6. KD 3.7 Cara penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para wali.
Kawin dagang dakwah
Abangan, kebudayaan kalijaga (wayang),bonang(gamelan)
putihan
1) Sunan Gresik
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim menyebarkan Islam di wilayah Gresik, Jawa
Timur. Dia, berdakwah dengan cara pergaulan di masyarakat. Budi pekerti dan ramah
tamah selalu diperlihatkan saat pergaulan sehari-hari dengan masyarakat. Sunan Gresik
juga mengajarkan cara bercocok ke masyarakat untuk mengambil hati. Sunan Gresik
juga mendirikan pondok pesantren dan masjid sebagai tempat untuk mengajarkan agama
Islam. Banyak sumber jika Sunan Gresik berasal dari Timur Tengah, yakni Persia.
Banyak dianggap sebagai wali yang pertama kali menyebarkan Islam di Pulau Jawa
2) Sunan Ampel
Sunan Ampel dikenal juga dengan nama Raden Rahmat. Ia menyebarkan Islam melalui
pendidikan pesantren di wilayah Surabaya. Sunan Ampel juga sebagai perencana
berdirinya Kerajaan Islam Demak.
3) Sunan Giri
Sunan Giri Sunan Giri atau Raden Paku tidak hanya menyebarkan Islam di tanah Jawa
tapi juga sampai ke Maluku. Sunan Giri menyebarkan Islam melalui dunia seni dan
sangat berpengaruh terhadap pemerintahan di Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan
Islam pertama di Jawa.
4) Sunan Bonang
Sunan Bonang yang disebut juga Raden Makdum Ibrahim menyebarkan Islam melalui
kesenian. Ia menciptakan tembang tombo ati yang terkenal hingga saat ini. Gamelan
Jawa yang merupakan salah satu budaya Hindu diubah dengan nuansa Islam. Di mana
dengan memasukan rabab dan bonang sebagai pelengkap dari gamelan Jawa.
5) Sunan Drajat
Sunan Drajat atau Raden Qasim menggunakan kegiatan sosial sebagai media untuk
berdakwah. Ia yang mempelopori penyantunan kepada anak-anak yatim dan orang-orang
sakit. Di bidang politik Sunan Drajat sangat mendukung Kerajaan Demak.
6) Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga atau Raden Mas Syahid dalam dakwahnya dengan memanfaatkan media
wayang. Di mana memasukan cerita-cerita tentang ajaran-ajaran Islam. Tidak hanya
lewat wayang, tapi juga lewat seni ukir atau seni suara. Beberapa lagu yang berhasil
diciptakan seperti Lir Ilir atau Gundul Pacul. Cara itu dipakai untuk menarik dan
mengambil hati masyarakat. Bahkan terkesan efektif.
7) Sunan Muria
Sunan Muria Sunan Muria atau Raden Umar Said ikut membantu berdirinya Kerajaan
Islam Demak. Ia banyak menyebarkan Islam di sekitar Jawa Tengah. Sarana yang
dipakai untuk berdakwah sama yang dipakai Sunan Kalijaga, yakni lewat kesenian dan
kebudayaan.
8) Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah berasal dari Palestina. Ia belajar agama
diberbagai negara sejak usia belia. Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya wali yang
menjadi kepala pemerintah. Ia mendirikan Kasultanan Cirebon dan Banten. Posisinya
tersebut dimanfaatkan untuk menyebarkan dan mengembangkan Islam. Cara berdakwah
yang dipakai cenderung seperti Timur Tengah yang lugas dan mendekati masyarakat
dengan membangun infrastruktur.
9) Sunan Kudus
Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq cara mendekati masyarakat dengan memanfaatkan
simbol-simbol Hindu dan Budha. Itu bisa terlihat pada arsitektur Masjis Kudus yang
memiliki keunikan. Ia berasal dari Palestina dan menyebarkan agama Islam di pesisir
Jawa Tengah. Ia pernah menjadi Senapati atau panglima perang Kerajaan Islam Demak.
7. KD 3.8 Kerajaan Islam. (Mataram Islam) Kekalahan Mataram Islam melawan
VOC di Batavia tahun 1628 dan 1629.
Politik=gelar raja
Knp gagal
Penyerangan I
Pada tanggal 22 Agustus 1628, Tumenggung Bahureksa dari Kendal yang diberi titah
Sultan Agung memimpin penyerbuan ke Benteng Belanda, mendaratkan 59 perahu berisi
900 prajurit ke teluk Jakarta.Di dalam kapal, armada Bahureksa membawa 150 ekor sapi,
5.900 karung gula, 26.600 buah kelapa dan 12.000 karung beras. Armada Bahureksa
beralasan kedatangan mereka untuk berdagang dengan Batavia.
Meski sempat curiga, tetapi VOC menyetujui sapi diturunkan dari kapal. Syaratnya kapal
Mataram hanya menepi satu demi satu. Guna mengantisipasi, 100 prajurit bersenjata dari
garnisun Kasteel (benteng) keluar untuk menjaga-jaga saat penurunan sapi. Tiga hari
setelahnya, tujuh kapal Mataram kembali datang ke Teluk Jakarta untuk meminta surat
jalan dari VOC agar dapat berlayar ke Malaka yang saat itu berada di bawah kekuasaan
VOC. Kecurigaan VOC semakin membesar. Terbukti mereka memperkuat penjagaan di
dua benteng kecil utara dan menyiapkan artilerinya. Ba'da waktu Ashar sekitar 20-an
kapal Kerajaan Mataram menurunkan pasukannya di depan Kasteel. Belanda terkejut dan
buru-buru masuk benteng kecil. Sejumlah kapal Mataram lain mendaratkan prajuritnya.
Dikira akan menyerbu, Pasukan Mataram kemudian dihujani tembakan dari Kasteel.
Tanggal 25 Agustus 1628, 27 kapal Mataram lagi masuk Teluk Jakarta, tetapi berlabuh
agak jauh dari Kasteel. Di sebelah selatan Batavia, serdadu Mataram mulai tiba, dengan
panji perang berkibar. Tanda sudah dimunculkan, Kerajaan Mataram menyatakan
keinginannya menyerang Batavia. Esok harinya, terhitung 1.000 prajurit Mataram
memasang kuda-kuda di depan Batavia. Serangan pertama pasukan Mataram pun
dimulai pada tanggal 27 Agustus.
Pasukan Mataram menyerang benteng kecil "Hollandia" di sebelah tenggara kota.
Kewalahan menghadapi gempuran pasukan Mataram, Belanda mendatangkan bantuan
200 prajurit dari Banten dan Pulau Onrust. Sekitar 500-800 orang termasuk tentara
bayaran dari Jepang, China, India, dan Jawa, terlibat membantu VOC mempertahankan
Kastil Batavia.
Serangan Mataram kian gencar. Pasukan kedua yang dipimpin cucu Ki Juru Martani,
Pangeran Mandurareja tiba di Batavia pada bulan Oktober. Kini 10.000 prajurit
mengepung Batavia.Perang besar pecah di Benteng Holandia. Namun, serangan Pasukan
Mataram ke Batavia gagal lantaran kurang perbekalan.
Sultan Agung naik pitam. Kemarahan atas kegagalan tersebut tidak bisa ditoleransi.
Sejarah mencatat, pada 21 Oktober 1628 Tumenggung Bahureksa dan Pangeran
Mandurareja serta prajurit yang tersisa dihukum mati dengan cara dipenggal. "VOC
menemukan 744 mayat prajurit Jawa yang tidak dikuburkan, beberapa di antaranya tanpa
kepala," tulis sejarawan M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200–2008.
Penyerangan II
Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya pada tahun berikutnya
atau 1629. Pasukan pertama dipimpin Adipati Ukur berangkat pada bulan Mei 1629,
sedangkan pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah berangkat bulan Juni. Total semua
14.000 orang prajurit.
Belajar dari pengalaman karena kurangnya perbekalan, Kerajaan Mataram membangun
lumbung-lumbung beras di Karawang dan Cirebon. Namun, lumbung-lumbung pangan
yang dibangun sembunyi-sembunyi itu berhasil ditemukan lewat mata-mata. Belanda
pun membakar semua lumbung padi yang membuat pasukan Mataram kekurangan
perbekalan.
Di tahun itu wabah malaria dan kolera menyerang. Termasuk Pasukan Mataram yang
hendak menuju Batavia. Tumenggung Sura Agul-Agul yang memimpin pasukan
Mataram tiba di Batavia. Ia didampingi dua bersaudara panglima lapangan, Kiai Adipati
Mandurareja dan Kiai Adipati Upa Santa dalam misi menyerang Batavia. Namun, jauh
panggang dari api. Menurunkan kualitas prajurit karena wabah kolera dan malaria,
kurangnya perbekalan, dan ancaman kekalahan membuat mental pasukan Mataram
hancur.
Paham jika kekuatan pasukannya berkurang dan tak mungkin menyerang mendadak,
Mandurareja menggunakan cara yang berhasil mengalahkan Surabaya, yakni
membendung sungai. Pasukan Mataram melemparkan bangkai hewan ke Sungai
Ciliwung yang aliran airnya mengalir ke Batavia.
Sungai Ciliwung pun tercemar. Penduduk Batavia yang mau tak mau memanfaatkan air
dari sungai tersebut akhirnya terserang penyakit kolera. Pasukan VOC banyak yang
meninggal. Termasuk Gubernur Jenderal VOC saat iut, JP Coen dilaporkan meninggal
dunia karena wabah kolera dan dimakamkan di Museum Wayang. Namun, dalam
riwayat lain, Coen dilaporkan tewas dalam serangan Mataram dan kepalanya dipenggal
serta dikuburkan di bawah tangga jembatan Kompleks Pemakaman Imogiri.
Pasukan Mataram yang luluh lantak dalam pertempuran memilih bersembunyi di tepian
Sungai Ciliwung. Namun, keberadaan mereka ketahuan pasukan VOC yang menyisir
Sungai Ciliwung menggunakan perahu. Pasukan Mataram pun berpencar. Sebagian
pasukan ada yang bersembunyi di perkampungan yang kini dikenal sebagai Matraman.
Reformasi gereja
Latar belakang: Martin Luther yang seorang biarawan Jerman menghadap gereja di
Wittenberg dan menuliskan 95 dalil yang berisi kritik terhadap otoritas Gereja Katolik.
Peristiwa inilah yang menjadi cikal bakal gerakan Reformasi Gereja di Eropa dan meluas
ke seluruh dunia yang selanjutnya melahirkan gagasan atau kepercayaan Protestantisme.
Luther menilai begitu banyak penyalahgunaan yang telah dilakukan oleh pihak Gereja
Katolik terhadap ajaran Kristiani seperti, penjualan indulgensi, penyimpangan sakramen
suci, mitologisasi dan takhayul, bahkan praktik korupsi berupa pajak yang membebani
masyarakat.
Jatuhnya konstantinopel
Konstantinopel adalah tempat yang strategis untuk berdagang dan Turki Usmani ingin
menaklukkannya. Akibatnya, para pedagang dan pembeli tidak bisa lagi masuk ke kota
tersebut. Setelah ditaklukkannya Konstantinopel, bangsa Eropa menjadi bingung harus
mencari ke mana untuk memenuhi komoditas rempah-rempah, padahal di masa itu
rempah-rempah sangat tinggi nilai jualnya di Eropa. Kemudian bangsa Eropa mulai
melirik Indonesia, karena keberadaan Indonesia sebagai penghasil rempah-rempah
terbaik mulai terdengar bangsa Eropa.
16. Pengakuan kemerdekaan Indonesia // Faktor apa saja negara lain mau
mengakui kemerdekaan Indonesia
Syarat terbentuknya negara
a. Unsur konsitutif: wilayah, rakyat, dan pemerintah yang berdaulat
b. Unsur deklaratif: pengakuan dari negara-negara lainnya (de jure)
Negara pertama yang memberikan dukungan dan mengakui
kemerdekaan Indonesia: Mesir, Palestina, Lebanon (29 Juli 1947), Suriah (2
Juli 1947), India, Australia, Vatikan
Negara Latar Belakang Bentuk dukungan
Mesir - Persamaan agama (Islam) - 22 Maret 1946 : Mesir mengaku scr de facto
22 Maret - Senasib sepenanggungan (sama2 - 10 Juni 1947 : Perjanjian persahabatan Indo dgn
1946 pernah dijajah) mesir. Pengakuan de jure mendirikan KBRI
- Banyak mahasiswa Indo di Mesir - Mesir mendorong Liga Arab utk mengakui
kemerdekaan Indo
- Pemboikotan buruh di pelabuhan Port Said dan
Terusan Suez trhdp kapal Belanda
- Pemutusan hub.diplomatik dgn Belanda dan
pembentukan perangkat kesehatan utk menolong
korban agresi militer
India - 1946 Indo melakukan Diplomasi - Mengecam Agresi Militer I & II
Maret Beras kpd India. Indo mengirim - Membawa permasalahan Agresi Militer I & II ke
1947 bantaun 500k ton beras saat India Dewan Keamanan PBB
krisis pangan akibat penjajahan - India Menggalang simpati negara-negara Asia melalui
Inggris Konferensi Inter Asia di New Delhi
- Banyak kesamaan : negara jajahan
(India – Inggirs, Indo-Belanda),
rempah melimpah, asal sebutan mata
uang berasal dari bahasa yang sama
(Sansekerta)
Australia -Kedekatan wilayah geografis - 23 Sep 1945 : The Black Armada (pelaut Australia
27 -Saat itu, Pemerintahan Australia dikuasai memboikot kapal2 Belanda)
Desember Partai Buruh - Mengecam Agresi Militer I & II
1947 - Pihak Australia memfasilitasi pemulangan 1.400
tawanan Belanda asal Indo
- Menjadi wakil Indo dalam KTN
- Mendesak PBB utk mengakui kemerdekaan Indo
Palestina - Persamaan agama (Islam) Syekh Muhammad Amin Al-Husain-mufti mengucapkan
29 Juli ucapan selamat pd 6Sept 1944, yg bertepatan pengakuan
1947 JPN atas kemerdekaan Indo, melalui Radio Berlin bahasa
Arab, ke seluruh dunia Islam.
Vatikan Disana ada pendeta dari Jogja yang
6 Juli membantu serta meminta dukungan
1947 Vatikan. Pendeta ini memiliki pengaruh
besar trhdp Vatikan
C. EKONOMI
Penyebab keadaan ekonomi buruk :
1. Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan
dalam KMB.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1M.
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor (pertanian dan perkebunan)
4. Politik keuangan Pemerintah dirancang oleh Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem
ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki
tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan
8. Tidak stabilnya situasi politik shg pengeluaran pemerintah untuk operasi2 keamanan
semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Kebijakan Pengertian Tujuan Dampak
Gunting - Pemotongan nilai uang Menanggulangi - Rakyat kecil tidak dirugikan karena
Syafruddin (sanering) defisit anggaran uang Rp. 2,50 ke atas hanya
- Caranya memotong semua uang sebesar Rp. 5,1 dimiliki orang kelas menengah dan
yang bernilai Rp. 2,50 ke atas Miliar atas
hingga nilainya tinggal - mengurangi jumlah uang yang
setengahnya beredar
- Menggunting uang kertas - Pemerintah mendapat kepercayaan
menjadi dua bagian, bagian dari Belanda dgn mendapat
kanan dan bagian kiri. Guntingan pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
uang kertas bagian kiri tetap
merupakan alat pembayaran
yang sah dengan nilai separuh
dari nilai nominal yang tertera,
sedangkan guntingan uang kertas
bagian kanan ditukarkan dengan
surat obligasi pemerintah yang
dapat dicairkan beberapa tahun
kemudian.
Gerakan - Memberikan bantuan berupa Mengubah Salah satu sumber defisit keuangan.
Benteng kredit dan bimbingan konkret. struktur ekonomi Menkeu, Jusuf Wibisono, memberikan
Ide dr Sumito - Program ini tidak berjalan kolonial bantuan kredit khususnya pada
(Menteri dengan baik karena kebiasaan struktur ekonomi pengusaha dan pedagang nasional dari
Perdagangan) konsumtif pengusaha dalam nasional golongan ekonomi lemah shg
negeri. Dana kredit digunakan (pembangunan produsen dapat menghemat devisa
untuk memenuhi kepentingan ekonomi dengan mengurangi volume impor
pribadinya. Indonesia).
Ali Baba Pemberian kredit dan lisensi dapat bersaing Tidak sesuai dengan harapan
pemerintah untuk pengusaha swasta dengan pengusaha pemerintah karena Indo masih
nasional pribumi. nonpribumi. konsumtif. Akhirnya banyak
perusahan pribumi dijual kepada
nonpribumi.
Nasionalisasi Pemerintah memberhentikan Menaikkan
De Javasche Presiden de Javasche Bank dan pendapatan dan
Bank mengangkat Mr. Syafruddin menurunkan biaya
Prawiranegara sebagai Presiden de ekspor, serta
Javasche Bank yang baru. melakukan
Nasionalisasi de Javasche Bank penghematan
Bank Sentral Bank Indonesia. secara drastis.
Persaingan kesepakatan Finek : Melepaskan diri Banyak pengusaha Belanda yang
Finansial 1. hasil KMB dibubarkan. dari keterikatan menjual perusahaannya, sedangkan
Ekonomi 2. Hubungan Finek Indonesia- ekonomi dengan pengusaha pribumi belum mampu
(Finek) Belanda didasarkan atas Belanda mengambil alih perusahaan Belanda
hubungan bilateral tersebut.
3. Hubungan Finek didasarkan
pada Undang-undang Nasional
Rencana - Masa kabinet Ali Mengatasi RPLT tidak dapat berjalan dengan
Pembanguna Sastroamijoyo II Ketidakstabilan baik disebabkan karena :
n Lima - Dibentuk Badan Perencanaan politik dan 1. Adanya depresi ekonomi di
Tahun Pembangunan Nasional atau ekonomi yang Amerika Serikat dan Eropa
(RPLT) Biro Perancang Negara. menyebabkan Barat mengakibatkan ekspor
- Tugas : merancang merosotnya dan pendapatan negara
pembangunan jangka panjang. ekonomi, inflasi, merosot.
- Ir. Juanda : menteri perancang dan lambatnya 2. Perjuangan pembebasan Irian
nasional. pelaksanaan Barat menimbulkan gejolak
- Biro ini berhasil menyusun pembangunan ekonomi.
Rencana Pembangunan Lima 3. Adanya ketegangan antara
Tahun (RPLT), rencananya pusat dan daerah sehingga
dilaksanakan : 1956-1961 banyak daerah yang
melaksanakan kebijakan
ekonominya masing-masing
Musyawara - Mengubah rencana tidak dapat dilaksanakan dengan baik :
h Nasional pembangunan agar 1. Adanya kesulitan dalam
Pembangun dapat dihasilkan menentukan skala prioritas.
an (Munap) rencana 2. Terjadi ketegangan politik
pembangunan yang tak dapat diredakan.
yang menyeluruh 3. Timbul pemberontakan
untuk jangka PRRI/Permesta.
panjang. 4. Membutuhkan biaya besar
untuk menumpas
pemberontakan sehingga
meningkatkan defisit
Indonesia.
5. Memuncaknya ketegangan
politik Indonesia- Belanda
menyangkut masalah Irian
Barat
Gerakan Oktober 1956, pemerintah melindungi
Asaat menyatakan akan membuat lisensi perekonomian
khusus untuk para pengusaha warga Indonesia
pribumi. asli dari
persaingan dagang
dengan pengusaha
asing khususnya
Tionghoa.
* Cara mengatasi : Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu "
Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa
Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong.
4.Di Sulawesi Selatan
*Terjadi pada tanggal : 17 Agustus 1951
* Tokoh : KaharMuzakar
* Sebab : Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah agar
pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam
Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ( APRIS ). Tuntutan ini ditolak karena harus
melalui penyaringan.
* Cara mengatasi :
1. Operasi Militer
2. Pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga
pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.
5. Di Kalimantan Selatan
* Terjadi pada Bulan oktober 1950
* Tokoh : Ibnu Hajar
* Sebab : Ketidakpuasan terhadap kebijakan mengenai TNI
* Cara mengatasi :
Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan
pendekatan kepada Ibnu Hadjar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan
diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi setelah menyerah
dia kembali melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi sehingga pemerintah akhirnya
menugaskan pasukan ABRI (TNI-POLRI) untuk menangkap ibnu Hadjar. Pada akhir tahun
1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan dihukum mati.
E. PRRI/PERMESTA :
* Awal peristiwa :
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan PRRI) merupakan
salah satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat (Jakarta)
yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958.
*Tokoh : Dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Ahmad Husein di Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
* Sebab :
Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan keinginan akan adanya otonomi
daerah yang lebih luas. Selain itu ultimatum yang dideklarasikan itu bukan tuntutan
pembentukan negara baru maupun pemberontakan, tetapi lebih kepada konstitusi dijalankan.
Pada masa bersamaan kondisi pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi
Belanda. Hal ini juga mempengaruhi hubungan pemerintah pusat dengan daerah serta
menimbulkan berbagai ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada daerah-daerah di
luar pulau Jawa. Dan sebelumnya bibit-bibit konflik tersebut dapat dilihat dengan
dikeluarkannya Perda No. 50 tahun 1950 tentang pembentukan wilayah otonom oleh provinsi
Sumatera Tengah waktu itu yang mencakup wilayah provinsi Sumatera Barat, Riau,
Kepulauan Riau, dan Jambi.
22. Pelajari tokoh-tokoh nasional dari Papua
1. Frans Kaisiepo
3. Silas Papare
4. Marthen Indey
Lahir di Doromena, Papua pada 14 Maret 1912 dan mendapatkan gelar pahlawan nasional
dari Papua pada 1993, ia adalah polisi Belanda yang berbalik mendukung Indonesia. Ketika
sedang menjaga keamanan para tahanan politik di Digul, ia bertemu dengan tahanan seperti
Sugoro Atmoprasojo yang mengubah cara berpikirnya. Marthen kemudian bergabung dengan
organisasi politik bernama Komite Indonesia Merdeka (KIM) pada tahun 1946, yang
kemudian dikenal dengan nama Partai Indonesia Merdeka (PIM). Ketika menjadi ketua, ia
dan beberapa kepala suku Papua menyampaikan protes kepada Belanda yang berencana
untuk memilih Irian Barat dari wilayah kesatuan Indonesia.
Ketika siaga Marthen membelot, Belanda kemudian menangkapnya dan menahannya selama
3 tahun di Digul. Pada tahun 1962 ia bergerilya untuk menyelamatkan anggota RPKAD yang
didaratkan di Papua pada masa Trikora. Ia juga menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi
keinginan kuat penduduk Papua untuk tetap setia pada wilayah NKRI. Berkat piagam itu ia
dikirim untuk ikut Perundingan New York. Setelah itu ia diangkat sebagai anggota MPRS
sejak tahun 1963 - 1968, dan juga diangkat sebagai kontrol diperbantukan pada Residen
Jayapura dengan pangkat Walikota Tituler selama 20 tahun. Marthen wafat di Doromena
pada usia 74 tahun tanggal 17 Juli 1986.
Latar Belakang
Setelah terbentuknya Panitia Pemilihan Umum Pusat, tanggal 16 April 1955, Hadikusumo
mengumumkan pemilihan Umum Parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September
1955. Selama 5 bulan lebih tersebut, partai-partai melakukan kampanye ke berbagai daerah
untuk meningkatkan elektabilitasnya. Beberapa hal yang menjadi latar belakang pelaksanaan
Pemilu 1955, yaitu:
Selang setelah UU Pemilu disahkan, selama bulan Mei hingga November 1954, terdapat
43.104.464 jumlah warga negara yang memenuhi syarat pemilu. Sebanyak 87,65 persen atau
37.875.229 warga negara menggunakan hak suaranya dalam Pemilu 1955. Kemudian, diikuti
oleh 208 daerah kabupaten, 2.193 kecamatan, dan 43.429 desa.
Penyelenggaraan Pemilu 1955 dilaksanakan dalam dua tahap atau gelombang agar menjadi
lebih fokus. Berikut kedua tahap tersebut:
Selanjutnya adalah persebaran kursi yang diperoleh dari keempat partai adalah sebagai
berikut:
Persebaran Kursi DPR
Tidak Partai Persebaran Kursi Konstituante
1. Masyumi 57 112
2. PNI 57 119
3. NU 45 91
4. PKI 39 80
Pemilu 1955 tercatat sebagai salah satu Pemilu dengan tingkat partisipasi suara rakyat
tertinggi, yakni sekitar 87 persen. Itu berarti, lebih dari 37 juta orang memberikan hak
suaranya dari total 43 juta pemilih yang terdaftar. Selain itu, pelaksanaannya berlangsung
dengan aman, tersier, demokratis, dan bahkan tidak menyebabkan konflik sosial.
Sebagai penyelenggaraan yang pertama, tentu Pemilu 1955 tidak luput dari
kekurangannya. Salah satunya mendorong mendorong Dekret Presiden 5 Juli 1959
(Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun 1959 tentang Kembali kepada Undang-Undang
Dasar 1945) yang berisi pembubaran Badan Konstituante dan pergantian Undang-Undang
Dasar dari UUD Sementara 1950 ke UUD '45. Kondisi tersebut menyebabkan berbagai aliran
politik yang sedikit-banyak memengaruhi sistem pemerintah menjadi tidak stabil.
Dalam perjalanannya, bangsa Indonesia telah mengalami banyak perubahan baik secara
konstitusi maupun sistem pemerintahan. Dimana, pasca kemerdekaan tahun 1945, Indonesia
masih mencari sistem pemerintahan yang dirasa sesuai dengan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Salah satu sistem pemerintahan yang pernah diterapkan di Indonesia adalah sistem
Demokrasi Liberal. Demokrasi Liberal sendiri merupakan sistem politik yang melindungi
secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.
Masa demokrasi liberal ini ditandai dengan tumbuh suburnya partai politik dan berlakunya
kabinet parlementer. Dimana, pada masa itu Indonesia sebagai “negara baru” harus banyak
belajar dalam berbagai hal, sehingga negara semakin kuat. Salah satunya dalam bidang
ekonomi, yang akibat sering terjadinya perubahan kabinet berdampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi Indonesia.
Demi memperbaiki kondisi tersebut, beberapa kebijakan ekonomi pun dikeluarkan oleh
pemerintah. Adapun program-program di masa demokrasi liberal itu meliputi Gunting
Starifudi, Program Banteng, Nasionalisasi De Javasche Bank dan Kebijakan Ekonomi Ali-
Baba.,
Gunting Syarifudin
Gunting Syarifudin adalah kebijakan pemotongan nilai uang atau senering yang diambil
Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara. Pada 20 Maret 1950, semua uang yang bernilai
Rp.2,50 keatas dipotong nilainya hingga setengahnya. Hal ini bertujuan guna menanggulangi
deficit anggaran sebesar Rp.5,1 miliar dan bisa mengurangi jumlah uang yang beredar.
Program Benteng
Program Benteng adalah sistem ekonomi yang bertujuan mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional, dengan menumbuhkan pengusaha Indonesia
lewat kredit. Sayangnya, program ini gagal karena pengusaha tak mampu bersaing dan malah
berdampak negative terhadap deficit anggaran yang membengkak menjadi 3 miliar pada
tahun 1952.
Pada tahun 1951, pemerintah menasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
Hal ini dilakukan untuk menaikan pendapatan, menurunkan biaya ekspor, dan menghemat
secara drastis. Dengan nasionalisasi bank yang semula milik Belanda ini maka pemerintah
lebih leluasa dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
Sistem ekonomi Ali Baba ini melibatkan pengusaha pribumi (Ali) dan pengusaha keturunan
Tionghoa (Baba). Lewat program ini, pengusaha keturuanan Tionghoa diwajibkan melatih
tenaga pribumi, dan imbalannya mereka akan mendapat bantuan kredit dan lisensi dari
pemerintah.
Disamping itu, terjadi beberapa krisis politik dimana banyak pergantian kabinet diakibatkan
situasi politik yang tidak stabil. Tercatat ada 7 kabinet pada masa itu yaitu, kabinet Natsir (6
September 1950-21 Maret 1951), Kabinet Sukiman-Suwirjo (26 April 1951-3 April 1952),
Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953), Kabinet Ali Sastroamidjojo (31 Juli 1953-12
Agustus 1955), Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956), Kabinet Ali
Sastroamidjojo II (20 Maret 1956-4 Maret 1957), Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli
1959).
Kebijakan yang menunjukkan kedekatan Indonesia dengan Blok Komunis pada masa ini
adalah:
Pada tahun 1965, Indonesia keluar dari PBB karen PBB menerima Malaysia sebagai anggota.
Saat itu presiden Sukarno memimpin Indonesia menuju "Konfrontasi" menentang
pembentukan Malaysia yang terdiri atas Malaya, Sabah dan Serawak, karena menganggap
bahwa Malaysia adalah kaki tangan imperialis Inggris.
Sebagai protes Indonesia atas hukuman oleh IOC (Komisi Olimpiade Internasional) karena
menolak mengizinkan atlet dari Israel dan Taiwan berlaga di Asian Games 1962, Indonesia
mengadakan GANEFO (Games of New Emerging Forces) pada 10 November 1963 hingga
22 November 1963. Lomba ini diikuti kebanyakan hanya oleh negara-negara Blok Komunis
dalam CONEFO saja.
3. Melakukan politik mercusuar
Contohnya seperti pembangunan gedung CONEFO (sekarang Gedung DPR) dan Monas.
Namun pembangunan ini hanya mengejar gengsi saja dan tidak efektif sebagai kebijakan
fiplomasi. Malah, proyek ini menghabiskan banyak anggaran negara.
Presiden Sukarno menjalin hubungan erat dengan pemimpin negara Komunis seperti Nikita
Kruschev dari Uni Sovyet, Mao Zedong dari China, dan Kim Il Sung dari Korea Utara.
Misalnya, ketika Kim Il Sung datang ke Indonesia, Presiden Sukarno mengajaknya ke Kebun
Raya Bogor dan menghadiahkan bunga anggrek hibrida kepadanya dan menamakan bunga
itu "Kimilsungia".
Selain itu penyebab Indonesia cenderung di blok komunis karena, Negara-negara Blok
Barat menolak memberikan bantuan ekonomi kepada Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin.
26. Demokrasi Terpimpin dalam bidang Ekonomi // Perkonomian Indonesia pada masa
Demokrasi Terpimpin
KEBIJAKAN SANERING MATA UANG
Pengertian
Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang.
Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat
menurun.
Latar belakang
Perkembangan defisit anggaran pada awal pembangunan sistem ekonomi terpimpin
dikarenakan pemerintah tidak dapat meningkatkan penerimaannya untuk membiayai
pengeluaran negara yang semakin meningkat yang dikarenakan realisasi proyek-proyeknya
pemerintah tanpa menyesuaikan diri dengan besarnya pengeluaran negara.
Bank Indonesia kemudian mencetak uang baru untuk memenuhi pinjaman
pemerintah, tetapi tidak berhasil menutup pinjaman tersebut. Uang yang beredar pun semakin
meningkat dengan tidak diimbangi kenaikan harga barang. Akibatnya inflasi semakin
meningkat. Pada 1958, inflasi mencapai 45,76 %. Selain itu, kondisi ekonomi dan keuangan
mengalami kemerosotan dan tidak stabil. Untuk mengurangi inflasi dan, memperbaiki kondisi
ekonomi dan keuangan yang ditinggakan dari masa ekonomi liberal, pemerintah mengambil
kebijakan sanering.
Pelaksanaan
Kebijakan sanering yang dilakukan pemerintah berdasarkan:
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 2/1959 yang dikeluarkan tanggal 25
Agustus 1959 pukul 06.00 pagi.
- Nilai mata uang Rp.1.000 diturunkan menjadi Rp.100
- Rp.500 diturunkan menjadi Rp.50.
- Mata uang seratus rupiah kebawah nilainya tetap.
PENURUNAN NILAI UANG DAN PEMBEKUAN SIMPANAN DI BANK
Latar Belakang
Strukur Ekonomi Indonesia pada waktu itu menjurus kepada sistem etatisme, artinya
segala-galanya diatur dan dipegang oleh pemerintah. Kegiatan-kegiatan ekonomi banyak
diatur oleh peraturan-peraturan pemerintah, sedangkan prinsip-prinsip ekonomi diabaikan.
Akibatnya, defisit dari tahun ke tahun meningkat 40 kali lipat. Dari Rp. 60,5 miliar pada
tahun 1960 menjadi Rp. 2.514 miliar pada tahun 1965. Defisit yang semakin meningkat
ditutup dengan pencetakan uang baru tanpa perhitungan matang. Akibatnya menambah berat
angka inflasi.
Dalam rangka membendung inflasi dan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
di masyarakat, maka pada tanggal 25 Agustus 1959 pemerintah mengumumkan keputusannya
tentang penurunan nilai uang (devaluasi)
Pelaksanaan
- Perpu No. 6 Tahun 1959
Uang kertas pecahan bernilai Rp. 500 menjadi Rp. 50.
Uang kertas pecahan bernilai Rp. 1000 menjadi Rp. 100.
Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp. 25.000
PEMBENTUKAN DEWAN PERANCANG NASIONAL (DEPERNAS) DAN
BADAN PERANCANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada 15 Agustus 1959 yang dipimpin Moh.
Yamin. Dapernas kemudian menyusun program kerjanya berupa pola pembangunan nasional
yang disebut sebagai Pola Pembangunan Semesta Berencana.
POLA PEMBANGUNAN SEMESTA BERENCANA
Pengertian
Pembangunan semesta berencana adalah pembangunan yang bersifat menyeluruh
untuk menuju tercapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Latar Belakang
Pembangunan semesta berencana merupakan salah satu program kerja DAPERNAS,
sebenarnya istilah ini pertama kali sudah digunakan pada TAP MPRS No. II/ MPRS/ 1960
tentang garis – garis besar pola pembangunan nasional semesta berencana.
Pelaksanaan
Pola pembangunan semesta berencana disusun dengan mempertimbangkan faktor
pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan. Perencanaan ini meliputi perencanaan
segala segi pembangunan jasmaniah, rohaniah, tekhnik, mental, etis, dan spiritua berdasarkan
norma - norma dan nilai - nilai yang tersimpul dalam alam adil dan makmur.
Pola pembangunan semesta dan berencana terdiri atas blueprint tripola, yang meliputi
pola proyek pembangunan, pola penjeladan pembangunan, dan pola pembiayaan
pembangunan.
KONSEP JUANDA
Pengertian
Konsep rehabilitasi ekonomi yang disusun oleh tim yang dipimpin oleh Menteri
Pertama Ir. Djuanda.
Latar Belakang
- Keadaan keuangan masa Demokrasi Terpimpin sangat buruk
- Banyaknya uang yang beredar
Pelaksanaan
Konsep Djuanda ini mati sebelum lahir sehingga belum sempat terlaksana. Hal ini
dikarenakan adanya kritikan yang tajam dari PKI sebab dianggap bekerja sama dengan
negara revisionis, Amerika Serikat, dan Yugoslavia.
PANITIA 13
Pengertian
Panitia 13 Adalah sebuah panitia bentukan Presiden Ir. Soekarno untuk mengurus
pembentukan kabinet kabinet pada masa demokrasi terpimpin dimulai dari bentukan
pertamanya yaitu kabinet Natsir. Dinamakan Panitia 13 karena anggotanya berjumlah 13
orang.
Latar Belakang
Panitia 13 ini dibentuk oleh pemerintah sebagai upaya perbaikan ekonomi.
Pelaksanaan
Tahapan pertama, harus menciptakan suasana ekonomi yang bersifat nasional
demokratis yang bersih dari sisa-sisa imperialisme dan kolonialisme. Tahapan ini merupakan
persiapan menuju tahapan kedua yaitu tahap ekonomi sosialis. Beberapa peraturannya
merupakan upaya mewujudkan stabilitas ekonomi nasional dengan menarik modal luar negeri
serta merasionalkan ongkos produksi dan menghentikan subsidi.
DEKON
Pengertian
Deklarasi ekonomi merupakan strategi dasar ekonomi Indonesia dalam rangka
pelaksanaan Ekonomi Terpimpin yang dibentuk oleh panitia 13.
Latar Belakang
Sulitnya memperoleh bantuan modal dan tenaga dari luar negeri sehingga
pembangunan yang direncanakan guna meningkatkan taraf hidup rakyat tidak dapat
terlaksana dengan baik. Sehingga pada tanggal 28 Maret 1963, dikeluarkan landasan baru
guna perbaikan ekonomi secara mengeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon) dengan 14
peraturan pokoknya.
Pelaksanaan
- Menciptakan suasana ekonomi yang bersifat nasional demokratis yang bersih dari
sisa-sisa imperialism dan kolonialisme
- Ekonomi sosialis. Yang berisi upaya mewujudkan stabilitas ekonomi nasional dengan
menarik modal luar negeri serta merasionalkan ongkos produksi dan menghentikan
subsidi.
Masalah dalam Pelaksanaan Dekon
- Peraturan tersebut (dekon) tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah
inflasi
- Dekon mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia
- Kesulitan ekonomi semakin tampak dengan naiknya harga barang mencapai 400%
tahun 1961-1962
- Beban hidup rakyat semakin berat
PROYEK MERCUSUAR
Proyek Mercusuar adalah proyek bermegah-megahan yang dilakukan oleh Presiden Ir.
Soekarno yang pada dasarnya adalah politik dimana Indonesia menjadi pusat dari negara-
negara yang sedang berkembang, dilaksanakan dengan pembangunan secara besar-besaran
dalam negeri tanpa adanya sosial kontrol dan sangat bergantung pada bantuan-bantuan yang
diberikan oleh negara–negara besar serta pada akhirnya Ir. Soekarno membentukan kelompok
– kelompok negara yaitu NEFO dan OLDEFO.
Untuk memfasilitasi Ganefo (Games of the New Emerging Forces) sebagai tandingan
dari Olimpiade, pemerintah membangun proyek besar seperti gedung CONEFO yang
sekarang dikenal sebagai DPR, MPR, DPD DKI Jakarta, Gelora Bung Karno, Hotel
Indonesia, Jembatan Semanggi, pembangunan Monumen Nasional (Monas), dan pusat
pertokoan Sarinah.
27. Kehidupan politik dan ekkonomi dalam masa Orde Baru // pelajari kehidupan politik
pada masa orde baru
Kebijakan Politik Dalam Negeri Indonesia antara lain:
1. Pelaksanaan pemilu 1971
Pemilu yang sudah diatur melalui SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu akan
dilaksanakan pada tahun 1971 ini, berbeda dengan pemilu pada tahun 1955 (orde revolusi
atau orde lama). Pada pemilu ini para pejabat pemerintah hanya berpihak kepada salah satu
peserta Pemilu yaitu Golkar. Golkar lah yang selalu memenangkan pemilu di tahun
selanjutnya yaitu tahun 1977, 1982, 1987, 1992, hingga 1997.
2. Penyederhanaan partai politik
Penyederhanaan partai politik menjadi dua partai dan satu golongan karya yaitu:
3. Dwifungsi ABRI
Dwifungsi ABRI adalah peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan
dan sebagai kekuatan sosial politik. Sebagai kekuatan sosial politik ABRI diarahkan untuk
mampu berperan secara aktif dalam pembangunan nasional. ABRI juga memiliki wakil dalam
MPR yang dikenal sebagai Fraksi ABRI, sehingga kedudukannya pada masa Orde Baru
sangat dominan.
4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4)
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P-4 atau Ekaprasetya
Pancakarsa, bertujuan untuk memberi pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat
mengenai Pancasila. Semua organisasi tidak boleh menggunakan ideologi selain Pancasila,
bahkan dilakukan penataran P4 untuk para pegawai negeri sipil.
5. Menghabisi sisa – sisa G30SPKI
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia antara lain:
1. Indonesia kembali menjadi anggota PBB
Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965.
Pada tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi aktif kembali menjadi anggota PBB.
2. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura dan pemutusan hubungan
dengan Tiongkok
Pada tahun 1965, terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia dan
Singapura. Untuk memulihkan hubungan diplomatik, dilakukan penandatanganan perjanjian
antara Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul
Razak pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan hubungan diplomatik dengan
Singapura melalui pengakuan kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni 1966.
3. Memperkuat Kerja Sama Regional dan Internasional
28. Reformasi (nomor 28-31) // Pelajari era Megawati terutama dalam kasus korupsi di
Indonesia
Megawati dinilai tidak serius dan tidak bervisi dalam memerangi korupsi. Contoh
kasus:
- Penggelapan dan likuiditas BI yang menyebabkan pergerakan nilai mata uang tidak
terkendali
- Kasus penyelewengan APBD oleh 300 anggota DPRD Sumatera Barat tak membuat
Presiden Megawati tergerak mengizinkan pemerikasaan terhadap Gubernur Zainal
Bakar.
- Isu suap di Komisi IX DPR dalam kasus divestasi Bank Niaga pada tahun 2002 oleh
Badan Penyehatan Perbankan Nasional dengan besaran 1,000 – 15,000 dollar AS.
- Kasus Jaksa Agung MA Rachman yang menyembunyikan kekayannya dalam laporan
kepada Komisi Pemeriksa Kekayaan Pelenggara Negara
29. Masih dalam era Megawati // Pelajari tentang pemilu 2004
Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu pertama dimana untuk pertama kalinya
masyarakat pemilik hak suara dapat memilih wakil rakyat mereka di tingkat pusat dan daerah
secara langsung. Pemilu untuk memilih anggota legislatif tersebut selanjutnya diikuti dengan
pemihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden yang juga dipilih langsung oleh
rakyat. Pemilihan anggota legislatif dan pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden
memiliki keterkaitan erat karena setelah pemilu legislatif selesai, maka partai yang memiliki
suara lebih besar atau sama dengan tiga persen dapat mencalonkan pasangan calon presiden
dan wakil presidennya untuk maju ke pemilu presiden.
Jika dalam pemilu presiden dan wakil presiden terdapat satu pasangan yang
memperoleh suara lebih dari 50%, maka pasangan tersebut dinyatakan sebagai pasangan
pemenang pemilu presiden. Jika pada pemilu presiden tidak terdapat pasangan yang
mendapatkan suara lebih dari 50%, maka pasangan yang mendapatkan suara tertinggi
pertama dan kedua berhak mengikuti pemilu presiden putaran kedua. Pemilu legislatif 2004
yang diselenggarakan pada tanggal 5 April 2004 diikuti oleh 24 partai politik. Lima partai
politik yang berhasil mendapatkan suara terbanyak adalah:
1. Partai Golkar (24.480.757 atau 21,58% suara),
2. PDI-P (21.026.629 atau 18,53% suara),
3. PKB (11.989.564 atau 10,57% suara),
4. PPP (9.248.764 atau 8.15% suara),
5. Partai Demokrat (8.455.225 atau 7,45%),
6. Partai Keadilan Sejahtera (8.325.020 atau 7,34% suara) dan
7. PAN (303.324 atau 6,44% suara).
Berdasarkan perolehan suara tersebut, KPU meloleskan lima pasangan calon presiden
dan wakil presiden vang dianggap mamer persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan
Keputusan KPU No. 36 Tahun 2004 untuk mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden
yakni:
1) Nomor urut 1: H. Wiranto, S.H. dan Ir. H. Salahuddin Wahid (calon dari partai
Golkar).
2) Nomor urut 2: Hj. Megawati Soekarmoputri dan K.H. Ahmad Hasyim Muzadi
(calon dari PDI-P).
3) Nomor urut 3: Prof. Dr. H.M. Amien Rais dan Dr. Ir. H. Siswono Yudhohusodo
(calon dari PAN).
4) Nomor urut 4: H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. Muhammad Jusuf Kalla
(calon dari Partai Demokrat).
5) Nomor Urut 5: Dr. H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar. M. Se (calon dari PPP)
Pemilu presiden yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2004 belun menghasilkan
satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang mendapatkan suara lebih dari
50% sehingga pemilu presiden diselenggarakan dalam dua putaran. Dalam pemilu presiden
putaran kedua yang diselenggarakan pada tanggal 20 September 2004, pasangan H. Susilo
Bambang Yudhoyeno dan Drs. Muhammad Jusuf Kalla mengungguli pasangan Hj. Megawati
Soekarnoputri dan K.H. Ahmad Hasyim Muzadi. Pada pemilu putaran kedua tersebut,
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperoleh 62.266.350 suara atau
60,62% sementara pasangan Hj. Megawati Soekarnoputri dan K.H. Ahmad Hasvim Muzadi
memperoleh 44.990.704 suara atau 39.38%
30. Pelajari mengenai era SBY
Wakil Presiden: Jusuf Kalla dan Boediono
Nama Kabinet: Indonesia Bersatu (Jilid 1 dan 2)
Jumlah Menteri: 34 Menteri + 1 Sekretaris Kabinet
a. 21 Menteri Departemen,
b. 10 Menteri Negara,
c. 3 Menteri Koordinator.
d. 3 Pejabat Setingkat Menteri
Partai anggota: Golkar, Partai Demokrat, PKB, PBB, PPP, PAN, PKS, PKPI, Independen.
Peristiwa Penting:
- KASUS BANK CENTURY
Merupakan salah satu kasus korupsi dan penggelapan dana nasabah terbesar di Indonesia
- TSUNAMI ACEH
Menewaskan ratusan ribu orang dan menghilangkan tempat tinggal warga
- KETUA ASEAN 2011
Indonesia menjabat sebagai Ketua ASEAN 2011 selepas KTT ASEAN di Hanoi, Vietnam.
- KASUS KPK
Seperti konfrontasi “Cicak-Buaya”, kasus Antasari Azhar, mafia koruptor Gayus Tambunan,
dan kader partai Demokrat (Angelina Sondakh; Anas Urbaningrum)
Pada masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kebijakan
kontroversial pertama presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM. Kebijakan ini
dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke
subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan
kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan
berbagai masalah sosial. Kebijakan-kebijakan lain yang dilakukan pada masa SBY antara
lain:
a. Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.
b. Konversi minyak tanah ke gas.
c. Pembayaran utang secara bertahap kepada badan PBB.
d. Buy back saham BUMN
e. Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil.
f. Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
g. Meningkatkan sektor pariswisata dengan mencanangkan “Visit Indonesia 2008″.
h. Pemberian bibit unggul pada petani.
i. Pemberantasan korupsi melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Ikatan rumpun padi melambangkan harapan para tokoh pendiri ASEAN agar
asosiasi ini secara bersama-sama terikat dalam persahabatan dan
kesetiakawanan sosial.
Lingkaran melambangkan kesatuan ASEAN.
Prasasti Kedu ( Prasasti Mantyasih ) berangka tahun 907 M mencantumkan silsilah raja-raja
yang memerintah di Kerajaan Mataram. Prasasti Kedu dibuat pada masa Raja Rakai Dyah
Balitung. Adapun silsilah raja-raja yang pernah memerintah di Mataram yaitu sebagai
berikut.
Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno umumnya bercocok tanam, berternak, dan melakukan
perdagangan ke berbagai daerah untuk kegiatan perekonomiannya. Namun jika dilihat
melalui letak geografisnya, kecil kemungkinan kegiatan berdagang rakyat Mataram dilakukan
melalui laut.
Dalam bidang kebudayaan, Mataram Kuno banyak menghasilkan karya yang berupa candi.
Candi yang dihasilkan merupakan hasil dari akulturasi agama Hindu-Budha yang telah
berkembang. Kerajaan Mataram Kuno terus berkembang dan mencapai puncak kejayaan
ketika para pemimpin melakukan pembangunan candi. Rakai Pinangkaran memulai
pembangunan komplek besar Candi Borobudur dan Candi Sewu yang bercorak agama
Buddha. Kemudian disusul dengan Rakai Pikatan yang mulai membangun Candi Prambanan
sebagai komplek percandian terbesar agama Hindu.