Anda di halaman 1dari 8

Nama : Achmad Nurdiyanto

NIM : 3101421033

Rombel/Prodi : 4A/Pendidikan Sejarah, S1

Jawaban UAS Sejarah Maritim Semester Genap 2022/2023

1. a) Kejayaan Sriwijaya dan Majapahit tidak terlepas dari corak mereka sebagai kerajaan
maritim. Dengan menjadi kerajaan bercorak maritim, Sriwijaya dan Majapahit mudah
mendapatkan akses hubungan luar negeri maupun kemudahan ekspansi ke daerah-daerah
lain. Berikut ini merupakan penjelasan kejayaan dari kedua kerajaan tersebut melalui
perspektif politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pertama, Sriwijaya
memanfaatkan perdagangan internasional untuk menunjukan eksitensi mereka. Pedagang-
pedagang dari negeri lain dikenakan pajak agar dapat berdagang denga naman. Selain itu,
stabilitas politik Sriwijaya juga diperoleh melalui aturan pengawasan terhadap keturunan
raja, aturan ini memberikan sanksi tegas bila keluarga kerajaan membiarkan keturunan raja
tidak berada dalam pengawasan. Aturan pengawasan ini menjadi awal pendidikan
kedisiplinan bagi keturunan raja dan dapat mencegah potensi terjadinya konflik internal di
keluarga istana. Kemdian, Kedudukan politik Sriwijaya juga diperkuat buktinya dengan
adanya hubungan luar negeri. Contohnya, Sriwijaya berhubungan dengan India hingga
Cina, hubungan ini menjadikan Sriwijaya dikenal negara lain dan menjadikan Sriwijaya
sebagai salah satu kerajaan pusat pendidikan Agama Budha berskala internasional, Bukti
hubungan luar negeri untuk membina keharmonisan politik juga dilakukan Sriwijaya
dengan membangun asrama pendidikan Budha di Nalanda, hal ini terjadi saat Sriwijaya
berada di puncak kejayaan yaitu di masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Selanjutnya,
Kerajaan Majapahit pada masa kejayaannya di abad ke-14 M telah memiliki kestabilan
politik yang baik, karena pada tahun 1293 hingga pertengahan abad ke-14 M para
pengacau atau pemberontak kerajaan seperti Dyah Halayudha, Ra Kuti, Sadeng, Keta, dan
lainnya telah ditumpas oleh pihak kerajaan. Struktur pemerintahan Majapahit sudah cukup
kompleks dan dijabat oleh keturunan raja, sanak saudara raja atau orang terdekat raja.
Akibat yang timbul dari stabilnya politik dalam negeri Majapahit adalah menegaskan
Majapahit sebagai kerajaan bercorak maritim, pada masa pemerintahan Tribhuwana
Tunggadewi hingga Sri Rajasanagara atau Raja Hayam Wuruk Majapahit memiliki armada
laut yang mumpuni (Setiawan, 2022). Armada laut Majapahit ini membantu kerajaan
untuk melakukan ekspansi, melakukan hubungan bilateral dengan negeri lain, berdagang
ke luar negeri, dan menjadi sarana raja untuk menginspeksi atau berkunjung ke daerah-
daerah bawahan. Selanjutnya, dalam perspektif ekonomi Sriwijaya merupakan kerajaan
yang menjadi poros perdagangan maritim Asia, Sriwijaya menjadi tempat transit,
pengekspor komoditas, hingga administrator perdagangan yang terjadi. Untuk
meningkatkan pendapatan dan menunjukan kekuasaannya, Kerajaan Sriwijaya
menerapkan pajak dagan untuk para pedagang yang melakukan transaksi di wilayah
Kerajaan Sriwijaya. Lalu, Kerajaan Majapahit memiliki kemajuan di bidang ekonomi tidak
terlepas karena berkembangnya industri kapal, Perdagangan lintas daerah Majapahit
umumnya dilakukan melalui jalur maritim. Kapal Junco atau perahu khas Jawa pada era
Majapahit diperkirakan berukuran panjang 313,2 hingga 391,5 meter (Purnomo, 2020),
dengan adanya kapal berukuran besar maka kegiatan perdagangan dapat berlangsung
optimal, para pedagang Majapahit dapat mengangkut banyak komoditas dagang mereka
seperti lada, beras, gading, dan lain sebagainya. Selanjutnya, secara sosial budaya. Dalam
hal sosial budaya, Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan yang berbasis budaya
maritim, hal ini terlihat dari letak geografis Sriwijaya dan juga hasil temuan arkeologi
berupa sisa kapal, tembikar keramik, dan perkakas kayu. menangkap ikan, kerajinan
lokal dan keahlian maritim lainnya adalah untuk komoditas perdagangan di
pelabuhan-pelabuhan utama Kerajaan Sriwijaya (Rachmad, 2019). Secara sosial,
mayoritas masyarakat Sriwijaya merupakan penganut Budha, berprofesi sebagai nelayan
pedagang, hingga pengrajin kerajinan lokal. Kemudian, di Majapahit secara sosial budaya
bercampur antara kebudayaan agraris dan maritim. Prasasti Karang Bogem menjelaskan
bahwa penduduk Majapahit yang tinggal di dekat area laut maupun sungai seperti Gresik
umumnya bekerja sebagai nelayan, pembuat terasi, dan penambak ikan (Efendi, 2014).
Kemudian, di Majapahit telah terjadi keberagaman agam yang dianut masyarakat, yaitu
Hindu Syiwa, Budha, Islam, dan aliran kepercayaan Kejawen. Mayoritas masyarakat
beragama Hindu Syiwa dan Budha, sehingga sistem kasta masyarakat berdasar ajaran
Hindu masih sangat kuat. Terakhir, secara militer Sriwijaya dan Majapahit memiliki militer
yang kuat. Angkatan laut Sriwijaya memilih menguasai Selat Malaka dengan tujuan agar
Sriwijaya mampu menjadi kerajaan yang memonopoli perdagangan di Asia Tenggara dan
menyingkirkan bajak laut yang mengganggu kegiatan perniagaan di Sriwijaya.
Selanjutnya, di masa Kerajaan Majapahit penguasaan maritim dilakukan secara
persuasive, jika metode persuasive tidak berhasil maka kerajaan Majapahit akan
melakukan cara militer untuk menaklukan wilayah seberang. Angkatan laut Majapahit
memiliki peran untuk menjaga ibukota kerajaan, melakukan ekspansi, dan mengawasi
daerah bawahan maupun negeri lain yang berpotensi mengganggu kekuasaan Raja
Majapahit. Setiap kapal perang Majapahit dilengkapi senjata meriam Jawa yang disebut
cetbang Majapahit dan pandai besi yang membuat meriam tersebut berlokasi di daerah
Blambangan (Pradhani, 2017).

b) Kesultanan Demak merupakan kesultanan di Jawa Tengah yang berbasis maritim dan
bercorak Islam. Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa, pelabuhan dagang,
dan pelopor asimilasi maupun akulturasi budaya Islam dan Jawa. Dalam pandangan
ekonomi Demak merupakan wilayah yang terletak di area jaringan laut Jawa, area ini
merupakan jalur masuknya para pedagang muslim dari Cina, India, hingga Arab di Jawa.
Para pedagang muslim tersebut melakukan kegiatan berdagang sekaligus berdakwah
mengajarka syiar atau ajaran Agama Islam. Pada masa Kesultanan Demak, wilayah pantai
utara Jawa menjadi penghubung ekonomi, sosial budaya, hingga agama bagi wilayah lain
seperti Bali, Lombok, Sumba, Kalimantan Selatan, dan Timor (Utami, C. S. M., dkk,
2022). Jika dipandang melalui persepektif budaya, maka peran Demak sebagai kerajaan
maritim dan pusat penyebar Islam masih tetap memiliki hubungan dengan perspektif
ekonomi, karena proses penyebaran Islam di Indonesia salah satu jalurnya adalah melalui
perdagangan. Para pedagang yang sehabis berlabuh di Demak akan kembali berlayar ke
daerah lain seperti Kalimantan hingga Sulawesi. Kapal-kapal dagang dari Demak juga
mengikutsertakan sufi dan da’I untuk menyebarkan agama Islam dan memperkenalkan
kebudayaan Islam yang berkolaborasi dengan budaya lokal.

2. a) Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan visi sebagai
negara bahari sejak awal abad ke-21. Tujuan ini termasuk mengembangkan sektor kelautan
dan perikanan, meningkatkan keamanan maritim, menjaga sumber daya laut yang
berkelanjutan, dan membangun kerja sama regional maupun internasional dalam bidang
kelautan. Berikut adalah beberapa upaya yang dilakukan:

1. Program Revolusi Mental Maritim (RM2) pada tahun 2014: Program ini diluncurkan
oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengubah paradigma masyarakat
Indonesia dalam melihat laut sebagai aset strategis yang harus dijaga dan dimanfaatkan
dengan baik. Program ini bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat akan
pentingnya kelautan, memperkuat keberlanjutan sumber daya laut, dan
mempromosikan kesejahteraan ekonomi melalui sektor kelautan.
2. Undang-Undang Kelautan No. 32 Tahun 2014: Undang-undang ini merupakan
landasan hukum yang mendasari pengelolaan wilayah pesisir dan laut Indonesia.
Undang-undang ini memberikan landasan untuk mengembangkan sektor kelautan,
mempromosikan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan, melindungi
lingkungan laut, dan meningkatkan keamanan maritim.
3. Program Tol Laut pada tahun 2014: Program ini bertujuan untuk memperkuat
konektivitas maritim di dalam negeri dengan meningkatkan pelayaran antarpelabuhan.
Program Tol Laut memperluas pelayaran rute kapal-kapal kargo domestik, mengurangi
biaya logistik, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah pesisir dan pulau-pulau
terpencil.

b) Fungsi pelabuhan di bidang ekonomi dan pertahanan keamanan

Dalam bidang ekonomi, pelabuhan merupakan salah satu tempat pertama yang
disinggahi oleh orang-orang yang melakukan kegiatan perdagangan. Pelabuhan menjadi
tempat kapal-kapal untuk berlabuh, menurunkan muatan, dan mengangkut barang-barang.
Karena menjadi tempat berlabuhnya banyak kapal inilah kegiatan perdagangan, baik ekspor
maupun impor terjadi. Negara menerapkan kebijakan pajak dan cukai untuk meningkatkan
devisa negara, negara bertindak dengan menempatkan para petugas bea cukai di setiap
pelabuhan, dan tempat-tempat persingghan strategis lainnya. Jadi, dalam bidang ekonomi
pelabuhan berfungsi sebagai tempat perniagaan nasional ataupun internasional, memiliki andil
dalam meningkatkan devisa negara, dan menjadi tempat masyarakat memanfaatkan kekayaan
bahari untuk memenuhi bahkan meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Putra dan Djalante,
2016).

