Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME MATA KULIAH SEJARAH ISLAM INDONESIA

NAMA : Luky Aditya Try Kusuma Januar

NIM :11210220000031

KELAS : SPI 3A

DOSEN PENGAMPU : Prof Jajat Burhanuddin

Ada 3 bangsa Eropa yang datang ke Indonesia. Bangsa pertama adalah bangsa Portugis yang
mendarat di Malaka tahun 1511, terus lanjut ke Maluku tahun 1512. Lalu, bangsa Eropa yang
kedua adalah bangsa Spanyol yang mendarat di Maluku pada tahun 1521. Terakhir adalah
bangsa Belanda yang mendarat di Banten tahun 1596.” Rempah-rempah menjadi alasan
utama Portugis menyambangi Nusantara. M. C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern
1200-2004 (2007) menyebutkan, alasan terbesar kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia atau
Nusantara adalah demi rempah-rempah. Rempah-rempah adalah bahan baku yang berharga di
Eropa. Bangsa Eropa menjadikan rempah sebagai bahan baku obat, parfum, makanan, dan
yang terpenting adalah pengawet makanan.

Putusnya jalur perdagangan Asia-Eropa mendorong kerajaan-kerajaan di Eropa untuk


mencari jalur perdagangan baru. Kali ini tak lewat darat yang sudah dikuasai Turki Usmani
tertutup, sedang mencari jalur lain lebih sulit dan berbahaya. Maka, dicobalah menelusuri
surga rempah-rempah lewat pelayaran. Spanyol juga datang ke Nusantara setelah Portugis,
Belanda pun demikian. Bahkan, belanda memiliki pengaruh yang jauh lebih dalam ketimbang
dua bangsa Eropa sebelumnya karena penjajahan yang terjadi kemudian dan berlangsung
amat lama.

Gold, Gospel, Glory (3G) merupakan motivasi Bangsa-bangsa Barat melakukan penjelajahan
samudra. Gold artinya emas, yang identik dengan kekayaan. Glory bermakna kejayaan
bangsa, Dilansir laman Encyclopedia, glory artinya yaitu kejayaan yang diinginkan oleh para
petinggi kerajaan katolik, baik itu Spanyol maupun Portugis. Kedua bangsa itu saling
bersaing untuk memperoleh wilayah jajahan dan menancapkan pengaruh di kawasan yang
mereka jelajahi, serta kehormatan di kalangan bangsa Eropa sendiri. Gospel merupakan
keinginan bangsa Barat untuk menyebarluaskan atau mengajarkan agama Nasrani khususnya
agama Kristen ke bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.
Para penguasa eropa menghadapi penduduk lokal yang notabene adalah masyarakat yang
kental akan budaya. Kolonial Belanda menjadikan mereka penduduk pribumi sebagai romusa
atau kerja paksa yang mana mereka disuruh bekerja tanpa adanya upah. Terutama di
lingkungan kerajaan mereka mempunyai misi yang kuat sehingga dengan mudah meluluhkan
para raja di Nusantara. Hingga dibentuknya lembaga VOC. Contoh keberhasilan VOC dalam
menerapkan politik devide et impera ialah konflik perebutan takhta di Kerajaan Mataram.
Konflik ini membuat posisi Belanda sangat diuntungkan, sedangkan posisi Kerajaan Mataram
semakin melemah karena terbagi menjadi 4 kerajaan.

Kolonial Belanda mempunyai strategi dalam menghadapi setiap individu pribumi. Salah
satunya dengan mendirikan organisasi VOC yang bergerak di bidang ekonomi. Mayoritas
kebijakan VOC hanyalah menguntungkan salah satu pihak, yakni VOC dan sangat merugikan
rakyat Indonesia kala itu.

Salah satunya adalah kebijakan di bidang politik. Politik devide et impera mempermudah
VOC dalam melakukan ekspansi wilayah kekuasaanya. Selain itu, melalui politik ini VOC atau
Belanda bisa dengan mudah menyingkirkan pihak pribumi yang menentang kebijakannya.

Adapun kebijakan di bidang ekonomi yakni, antara lain

1. Ekstirpasi

Dalam ilmu sosial, hak ekstirpasi merupakan hak untuk membabat tumbuhan hingga habis,
dan menebang hutan. Dalam hal ini VOC mempunyai hak untuk menebas dan membabat
tanaman rempah-rempah pada saat hasil panen berlebih. VOC melakukan hal tersebut
bukan tanpa maksud. Tujuan utama hak ekstirpasi adalah untuk mencegah merosotnya
harga rempah di pasar internasional saat hasil panen melimpah.

2. Contingenten

Contingeten bisa diartikan sebagai pemberlakuan kewajiban kepada rakyat untuk


membayar pajak sesuai dengan nominal yang ditentukan oleh VOC. Hal ini bertujuan agar
keuangan mereka terjamin.

3. Verplichte Leverantie

Kebijakan berikutnya yang tidak kalah merugikan rakyat adalah Verplichte Leverantie.
Kebijakan ini mewajibkan rakyat untuk menyerahkan hasil buminya hanya kepada VOC.
Penjualan rempah kepada selain VOC tidak diperbolehkan. Adapun hasil bumi tersebut di
antaranya kopi, cengkeh, tembakau dan lain sebagainya.

4. Hak Oktroi

Hak Oktroi merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh VOC sebagai kongsi dagang. Hak ini
bertujuan untuk semakin memperkuat kedudukan VOC. Hak Octroi menjadikan VOC
bagaikan negara dalam negara.

5. Pelayaran Hongi

Agar monopoli perdagangan yang telah dipraktekkan oleh VOC dapat berjalan mulus, VOC
melakukan pelayaran Hongi. Kebijakan yang juga disebut dengan Hongi Tochten ini
dilakukan dengan melakukan ekspedisi pelayaran, terutama di Indonesia bagian Timur
seperti Ambon, Maluku, Pulau Seram, dan Ternate-Tidore. Oleh karena Indonesia bagian
Timur terdiri dari banyak pulau-pulau kecil, ekspedisi ini yang dilaksanakan dengan kapal
kora-kora ini hanya bisa dilakukan melalui jalur laut. Kebijakan ini bertujuan untuk
mengontrol produksi rempah-rempah sekaligus mengawasi jalannya monopoli
perdagangan.

6. Preangerstelsel

Kebijakan ini dikeluarkan oleh Belanda dan VOC untuk mengeruk keuntungan yang besar di
daerah jajahannya. Kebijakan ini fokus pada daerah Parahyangan atau Priangan untuk
membudidayakan komoditas kopi. Nama preanger diambil dari Priangan yang memang
terkenal sebagai daerah yang dapat menghasilkan kopri dengan kualitas unggul.

Indonesia adalah salah satu negara yang terjebak dalam status berpenghasilan menengah,
bahkan sejak tahun 1960-an. Hal itu disebabkan oleh kegagalan negara berpenghasilan
menengah untuk memiliki pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang lebih cepat melalui
inovasi teknologi dan peningkatan industri dibandingkan dengan negara berpenghasilan
tinggi. Hal-hal seperti memprioritaskan penggunaan sumber daya yang terbatas,
memfasilitasi inovasi teknologi, dan mendukung peningkatan industri dalam bentuk suatu
kebijakan menjadi faktor yang sangat krusial bagi pemerintah negara berpenghasilan
menengah untuk mengatasi masalah ini. Indonesia merupakan bagian dari negara ekonomi
berkembang yang paling menonjol dalam menentang kecenderungan Middle Income Trap.
Ia menawarkan solusi agar lebih banyak industri yang bertransformasi digital, tidak online di
kota, tetapi menuju desa yang menciptakan lebih banyak nilai pasar. Kemudian perlu juga
untuk membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai Koridor Ekonomi Baru untuk
memperkenalkan kota-kota baru. Sedangkan politik berkaitan dengan kekuasaan
penyelenggaraan pemerintahan dlam suatu negara. Tiap pembentukan pola bisnis pula
senantiasa berkait erat menggunakan politik. Tidak bias kita pungkiri kesenjangan ekonomi
yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat sudah menyebabkan semangat dan
motivasi rakyat menjadi lemah, begitu jua agama rakyat terhadap pemerintah telah menurun
seiring dengan banyak sekali keluhan rakyat yg tidak pada dengar atau pada tangani.

Hubungan diplomatik telah dilakukan sejak zaman kerajaan. Dalam film Sultan Agung
menceritakan raja yang ke-3 dari kerajaan Mataram yaitu Sultan Agung Hanyokrokusumo. Di
bawah kepemimpinannya, kerajaan mataram berkembang pesat dan menjadi kerajaan besar
yang ada di Nusantara. Salah satu perjuangan besar Sultan Agung yakni melawan
Vereenidge Oost-Indische Compagnie (VOC) di Batavia. Pada tahun 1614, VOC bermarkas di
Ambon dan mengirim duta untuk mengajak Sultan Agung bekerja sama, mereka datang dan
meminta izin berdagang di wilayah Mataram. Menurut Sultan Agung, kerjasama yang telah
dilakukan Mataram dengan bangsa-bangsa lain justru telah membawa banyak manfaat bagi
kerajaan Mataram seperti menambah persaudaraan, menambah ilmu pengetahuan dan
teknologi, dll. Maka pada tahun 1621 Mataram mulai menjalin hubungan dengan VOC dan
Sultan Agung awalnya memperbolehkan VOC berdagang jangka waktu 6 bulan tetapi
dengan memberlakukan syarat bahwa VOC harus membayar pajak 60% kepada Mataram.
Namun, dengan berbagai pertimbangan yang ada, pada akhirnya sikap Sultan Agung dengan
tegas menolak kerjasama meskipun VOC banyak memberikan tawaran dan hadiah seperti
emas, perhiasan, mutiara, serta kain sutera dan barang berharga lainnya pun menjadi salah
satu cara mereka dalam diplomasi dengan Sultan Agung dan Raja-Raja lainnya seperti yang
diungkapkan oleh Sultan Agung pada adegan tersebut. Kegagalan penyerangan Sultan
Agung ke Batavia mengakibatkan pengaruh terhadap kondisi politik dan ekonomi Mataram,
Dalam bidang politik, legitimasi Sultan Agung merosot dan timbulnya ketegangan politik
disertai dengan adanya kekuatan-kekuatan disintegratif. Di bidang ekonomi, bangunan
ekonomi agraris yang menjadi andalan Mataram menjadi hancur dan perdagangan
mengalami kemunduran. Sikap Sultan Agung yang tegas menolak tawaran dari VOC karena
Sultan Agung mengetahui bahwa VOC nantinya akan menguasai sumber daya alam,
membuat rakyatnya sengsara dan untuk diperbudak serta menguasai Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai