NIM : 17.11.2555
Pada masa sebelum kekuatan Eropa Barat mampu menguasai daratan dan perairan
Asia Tenggara, belum ada Indonesia. Nusantara yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia
terdiri dari pulau-pulau dan tanah yang dikuasai oleh berbagai kerajaan dan kekaisaran,
kadang hidup berdampingan dengan damai sementara di lain waktu berada pada kondisi
berperang satu sama lain. Nusantara yang luas tersebut kurang memiliki rasa persatuan sosial
dan politik yang dimiliki Indonesia saat ini. Meskipun demikian, jaringan perdagangan
terpadu telah berkembang di wilayah ini terhitung sejak awal permulaan sejarah Asia.
Terhubung ke jaringan perdagangan merupakan aset penting bagi sebuah kerajaan untuk
mendapatkan kekayaan dan komoditas, yang diperlukan untuk menjadi kekuatan besar. Tapi
semakin menjadi global jaringan perdagangan ini di nusantara, semakin banyak pengaruh
asing berhasil masuk; suatu perkembangan yang akhirnya akan mengarah pada kondisi
penjajahan.
Sejarah Indonesia memiliki ciri sangat khas, yaitu umumnya berpusat di bagian barat
Nusantara (khususnya di pulau Sumatera dan Jawa). Karena sebagian besar bagian timur
Nusantara memiliki sedikit kegiatan ekonomi sepanjang sejarah (terletak jauh dari jalur
perdagangan utama), hal itu menyebabkan sedikitnya kegiatan politik; suatu situasi yang
berlanjut hingga hari ini.
Pada tahun 1511 Malaka ditaklukkan oleh armada Portugis di bawah pimpinan
Afonso de Albuquerque. Meskipun demikian, penaklukan ini memiliki konsekuensi yang luas
bagi jalur perdagangan. Malaka, yang dulu merupakan pelabuhan kaya, dengan cepat hancur
di bawah kekuasaan Portugis yang tidak pernah berhasil memonopoli perdagangan Asia.
Setelah penaklukan, para pedagang segera mulai menghindari Malaka dan pergi membawa
bisnis mereka ke beberapa pelabuhan lain. Johor (Malaysia), Aceh (Sumatra) dan Banten
(Jawa) adalah negara yang mulai mendominasi perdagangan rempah-rempah karena
pergeseran jalur-jalur perdagangan.
Belanda juga tertarik untuk membangun cengkeraman yang kuat pada jaringan
perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara. Ekspedisi pertama mereka mencapai Banten
pada tahun 1596 tapi disertai dengan permusuhan antara Belanda dan penduduk pribumi.
Setelah tiba kembali di Belanda, ekspedisi ini masih menunjukkan keuntungan besar yang
memperlihatkan bahwa ekspedisi ke kawasan Asia Tenggara sebenarnya menghasilkan
banyak uang. Namun saking banyaknya ekspedisi yang diadakan oleh beberapa perusahaan
Belanda (ke Nusantara), menimbulkan dampak negatif pada keuntungan mereka. Persaingan
memperebutkan rempah-rempah mendongkrak kenaikan harganya di Nusantara sementara
peningkatan pasokan rempah-rempah menyebabkan penurunan harga di Eropa. Hal ini
membuat pemerintah Belanda memutuskan untuk menggabungkan perusahaan pesaingnya
menjadi satu badan usaha yang disebut Serikat Dagang Hindia Timur (Vereenigde Oost
Indische Compagnie-, disingkat VOC). Mereka menerima kekuasaan berdaulat yang besar
untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Asia serta menyingkirkan pesaing Eropa
lainnya. VOC memutuskan untuk memiliki kantor pusatnya tidak di Maluku (jantung pulau
penghasil rempah-rempah) tetapi lebih strategis dekat Selat Malaka dan Selat Sunda.
Pilihannya jatuh pada Jakarta saat ini. Pada tahun 1619 Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon
Coen mendirikan Batavia di atas puing-puing kota Jayakarta yang dihancurkan karena
sikapnya yang memusuhi Belanda. Batavia menawarkan prospek dagang yang bagus,
sehingga menyebabkan timbulnya imigrasi banyak orang (terutama orang Cina) ke kota
berkembang pesat ini.
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada
tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno
dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Jerman Nazi. Hindia
Belanda mengumumkan keadaan siaga dan pada Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke
Amerika Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan
persediaan bahan bakar pesawat gagal pada Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia
Tenggara di bulan Desember tahun itu. Pada bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima
bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan
Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942. Pengalaman dari penguasaan
Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial
orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka
mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan
kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target
sasaran dalam penguasaan Jepang.
Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah
sebagai berikut:
Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah
sendiri dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua
kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat
baik fisik maupun material.
Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan
akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah
Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran
melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi
pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan
30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya. Sistem
ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun, kekurangan pangan,
gizi rendah, penyakit mewabah melanda hampir di setiap desa di pulau Jawa salah satunya:
Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan untuk Purworejo (Jateng) angka kematian
mencapai 224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan
bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat dipaksa makan makanan hewan seperti
keladi gatal, bekicot, umbi-umbian).
Perekonomian Indonesia pada masa orde lama perlu dicermati karena pada masa
tersebut, Indonesia merupakan Negara yang baru saja merdeka. Dalam masa ini,
perkembangan perekonomian dibagi dalam 3 (tiga) masa, yaitu :
- Pinjaman Nasional.
Masa Orde Baru identik dengan masa pemerintahan Presiden Soeharto. Dikenal
beberapa tahapan pembangunan yang menjadi agendanya. Orde Baru mengawali rezimnya
dengan menekankan pada prioritas stabilitas ekonomi, dan politik. Program pemerintah
berorientasi pada pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan Negara, dan pengamanan
kebutuhan pokok rakyat. Pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi yang baru melalui
pendekatan demokrasi pancasila, dan secara perlahan campur tangan pemerintah dalam
perekonomian mulai masuk.
Pentingnya aspek pemerataan disadari betul dalam masa ini sehingga muncul istilah 8
(delapan) jalur pemerataan sebagai basis kebijakan ekonominya, yaitu :
1) Kebutuhan Pokok
4) Kesempatan kerja
5) Kesempatan berusaha
7) Penyebaran pembangunan
8) Peradilan
Orde reformasi dimulai saat kepemimpinan presiden BJ.Habibie, namun belum terjadi
peningkatan ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan masih adanya persoalan-persoalan
fundamental yang ditinggalkan pada masa orde baru. Kebijakan yang menjadi perhatian
adalah cara mengendalikan stabilitas politik. Sampai pada masa kepemimipinan presiden
Abdurrahman Wahit, Megawati Soekarnoputri, hingga sekarang masa kepemimpinan
presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun masalah-masalah yang diwariskan dari masa orde
baru masih belum dapat diselesaikan secara sepenuhnya. Bisa dilihat dengan masih adanya
KKN, inflasi, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, dan melemahnya nilai tukar rupiah yang
menjadi masalah polemik bagi perekonomian Indonesia.
Masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalalah pemulihan ekonomi dan penegakan
hukum. Kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi persoalan ekonomi antara lain :
1. Meminta penundaan utang sebesar US$ 5,8 Milyar pada pertemuan paris Club ke-3
dan mengalokasikan pemabayaran utang luar negri sebesar 116,3 Trilliun.
2. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi yaitu menjual perusahaan negara di dalam
periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-
kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Penjaualan tersebut berhasil menaikan
partumbuhan ekonomi Indonesia menajadi 4,1%. Namun kebijakan ini menibulkan
kontroversi yaitu BUMN yang di privatisasikan dijual pada perusahaan asing.
1. Jokowi-Jusuf Kalla
Lima tahun silam, Jokowi-Jusuf Kalla (JK) optimistis pertumbuhan ekonomi bisa
tembus 7% asal memperhatikan investasi, regulasi dan pembangunan industri. Hal tersebut
disampaikan Jokowi saat debat pada April 2014 silam.
Upaya nyata lainnya, Pemerintahan Jokowi-JK selama ini juga fokus pada
pembangunan infrastruktur antara lain untuk tujuan konektivitas, ketahanan pangan, maupun
telekomunikasi. Selain itu pemerintah juga banyak menggelontorkan insentif bagi dunia
usaha seperti tax holiday dan tax allowance.
Sumber :
https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/berikut-ini-kerja-ekonomi-jokowi-jk-
selama-2014-2019?espv=1
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4090494/ini-tantangan-pemerintahan-jokowi-maruf-amin-
di-bidang-ekonomi
http://windasariwinda11.blogspot.com/2015/03/sejarah-ekonomi-indonesia.html?m=1
http://hhmakalah.blogspot.com/2016/09/makalah-sejarah-perekonomian-indonesia.html?m=1