Dalam bidang militer, pelabuhan difungsikan sebagai pangkalan militer angkatan laut
dan polisi laut. Angkatan laut memanfaatkan pelabuhan sebaga pangkalan atau markas, tempat
pengawasan keamanan laut, dan dijadikan sebagai garda terdepan dalam upaya
mempertahankan kedaulatan negara. Kemudian, pelabuhan juga digunakan untuk menjaga
keselamatan presiden ataupun pejabat negara lainnya. Yaitu, dengan menjadikan pelabuhan
terdekat ibukota negara sebagai tempat berlabuh kapal kepresidenan. Pada masa Orde Lama
tepatnya ketika terjadi peristiwa G30S, Detasemen Kawal Pribadi (saat ini Pasukan Pengaman
Presiden) pernah menawarkan Presiden Sukarno untuk mengamankan diri dari kekacauan di
Jakarta melalui Kapal Kepresidenan RI Varuna yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok.
3. a) Kekayaan laut Indonesia yang melimpah memberikan beberapa resiko. Resiko datang dari
sisi keamanan, ekonomi, politik, hingga resiko kerusakan ekosistem laut. Beberapa peristiwa
yang terjadi dalam beberapa waktu adalah peristiwa konflik wilayah Laut Natuna dengan Cina
dan pencurian ikan wilayah laut Indonesia yang dilakukan oleh oknum nelayan dari Vietnam,
dan penggunaan pukat harimau. Untuk mencegah terjadinya resiko-resiko yang mungkin
terjadi, Pemerintah RI telah membuat berbagai konstitusi maritim Indonesia. Dimulai dari
Deklarasi Djuanda 1957 yang menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar,
di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Selanjutnya,
Landas kontinen diatur dalam UU No. 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen, landas kontinen
merupakan dasar laut yang menjadi lanjutan dari benua atau wilayah daratan yang terendam
air laut. Jarak landas kontinen perairan indonesia adalah memajang dari pantai sampai pada
kedalaman laut 100 hingga 200 meter. Kemudian, Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE (UU No.
5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Ruang Laut. Instrumen utama untuk menjaga wilayah laut di Indonesia adalah
TNI Angkatan Laut.

b) unsur-unsur yang harus dimiliki wilayah pantai agar menjadi destinasi wisata

Yoeti (2016) menjelaskan terdapat 3 unsur untuk membentuk sebuah destinasi wisata di suatu
tempat, yaitu attraction atau daya tarik, artinya obyek yang tersedia di tempat tersebut memilik
ciri khas atau daya tarik agar wisatawan memiliki keinginan untuk berkunjung ke tempat
tersebut. Dalam hal ini, setiap pantai di Indonesia memiliki daya tarik yang unik dan berbeda-
beda. Contohnya, pantai selatan Jawa memiliki daya tarik berupa ombak laut besar (contohnya
Pantai Parangtritis), relief alam indah (contohnya di Pacitan), pasir berwarna unik (Pantai Tiga
Warna di Malang, Jawa Timur), agar daya tarik tersebut tetap terpelihara diperlukan usaha-
usaha konservasi lingkungan pantai. Kedua, accessibilities atau akses prasarana yang dapat
memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata. Kemudahan akses, terutama
akses transportasi dan jalan raya yang baik akan meningkatkan kenyamanan wisatawan.
Kenyamanan yang dialami oleh wisatawan akan berdampak positif terhadap wilayah objek
wisata, dampak positifnya berupa objek wisata semakin terkenal di lingkup yang lebih luas,
kunjungan wisatawan yang semakin banyak, pemberdayaan masyarakat sekitar objek wisata
semakin maksimal, dan kesejahteraan masyarakat sekitar dapat tercapai. Terkahir, facilities
atau fasilitas yang menunjang pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi segala jenis
kebutuhan selama berkunjung. Selain ketiga unsur diatas, diperlukan juga pendidikan
manajemen pariwisata agar masyarakat mampu mengelola daerah wisata dengan baik dan
dapat berkolaborasi dengan pemerintah atau pihak-pihak lain apabila terjadi permasalahan
yang tidak dapat diatasi sendirian.

4, a) Untuk menjaga kearifan lokal masyarakat pantai dalam menghadapi tantangan perubahan
zaman, beberapa langkah berikut dapat diambil:

1. Pemberdayaan Masyarakat: Masyarakat pantai harus secara aktif terlibat dalam


pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya kelautan dan pesisir.
Pemerintah dan lembaga terkait harus memastikan partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan, implementasi, dan pemantauan kebijakan terkait wilayah pantai. Ini akan
memungkinkan kearifan lokal masyarakat pantai untuk tetap menjadi bagian integral
dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi wilayah mereka.

2. Melakukan tindakan konservasi nilai dan karakter : Upaya konservasi nilai dan karakter
masyarakat maritim menjadi usaha yang dapat dilakukan dalam skala kecil hingga skala
besar. Konservasi nilai dan karakter dianggap sebagai usaha yang dapat dilakukan
dengan cukup mudah Karena konservasi nilai dan karakter dapat dilakukan di
lingkungan keluarga hingga masyarakat. Dengan melakukan konservasi nilai dan
karakter, diharapkan para masyarakat maritim muda dapat mempertahankan karakter
dan kearifan lokal wilayah mereka masing-masing. Konservasi nilai dan karakter dapat
dilakukan dengan cara verbal seperti orang tua atau tokoh masyarakat memberi
pengetahuan tentang sejarah kebudayaan wilayah mereka, keunikan kearifan lokal
pantai, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat mereka. Kemudian, event
kebudayaan maritim juga dapat mendukung ketahanan eksistensi kearifan lokal
maritim. Dengan diadakannya event budaya, maka banyak masyarakat akan
mengetahui, mengabadikan, serta mempublikasi kebudayaan yang ditampilkan.
Contohnya adalah tradisi sedekah laut di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

b) Masyarakat pantai kerap kali dipandang sebagai golongan masyarakat yang kurang sejahtera
karena disebabkan oleh beberapa faktor. Yaitu, ada anggapan bahwa masyarakat pantai hanya
mengandalkan hasil laut, tidak menerima program pembangunan secara merata, masyarakat
stunting, dan lain sebagainya. Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar dan tidak
sepenuhnya salah. Di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah terdapat beberapa wilayah yang
mempunyai angka stunting yang agak besar. Contohnya adalah Kabupaten Rembang, cukup
mengherankan terdapat angka stunting yang cukup besar di wilayah pesisir penghasil ikan laut
tersebut. Kemungkinan yang mengakibatkan stunting adalah tidak berimbangnya pasokan ikan
untuk konsumsi masyarakat lokal dan pasokan untuk dijual ke luar daerah. Namun dibalik
angka stunting tersebut, Rembang adalah salah satu wilayah di Jawa Tengah yang tidak
termasuk sebagai wilayah miskin. Hal ini disebabkan karena laba penjualan ikan yang cukup
besar diterima oleh masyarakat yang berprofesi di sector maritim. Jadi, anggapan bahwa
masyarakat pantai adalah masyarakat yang kurang sejahtera dapat dibenarkan karena terdapat
wilayah pesisir yang memiliki angka stunting yang cukup besar disbanding daerah-daerah lain
disekitarnya. Namun, pernyataan atau pandangan tersebut juga tidak sepenuhnya benar. Karena
masyarakat pantai juga memperoleh pendapatan yang layak dengan memanfaatkan berbagai
potensi yang ada di laut dan pantai di wilayah mereka.
Sumber

Efendi, N. (2014). Peran Bengawan Solo Pada Perekonomian Majapahit Abad XIV-
XVI. Avatara, 2(3).

Pradhani, S. I. (2017). Sejarah Hukum Maritim Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dalam
Hukum Indonesia Kini. Sejarah, 1410, 4962.

Purnomo, N. H. (2020). MEMBANGUN KARAKTER BERORIENTASI KEMARITIMAN.

Putra, A. A., & Djalante, S. (2016). Pengembangan Infrastruktur Pelabuhan Dalam Mendukung
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 6(1).

Setiawan, Z. (2022). Sejarah Sosial Politik Kerajaan Majapahit. Jurnal Lanskap Politik, 1(1),
110-119.

Rachmad, Y. (2019). Budaya Bahari Masyarakat Sriwijaya pada Masa Pra-Modern. Jasmerah:
Journal of Education and Historical Studies, 1(2), 23-30.

Utami, C. S. M., Wijayati, P. A., Milla, N. U. P., & Rohman, M. (2022). EKONOMI
PERDAGANGAN DAN PENYEBARAN ISLAM: MENELISIK KEJAYAAN DEMAK
DALAM JARINGAN KEMARITIMAN. Inovasi Ekonomi, (2).

Yoeti, O. A. (2016). Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata, cetakan ketiga. Jakarta: PT


Balai Pustaka (Persero).

Anda mungkin juga menyukai