Anda di halaman 1dari 3

[9/2 11:13] Rantau Jaeger: hubungan antara empirisme dengan berpikir positivistik adalah

empirisme pada pengalaman indrawi dalam memperoleh suatu pengetahuan dan berpikir positivistic
yang melalui pengamatan-pengamatan observasi atau data-data empiris untuk menilai kebenaran
itu. Jadi disini sama – sama menggunakan pengalaman indrawi dalam menemukan sebuah
pengetahuan

[9/2 11:13] Rantau Jaeger: hubungan antara rasionalisme dengan system logika adalah memberikan
penerangan bagaimana orang seharusnya berpikir, dan obyek forma logika adalah mencari jawaban
tentang bagaimana manusia dapat berpikir dengan semestinya.

[9/2 11:15] Rantau Jaeger: Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa sumber
pengetahuan satu-satunya yang benar adalah rasio (akal budi). Empirisme adalah aliran yang
mengajarkan bahwa hanya pengalaman (lewat indra) merupakan sumber pengetahuan yang benar.
Jadi, empirisme bertolak belakang dengan pandangan rasionalisme. Kedua pandangan tersebut
melahirkan teori kebenaran, yaitu korespondensi (menurut rasionalisme) dan koherensi (menurut
empirisme).

[9/2 11:16] Rantau Jaeger: Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa
pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang
ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan
benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu
proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori
ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.

[9/2 11:16] Rantau Jaeger: Seseorang mengatakan, “Wah lagi hujan nih!”. Perkataan bisa jadi benar,
jika perkataan itu berhubungan dengan realitasnya. Akan tetapi, terkadang maksud perkataan lebih
kepada sindiran, godaan atau yang bersifat menyesatkan, sehingga secara semantik, pernyataan ini
dapat menjadi benar atau salah

[9/2 11:16] Rantau Jaeger: Teori kebenaran koherensi disebut pula konsistensi adalah teori
kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut
benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan
secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain.
Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari massa, gaya,
dan kecepatan dalam fisika.

[9/2 11:16] Rantau Jaeger: Semua manusia akan mati. Amron adalah seorang manusia. Amron pasti
akan mati

[9/2 11:23] Rantau Jaeger: Diantara pemikiran Plato yang terpenting adalah teorinya tentang ide-ide,
yang merupakan upaya permulaan yang mengkaji masalah tentang universal yang hingga kini pun
belum terselesaikan. Teori ini sebagian bersifat logis, sebagian lagi bersifat metafisis. Dengan
pendapatnya tersebut, menurut Kees Berten (1976), Plato berhasil mendamaikan pendapatnya
Heraklitus dengan pendapatnya Permenides, menurut Heraklitus segala sesuatu selalu berubah, hal
ini dapat dibenarkan menurut Plato, tapi hanya bagi dunia jasmani (Pancaindra), sementara menurut
Permenides segala sesuatu sama sekali sempurna dan tidak dapat berubah, ini juga dapat
dibenarkan menurut Plato, tapi hanya berlaku pada dunia idea saja.

Plato menjelaskan bahwa, jika ada sejumlah individu memiliki nama yang sama, mereka tentunya
juga memiliki satu “ide” atau “forma” bersama. Sebagai contoh, meskipun terdapat banyak ranjang,
sebetulnya hanya ada satu “ide” ranjang. Sebagaimana bayangan pada cermin hanyalah
penampakan dan tidak “real”. Demikian pula pelbagai ranjang partikular pun tidak real, dan hanya
tiruan dari “ide”, yang merupakan satu-satunya ranjang yang real dan diciptakan oleh Tuhan.
Mengenai ranjang yang satu ini, yakni yang diciptakan oleh Tuhan, kita bisa memperoleh
pengetahuan, tetapi mengenai pelbagai ranjang yang dibuat oleh tukang kayu, yang bisa kita peroleh
hanyalah opini.

Perbedaan antara pengetahuan dan opini menurut Plato adalah, bahwa orang yang memiliki
pengetahuan berarti memiliki pengetahuan tentang “sesuatu”, yakni “sesuatu” yang eksis, sebab
yang tidak eksis berarti tidak ada. Oleh karena itu pengetahuan tidak mungkin salah, sebab secara
logis mustahil bisa keliru. Sedangkan opini bisa saja keliru, sebab opini tidak mungkin tentang apa
yang tidak eksis, sebab ini mustahil dan tidak mungkin pula tentang yang eksis, sebab ini adalah
pengetahuan. Dengan begitu opini pastilah tentang apa yang eksis dan yang tidak eksis sekaligus.

[9/2 11:24] Rantau Jaeger: Plotinus pada awalnya tidak bermaksud untuk mengemukakan filsafatnya
sendiri. plotinus yang berupaya memadukan ajaran Aristoteles dan Plato, hanya saja pada
praktiknya, ia lebih condong pada ajaran-ajaran Plato. Ia hanya ingin memperdalam filsafat Plato.
Oleh karenanya, filosofinya disebut pula dengan Neoplatonisme. aliran baru yang dirintisnya
mencakup berbagai pemikiran dari berbagai negara dan menjadi pusat bagi peminat falsafah, ilmu,
dan sastra.

[9/2 11:25] Rantau Jaeger: Walaupun Plotinus memang banyak mempergunakan istilah-istilah Plato
dan mempergunakan juga dasar-dasar pikirannya, akan tetapi ia memajukan banyak hal yang
sebelumnya tidak di selidiki oleh filsafat Yunani, jadi hal yang baru. Oleh Plotinus di arahkan kepada
Tuhan dan Tuhanlah yang menjadi dasar segala sesuatunya. Lain dari Plato dengan tegas idea
tertinggi itu di sebutnya Tuhan atau yang esa (to hen). Sayangnya ia tidak membedakan ada yang
satu ini dengan ada yang bermacam-macam. Dengan demikian menurut Plotinus dalam intinya dan
dalam hakekatnya ada itu sungguh-sungguh hanya satu belaka. Tuhan dan semua (lainnya)
berhakekat sama : ajaran yang menyatakan semuanya itu berhakekat Tuhan disebut Panteisme

[9/2 11:26] Rantau Jaeger: Selama memimpin Lyceum, ia menerbitkan enam karya tulis yang
membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain
kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, ilmu kedokteran, ilmu alam dan karya seni.

Memang ciri khas kebudayaan Yunani, yang selalu ingin mengubah ketidakteraturan menjadi
keberaturan, menerapkan keberaturan buatan manusia ke dalam dunia alami yang kacau.
Aristoteles juga berusaha membuat keberaturan dalam sistem pemerintahan. Ia menciptakan sistem
klasifikasi monarki, oligarki, tirani, demokrasi dan republik, yang masih dipakai hingga sekarang.

Di bidang ilmu pengetahuan alam, ia merupakan orang pertama yang mengelompokkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Observasinya ini termasuk suatu bentuk
dari keberaturan yang ia ciptakan untuk menggambarkan hukum alam dan keseimbangan pada
alam, yaitu metabolisme, perubahan suhu, pemrosesan informasi, embriogenesis, dan pewarisan
sifat.

Hingga kini, Metode Aristoteles digunakan oleh ahli biologi moderen ketika menjelajahi wilayah
baru, yaitu dengan mengumpulkan data secara sistematis, menemukan pola, dan membuat
kesimpulan dari penjelasan kausal yang mungkin saja terjadi. Berlawanan dengan Plato, yang
menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak
mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis).

Pemikiran lainnya adalah tentang gerak, ia selalu mengatakan bahwa semua benda bergerak menuju
satu tujuan. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya, maka harus ada penggerak.
Penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya, hingga tiba pada penggerak pertama yang tak
bergerak, yang kemudian disebut dengan theos, yaitu Tuhan dalam pengertian Bahasa Yunani

Anda mungkin juga menyukai