Anda di halaman 1dari 13

sejarah perekonomian

indonesisa
sebelum masa penjajahan
Mata Kuliah
Perekonomian Indonesia

3EA06
anggota
kelompok
• Maulana Rizky (11221131)
• Rangga WIjaya (11221684)
• Rija Ainuluthfi (11221765)
latar belakang
Pada abad ke-16 Nusantara, diposisikan di garis khatulistiwa dengan
kekayaan alam yang berlimpah, menikmati keuntungan geopolitik dan
ekonomi yang signifikan dalam masa praindustri. Sejak abad-abad awal
Masehi, Nusantara telah terjalin erat dalam jaringan perdagangan
maritim Asia, menjalin hubungan dengan berbagai kawasan dan
mengadopsi peradaban Hindu/Buddha dan Cina. Kemajuan ekonomi
Asia pada masa itu jauh melampaui Eropa, di mana kafilah-kafilah dari
Asia menempuh perjalanan jauh membawa beragam produk untuk
dijual dengan harga tinggi di pasar Eropa.
periode pra kolinialisme
Pada masa itu RI belum berdiri, daerah-daerah umumnya
dipimpin oleh kerajaan. Kerajaan di wilayah Nusantara berdiri
sekitar abad ke 5 sampai sebelum masuknya penjajah yang
secara sistematis menguasai kekuatan ekonomi dan politik di
wilayah nusantara sekitar abad ke 15 (sebelum tahun 1600 )
perekonimian di nusantara atau
indonesia sebelum tahun 1600
1. Pertanian di Indonesia

Profesor Kuntjaraningrat menelusuri sejarah awal mula pertanian di


Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa setelah keahlian bercocok
tanam menyebar dari delapan tempat di dunia, ekonomi berbasis
berburu dan meramu mulai tergeser. Namun, peralihan ini tidak
terjadi secara serta merta di seluruh Nusantara. Buktinya, penduduk
di beberapa wilayah Indonesia seperti Papua, Maluku, Sulawesi
Tenggara dan Tengah, masih bergantung pada meramu sagu sebagai
sumber penghidupan utama hingga awal abad ke-20.
Lanjutan...

Meramu sagu ini dilakukan berdampingan dengan kegiatan


menangkap ikan. Menariknya, kepemilikan dan pemanfaatan
pohon sagu pun diatur dalam masyarakat. Sagu dapat
diwariskan dari orang tua maupun diambil dari wilayah
keluarga tertentu. Pengolahan sagu pun bisa dilakukan secara
mandiri, bergotong royong dengan saudara ipar, atau
berdasarkan kesepakatan khusus. Hasil panen sagu biasanya
dibagi rata, kecuali jika ada perjanjian lain sebelumnya.
Meskipun bercocok tanam sudah mulai dikenal, namun
fungsinya masih sebagai aktivitas sampingan. Tanaman yang
dibudidayakan pun masih sebatas umbi-umbian, pisang, tebu,
pepaya, kelapa, aneka sayur, dan palawija.
2. Perikanan/Perairan di Nusantara

Di bidang perikanan, salah satunya pada masyarakat nelayan di


Maluku Tengah umumnya menggunakan perahu kecil yang dikayuh
oleh dua orang, yaitu pemilik perahu dan anaknya. Mereka melaut
sejauh 2-3 km untuk menangkap ikan dengan jala. Jarak ini cukup
untuk mendapatkan ikan, namun jenis dan jumlahnya terbatas.
Nelayan miskin hanya mampu menggunakan perahu kecil ini,
sehingga hasil tangkapan mereka pun tidak terlalu banyak.
Lanjutan...

Para nelayan mendambakan perahu besar yang dapat melaju lebih jauh,
hingga mencapai 7-8 km ke laut. Di sana, terdapat daerah dengan kawanan
ikan besar yang dapat menghasilkan tangkapan berlimpah. Namun, hanya
nelayan yang sukses dan kaya yang mampu memiliki perahu besar ini.
Awak kapal perahu besar biasanya terdiri dari keluarga atau kerabat dekat
pemilik. Belum ada pembagian kerja yang spesifik, semua awak kapal bahu
membahu dalam melaut, menangkap ikan, dan mengawetkan hasil
tangkapan. Contohnya, mereka bersama-sama mengemudikan kapal,
melempar dan menarik jala, menombak ikan, memilih, membersihkan, dan
membuat ikan asin.
3. Upah atau Gaji masyarakat di Nusantara

Sistem upah yang mereka pakai adalah menggunakan


sistem bagi hasil, bukan upah uang. Hasil tangkapan
dibagi setelah dikurangi biaya operasional, seperti
modal awal, pemeliharaan perahu dan alat tangkap,
serta bekal makanan selama melaut. Hasil bersih inilah
yang dibagi antara awak kapal dan pemilik perahu
berdasarkan perjanjian sebelumnya.
4. Perdagangan di Nusantara

Sejak abad pertama Masehi, Nusantara telah menjadi bagian penting


dalam jaringan perdagangan maritim global. Rempah-rempah, kayu
wangi, kapur barus, dan kemenyan dari Indonesia digemari di India
dan Kekaisaran Romawi, menghasilkan keuntungan besar bagi para
pedagang meskipun biaya dan waktu pengangkutannya tinggi.
Lanjutan...

Sistem perdagangan di kerajaan-kerajaan tradisional


Nusantara tergolong "kapitalisme politik" di mana raja-raja
memiliki pengaruh besar. Kapitalisme ini terbagi menjadi
dua bentuk: modern dan perdagangan.
Ekonomi kerajaan-kerajaan Jawa bercorak agraris
(pertanian) dengan perdagangan laut yang kuat. Di
Sumatera, bangsawan berkuasa melalui perdagangan,
sedangkan di Jawa, mereka berkuasa melalui kombinasi
pertanian dan perdagangan.
kesimpulan
Perekonomian Indonesia sebelum masa penjajahan didominasi oleh pertanian, perikanan, dan
perdagangan. Pertanian masih bersifat sampingan, sementara perikanan dilakukan dengan perahu
kecil dan sistem bagi hasil. Perdagangan rempah-rempah dan barang lainnya telah menjadi bagian
penting dalam jaringan perdagangan maritim global sejak abad pertama Masehi. Kerajaan-
kerajaan tradisional Nusantara memiliki pengaruh besar dalam sistem perdagangan, yang terbagi
menjadi kapitalisme politik modern dan perdagangan.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebelum masa penjajahan, ekonomi Indonesia
didominasi oleh sektor pertanian, perikanan, dan perdagangan. Pertanian masih bersifat
sampingan, perikanan dilakukan dengan perahu kecil dan sistem bagi hasil, sementara
perdagangan rempah-rempah dan barang lainnya telah menjadi bagian penting dalam jaringan
perdagangan maritim global sejak abad pertama Masehi. Kerajaan-kerajaan tradisional Nusantara
memiliki pengaruh besar dalam sistem perdagangan, yang terbagi menjadi kapitalisme politik
modern dan perdagangan.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai