan berkat posisinya yang strategis di pesisir utara Jawa. Pelabuhan Cirebon
menjadi tempat transit penting bagi pedagang dari berbagai belahan dunia, seperti India,
Arab, bahkan Eropa.

• Ekonomi kesultanan tidak hanya bergantung pada perdagangan, tetapi juga pada
sektor pertanian yang kuat. Pertanian, terutama produksi padi dan palawija,
menjadi tulang punggung ekonomi. Sistem irigasi yang baik dan teknik pertanian
yang maju memastikan produksi pertanian yang melimpah, memenuhi kebutuhan
lokal dan mendukung perdagangan.

• Selain perdagangan dan pertanian, kerajinan juga memainkan peran penting dalam
ekonomi Kesultanan Cirebon. Batik Cirebon dengan motif-motif khasnya menjadi
produk kerajinan yang terkenal dari wilayah tersebut. Di samping itu, kerajinan
logam dan ukiran kayu juga berkembang pesat, menambah keanekaragaman
produk ekonomi kesultanan.

• Dengan perdagangan yang sibuk, pertanian yang produktif, dan kerajinan yang
terkenal, Kesultanan Cirebon berhasil mempertahankan kehidupan ekonomi yang
makmur dan beragam di wilayah pesisir utara Jawa Barat.
7. Kerajaan Demak (1475-1548 M)
Kerajaan Demak, sebuah kekuatan besar di Nusantara pada abad ke-15 dan ke-16,
memainkan peran penting dalam perdagangan maritim dan agraria di wilayah tersebut.
Dengan fokus pada perdagangan maritim, Demak berusaha menjadi negara maritim yang
kuat dengan upaya merebut Malaka dari tangan Portugis. Meskipun upaya ini tidak
berhasil, perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara tetap
ramai.

Perekonomian Demak didukung oleh dua sektor utama: perdagangan maritim dan
pertanian. Wilayahnya yang luas memberikan kesempatan untuk pertanian yang subur,
terutama dalam produksi beras. Demak juga memperdagangkan komoditas seperti madu
dan lilin, yang diekspor melalui Pelabuhan Jepara ke Malaka. Keberhasilan perdagangan
ini menyebabkan perkembangan ekonomi yang signifikan di kerajaan tersebut,
memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakatnya.

Kerajaan Demak memainkan peran penting sebagai penghubung antara daerah


penghasil rempah-rempah di Timur dengan Malaka di Barat. Pelabuhan Demak menjadi
pusat transit bagi kapal dagang yang menuju ke Selat Malaka, serta menjadi tempat
singgah bagi kapal-kapal yang datang dari wilayah Barat. Meskipun upaya untuk merebut
Malaka dari Portugis gagal, ekonomi Demak tetap kuat karena didukung oleh perdagangan
hasil pertanian dan posisinya yang strategis dalam perdagangan laut.

Pentingnya sektor ekonomi pertanian membuat Demak melakukan perluasan wilayah


ke daerah-daerah di sekitarnya, termasuk ke Jawa Barat. Dengan demikian, Kerajaan
Demak berhasil memanfaatkan potensi ekonomi maritim dan agraria untuk memperkuat
posisinya sebagai salah satu kekuatan terkemuka di Nusantara pada masanya.

Anda mungkin juga menyukai