LANDASAN TEORI
5
6
2. Waiting, kapan saja material atau komponen yang tidak melalui proses yang
bernilai tambah dapat disebut sebagai pemborosan dalam menunggu (Hicks,
dkk 2003). Menunggunya operator untuk berbagai alasan seperti menunggu
informasi, part, atau mesin (Wilson, 2010).
mengetahui waste yang tersembunyi serta sumber dari waste tersebut. BPM
digunakan untuk mendokumentasi bagaiman proses dari material secara
keseluruhan pada lantai produksi.
Menurut Singh, dkk (2010, hal 162) penggambaran sebuah big picture
mapping digambarkan sebagaimana proses-proses yang saat ini sedang dilakukan.
Proses tersebut dilakukan berdasarkan jalannya aliran-aliran proses produksi yang
sebenarnya. Membuat aliran material pada big picture map harus selalu dimulai
dengan proses yang paling berhubungan dengan pelanggan, banyak kasus terjadi
seperti pada departemen pengiriman dan selanjutnya menuju proses produksi awal.
Aliran material digambar pada bagian bawah peta. Masing-masing proses
disertakan seluruh informasi penting seperti lead time, cycle time, pergantian waktu,
tingkat inventori, dll. Tingkat inventori pada peta harus sesuai pada waktu tersebut
dan bukan rata-rata dikarenakan kepentingannya untuk menggunakan gambaran
sebarnya dari pada rata-rata histori yang disediakan perusahaan. Aspek kedua dari
big picture map adalah aliran informasi yang mengindikasikan berapa banyak
masing-masin proses akan melakukan proses yang bersifat value adding terhadap
produk akhir. Aliran informasi digambarkan pada bagian atas peta dari kanan ke
kiri dan dihubungkan ke aliran material yang sebelumnya sudah digambar. Setelah
14
menyelesaikan peta, timeline digambarkan pada bagian bawah kotak proses yang
menunjukkan lead time produksi, yang mana waktu yang diperlukan dari suatu
produk tertentu pada lantai produksi mulai dari ketangan hingga selesai. Kemudian
waktu untuk value adding juga ditambahkan. Waktu tersebut menjelaskan jumlah
waktu proses untuk masing-masing proses. Lead times dihitung dengan cara waktu
komponen yang akan menunggu pada setiap mesin dijumlahkan dengan waktu
tunggu selesai untuk seluruh proses. Big picture map pada lantai produksi
ditunjukkan seperti pada gambar 2.2.
produksi dari bahan baku hingga ke tangan pelanggan, dan (2) rancangan
aliran dari konsep hingga dijalankan.
3. Garis waktu/jarak tempuh.
Pada bagian bawah BPM biasanya terdapat serangkaian garis yang
mengandung informasi penting dalam BPM tersebut dan biasa disebut
sebagai timelines. Kedua garis dalam timelines ini digunakan sebagai
dasar perbandingan dari improvement yang akan diimplementasikan.
Garis yang pertama yang berada disebelah atas disebut sebagai
production lead time (PLT)/process lead time/lead time. PLT ini adalah
waktu yang dibutuhkan produk dalam melewati semua proses dari raw
material sampai ke tangan customer dan biasanya dalam satuan hari. PLT
yang berada tepat dibawah jeda antar proses ini dijumlahkan menjadi
total PLT yang diletakan diakhir proses. Garis yang kedua yang berada
disebelah bawah merupakan cycle time semua proses yang ada dalam
aliran material dan ditulis diatas garis tepat dibawah prosesnya. Total dari
seluruh cycle time ini disebut total cycle time dan ditulis pada garis akhir
proses dibawah total PLT. Garis yang terakhir yang terletak dibawah
timelines adalah jarak tempuh yang merupakan jarak yang ditempuh oleh
produk, operator, electronic forms sepanjang aliran proses produksi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni mengenai lead time
produksi, value added time, dan production cycle efficiency (Parihar, 2012, hal 4).
1. Cycle time adalah waktu aktual yang diperlukan untuk menyelesaikan
sebuah komponen pada suatu stasiun. Cycle time menjelaskan berapa lama
waktu yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dari awal
hingga akhir. Sebagai contoh perakitan komponen atau menjawab telepon
pada customer service. Cycle time selalu kurang dari atau sama degan takt
time.
2. Production lead time (PLT) menunjukkan total waktu value added dan
non-value added yang digunakan suatu produk untuk melewati seluruh
value stream. PLT sering disebut dengan waktu “call to cash” karena PLT
16
Gambar 2.3 Perbedaan struktur hierarki linier denan jaringan umpan balik
(Saaty dan Vargas, 2013, hal 8)
Menurut Saaty dan Vargas (2013) Analytic Network Process memiliki
struktur feedback (umpan balik) yang lebih terlihat seperti network daripada
hirarki. Hal inilah yang membedakan ANP dengan AHP. Ketika struktur
tersebut tidak memiliki umpan balik, maka struktur ANP akan seperti AHP,
sehingga dapat dikatakan bahwa AHP merupakan contoh kasus pada ANP.
Dengan feedback, alternatif-alternatif dapat bergantung/terikat pada kriteria
seperti pada hierarki tetapi dapat juga bergantung/terikat pada sesama
alternatif. Lebih jauh lagi, kriteria-kriteria itu sendiri dapat tergantung pada
alternatif-alternatif dan pada sesama kriteria (lihat gambar 2.3). Sementara
itu, feedback meningkatkan prioritas yang diturunkan dari judgements dan
membuat prediksi menjadi lebih akurat. Oleh karena itu, hasil dari ANP
diperkirakan akan lebih stabil. Dari jaringan feedback pada gambar 2.3 dapat
dilihat bahwa simpul atau elemen utama dan simpul-simpul yang akan
dibandingkan dapat berada pada cluster-cluster yang berbeda. Sebagai
contoh, ada hubungan langsung dari simpul utama C4 ke cluster lain (C2 dan
C3), yang merupakan outer dependence. Sementara itu, ada simpul utama dan
simpul-simpul yang akan dibandingkan. Elemen dalam suatu
komponen/cluster dapat mempengaruhi elemen lain dalam komponen/cluster
yang sama (inner dependence), dan dapat pula mempengaruhi elemen pada
20
Gambar 2.4 Jenis Komponen dalam Jaringan (Saaty dan Vargas, 2013, hal 9)
Menurut Saaty dan Vargas (2013, hal 9) ada 3 jenis komponen yang
terdiri dari source, sink, dan transient. Jenis komponen Source tidak memiliki
anak panah masuk (C1), komponen sink tidak mempunyi anak panah keluar
(C2), sedangkan hanya komponen transient yang mempunyai arah panah
masuk dan keluar (C3). Sebagai tambahan (C4) merupakan siklus dari dua
komponen dikarenakan kedua kluster tersebut saling memiliki umpan balik.
Inner dependance merupakan hubungan yang memiliki dependance terhadap
komponen itu sendiri. Outer dependance adalah hubungan yang berada
diantara satu komponen dengan komponen lain. Sebagai contoh dependance
antara imput-output dari material yang berada di suatu industri. Tenaga listrik
yang memasok untuk perusahaan lain.
Suatu studi yang dilakukan oleh Ascarya (2005) yang dikutip dalam
Rusydiani dan Devi (2013) menyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk
jaringan dalam ANP. Beberapa bentuknya antara lain dapat berupa hierarki,
holarki, jaringan analisa BCR (benefit-cost ratio), dan jaringan secara umum.
21
1. Hirarki
(2.1)
(2.3)
Dimana A adalah matriks perbandingan berpasangan dan λmax atau n
adalah eigen value terbesar dari A. Eigen vector merupakan bobot
prioritas matriks yang selanjutnya digunakan dalam penyusunan
supermatriks.
3. Menghitung Rasio Konsistensi
Rasio konsistensi adalah rasio yang menyatakan apakah penilaian yang
diberikan oleh para expertise konsisten/tidak. Indeks konsistensi
(Consistency Index – CI) suatu matriks perbandingan dihitung dengan
rumus (Saaty, 1988, hal 50):
λ𝑚𝑎𝑥 −𝑛
𝐶𝐼 = (2.4)
𝑛−1