Anda di halaman 1dari 10

Perekonomian Indonesia

Ekonomi adalah upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk mencapai
kesejahteraan. Sejarah perekonomian Indonesia merupakan masa dimana negara kita telah
melewati berbagai perjalanan yang berlika-liku sampai di titik sekarang ini. Ekonomi
Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia berkembang yang terbesar di Asia
Tenggara dan terbesar ke-3 setelah Cina dan India. Indonesia menempati urutan ke-16
sebagai kekuatan ekonomi terbesar. Indonesia merupakan negara yang memiliki letak
geografis yang strategis karena terletak diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua
Eropa serta dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Hal tersebut
menguntungkan Indonesia dalam bidang pelayaran dan perdagangan.

Perekonomian Indonesia mulai berkembang pada masa sebelum kemerdekaan. Mulai dari
zaman prasejarah sampai masuknya Belanda ke Indonesia hingga sekarang ini. Kondisi
ekonomi zaman prasejarah dimulai dari Poleolitikum, Mesolitikum, Megalitikum, dan
Neolitikum. Selain 4 zaman tersebut, ada juga masa perundagian. Masing-masing zaman
tersebut memiliki perkembangan kondisi ekonomi ekonomi yang berbeda-beda.

Pada zaman Poleolitikum atau dikenal dengan kebudayaan batu tua. Manusia purba belum
mengenal uang dan jual beli. Pada zaman ini, mereka tidak mendapat upah dalam bentuk
uang, namun mendapat makanan sebagai upahnya . Alat-alat yang digunakan berasal dari
batu kasar. Untuk kehidupan sehari-hari, manusia purba hanya menggantungkan hidup
pada alam.

Zaman ini masih menggunakan sistem ekonomi dengan cara tukar barang. Manusia purba
yang dapat membuat kapak akan menukar dengan makanan/kain. Tidak ada perkembangan
kondisi ekonomi yang signifikan pada masa ini. Kesulitan ekonomi dipengaruhi oleh faktor
komunikasi. Manusia purba masih menggunakan bahasa tubuh.

Pada zaman Mesolitikum atau dikenal dengan kebudayaan batu tengah, terjadi setelah
zaman es berakhir. Zaman ini lebih maju dibanding zaman Paleolitikum. Manusia purba
berganti dengan homo sapiens/manusia cerdas. Mereka tinggal di gua dan
nomaden/berpindah-pindah. Homo sapiens tidak memiliki alat beli khusus seperti uang.
Mereka mencari kebutuhan sendiri. Barang-barang yang dibuat adalah batu penggiling,
kapak pendek dan pebble.

Pada zaman Megalitikum, logam mulai berkembang pesat. Uang logam diperkirakan mulai
dibuat. Zaman ini, manusia sudah mengenal kepercayaan terhadap roh nenek moyang.
Barang-barang yang dihasilkan mayoritas mempunya fungsi sebagai sesaji, contohnya
menhir dan dolmen. Mereka memiliki pendapat jika percaya roh nenek moyang yang akan
membantu dalam kehidupan sehari-hari. Pikiran ini menjadikan warga pribumi menjadi
semakin maju dan mengembangkan kemampuannya dalam membuat perkakas rumah
tangga.
Pada zaman Neolitikum, zaman ini adalah zaman yang paling maju. Warga pribumi mulai
mengubah kebiasaan dari mencari bahan makanan mentah menjadi membuat makanan.
Warga pribumi belajar bertani, bertenak dan menanam benih tumbuhan di lahan kering.
Kebiasaan ini menjadi awal mula terjadinya ekonomi dengan cara tukar menukar barang.
Pada zaman ini mulai ada Food Producing.

Ditandai dengan terbentuknya kelompok masyarakat, tidak lagi nomaden dan membuat
rumah. Warga pribumi di zaman ini sudah bisa menghasilkan peralatan halus di kedua
sisinya, contohnya kapak lonjong, pahat persegi panjang, kapak persegi, perhiasan dan
kain. Kain pada saat itu terbuat dari serat-serat tumbuhan yang dianyam menggunakan
tangan. Jika ingin mendapatkan perhiasan/makanan, warga pribumi akan melakukan
barter. Kain dan perhiasan adalah barang paling mewah dan berharga yang ada pada saat
itu.

