Anda di halaman 1dari 12

KONDISI KERAJAAN-KERAJAAN NUSANTARA SAAT

KEDATANGAN BELANDA

DOSEN PENGAMPU

NURFITRI JADI, M. A

DISUSUN OLEH

RANTAU WIJAYA

NIM 2010402001

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023
Pendahuluan

Latar Belakang

Sebelum kedatangan Belanda , Nusantara mengalami periode pengaruh agamaa Islam hal ini
ditandai dengan meluasnya dan tumbuh nya kerajaan kerajaan Islam yang berdiri seperti kerajaan
Aceh , Demak dan Mataram Islam, yang juga mengatur perdagangan maritim di wilayah Nusantara,
namun sebelum kedatangan Belanda sudah ada bangsa Eropa lain yang menjajakan kaki di Nusantara
yakni Spanyol dan Portugis. Sehingga untuk mencegah agar tidak terjadi persaingan Yang tidak sehat
antara kedua negara, atas prakarsa Paus Alexander VI,

Tentu saja kedatangan Belanda juga memberikan dampak perubahan dan periode di
Nusantara, yang memberikan dampak seperti penyebaran dari agama Nasrani, pendidikan, monopoli
perdagangan, pembangunan gedung gedung , dan kesenian terhadap Nusantara. Banyak perubahan
yang terjadi di masyarakat Indonesia setelah kedatangan bangsa Eropa. Pada Bidang politik terjadi
perubahan dalam sistem Pemerintahan kerajaan. Sebelum kedatangan bangsa Eropa di Indonesia,
sistem pemerintahan, struktur Birokrasi, dan sistem hukum yang berlaku adalah Sistem “pemerintahan
tradisional” yang berbentuk Kesultanan atau kerajaan.

Kedatangan Belanda juga memberikan dampak perubahan bagi status sosial masyarakat
pribumi baik pria maupun wanita, terdapat kesenjangan sosial antara penduduk pribumi dan penduduk
Belanda akibat penggolongan yang dilakukan masyarakat Belanda terhadap pribumi. Hal ini
menekankan penderitaan yang dialami para penduduk pribumi akibat kolonialisme yang dibawa oleh
Belanda

Melihat dampak yang diberikan Belanda sangat besar di Nusantara, maka disini penulis ingin
memberikan gambaran mengenai kondisi kerajaan kerajaan Nusantara sebelum kedatangan
kolonialisme dan awal awal masa kolonialisme di Nusantara, yang mana akan dicari dari segi mana
saja yang berubah dari Nusantara. Baik dari segi perdagangan Dll.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi politik dan perdagangan sebelum kedatangan Belanda ?


2. Bagaimana kondisi politik dan perdagangan setelah kedatangan Belanda ?
3. Reaksi kerajaan di Nusantara terhadap kedatangan Belanda ?
4. Dampak dari kedatangan Belanda ?
Pembahasan

1. Kondisi politik dan perdagangan Pra Belanda


Perlu diketahui sebelum kedatangan Belanda ke Nusantara, sudah ada kolonialisme yang
dilakukan oleh Spanyol dan Portugis terhadap Nusantara demi mendapatkan rempah rempah dengan
memonopoli perdagangan, dan menguasai wilayah wilayah seperti PortugisSebelum kedatangan
bangsa-bangsa Eropa ke Nusantara. Di Indonesia telah

Namun perlu diketahui bagaimana kondisi Indonesia sebelum kedatangan Eropa , sebelum
kedatangan Eropa di Indonesia telah berkembang perdagangan dengan kapitalisme yang kuat. Tetapi
perdagangan itu Selalu terkait erat dengan permasalahan politik. Sehingga memunculkan Kapitalisme
birokrat. Situasi ini tidak memungkinkan berkembangnya kapitalisme Yang memiliki etos
perdagangan yang bebas berkembang perdagangan dengan kapitalisme yang kuat. Tetapi perdagangan
itu selalu terkait erat dengan permasalahan politik. sehingga memunculkan kapitalisme birokrat.
Situasi ini tidak memungkinkan berkembangnya kapitalisme yang memiliki etos perdagangan yang
bebas.

Didukung oleh semangat Tiga G (Gold, Glory, dan Gospel) bangsabangsa Barat berhasil
mencapai dunia timur termasuk Indonesia. Bangsa Indonesia menyambut baik kedatangan mereka
karena awalnya hanya untuk Berdagang. Tetapi perdagangan tersebut kemudian bergeser terhadap
usaha Bangsa-bangsa Barat menguasai wilayah Indonesia di berbagai daerah. Dampaknya adalah
munculnya berbagai perlawanan rakyat Indonesia di Berbagai daerah.

Portugis dalah bangsa Eropa pertama yang melakukan pelayaran keluar Eropa. Semangat
utama yang melatarbelakanginya adalah semangat Reconquiesta, Semangat kebangsaan untuk
membersihkan tanah bangsa mereka dari bangsa Arab dan berkewajiban untuk membebaskan daerah
Kristen lainnya yang masih Dikuasai oleh umat Islam. Hal ini terkait dengan peristiwa Perang Salib
di Eropa. Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia Hampir sama dengan bangsa Portugis, sebagai
penganut Katolik yang fanatik Bangsa Spanyol juga dipengaruhi oleh semangat pembalasan terhadap
umat Islam.

Perlu diketahui juga kedatangan Bangsa Portugis ini , mengakibatkan berubahnya arah
perdagangan. Penaklukan Malaka oleh Portugis Di bawah pimpinan Alfonso Albuguergue Pada
Agustus 1511, mengakibatkan Banyak pedagang Malaka yang merasa Kurang aman pindah ke Aceh
pada waktu Itu sedang tumbuh sebagai Negara besar Di bagian barat kepulauan Nusantara. Aceh
tumbuh semakin kuat dan muncul Sebagai salah satu pusat kekuasaan Politik dan ekonomi yang
sangat Berpengaruh di Indonesia.
Sejak jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada Agustus 1511, Aceh Berusaha menarik
perdagangan inter Nasional dan kepulauan Nusantara. Sultan pertamanya, Ali Mughayat Syah (1514-
1530) berusaha menguasai pelabuhan-pelabuhan pengeskpor lada dan Mengontrol pelabuhan-
pelabuhan pengekspor lada dan mengontrol pelabuhan Pelabuhan transito di bawah kekuasaannya.
Kebijaksanaan ini diikuti oleh Pengganti-penggantinya yang menyusul Kemudian.

Semetara itu, di Jawa bersamaan Dengan kejatuhan Majapahit antara tahun 1478-1479
muncul kota-kota Bandar Entrepot seperti Tuban, Gersik, Sedayu, Cirebon, Sunda Kelapa dan yang
paling Penting adalah Banten sebagai emporium Yang paling besar di Jawa. Mataram Sebagai
kerajaan yang bersifat agraris Menguasai perdagangan beras dan kayu. Emporium-emporium
Indonesia bagian Timur, yaitu Temate, Tidore, Goa, Makasar dan Banjarmasin. Kota kota Bandar
emporium bagian barat juga Menjadi partner perdagangannya.

Pada emporium-emporium besar Seperti Malaka, Aceh, Banten dan MakaSar tersedia sarana
dagang yang cukup Baik, seperti barang perdagangan yang Diperlukan, pergudangan, penginapan
Dan sarana keuangan, sehingga berkemBang perdagangan dalam kapasitas besar Para pelaku
ekonominya selain dari pada Peddlers (penjaja), terdapat juga merchants (saudagar) yang kapitalis.

2. Kondisi politik dan perdagangan saat kedatangan Belanda


Belanda awalnya ke Nusantara dengan tujuan mencari rempah rempah, adapun Sebab khusus
dari bangsa Belanda melakukan penjelajahan samudera disebabkan adanya larangan mengambil
rempah-rempah di Lisabon oleh pemerintah Portugis karena Belanda terlibat dalam perang 80 Tahun.
Kondisi ini membuat Belanda harus mencari sendiri sumber rempah-rempah di dunia Timur.

Pada bulan April 1595, Belanda memulai pelayaran menuju Nusantara dengan Empat buah
kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Dalam pelayarannya Menuju ke timur, Belanda
menempuh rute Pantai Barat Afrika – Tanjung Harapan–Samudra Hindia–Selat Sunda–Banten.
Belanda harus menempuh rute Melalui Samudera Hindia dan tepian barat pulau Sumatera hingga
akhirnya Sampai Selat Sunda dikarenakan pada saat itu Selat Malaka yang merupakan Jalur
perdagangan dikuasi oleh Portugis.

Pada tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang yang bernama Vereenigde Oost-
Indische Compagnie (VOC) dengan tujuan agar tidak terjadi persaingan Sesama pedagang Belanda,
untuk mengumpulkan modal yang besar guna bersaing dengan kongsi dagang lainnya. VOC dibekali
dengan Hak Istimewa yang dikenal dengan nama Hak Ooctroi,antara lain isinya

 Hak monopoli perdagangan


 Hak mencetak mata uang
 Hak mendirikan benteng
 Hak membentuk pasukan
 Hak membuat perjanjian dengan penguasa setempat

Perlu juga diketahui alasan Belanda mampu melakukan monopoli perdagangan terhadap
Indonesia, VOC memiliki keunggulan dalam Bidang birokrasi, dan militer memberikan kekuatan
kepadanya untuk menegakkannya. Sistem monopoli dalam perdagangan di Indonesia, yang
menghancurkan Kapitalisme Indonesia. Kehancuran kapitalisme Indonesia pada dasarnya lebih
Disebabkan sebagai akibat kerapuhan sistem budaya Indonesia yang tidak Memberikan pijakan kuat
terhadap perkembangan kapitalisme. Nilai-nilai budaya Indonesia tidak memiliki perlindungan yang
kuat terhadap hak milik pribadi Rakyat. Di samping itu, kekuasaan absolut para raja dengan
tindakannya yang Sewenang-wenang tidak memberikan peluang kondusif untuk perkembangan
perdagangan dan akumulasi modal pada rakyat.Keunggulan VOC dalam aspek administrasi-Birokrasi
dan militer dalam menerapkan Sistem monopoli dalam perdagangan, Telah membawa akibat
hancurnya strukTur perdagangan Indonesia.

Tujuan utama VOC Adalah untuk Melakukan monopoli atas rempah- Rempah atau hasil-hasil
perkebunan pada Masa itu serta beras dari Mataram, dan Juga untuk memperoleh kedudukan Mutlak
dalam inter Asean trade and Shiping, yakni kedudukan mutlak dalam Hubungan datang antar Asia.
Tetapi Kelak, karena daya yang terbatas menjadi Kedudukan mutlak dalam perdagangan Dan
pengangkutan Nusantara ditambah Dengan jalur-jalur Sri Lanka, Jepang, Taiwan, dan lain-lain.

Dengan memiliki keunggulan Administrasi dan birokrasi serta kekuatan Militer, VOC
memaksakan diri untuk Menjalankan politik monopoli dalam Perdagangan, yang merupakan diri khas
Kapitalisme Maka dengan demikian, tatkala memulai kegiatan di Indonesia, VOC segera harus
berkonfontrasi dengan Portugis, Inggris dan juga dengan pedagang-pedagang pribumi. Meskipun pada
tahun-tahun pertama pembentukannya dapat memberikan keuntungan yang besar, tetapi secara militer
belum begitu berarti. Satu-satunya keberhasilan besar VOC adalah pendudukan atas Ambon pada
tahun 1605.Dengan bersekutu dengan orang-orang Muslim di situ Belanda berhasil mengusir Portugis
di Ambon

Perlu diketahui juga dengan kedatangan terdapat perubahan politik kerajaan kerajaan di
Nusantara seperti politik adu domba yang dilakukan Belanda untuk menghancurkan internal suatu
kerajaan seperti yang terjadi di Yogyakarta, dan campur tangan Belanda terhadap perseturuan antara
kaum Padri dan kaum Adat. Perlu diketahui juga kondisi kondisi kerajaan lain akibat dari monopoli
perdagangan Belanda
Sebagai Gubernur Jendral pertama VOC adalah Pieter Both, Kemudian menentukan pusat
perdagangan VOC di Ambon, Maluku. Namun Kemudian pusat dagang dipindahkan ke Jayakarta
(Jakarta) karena VOC Memandang bahwa Jawa lebih strategis sebagai lalu-lintas perdagangan.
Selain itu, bahwa kedudukan saingan utama Belanda, Portugis di Malaka, Merupakan ambisi Belanda
untuk menyingkirkannya. Pangeran Jayakarta (penguasa bagian wilayah Banten) memberikan Ijin
kepada VOC untuk mendirikan kantor dagang di Jayakarta. Selain Memberikan ijin kepada VOC,
Pangeran Jayakarta juga memberikan ijin Pendirian kantor dagang kepada EIC (Inggris). Kebijakan
ini membuat Belanda merasa tidak suka kepada Pangeran Jayakarta.

Dalam menanamkan perluasan kekuasaan ekonomi di Indonesia, Terdapat strategi yang


sangat terkenal. Pertama, VOC menerapkan politik devide Et impera (adu domba) apabila ada
persengketaan politik kerajaan. Hal Tersebut sangat menguntungkan, karena kekuatan bangsa
Indonesia akan Melemah. Kedua,VOC berhasil memiliki hak ekstirpasi, yakni hak untuk
Menghancurkan tanaman rempah-rempah agar produksinya tidak berlebih. Sebab apabila produksi
berlebih, maka harga akan menurun. Ketiga, seperti Yang terjadi di Maluku, VOC berhak melakukan
pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi adalah pelayaran menggunakan perahu bercadik dengan
menggunakan Senjata lengkap, untuk patroli mengawasi pohon rempah-rempah yang Ditanam rakyat,
dan mencegah pedagang atau masyarakat lokal berhubungan Dagang dengan bangsa lain selain
bangsa Belanda.

Eksistensi VOC di Batavia telah berhasil merongrong kekuasaan Kerajaan Banten. Campur
tangan Belanda terlihat saat VOC menekan Penguasa Banten Ranamenggala agar menyingkirkan
Pangeran Jayakarta. Keberadaan VOC di Jayakarta merupakan ancaman serius bagi raja-raja lain
Khususnya di Jawa dan Nusantara. Pada masa itu terdapat kerajaan yang Masih kuat, seperti Mataram
di Jawa Tengah. Pada awalnya, hubungan antara Mataram dengan VOC bersifat saling
menguntungkan. Dalam periode Berikutnya.

3. Reaksi kerajaan Nusantara terhadap eksistensi Belanda


Akibat tindakan Belanda yang ingin memonopoli perdagangan , tentu saja mendapatkan
reaksi perlawanan dari berbagai daerah di Nusantara genderang perang tak dapat dielakkan beberapa
daerah yang melawan tindakan semena-mena Belanda Anatar lain daerah ini

Maluku , Kakiali dan Talukabesi dari kerajaan hitu memimpin perjuangan Mengusir Belanda
di Maluku tahun 1635-1646. Walaupun perjuangan Tersebut belum berhasil, tetapi telah menunjukan
bahwa bangsa Indonesia Tidak menyukai penjajahan. Pada tahun 1667 Tidore, sebagai kerajaan
Terkuat di Maluku juga mengakui kekuasaan VOC. Kekuasaan Belanda di Indonesia timur semakin
tegas dengan dikuasainya Maluku.
Makassar , Setelah Maluku jatuh, ancaman VOC di Indonesia Timur tinggal Kerajaan Gowa
di Sulawesi Selatan. Gowa adalah kerajaan yang kuat dan Mempunyai armada sangat besar. Terjadi
sebuah perselisihan antara Arung Palaka dari kerajaan Bone dengan raja Gowa. VOC Memanfaatkan
perselisihan tersebut dengan memberikan dukungan Kepada Arung Palaka. Belanda berhasil
memanfaatkan Arung Palaka untuk menyerang Gowa tahun 1666. Pihak Belanda dengan bantuan
Arung Palaka Memenangkan pertempuran, dan Sultan Hassanuddin dari kerajaan Gowa Dipaksa
untuk menandatangani perjanjian Bongaya 18 November tahun 1667.

Perjanjian Bongaya baru terlaksana tahun 1669, karena Sultan Hassanuddin masih melakukan
perlawanan kembali. Akhirnya Makassar Harus merelakan benteng di Ujung pandang kepada VOC.
Sejak masa itu Tidak ada lagi kekuatan besar yang mengancam kekuasaan VOC di Indonesia timur.
Gorontalo, Limboto, dan negara-negara kecil Minahasa Lainnya telah takluk pada VOC. Perjanjian
Bongaya adalah perjanjian Antara Sultan Hasanuddin dengan VOC, yang isinya:

VOC mendapatkan Wilayah yang direbut selama perang, Bima diserahkan kepada VOC,
Kegiatan pelayaran para pedagang Makasar dibatasi di bawah pengawasan VOC, Penutupan Makasar
sebagai Bandar perdagangan dengan bangsa Eropa, selain VOC, dan monopoli oleh VOC, Alat
tukar/mata uang yang Digunakan di Makasr adalah mata uang Belanda, Pembebasan cukai dan
Penyerahan 1500 budak kepada VOC. Perjanjian Bongaya telah memangkas kekuasaan kerajaan
Gowa Sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi. Tinggal kerajaan-kerajaan kecil yang Sulit melakukan
perlawanan terhadap VOC.

Mataram merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di pulau Jawa. Pada masa
pemerintahan Sultan Agung, Belanda telah mendirikan kantor dagang di Jakarta (Batavia).
Keberadaan VOC di Belanda, sangat membahayakan Mataram. Selanjutnya terjadi perselisihan antara
Mataram-Belanda karena nafsu monopoli Belanda. Pada tanggal 8 November 1618 Gubernur Jendral
VOC Jan Pieterzoon Coen memerintahkan Van der Marct menyerang Jepara. Kerugian Mataram
sangat besar. Peristiwa tersebut yang memperuncing perselisihan antara Mataram dengan Belanda.
Raja Mataram Sultan Agung segera mempersiapkan penyerangan terhadap kedudukan VOC di
Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628.

Pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628.
Kemudian disusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, dan kedua bersaudara yakni Kiai Dipati
Mandurejo dan Upa Santa. Serangan pertama gagal, pasukan ditarik ke Mataram tanggal 3 Desember
1628. Tidak kurang 1000 prajurit Mataram gugur dalam perlawanan tersebut. Mataram segera
mempersiapkan serangan kedua, dengan pimpinan Kyai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A.
Purbaya.

Persiapan dilakukan dengan lebih matang. Gudang-gudang dan lumbung persediaan makanan
didirikan di berbagai tempat. Persiapan pengepungan secara total terhadap Batavia dilakukan.
Serangan dimulai tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629. Serangan kedua inipun gagal.
Selain karena faktor kelemahan pada serangan pertama, lumbung padi persediaan makanan banyak
dihancurkan Belanda.

Banten mencapai jaman keemasan pada maasa Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau sangat
bersimpati dengan perjuangan untuk mengusir Belanda yang ditunjukan dengan pemberian bantuan
amunisi senjata Kepada Trunojoyo yang melawan Belanda di Mataram. Perlawanan Banten terhadap
Belanda terjadi sejak awal Belanda menginjakan kaki di Banten. Perlawanan terbesar adalah yang
dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1656. Kerajaan Banten berhasil menguasai sejumlah kapal
VOC, dan beberapa pos penting. Perlawanan ini diakhiri perjanjian damai tahun 1569.

Pada tahun 1680 Sultan Ageng kembali mengumumkan perang Setelah terjadi penganiayaan
terhadap para pedagang Banten oleh VOC. Sayang sekali di Banten terjadi perselisihan antara Sultan
Ageng dengan Putra mahkota Sultan Haji. Belanda memanfaatkan perselisihan antara Sultan Haji
dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Belanda mendukung Sultan Haji, karena lebih mudah dipengaruhi
untuk membantu kepentingan Dagang Belanda. Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan, dan
Sultan Haji menjadi Raja Banten. Pada tahun 1682 Sultan Haji terpaksa menandatangani perjanjian
Dengan Belanda yang isinya: VOC berhak atas monopoli perdagangan, Orang-orang Eropa saingan
VOC harus diusir, Banten menanggung Semua ganti rugi perang, Banten merelakan Cirebon kepada
VOC, VOC Berhak turut campur dalam setiap urusan kerajaan Banten. Tahun 1695 Kemerdekaan
kerajaan Banten telah diambil oleh VOC. Sultan Haji baru Sadar, bahwa tindakannya sangat
merugikan kepentingan rakyatnya Sendiri. Kerajaan Banten-pun semakin lemah, dan kedudukan
Belanda di Jawa semakin kuat.

Politik adu domba devide et impera menyebabkan bangsa Indonesia Terpecah belah. Satu
demi satu kerajaan di Indonesia jatuh dalam cengkeraman Bangsa Barat. VOC adalah persekutuan
dagang Belanda yang paling besar Menanamkan pengaruh kolonialisme dan imperialisme di
Indonesia. Persekutuan dagang ini akhirnya hancur pada akhir abad XVIII. Selanjutnya Pemerintah
Hindia Belanda langsung memerintah bangsa Indonesia. Kondisi Ini semakin memperjelas keadaan
bangsa Indonesia di bawah penjajahan Belanda

Perlawanan terhadap kekuasaan Hindia Belanda juga terjadi di daerah lain. Perang melawan
kekuasaan kolonialisme Belanda di Sumatra Barat, dikenal dengan Perang Paderi, yakni perlawanan
kaum Paderi melawan Belanda. Pada tahap I, kaum Paderi menyerang pos-pos dan pencegatan
terhadap patrolipatroli Belanda. Pasukan Paderi menggunakan senjata-senjata tradisional, seperti
tombak dan parang. Sedangkan Belanda menggunakan senjata-senjata lebih lengkap dan modern
seperti meriam dan senjata api lainnya. Tokoh pemimpin perang paderi antara lain Tuanku Pasaman
memusatkan gerakannya di Lintau, Tuanku Nan Renceh di sekitar Baso, Peto Syarif yang terkenal
dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol memusatkan perlawanan di Bonjol.
Dari sekian banyak perlawanan kaum Paderi, yang paling terkenal adalah perlawanan kaum
Paderi di Agam. Perlawanan yang muncul tahun 1823 dipimpin Tuanku Imam Bonjol (M Syahab),
Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, dan Tuanku nan Alahan. Perlawanan kaum Padri berhasil
mendesak bentengbenteng Belanda. Karena di Jawa Belanda menghadapi perlawanan
Pangeran .Diponegoro (1825 – 1830), Belanda akhirnya melakukan perdamaian di Bonjol Tanggal 15
Nopember 1825.

Pada tahap kedua, dimulai setelah Belanda dapat menundukkan perlawanan Diponegoro.
Belanda kembali melakukan penyerangan terhadap kedudukan Padri. Dalam perlawanan ini Aceh
datang untuk mendukung pejuang Paderi. Untuk menghadapi perlawanan kaum Paderi, Belanda
menerapkan sistem Pertahanan Benteng Stelsel. Benteng Fort de Kock di Bukit tinggi dan Benteng
Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanan. Dengan siasat ini Akhirnya Belanda
menang. Hal ini ditandai jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837. Tuanku
Imam Bonjol ditangkap, kemudian diasingkan Ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di
Menado hingga wafat tahun 1864.

Perlawanan besar terhadap Belanda juga muncul di Pulau Jawa yang dipimpin Oleh Pangeran
Diponegoro dari Keluarga Keraton Yogjakarta. Peristiwa yang menjadi sebab khusus berkobamya
perang Diponegoro Adalah pemasangan patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang Melintasi
tanah dan makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Pemasangan patok itu tanpa izin,
sehingga sangat ditentang oleh Pangeran Diponegoro.

Menghadapi tindakan semena-mena Belanda tersebut, pangeran Diponegoro Kemudian


mengobarkan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda. Mula-mula Perlawanan terjadi di Tegalrejo.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Pangeran Diponegoro dan pasukannya menyingkir ke Bukit
Selarong. Diponegoro membangun benteng pertahanan Gua Selarong. Pangeran Diponegoro
didampingi oleh Pangeran Mangkubumi (paman Pangeran Diponegoro), Ali Basyah Sentot
Prawirodirjo sebagai panglima muda dan Kyai Mojo bersama murid-muridnya. Nyi Ageng Serang
yang Sudah berusia 73 tahun Bersama cucunya R.M. Papak bergabung dengan pasukan Diponegoro.
Nyi Ageng Serang sejak muda sudah sangat anti pada Belanda dan pernah Membantu ayahnya
(Panembahan Serang) untuk melawan Belanda.

Pada tahun-tahun pertama, dengan semangat perang Sabil (perang membela Kebenaran dan
keadilan, yang apabila gugur di medan perang akan Mendapatkan hadih surga), perlawanan telah
meluas ke berbagai daerah, yaitu Yogyakarta dan Surakarta serta Banyumas, Kedu, Pekalongan,
Semarang dan Rembang, sampai ke Jawa Timur. Perang yang dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro
telah mampu menggerakkan kekuatan di seluruh Jawa. Oleh karena Itu perang Diponegoro sering
dikenal sebagai Perang Jawa. Kekuatan rakyat, Bangsawan dan para ulama bergerak untuk melawan
kekezaman Belanda. Gerak pasukan pos pertahanan Diponegoro berpindah dari tempat yang satu ke
Tempat yang lain. Menghadapi perlawanan Diponegoro yang kuat dan Menyulitkan ini,

kemudian Belanda segera mendatangkan bala bantuan dan Terutama pasukan dari Sumatra
Barat. Untuk menghadapi perlawanan Diponegoro, itu Belanda menerapkan sistem Benteng Stelsel
(setiap daerah yang sudah berhasil diduduki Belanda, dibangun benteng pertahanan, dan antar benteng
pertahanan ada jalan/jalur penghubungnya). Dari benteng yang satu ke benteng yang lain ditempatkan
atau dihubungkan dengan pasukan gerak cepat. Hal dimaksud untuk memutus jaringan kerja sama
pasukan Diponegoro. Tujuan dari strategi benteng stelsel untuk mempersempit ruang gerak pasukan
Diponegoro dan memberikan tekanan agar pasukan Diponegoro segera menyerah. Dengan strategi
benteng stelsel sedikit demi sedikit perlawanan Diponegoro dapat diatasi. Dalam tahun 1827
perlawanan Diponegoro di beberapa tempat berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda. Para
pernimpin pasukan Diponegoro banyak yang ditangkap. Tetapi perlawanan rakyat masih terjadi di

Semangat perlawanan Pangeran Diponegoro menjadi semangat perang sabil yang didukung
oleh banyak unsur di Jawa. Perlawanan ini dikenal dalam catatan Belanda sebagai Perang Jawa.
Merupakan perang terbesar bagi Belanda sehingga menguras keuangan yang luar biasa jumlahnya.
Korban dari pihak rakyatpun sangat besar, menurut catatan MC Ricklefs dalam buku Sejarah
Indonesia Modern (Sejarawan Australia) hampir setengah penduduk Yogyakarta habis karena
perlawanan ini. Untuk mempercepat selesainya perlawanan Diponegoro, maka Belanda
mengumumkan pemberian hadiah 20.000 ringgit kepada siapa yang dapat menyerahkan Pangeran
Diponegoro, hidup atau mati. Namun tidak ada tanggapan dari rakyat. Belanda kemudian menempuh
cara lain.

Akhirnya Belanda mengeluarkan jurus liciknya. Pangeran Diponegoro diundang ke Magelang


untuk diajak berunding. Semula Pangeran Diponegoro menolak, namun karena ada jaminan kalau
perundingan gagal, beliau boleh pergi dengan aman, maka beliau menyanggupi perundingan tersebut.
Ternyata Pangeran Diponegoro dikhianati. Sewaktu berunding, maka atas perintah Jenderal De Kock,
Pangeran Diponegoro ditangkap, dibuang di Manado dan selanjutnya dipindahkan ke Ujungpandang
sampai meninggalnya pada tanggal 8 Januari 1855.

4. Dampak Kolonialisme terhadap pribumi


Dampak kolonialisme di Indonesia sangat menyengsarakan para pribumi hal ini yang
melatarbelakangi ketidaksukaan dan perlawanan dari para raja raja di Nusantara hal ini dapat dilihat
dari perilaku kekejaman VOC terhadap pribumi dengan Petani tidak boleh melakukan jual beli dan
harus menjual rempah hanya pada VOC dan dengan harga yang ditentukan VOC. Selain itu, semua
kebutuhan petani juga harus dibeli dari VOC dengan harga yang dipatok mereka. Tentu saja hal ini
menyebabkan kemiskinan buat para petani. Kemudian berlanjut pada masa tanam paksa Tanam paksa
adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830.
Sistem ini mewajibkan setiap desa untuk menyisihkan 20% tanahnya untuk ditanam komoditi ekspor,
seperti teh, tebu, kopi, dan tarum atau nila.

hasil tanaman tersebut akan dijual kepada bangsa Belanda dengan harga yang sudah
ditetapkan. Penduduk yang tidak memiliki tanah harus bekerja 65 hari dalam setahun pada kebun
milik pemerintah Belanda.Tanam paksa menimbulkan penderitaan dan kemiskinan rakyat Indonesia.
Belanda menerapkan perjanjian yang jauh merugikan pribumi, seperti tanah yang dipilih hanya tanah
yang subur, tanah tetap dikenakan pajak, rakyat harus bekerja melebihi waktu yang ditentukan, hingga
harus mendahulukan tanaman pemerintah dari tanaman sendiri.

Kemudian terakhir ada kerja rodi , Dalam masa jabatan Gubernur Jenderal Herman Willem
Daendels, sekitar tahun 1808 hingga tahun 1811, masyarakat Indonesia harus merasakan sistem kerja
rodi. Kerja rodi dilakukan guna mendukung sistem tanam paksa. Belanda membangun berbagai
sarana seperti pabrik, rel kereta api, jalan raya, bendungan, hingga pelabuhan.Pembangunan berbagai
sarana tersebut menyebabkan penderitaan yang mendalam bagi rakyat Indonesia. Selama masa kerja
rodi, para pekerja tidak dibayar oleh pemerintah. Kalaupun dibayar, hanya sedikit saja yang diterima.
Rakyat harus bekerja dengan menahan sakit dan kelaparan.

Kesimpulan

Sebelum Belanda datang ke Nusantara, sudah Spanyol dan Portugis yang terlebih dahulu
datang ke Nusantara, saat itu di Nusantara sudah memiliki sistem perdagangan, namun Belanda
mampir mengalahkan pesaing nya dari bangsa Eropa dengan mendirikan VOC selain itu Belanda
memiliki keunggulan dalam Bidang birokrasi, dan militer memberikan kekuatan kepadanya untuk
menegakkannya. Sistem monopoli dalam perdagangan di Indonesia, yang menghancurkan
Kapitalisme Indonesia. Kehancuran kapitalisme Indonesia pada dasarnya lebih Disebabkan sebagai
akibat kerapuhan sistem budaya Indonesia yang tidak Memberikan pijakan kuat terhadap
perkembangan kapitalisme. Nilai-nilai budaya Indonesia tidak memiliki perlindungan yang kuat
terhadap hak milik pribadi Rakyat. Di samping itu, kekuasaan absolut para raja dengan tindakannya
yang Sewenang-wenang tidak memberikan peluang kondusif untuk perkembangan perdagangan dan
akumulasi modal pada rakyat.Keunggulan VOC dalam aspek administrasi-Birokrasi dan militer dalam
menerapkan Sistem monopoli dalam perdagangan, Telah membawa akibat hancurnya strukTur
perdagangan Indonesia.yang membuat nya mampu memonopoli perdagangan. Ditambah lagi politik
pecah belah yang dilakukan Belanda berhasil melemahkan kerajaan kerajaan di Nusantara.
Daftar Pustaka

A.lSyukri, (2007). Peran Pemuda dalam 20 Tahunan Siklus Nasionalisme Indonesia

Ahmad Syafii Maarif. (1985). Masalah Kenegaraan. Jakarta : LP3ES.

Ahmad Syafii Maarif. (2002). Refleksi 50 tahun Indonesia Merdeka. Yogyakarta : UNY.

Alfian. (1971). Hasil Pemilihan Umum 1955 Untuk Dewan Perwakilan Rakyat.

Amin, SM. (1967). Indonesia di bawah RezimDemokrasi Terpimpin. Jakarta : Bulan Bintang.

Anderson, B. (1998). Revolusi Pemuda : Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946.
Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai