Trade Area )
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Organisasi AFTA” yang mana
makalah ini kami buat sebagai tugas pembahasan materi pada Pembelajaran IPS tentang
ekonomi.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka guna penyempurnaan isi makalah ini saya mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari Para Pembaca. Dan kami mengharapkan agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi yang membaca, baik dalam hal pengetahuan maupun yang lainnya.
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
a. Latar Belakang................................................................................................... 1
b. Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
c. Manfaat Penulisan............................................................................................. 2
d. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 2
a. Sejarah AFTA.................................................................................................... 2
b. Pengertian AFTA............................................................................................... 3
c. Skema Cept-AFTA............................................................................................ 4
d. Tujuan Pembentukan AFTA.............................................................................. 4
e. Penerapan AFTA Secara Penuh ................................................................ 5
f. Dampak AFTA .........................................................................................5
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu kriteria
penilaian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang Ekonomi serta untuk mengetahui
mengenai AFTA sebagai organisasi kerja sama internasional.
C. Manfaat Penulisan
Yang Menjadi Pokok Permasalahan Dari Makalah Ini Antara Lain Sebagai Berikut :
1. Bagaimana sejarah organisasi AFTA ?
2. Pengertian AFTA ?
3. Bagaimana skema Cept-AFTA ?
4. Apa tujuan pembentukan AFTA ?
5. Bagaimana penerapan AFTA secara penuh ?
6. Apa saja dampak dari AFTA ?
BAB II
PEMBAHASAN
Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan mengkonsumsi lebih banyak
dibandingyang dapat diproduksinya sendiri. Namun dalam konsep perdagang tersebut tidak
ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non-tarif bagi negara –
negaraASEAN melalui skema CEPT-AFTA. Common Effective Preferential Tarif Scheme
(CEPT) adalah program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang
disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama
anggota biaya operasional mampu ditekan sehingga akan menguntungkan.
C. Skema CEPT-AFTA
Pada pelaksanaan perdagangan bebas khususnya di Asia Tenggara yang tergabung
dalam AFTA proses perdagangan tersebut tersistem pada skema CEPT-AFTA. Common
Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan tarif dan
penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN.
Dalam skema CEPT-AFTA barang – barang yang termasuk dalam tariff scheme adalah
semua produk manufaktur, termasuk barang modal dan produk pertanian olahan, serta
produk-produk yang tidak termasuk dalam definisi produk pertanian. (Produk-produk
pertanian sensitive dan highly sensitive dikecualikan dari skema CEPT). Dalam skema
CEPT, pembatasan kwantitatif dihapuskan segera setelah suatu produk menikmati konsesi
CEPT, sedangkan hambatan non-tarif dihapuskan dalam jangka waktu 5 tahun setelah suatu
produk menikmati konsensi CEPT.
Oleh karena itu, penerapan AFTA guna meningkatkan perdagangan antar anggota juga
memiliki beberapa persyaratan produk yang harus dipenuhi yaitu :
1) Produk yang bersangkutan harus sudah masuk dalam Inclusion List (IL) dari Negara
eksportir maupun importir.
2) Produk tersebut harus mempunyai program penurunan tarif yang disetujui oleh Dewan
AFTA (AFTA Council);
3) Produk tersebut harus memenuhi persyaratan kandungan lokal 40%. Suatu produk dianggap
berasal dari negara anggota ASEAN apabila paling sedikit 40% dari kandungan bahan
didalamnya berasal dari negara anggota ASEAN.
F. Dampak AFTA
Ada banyak dampak suatu perjanjian perdagangan bebas, antara lain spesialisasi dan
peningkatan volume perdagangan. Sebagai contoh, ada dua negara yang dapat memproduksi
dua barang, yaitu A dan B, tetapi kedua negara tersebut membutuhkan barang A dan B untuk
dikonsumsi.
Secara teoretis, perdagangan bebas antara kedua negara tersebut akan membuat
negara yang memiliki keunggulan komparatif (lebih efisien) dalam memproduksi barang A
(misalkan negara pertama) akan membuat hanya barang A, mengekspor sebagian barang A
ke negara kedua, dan mengimpor barang B dari negara kedua.
Sebaliknya, negara kedua akan memproduksi hanya barang B, mengekspor sebagian
barang B ke negara pertama, dan akan mengimpor sebagian barang A dari negara pertama.
Akibatnya, tingkat produksi secara keseluruhan akan meningkat (karena masing-masing
negara mengambil spesialisasi untuk memproduksi barang yang mereka dapat produksi
dengan lebih efisien) dan pada saat yang bersamaan volume perdagangan antara kedua negara
tersebut akan meningkat juga (dibandingkan dengan apabila kedua negara tersebut
memproduksi kedua jenis barang dan tidak melakukan perdagangan).
Saat ini AFTA sudah hampir seluruhnya diimplementasikan. Dalam perjanjian
perdagangan bebas tersebut, tarif impor barang antarnegara ASEAN secara berangsur-angsur
telah dikurangi. Saat ini tarif impor lebih dari 99 persen dari barang-barang yang termasuk
dalam daftar Common Effective Preferential Tariff (CEPT) di negara-negara ASEAN-6
(Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) telah diturunkan menjadi 5
persen hingga 0 persen.
Sesuai dengan teori yang dibahas di atas, AFTA tampaknya telah dapat meningkatkan
volume perdagangan antarnegara ASEAN secara signifikan. Ekspor Thailand ke ASEAN,
misalnya, mengalami pertumbuhan sebesar 86,1 persen dari tahun 2000 ke tahun 2005.
Sementara itu, ekspor Malaysia ke negara-negara ASEAN lainnya telah mengalami kenaikan
sebesar 40,8 persen dalam kurun waktu yang sama.
Adanya AFTA telah memberikan kemudahan kepada negara-negara ASEAN untuk
memasarkan produk-produk mereka di pasar ASEAN dibandingkan dengan negara-negara
non-ASEAN. Untuk pasar Indonesia, kemampuan negara-negara ASEAN dalam melakukan
penetrasi pasar kita bahkan masih lebih baik dari China. Hal ini terlihat dari kenaikan pangsa
pasar ekspor negara ASEAN ke Indonesia yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kenaikan pangsa pasar China di Indonesia.
Pada tahun 2001 pangsa pasar ekspor negara-negara ASEAN di Indonesia mencapai 17,6
persen. Implementasi AFTA telah meningkatkan ekspor negara-negara ASEAN ke Indonesia.
Akibatnya, pangsa pasar ASEAN di Indonesia meningkat dengan tajam. Dan pada tahun
2005 pangsa pasar negara-negara ASEAN di Indonesia mencapai 29,5 persen.
Berbeda dengan anggapan kita selama ini bahwa ternyata daya penetrasi produk-
produk China di Indonesia tidak setinggi daya penetrasi produk-produk negara ASEAN. Pada
tahun 2001 China menguasai sekitar 6,0 persen dari total impor Indonesia. Pada tahun 2005
baru mencapai 10,1 persen, masih jauh lebih rendah dari pangsa pasar negara-negara
ASEAN. Jadi, saat ini produk-produk dari negara ASEAN lebih menguasai pasar Indonesia
dibandingkan dengan produk-produk dari China.
Sebaliknya, berbeda dengan negara-negara ASEAN yang lain, tampaknya belum
terlalu diperhatikan potensi pasar ASEAN, dan lebih menarik dengan pasar-pasar tradisional,
seperti Jepang dan Amerika Serikat. Hal ini terlihat dari pangsa pasar ekspor kita ke negara-
negara ASEAN yang tidak mengalami kenaikan yang terlalu signifikan sejak AFTA
dijalankan. Pada tahun 2000, misalnya, pangsa pasar ekspor Indonesia di Malaysia mencapai
2,8 persen. Dan pada tahun 2005 hanya meningkat menjadi 3,8 persen. Hal yang sama terjadi
di pasar negara-negara ASEAN lainnya.
Produsen internasional tidak harus mempunyai pabrik di setiap negara untuk dapat
menyuplai produknya ke negara-negara tersebut. Produsen internasional dapat memilih satu
negara di kawasan ini untuk dijadikan basis produksinya dan memenuhi permintaan
produknya di negara di sekitarnya dari negara basis tersebut. Turunnya tarif impor
antarnegara ASEAN membuat kegiatan ekspor-impor antarnegara ASEAN menjadi relatif
lebih murah dari sebelumnya. Tentunya negara yang dipilih sebagai negara basis suatu
produk adalah yang dianggap dapat membuat produk tersebut dengan lebih efisien
(spesialisasi).
Negara-negara di kawasan ini tentunya berebut untuk dapat menjadi pusat produksi
untuk melayani pasar ASEAN karena semakin banyak perusahaan yang memilih negara
tersebut untuk dijadikan pusat produksi, akan semakin banyak lapangan kerja yang tersedia.
Sayangnya, Indonesia tampaknya masih tertinggal dalam menciptakan daya tarik untuk
dijadikan pusat produksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerja Sama Ekonomi Internasional Mempunyai Cakupan Yang Lebih Luas Daripada
Perdagangan Internasional. Dengan Demikian Kerja Sama Ekonomi Internasional Adalah
Hubungan Antara Suatu Negara Dengan Negara Lainnya Dalam Bidang Ekonomi Melalui
Kesepakatan – Kesepakatan Tertentu, Dengan Memegang Prinsip Keadilan Dan Saling
Menguntungkan.
Dalam Era Globalisasi Saat Ini, Pelaksanaan Pembangunan Di Indonesia Dan Negara –
Negara Lain Berkaitan Erat Dengan Komitmen – Komitmen Global Dalam Bidang Ekonomi,
Perdagangan, Transaksi Keuangan, Dan Lain – Lain. Indonesia Adalah Anggota PBB Dan
Berbagai Lembaga Lain Di Bawahnya, Serta Di Gerakan Non – Blok.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana
tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara
anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA. Sebagai contoh dari keanggotaan AFTA
adalah sebagai berikut, Vietnam menjual sepatu ke Thailand, Thailand menjual radio ke
Indonesia, dan Indonesia melengkapi lingkaran tersebut dengan menjual kulit ke Vietnam.
Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan mengkonsumsi lebih banyak
dibandingyang dapat diproduksinya sendiri. Namun dalam konsep perdagang tersebut tidak
ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non-tarif bagi negara –
negaraASEAN melalui skema CEPT-AFTA. Common Effective Preferential Tarif Scheme
(CEPT) adalah program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang
disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama
anggota biaya operasional mampu ditekan sehingga akan menguntungkan.
B. Saran
Penulis hanya mau menyarankan kepada para pembaca sekalian bahwa kerjasama
antar suatu negara dengan negara lain itu sangat di pentingkan, dalam hal ini untuk kemajuan
ekonomi bangsa. Dapat kita lihat betapa entingnya organisasi AFTAyang di dirikan dengan
tujuan tertentu khususnya dalam perdagangan bebas sehingga masyarakat suatu negara
tersebut dapat menjual produknya ke lingkungan yang luas. Jadi, betapa pentingnya suatu
organisasi yang mengatur perekonomian secara global.