Pada zaman kerajaan, perwujudannya melalui kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara.


Posisi geografis kerajaan Indonesia yang beragam berakibat pada keragaman aktivitas
perekonomiannya. Perekonomian khususnya di bidang perdagangan pada masa kerajaan
tradisioanal disebut oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik. Kapitalisme
politik yaitu pengaruh raja-raja dalam perdagangan sangat besar. Kegiatan perdagangan
laut pada masa kerajaan Indonesia mempunyai pengaruh besar untuk perkembangan
ekonomi rakyat saat itu.

Kerajaan Sriwijaya mempunyai zaman keemasan pada saat perdagangan Internasional, dari
Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa. Raja dan bangsawan Kerajaan Sriwijaya sangat
diuntungkan oleh banyaknya pedagang laut yang lewat daerah mereka. Perolehan
kekayaan dari berbagai upeti serta pajak yang mereka dendakan pada setiap kapal yang
singgah/melewati daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Wilayah kekuasaan Sriwijaya saat
ini bernama Pulau Sumatera, Jawa, Pesisir Kalimantan, Kamboja, Thailand Selatan dan
Semenanjung Malaya, lalu menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai yang berhasil
menguasai perdagangan sepenuhnya di Asia Tenggara pada masa itu. Jalur perlayaran
perdagangan dikenal dengan sebutan Jalur Sutra Maritim yaitu jalur yang dilewati oleh
pedagang dari Tiongkok dan Indonesia melalui selat Malaka menuju India.

Kerajaan Kutai terletak pada jalur perdagangan dan pelayaran barat dan timur,mata
pencaharian utama yaitu pedagang. Kerajaan Tarumanegara berada di daerah agraris,mata
pencaharian utama yaitu petani dan peternak. Kerajaan Sriwijaya berada di pesisir utara
pulau sumatera dan jalur stategis perdagangan Asia Tenggara,mata pencaharian utama
yaitu pedagang. Kerajaan Mataram berada di bagian tengah Pulau Jawa yang membuat
masyarakat bertumpu pada sektor pertanian,mata pencaharian utama yaitu petani. Kerajaan
Majapahit berada di wilayah agraris dan jalur strategis perdagangan,mata pencaharian
utama yaitu petani dan pedagang.

Masa sebelum penjajahan,ekonomi indonesia bertumpu pada sektor pertanian dan


perdagangan. Sumber daya alam dan rempah-rempah Indonesia yang mengakibatkan
bangsa-bangsa Eropa datang untuk menguasainya,contohnya Portugis, Belanda, dan
Jepang. Penjajahan Portugis di Indonesia dimulai pada tahun 1509 dengan melakukan
eksplorasi dari Malaka. Bangsa ini adalah bangsa yang pertama kali datang ke Indonesia.
Bangsa ini memiliki keahlian dalam navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan serta
menjadikan perdagangan rempah-rempah menjadi komoditi ekonominya.

Kondisi ekonomi Indonesia pada masa penjajahan Portugis banyak diwarnai perlawaan
rakyat Indonesia terhadap Portugis. Penyebabnya karena komoditi rempah-rempah andalan
Indonesia dikuasai Portugis. Sumber daya alam yang menjadi tumpuan rakyat Indonesia
juga di eksploitasi oleh Portugis. Bangsa ini menguasai sumber rempah-rempah untuk
memperluas usaha misionaris Katolik Roma. Bangsa Portugis adalah salah satu bangsa
yang menjadikan perdagangan khususnya rempah-rempah menjadi komoditi ekonomi.

Masa monopoli VOC, Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1602 bersamaan dengan
perpecahan kerajaan-kerajaan kecil yang menggantikan Kerajaan Majapahit. Penjajahan
Belanda di Indonesia berlangsung ± 350 tahun atau 3,5 abad. Dibentuknya VOC pada 20
maret 1602 merupakan salah satu kebijakan ekonomi yang dilakukan Belanda. Tujuannya
untuk menguasai perdagangan terutama rempah-rempah. Pada tanggal 31 desember 1799
VOC dibubarkan karena gagal mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia terutama
rempah-rempah serta mengalami kebangkrutan. Hutang VOC saat itu mencapai 136,7 juta
gulden.

Banyak penjabat VOC yang terlibat korupsi menyebabkan hutang VOC menjadi semakin
banyak,sehingga VOC bangkrut dan gulung tikar. Para pegawai VOC melakukan korupsi
dan kecurangan karena digaji rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan kas VOC yang
defisit. Dibubarkanya VOC,membuat Belanda memutar otak dengan membuat kebijakan
baru yaitu sistem tanam paksa. Kebijakan ini berlaku mulai tahun 1836 atas inisiatif Van
Bosch. Sistem tanam paksa sangat menyiksa rakyat indonesia namun menguntungkan bagi
Belanda.

Pada saat itu, rakyat Indonesia disuruh menanam rempah-rempah,namun mayoritas hasil
panen diserahkan kepada Belanda. Setelah melakukan sistem tanam paksa kemudian
Belanda menerapkan sistem ekonomi pintu terbuka(Liberal). Kebijakan ini karena desakan
warga belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik
dengan mendorong pemerintah Belanda mengubah kebijakan ekonominya. Pada
penjajahan Belanda,bangsa Indonesia hanya dapat menerima sisa kekayaannya sendiri.
Segala sumber daya alam Indonesia untuk keuntungan Belanda semata.

Masa penjajahan Jepang, Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Namun, walau
waktunya singkat penjajahan Jepang sangat kejam dan menyiksa rakyat Indonesia daripada
penjajahan Belanda . Saat Jepang menjajah Indonesia, Jepang menerapkan sistem ekonomi
perang. Tujuan utama Jepang menjajah Indonesia untuk menguasai sumber-sumber bahan
mentah dari berbagai wilayah di Indonesia. Penyebabnya untuk persiapan Jepang dalam
menghadapi Perang Asia Timur Raya.
Saat itu, wilayah-wilayah Indonesia yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri diberi
nama Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Kebijakan ekonomi pada
jaman penjajahan Jepang terdiri atas perluasan area persawahan serta pengawasan
pertanian dan perkebunan. Hal tersebut berguna untuk meningkatkan produksi
beras.Namun produksi pangan antara tahun 1941-1944 mengalami penurunan.Hasil
pertanian diatur 40%untuk petani,30% untuk dijual ke pemerintah jepang dengan harga
yang sangat murah dan 30% harus diserahkan ke lumbung desa.

Di bidang moneter, pemerintah Jepang berusaha untuk mempertahankan nilai gulden


Belanda. Tujuannya, agar harga barang-barang dapat dipertahankan sebelum perang. Pada
saat itu, Jepang membentuk Kempetei(Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat
ditakuti rakyat Indonesia kala itu. Jepang hanya mengizinkan 2 jenis tanaman perkebunan
yaitu karet dan kina. Kedua tanaman tersebut digunakan untuk kepentingan perang.
Sedangkan tembakau,teh dan kopi dihentikan penanamannya karena tidak berkaitan
dengan perang.

Masa pasca kemerdekaan, ekonomi pada awal kemerdekaan sangat buruk karena terjadi
inflasi. Penyebabnya beredar lebih dari 1 mata uang yang tidak terkendali. Pada Oktober
1946 pemerintah RI mengeluarkan ORI(Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti
uang Jepang. Blokade ekonomi oleh Belanda dengan cara menutup jalur perdagangan luar
negeri menyebabkan kekosongan kas RI. Untuk menghadapi krisis tersebut pemerintah
melakukan kebijakan pinjaman nasional, konferensi ekonomi, rencana 5 tahunan,
keikutsertaan swasta dalam pengembangan ekonomi nasional, sistem ekonomi gerakan
ALIBABA.

Masa demokrasi liberal, sering terjadi perubahan kabinet yang berdampak pada ekonomi
Indonesia saat itu. Indonesia baru merdeka sehingga perekonomian belum tertata rapi dan
tersendat-sendat. Setelah Indonesia merdeka, Belanda masih berusaha menguasai
Indonesia. Akhirnya pada 27 Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.
Pengakuan itu didasarkan atas syarat Indonesia harus membayar utang kepada Belanda
sesuai hasil KMB. Hutang luar negeri saat itu mencapai 1,5 triliun dan hutang dalam negeri
mencapai 2,8 triliun.

Indonesia saat itu hanya mengandalkan ekspor pertanian dan perkebunan. Jika permintaan
ekspornya turun, maka perekonomiannya melemah. Ekonomi di masa demokrasi liberal
diserahkan sepenuhnya kepada pasar pribumi, namun pengusaha pribumi masih belum
mampu bersaing dengan pengusaha non pribumi. Akibatnya, ekonomi Indonesia semakin
buruk. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, pemerintah melakukan kebijakan pemotongan
nilai mata uang, menumbuhkan para wiraswasta pribumi, pembatalan sepihak atas hasil-
hasil KMB dan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.

Kebijakan pertama yaitu gunting Syafruddin. Kebijakan ini berupa pemotongan nilai uang.
Caranya dengan memotong uang yang bernilai Rp 2,50 ke atas hingga nilainya menjadi ½.
Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara yang mengeluarkan kebijakan ini pada
tanggal 20 Maret 1950. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menggunting uang kertas
menjadi dua bagian yaitu bagian kiri dan kanan. Guntingan uang kertas bagian kiri adalah
alat pembayaran yang sah dengan nilai separuh dari nilai nominal yang tertara,sedangkan
guntingan uang kertas bagian kanan ditukarkan dengan surat obigasi yang dapat dicairkan
beberapa tahun kemudian.

Kebijakan kedua yaitu gerakan benteng. Tujuannya mengubah struktur ekonomi kolonial
menjadi struktur ekonomi nasional. Pencetusnya yaitu Dokter Sumitro Djojohadikusumo.
Sistem ekonomi ini bertujuan untuk melindungi para pengusaha pribumi dengan cara
memberikan bantuan berupa kredit dan bimbingan. Sebanyak 700 pribumi telah mendapat
bantuan kredit ini. Namun,program ini tidak berjalan dengan baik karena sifat konsultif
pengusaha pribumi. Contohnya banyak yang menggunakan dana kredit tersebut untuk
kepentingan pribadi.

Kebijakan ketiga yaitu sistem ekonomi Ali Baba. Menteri ekonomi Mr.Iskaq
Tjokrohadisurjo yang mencetuskan gagasan sistem ini. Fokus kebijakan ini yaitu
mengutamakan kaum pribumi. Dengan cara memberi kredit dan lisensi kepada pengusaha
swasta pribumi agar mampu bersaing dengan pengusaha non pribumi. Namun, program ini
gagal karena pengusaha pribumi jatuh miskin dibanding dengan pengusaha non pribumi.

Kebijakan keempat yaitu persetujuan finansial ekonomi. Pada masa pemerintahan kabinet
Burhanuddin Harahap dkirim seorang delegasi ke Jenewa, Swiss. Tujuannya untuk
merundingkan masalah finansial ekonomi antara pihak indonesia dengan belanda. Misi ini
dipimpin Anak Agung Gde Agung tanggal 7 Januari 1956.Kesepakatannya yaitu hasil
KMB dibubarkan, hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan
bilateral,hubungan Finek UU Nasional. Namun Belanda tidak mau menandatanganinya
sehingga indonesia mengambil langka sepihak. Tanggal 13 Februari 1956,kabniet
Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia. Tanggal 13 Mei
1956,Presiden Soekarno menandatangani pembatalan KMB.

Kebijakan kelima yaitu gerakan asaat. Pengagasnya yaitu Mr Asaat yang bertujuan
melindungi perekonomian warga pribumi dari persaingan dagang dengan pengusaha asing
khususnya Tionghoa. Kebijakan ini didukung penuh pemerintah. Pemerintah menyatakan
akan membuat lisensi khusus untuk pengusaha pribumi pada Oktober 1956. Namun,
kebijakan ini memicu reaksi negatif dari kalangan yang membenci keturunan Cina.
Kebencian ini berujung permusuhan serta perusakan aset keturunan Cina.

Kebijakan keenam yaitu rencana pembangunan lima tahun. Ketidakstabilan politik dan
ekonomi menyebabkan merosotnya ekonomi, inflansi, dan lambatnya pelaksanaan
pembangunan. Awalnya program ini menekankan pada pembangunan ekonomi jangka
pendek. Kemudian dibentuk badan perancang pembangunan nasional yang disebut Biro
Perancang Negara. Pada mei 1956, biro ini menyusun RPLT. Saat ini disebut Rencana
Strategis.

Kebijakan ketujuh yaitu musyawarah nasional pembangunan. Pada masa kabinet Ali
Sastromojoyo II terjad ketegangan antara pusat dan daerah. Namun masalah tersebut dapat
teratasi dengan musyawarah nasional pembangunan. Tujuan musyawarah nasional yaitu
untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat di hasilkan rencana pembangunan yang
menyeluruh dalam jangka panjang. Namun ada banyak hambatan tentang rencana tersebut,
karena adanya kesulitan dalam menentukan prioritas, terjadi ketegangan politik dan timbul
pemberontakan PRRI/Permesta.

Kebijakan kedelapan yaitu nasionalisasi perusahaan asing. Dinilai sejak Desember 1958
dengan dikeluarkannya UU tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda.
Kebijakan-kebijakan yang diberlakukan itu untuk warga negara Indonesia. Perkembagan
ekonomi bangsa Indonesia juga tidak lepas dari kehadiaran perusahaan-perusahaan asing
yang dijadikan menjadi milik pemerintah indonesia atau lebih dikenal
nasionalisasi.Beberapa perusahaan asing yang dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia
yaitu Bank Dagang Negara(Nederlandsche Handel Maatschappij N. V.), Philips, Bank
Escompto KLM.

Kebijakan kesembilan yaitu nasionalisasi De Javasche Bank. Pada tanggal 19 Juni


1951,kabinet Sukiman membentuk panitia nasionalisasi De Javasche Bank yang berdasar
pada keputusan pemerintah RI nomor 122 dan 123. Pemerintah mengangkat NR
Syafruddin Pawiranegara sebagai presiden De Javasche Bank yang baru dan
memberhentikan Dr.Houwing sebagai Presiden De Javasche Bank yang lama. Pada tanggal
15 Desember 1951 di umumkan UU nomor 24 tahun 1951 tentang nasionalisasi De
Javasche Bank menjadi bank sentral. Pada tanggal 1 juli 1953 De Javasche Bank berganti
menjadi Bank Indonesia yang sekarang menjadi museum bank Indonesia di kawasan kota
tua Jakarta.

Masa demokrasi terpimpin, perekonomian Indonesia masih sangat lemah. Kondisi politik
masih kacau dan berbagai pemberontakan terjadi di daerah yang mengakibatkan aktivitas
perekonomian terganggu. Kondisi perekonomian yang buruk menjadi alasan demokrasi
terpimpin gagal di Indonesia. Masalah yang dihadapi, yaitu ekspor dan investasi merosot,
menipisnya cadangan devisa, inflasi mencapai ratusan persen, dan harga kebutuhan pokok
mahal. Penyebabnya yaitu Indonesia baru merdeka, pemberontakan dan gejolak politik
terjadi berulang kali, Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara
barat,anggaran negara dihamburkan untuk proyek politik Presiden Soekarno, dan
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan gagal menyelamatkan perekonomian.

Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, berakibat pada perubahan struktur
ekonomi Indonesia yaitu sistem etatisme. Sistem ini menjelaskan tentang segala
kepentingan diatur oleh pemerintah. Kewenangan terbesar pada saat itu berada di tangan
Presiden Soekarno. Namun, sistem ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi
Indonesia. Akibatnya yaitu devaluasi(penurunan nilai uang dan mengurangi jumlah uang
yang beredar di masyarakat), kegagalan dalam berbagai tindakan moneter, pembentukan
Deklarasi Ekonomi untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara
terpimpin.
Pada 1961, kegiatan ekspor terhenti, negara harus terus membiayai kekurangan neraca
pembayaran dari cadangan emas dan devisa. Tingkat peredaran uang naik hingga 161%,
inflasi mencapai 592%. Pada 1965, cadangan emas dan devisa telah habis. Situasi moneter
yang makin parah ditandai dengan laju inflasi yang tinggi. Pendapatan perkapita Indonesia
turun secara signifikan antara 1962-1963. Situasi semakin parah karena Indonesia keluar
dari PBB.

Masa orde baru, dipimpin oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun. Selama
kepemimpinannya, banyak kebijakan yang berpengaruh besar pada Indonesia, mulai dari
kebijakan politik dan kebijakan ekonomi. Pemerintah memberlakukan kebijakan ekonomi
yaitu Trilogi Pembangunan. Trilogi Pembangunan terdiri atas pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat, dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Trilogi tersebut
dibuat karena Indonesia mengalami inflasi yang sangat tinggi pada awal tahun 1966,
kurang lebih sebesar 650% setahun.

Kebijakan yang dikeluarkan selama masa orde baru terdiri atas 2 kebijakan. Kebijakan
pertama yaitu rencana pembangunan 5 tahun. Pada April 1969, pemerintah menyusun
rencana 5 tahun. Tujuannya untuk meningkatkan sarana ekonomi, kegiatan ekonomi serta
kebutuhan sandang dan pangan. Kebijakan ini dievaluasi selama 5 tahun sekali.

Kebijakan kedua yaitu revolusi hijau. Revolusi hijau adalah perubahan cara bercocok
tanam dari cara tradisional ke cara modern. Usaha-usaha pokok yang dilakukan untuk
meningkatkan produksi pertanian terdiri atas intensifikasi yaitu penelitian, pengembangan,
dan penerapan teknologi pertanian untuk memanfaatkan lahan yang ada untuk memperoleh
hasil yang optimal. Upaya tersebut didukung dengan penggunaan pupuk kimia, agrokimia,
pasokan air yang terkontrol, dan metode penanaman yang lebih baru dan lebih modern.
Ekstensifikasi yaitu perluasan lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang
lebih optimal.

Diversifikasi yaitu keanekaragaman usaha-usaha pertanian. Rehabilitasi yaitu pemulihan


daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis. Meski berhasil meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, namun pembangunan di Indonesia saat itu masih buruk. Akibatnya
menyebabkan krisis imbas dari ekonomi global. Dampak yang dirasakan Indonesia yaitu
harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dan menimbulkan
kekacauan di berbagai bidang, khususnya bidang ekonomi.

Masa reformasi, dianggap sebagai awal perjalanan Indonesia dari bidang politik dan sosial.
Kondisi ekonomi dan politik kian membaik. Beberapa kebijakan menjadi landasan sejarah
Indonesia. Setelah Presiden Soeharto mundur, jabatan Presiden diserahkan kepada
wakilnya yaitu B.J. Habibie. Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, presiden dipilih melalui
pemilu dalam 5 tahun sekali. Semua rakyat memiliki hak pilih.

Masa pemerintahan B. J. Habibie, presiden ketiga Indonesia ini hanya menjabat cukup
singkat yaitu 1,5 tahun. Penyebabnya beliau terkenal sangat jenius sehingga dianggap
rezim orde baru. Rakyat menuntutnya untuk melakukan pemilu. Meski begitu,
pemerintahannya berhasil menyelamatkan Indonesia dari krisis moneter yang terjadi pada
masa orde baru. Pada saat itu juga berhasil dibentuk kabinet reformasi pembangunan.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Presiden B. J. Habibie selama menjabat yaitu
merekapitulasi perbankan, menurunkan inflasi, merekonstruksi perekonomian nasional,
membubarkan bank-bank yang bermasalah, membentuk Badan Penyehatan Perbankan
Nasional, menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga dibawah Rp. 10.000,
mengesahkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli/persaingan tidak
sehat, dan mengesahkan UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

Masa pemerintahan Gus Dur, presiden keempat ini menjabat selama 2 tahun mulai dari
tahun 1999-2001. Gus Dur terpilih sebagai presiden dan Megawati Soekarnoputri sebagai
wakil presiden melalui peran MPR pada waktu itu. MPR menolak laporan pertanggung
jawaban Presiden Habibie. Gus Dur terpilih menjadi presiden atas dukungan partai-partai
islam yang menjadi poros tengahnya. Sedangkan Megawati terpilih setelah mengalahkan
Hamzah Haz.

Kemudian keduanya dilantik pada tanggal 21 Oktober 1999. Kondisi ekonomi Indonesia
pada masa pemerintahannya mulai membaik dibanding sebelumnya. Contohnya laju
pertumbuhan PDB mulai positif, laju petumbuhan ekonomi hampir mancapai 5% membuat
Indonesia mengalami pemulihan ekonomi. Namun, banyak rakyat tidak suka dengan
kepemimpinannya. Anggapannya karena kebijakan-kebijakan yang dilakukan Gus Dur
sering menuai kontroversi yang mengakibatkan kredibilitas Gus Dur menurun perlahan.

Kepemimpinan Gus Dur tidak berlangsung lama. Beliau mundur dari jabatannya pada 23
Juli 2001. Penyebab mundurnya yaitu ketika MPR mengadakan sidang yang pada saat itu
dipimpin Amin Rais. Atas usulan anggota DPR, sidang MPR itu dipercepat. MPR menilai
Gus Dur melanggar Tap MPR No. VII/MPR/2000 dan juga kebijakan-kebijakan yang
kontroversial. Setelah lengser, jabatannya diganti wakilnya yaitu Megawati Soekarnoputri.

Masa pemerintahan Megawati Sokarnoputri, kondisi ekonomi jauh lebih baik dari
sebelumnya. Beliau menjabat selama 3 tahun mulai tahun 2001-2004. Selama menjabat,
Indonesia berhasil meningkatkan pertumbuhan industri pengolahan sebesar 6,4 %, berhasil
menurunkan tingkat ketergantungan ekonomi Indonesia dari luar negeri dengan jumlah
hutang luar negeri sebesar 78,25 miliar USD. Tingkat pengangguran lulusan SMA dan
perguruan tinggi cenderung menurun sebesar 4,28% di tahun 2004 berbanding 4,51% di
tahun 2008. Pada pemerintahannya, harga sembako masih terjangkau. Penyebabnya karena
rata-rata inflasi bahan makanan sebesar 4,8%.

Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, kondisi perekonomian Indonesia


mengalami perkembangan yang baik. Pertumbuhan ekonomi tumbuh pesat di tahun 2010,
pemulihan ekonomi setelah krisis global pada tahun 2008-2009. Presiden SBY berhasil
mengatasi masalah ekonomi pada waktu itu. Namun, korupsi dan kemiskinan menjadi
masalah di Indonesia saat itu. Buktinya, perekonomian Indonesia mampu bertahan dan
terus berkembang dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi.
Salah satu penyebab kesuksesan perekonomian Indonesia saat itu adalah efektifnya
kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan
utang negara. Perkembangan yang terjadi dalam 5 tahun terakhir membawa perubahan
signifikan bagi Indonesia. Namun, masalah-masalah lain tetap ada. Pertama, pertumbuhan
makro ekonomi yang pesat belum menyentuh lapisan masyarakat secara menyeluruh.
Contohnya, Jakarta identik dengan kondisi ekonomi yang maju, namun masih banyak
masyarakatnya yang mengalami kemiskinan.

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan SBY adalah mengurangi subsidi negara


Indonesia/menaikkan harga BBM, kebijakan BLT kepada rakyat yang kurang mampu,
kebijakan menyalurkan dana BOS kepada sarana pendidikan di Indonesia. Namun, pada
masa pemerintahannya, juga terdapat masalah yang besar, yaitu kasus Bank Century
hingga mengeluarkan biaya 93 Miliar untuk menyelesaikan masalah tersebut. BI
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,5-6 % pada 2010 dan
meningkat 6-6,5% pada 2011. Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 pada
pemerintahan SBY-JK lebih baik dibanding pemerintahan era reformasi. Rata-rata
pemerintahan Soeharto periode 1990-1997 pertumbuhan ekonominya sebesar 5%.

Keberhasilan-keberhasilan SBY selama menjadi presiden yaitu ekonomi terus tumbuh dan
berkembang semakin baik pada 2010. Hasilnya indeks harga saham gabungan Indonesia
yang terus membaik, daya saing Indonesia di tingkat dunia yang tinggi, nilai ekspor,
investasi dan cadangan devisa terus membaik. Kesejahteraan rakyat mengalami kemajuan
di bidang pendidikan, kesehatan, peningkatan penghasilan penduduk. Stabilitas politik
terjaga dan kehidupan demokrasi makin berkembang antara pemerintah daerah, pemerintah
daerah, DPR dan DPRD berjalan dengan baik. Pelaksanaan pemilu juga berjalan lancar.

Pemberantasan korupsi, terorisme, penegakan hukum, dan narkoba tergolong berhasil.


Keamanan dalam negeri tergolong aman. Angka kemiskinan dan pengangguran terus
menurun. Makin baiknya upaya pengembangan koperasi usaha kecil dan menengah
sehingga kondisi perekonomian juga membaik. Indonesia makin berperan dalam hubungan
Internasional dalam hal mengatasi krisis ekonomi global.

Kondisi ekonomi masa pemerintahan Jokowi. Pemerintahan Jokowi selama 2 periode


berbeda akan segera berakhir. Akhir periode pemerintahan ini ditutup dengan kondisi
ekonomi yang melelahkan. Sekarang terjadi perlambatan ekonomi secara global yang
berimbas pada ekonomi dalam negeri. Capaian yang diraih masa pemerintahan Jokowi
sudah cukup baik. Ada 4 keberhasilan yang menjadi prestasi selama 2 periode.

Pertama, pertumbuhan ekonomi indonesia mampu terjaga stabil diatas 5%. Penurunan
pertumbuhan ekonomi Indonesia paling sedikit jika dbandingkan dengan negara lain.
Kedua, pemerintah cukup baik dalam menjaga stabilitas harga barang-barang kebutuhan
pokok dalam 5 tahun terakhir rata-rata inflasi dalam 5 tahun terakhir hanya 3,2-3,3%.
Tingkat inflasi selalu bergerak dalam rentan yang ditargetkan pemerintah maupun bank
Indonesia.
Ketiga, Pemrintah mampu membawa angka kemiskinan turun ke level terendah. Data
Badan Pusat Statistik (BPS) pada meret 2019, tingkat kemiskinan berada pada 9,41%
dengan jumlah orang miskin turun menjadi 25,14 juta jiwa. Keempat, pemerintah mampu
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Buktinya angka rasio pertumbuhan
ekonomi makin mengecil pada level 0,382 pada Maret 2019. Namun, ada beberapa
kelemahan pemerintah selam 2 periode ini.

Salah satunya adalah masalah devisit neraca perdagangan yang berujung pada devisit
neraca transaksi berjalan. Pemerintah diharapkan mampu memperbaiki kinerja dan strategi
ekspor. Tujuannya agar peran pertumbuhan ekspor terhadap PDB semakin besar. Ketika
perdagangan dunia berangsur pulih. Sebaliknya, perdagangan Indonesia tidak dapat
mengikutinya.

Cita-cita ekonomi Indonesia sekarang ini. Indonesia sudah merdeka 75 tahun. Apa tujuan
dan cita-cita ekonomi Indonesia kini?Apa sudah tercapai?Langkah apa saja yang dilakukan
pemerintah untuk mewujudkannnya?Banyak pahlawan yang rela gugur dalam
kemerdekaan Indonesia. Indonesia merdeka tidak ada gunanya jika mayoritas rakyatnya
tetap hidup dalam garis kemiskinan. Jika kita melihat UUD NKRI 1945 pada pembukaan
alinea IV, disebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia ada 4 yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah daerah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Para pendiri bangsa merumuskan 2 cita-cita perekonomian. Pertama, membersihkan sisa-


sisa ekonomi Kolonial Belanda dan Jepang. Kedua, memperjuangkan terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur. Tepatnya, cita-cita perekonomian tersebut diharapkan
untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya untuk segelintir rakyat saja,
akhirnya cita-cita perekonomian sesuai amanat proklamasi kemerdekaan akan kandas.
Ketidakseimbangan ekonomi juga sering terjadi sekarang ini. Lantas, kita bertanya-tanya.
Apakah pembangunan ekonomi sudah menjadi cita-cita kita?Sebagai generasi muda, kita
diharapkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut melalui cara belajar yang sungguh-
sungguh agar meraih kesuksesan. Demikian kondisi ekonomi yang saya paparkan. Apabila
ada kesalahan dalam penulisan dan pengejaan kata, saya meminta maaf. Sekian dan
terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai