Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Analisis Yuridis Pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC)


dalam Konteks Perdagangan Regional Asia

Dosen Pengampuh : Drs. Ukas, S.H., M.Hum.

Oleh:
Meri Yantika (210710010)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis senantiasa panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini berjudul “Analisis Yuridis
Pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) dalam Konteks Perdagangan Regional
Asia”. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi persyaratan untuk memperoleh nilai tugas Mandiri pada mata kuliah Hukum
Perdagangan Internasional Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Putera Batam. Penulis
berharap semoga karya ilmiah ini memberikan dampak baik dan berguna bagi kita semua.
Penulis pun menyadari didalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif untuk mencapai
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca.

Batam, 20 Mei 2023

Meri Yantika

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
I. Pendahuluan ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan..................................................................................... 3
1.4 Metode Penelitian ........................................................................................................ 4
II. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 5
2.1 Definisi AEC ................................................................................................................ 5
2.2 Mekanisme Implementasi AEC ................................................................................... 5
2.3 Perkembangan Perdagangan Regional Asia ................................................................ 6
2.4 Hambatan dan Tantangan Pelaksanaan AEC dalam Konteks Perdagangan Regional Asia
...................................................................................................................................... 9
III. Implementasi ASEAN Economic Community (AEC) ............................................ 10
3.1 Perkembangan Implementasi AEC .............................................................................. 10
3.2 Keuntungan dan Tantangan Implementasi AEC .......................................................... 12
IV. Analisis Yuridis Pelaksanaan AEC dalam Konteks Perdagangan Regional Asia
...................................................................................................................................... 14
4.1 Peran dan Kontribusi AEC dalam Perdagangan Regional Asia .................................. 14
4.2 Dampak Pelaksanaan AEC terhadap Negara-negara Anggota ASEAN dan Negara Mitra
Dagang di Asia ............................................................................................................. 15
4.3 Evaluasi Pelaksanaan AEC dari Perspektif Hukum Internasional ............................... 16
V. Kesimpulan ................................................................................................................. 18
1. Kesimpulan .................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

iii
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu inisiatif integrasi ekonomi yang
diluncurkan oleh negara-negara anggota ASEAN pada tahun 2015. AEC bertujuan untuk
menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang terintegrasi di wilayah ASEAN, serta
meningkatkan daya saing ekonomi di tingkat regional dan global. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut, AEC menekankan pada liberalisasi perdagangan di antara negara-negara anggota,
termasuk penghapusan hambatan tarif dan non-tarif serta harmonisasi kebijakan ekonomi.
ASEAN Economic Community (AEC) secara resmi didirikan pada tanggal 31 Desember 2015,
sebagai bagian dari pembangunan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. Namun, ide untuk
membentuk kawasan perdagangan bebas di ASEAN telah ada sejak tahun 1992, ketika ASEAN
menandatangani Deklarasi Bangkok yang berisi komitmen untuk membentuk Kawasan
Perdagangan Bebas ASEAN pada tahun 2020.
Proses menuju pembentukan AEC kemudian dipercepat pada tahun 2007, ketika para pemimpin
ASEAN menandatangani Persetujuan ASEAN tentang AEC Blueprint, yang berisi rencana aksi
dan roadmap untuk menciptakan kawasan perdagangan bebas di ASEAN. Blueprint ini
menguraikan tujuan, prinsip, dan pilar-pilar utama AEC serta memberikan panduan bagi negara-
negara anggota ASEAN dalam mengimplementasikan AEC.
Pembentukan AEC merupakan hasil kerja sama antara negara-negara anggota ASEAN, yaitu
Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura,
Thailand, dan Vietnam. Secara kolektif, negara-negara anggota ASEAN berupaya untuk
membangun kawasan perdagangan bebas yang efektif dan efisien di kawasan ASEAN, serta
meningkatkan daya saing ekonomi dan kesejahteraan masyarakat ASEAN secara keseluruhan.
Dasar hukum ASEAN Economic Community (AEC) dapat ditemukan dalam dokumen
Konstitusi ASEAN, yaitu Piagam ASEAN, yang ditandatangani oleh seluruh negara anggota
pada 8 Agustus 1967. Pasal 1 Piagam ASEAN menyatakan bahwa tujuan organisasi ini adalah
untuk mempromosikan kerja sama antarnegara anggota dengan cara menciptakan kawasan
perdagangan bebas dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat ASEAN.
Selanjutnya, AEC secara resmi dinyatakan dalam Komunike Bali yang dikeluarkan oleh
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-19 pada tahun 2011. Komunike tersebut menguraikan
tujuan, prinsip, dan pilar-pilar utama AEC serta memberikan roadmap untuk implementasi AEC.
Implementasi AEC dilakukan melalui berbagai instrumen hukum dan perjanjian antarnegara
anggota ASEAN, seperti Perjanjian ASEAN tentang Perdagangan Barang (AFTA), Perjanjian
ASEAN tentang Perdagangan Jasa (AFAS), dan Perjanjian Investasi ASEAN (AIA), serta
melalui koordinasi kebijakan dan harmonisasi peraturan di antara negara-negara anggota
ASEAN.
Selain itu, AEC juga didukung oleh berbagai kerangka kerja kerja sama regional dan
internasional, seperti kerjasama ASEAN dengan China, Jepang, dan Korea (ASEAN+3),
Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Kerangka

1
kerja kerja sama tersebut memberikan dukungan dan bantuan teknis dalam implementasi AEC
dan meningkatkan keterkaitan ekonomi ASEAN dengan ekonomi global.
ASEAN Economic Community (AEC) memiliki empat pilar utama, yaitu:
1. Single Market and Production Base (pasar tunggal dan basis produksi): menciptakan
pasar tunggal di antara negara-negara ASEAN dan meningkatkan basis produksi melalui
pengembangan sektor-sektor yang strategis.
2. Competitive Economic Region (kawasan ekonomi yang kompetitif): mengembangkan
pasar yang kompetitif di antara negara-negara ASEAN dengan meningkatkan efisiensi
ekonomi dan mengurangi hambatan perdagangan.
3. Equitable Economic Development (pembangunan ekonomi yang merata): memperkuat
kesejahteraan ekonomi dan sosial di seluruh kawasan ASEAN dengan memperluas akses
ke peluang ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang inklusif.
4. Integration into the Global Economy (integrasi ke dalam ekonomi global): meningkatkan
keterkaitan ekonomi dengan ekonomi global melalui kerjasama internasional dan
perdagangan luar negeri.
Implementasi AEC masih terus berlangsung, dan negara-negara ASEAN terus bekerja sama
untuk mencapai tujuan-tujuan AEC. Dengan terciptanya pasar tunggal ASEAN yang terintegrasi
dan lebih terbuka, diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi negara-
negara anggota ASEAN dan meningkatkan daya saing mereka di kancah internasional.
Analisis yuridis pelaksanaan AEC dalam konteks perdagangan regional Asia dapat dimaknai
sebagai kajian tentang bagaimana negara-negara anggota ASEAN melaksanakan komitmen-
komitmen mereka dalam AEC, terutama terkait dengan liberalisasi perdagangan dan harmonisasi
kebijakan ekonomi. Dalam konteks perdagangan regional Asia, AEC menjadi salah satu faktor
penting dalam meningkatkan integrasi ekonomi antara ASEAN dengan negara-negara di Asia,
terutama Cina, Jepang, dan Korea Selatan yang merupakan mitra dagang utama ASEAN.
Dalam konteks ini, analisis yuridis pelaksanaan AEC juga akan melihat dampak implementasi
AEC terhadap perdagangan regional Asia, baik secara positif maupun negatif. Selain itu, analisis
ini juga dapat melihat peran lembaga-lembaga yang terlibat dalam AEC, seperti ASEAN
Secretariat, ASEAN Free Trade Area Council, dan ASEAN Coordinating Committee on Services,
dalam memfasilitasi pelaksanaan AEC.
Dalam konteks perdagangan regional Asia yang semakin kompetitif, implementasi AEC menjadi
kunci penting bagi negara-negara anggota ASEAN untuk meningkatkan daya saing ekonomi
mereka. Oleh karena itu, analisis yuridis pelaksanaan AEC dalam konteks perdagangan regional
Asia menjadi penting untuk memahami bagaimana ASEAN dan negara-negara mitra dagang di
Asia dapat memanfaatkan potensi integrasi ekonomi untuk memperkuat kerja sama regional dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah Asia.
Selain itu, analisis yuridis pelaksanaan AEC dalam konteks perdagangan regional Asia juga
dapat melihat tantangan yang dihadapi oleh negara-negara anggota ASEAN dalam melaksanakan
komitmen AEC, seperti masalah harmonisasi peraturan dan standar yang berbeda-beda antara

2
negara anggota, serta perlunya peningkatan infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia
untuk mendukung integrasi ekonomi.
Di sisi lain, implementasi AEC juga dapat membawa manfaat bagi negara-negara mitra dagang
di Asia, seperti peningkatan akses pasar dan investasi di ASEAN, serta peluang untuk
memperkuat kerja sama ekonomi dan memperkuat hubungan politik di antara negara-negara di
wilayah Asia.
Dalam konteks perdagangan regional Asia yang semakin dinamis dan kompleks, analisis yuridis
pelaksanaan AEC dapat memberikan wawasan yang penting bagi para pengambil keputusan,
akademisi, dan pihak-pihak yang terkait dengan perdagangan dan integrasi ekonomi di Asia.
Melalui analisis ini, diharapkan dapat ditemukan solusi-solusi yang tepat untuk meningkatkan
pelaksanaan AEC dan memperkuat integrasi ekonomi di wilayah Asia secara keseluruhan.
Selain itu, implementasi AEC juga memperkuat posisi ASEAN sebagai salah satu kekuatan
ekonomi terbesar di Asia dan di dunia. Potensi pasar tunggal ASEAN yang besar dan terintegrasi,
serta populasi yang berjumlah lebih dari 650 juta orang, menjadikan ASEAN sebagai pasar yang
sangat menarik bagi investor asing. Hal ini dapat meningkatkan investasi asing langsung di
ASEAN, yang pada gilirannya dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
menciptakan lapangan kerja di wilayah ASEAN.
Namun demikian, implementasi AEC juga memunculkan beberapa masalah dan tantangan,
terutama dalam hal perlindungan konsumen dan lingkungan, serta kebijakan persaingan yang
sehat. Oleh karena itu, analisis yuridis pelaksanaan AEC dalam konteks perdagangan regional
Asia juga harus mempertimbangkan masalah-masalah ini, serta menemukan cara untuk
mengatasi tantangan-tantangan tersebut tanpa mengorbankan tujuan utama AEC.
Dalam kesimpulannya, analisis yuridis pelaksanaan AEC dalam konteks perdagangan regional
Asia penting untuk memahami bagaimana AEC dapat memperkuat integrasi ekonomi di wilayah
Asia, meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara anggota ASEAN, serta meningkatkan
kerja sama ekonomi di antara negara-negara mitra dagang di Asia. Melalui analisis ini,
diharapkan dapat ditemukan solusi-solusi yang tepat untuk memperkuat pelaksanaan AEC dan
mengatasi tantangan-tantangan yang terkait dengan integrasi ekonomi di wilayah Asia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana implementasi ASEAN Economic Community (AEC) dalam konteks
perdagangan regional Asia?
2. Apa saja keuntungan dan tantangan dalam pelaksanaan AEC dalam konteks perdagangan
regional Asia?
3. Bagaimana dampak pelaksanaan AEC terhadap negara-negara anggota ASEAN dan
negara mitra dagang di Asia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan Penulisan:

3
• Untuk menganalisis implementasi ASEAN Economic Community (AEC) dalam konteks
perdagangan regional Asia.
• Untuk mengevaluasi keuntungan dan tantangan dalam pelaksanaan AEC dalam konteks
perdagangan regional Asia.
• Untuk mengidentifikasi dampak pelaksanaan AEC terhadap negara-negara anggota
ASEAN dan negara mitra dagang di Asia.
Manfaat Penulisan:
• Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang implementasi AEC dan dampaknya
terhadap perdagangan regional Asia.
• Memberikan informasi tentang keuntungan dan tantangan dalam pelaksanaan AEC dalam
konteks perdagangan regional Asia.
• Memberikan wawasan tentang dampak pelaksanaan AEC terhadap negara-negara
anggota ASEAN dan negara mitra dagang di Asia.

1.4 Metode Penelitian


1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah pendekatan yuridis-konseptual,
yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menganalisis berbagai konsep hukum dan peraturan
yang berlaku terkait dengan implementasi AEC dalam konteks perdagangan regional Asia.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam makalah ini adalah data sekunder yang diambil dari literatur
dan dokumen terkait dengan implementasi AEC dan perdagangan regional Asia, seperti buku,
jurnal, artikel, dan dokumen resmi dari ASEAN.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam makalah ini adalah studi literatur atau studi
dokumen, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membaca dan mengumpulkan data dari
berbagai literatur dan dokumen terkait.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam makalah ini adalah metode analisis deskriptif-
kualitatif, yaitu metode analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan
berbagai data dan informasi yang diperoleh dari sumber data.

4
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi AEC
AEC adalah kependekan dari ASEAN Economic Community, yaitu sebuah inisiatif ekonomi
yang diluncurkan oleh negara-negara anggota ASEAN pada tahun 2015. AEC bertujuan untuk
meningkatkan integrasi ekonomi antara negara-negara anggota ASEAN melalui pembentukan
pasar tunggal dan produksi tunggal. Dengan adanya AEC, diharapkan terjadi liberalisasi
perdagangan, investasi, dan pergerakan tenaga kerja di antara negara-negara anggota ASEAN.
AEC juga bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas di kawasan ASEAN agar
dapat bersaing dalam perdagangan global dan mendapatkan manfaat yang lebih besar dari
globalisasi ekonomi.
Implementasi AEC melibatkan berbagai aspek ekonomi seperti perdagangan barang dan jasa,
investasi, pembukaan pasar, fasilitasi perdagangan, pengembangan sumber daya manusia, dan
kerja sama ekonomi. Seiring dengan implementasi AEC, diharapkan tercipta iklim investasi yang
lebih menarik, penguatan sektor ekonomi, peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja,
serta peningkatan daya saing di kawasan ASEAN. Dalam pelaksanaannya, AEC didukung oleh
berbagai instrumen kebijakan seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN Investment
Area (AIA), dan ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS).
Namun, dalam implementasinya, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi seperti
perbedaan kebijakan dan regulasi di antara negara-negara anggota, ketidaksetaraan pembangunan
ekonomi, dan rendahnya tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena
itu, evaluasi dan analisis terhadap pelaksanaan AEC sangat penting dilakukan untuk memastikan
kesuksesan dan efektivitas inisiatif ekonomi ini dalam mewujudkan tujuan integrasi ekonomi di
kawasan ASEAN.

2.1 Mekanisme Implementasi AEC


Mekanisme Implementasi AEC mencakup berbagai kebijakan dan instrumen yang digunakan
untuk mencapai tujuan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. Berikut adalah beberapa
mekanisme implementasi AEC yang penting untuk dipahami:
1. ASEAN Free Trade Area (AFTA) AFTA merupakan perjanjian perdagangan bebas yang
ditandatangani oleh negara-negara anggota ASEAN pada tahun 1992 dengan tujuan
meningkatkan perdagangan di antara negara-negara anggota. AFTA menghilangkan tarif
bea masuk bagi barang-barang yang diperdagangkan di antara negara-negara anggota,
sehingga memberikan keuntungan bagi produsen dan konsumen di kawasan ASEAN.
2. ASEAN Investment Area (AIA) AIA merupakan kerangka kerja yang dirancang untuk
mendorong investasi di kawasan ASEAN. AIA menyediakan berbagai insentif untuk
menarik investor seperti peraturan pajak yang menguntungkan dan perizinan investasi
yang mudah. Dalam implementasi AEC, AIA bertujuan untuk meningkatkan investasi di
sektor-sektor strategis di kawasan ASEAN seperti energi, pertanian, dan pariwisata.
3. ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) AFAS adalah perjanjian kerangka
kerja yang ditandatangani oleh negara-negara anggota ASEAN pada tahun 1995 untuk

5
mempromosikan perdagangan jasa di kawasan ASEAN. AFAS memberikan prinsip-
prinsip dasar dan panduan untuk liberalisasi sektor jasa di antara negara-negara anggota,
termasuk dalam hal perizinan dan regulasi.
4. ASEAN Single Window (ASW) ASW merupakan sistem elektronik yang menyediakan
satu pintu masuk untuk proses perdagangan di antara negara-negara anggota ASEAN.
ASW mempermudah proses administrasi dan dokumentasi perdagangan di kawasan
ASEAN, sehingga meningkatkan efisiensi dan transparansi perdagangan di kawasan
tersebut.
5. ASEAN Trade Repository (ATR) ATR adalah basis data online yang menyediakan
informasi lengkap tentang perdagangan di antara negara-negara anggota ASEAN,
termasuk peraturan perdagangan dan tarif bea masuk. ATR memudahkan pengusaha dan
investor untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk memasuki pasar di kawasan
ASEAN.
Dalam pelaksanaannya, implementasi AEC melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat sipil. Diperlukan kerja sama dan koordinasi yang baik antara berbagai
pihak untuk memastikan efektivitas dan kesuksesan implementasi AEC.
Untuk mengukur kemajuan implementasi AEC, ASEAN menetapkan sejumlah indikator kinerja
yang disebut dengan ASEAN Scorecard. ASEAN Scorecard terdiri dari 87 indikator yang
mencakup berbagai aspek seperti liberalisasi perdagangan, investasi, dan jasa, serta integrasi
kebijakan ekonomi di antara negara-negara anggota. Setiap tahun, ASEAN merilis laporan yang
memperlihatkan kemajuan implementasi AEC berdasarkan indikator-indikator tersebut.
Namun, implementasi AEC masih menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa tantangan yang
dihadapi antara lain adanya perbedaan regulasi dan standar di antara negara-negara anggota,
kurangnya infrastruktur dan konektivitas di kawasan ASEAN, serta keterbatasan akses ke pasar
dan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam konteks perdagangan regional Asia, implementasi AEC juga harus mempertimbangkan
dinamika perdagangan di kawasan tersebut. Kawasan Asia dikenal dengan keberagaman budaya
dan perbedaan sosial-ekonomi yang cukup signifikan di antara negara-negaranya. Selain itu,
negara-negara di kawasan Asia juga memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pasar global,
sehingga implementasi AEC harus dapat mengakomodasi dinamika ini dan memastikan bahwa
keuntungan ekonomi yang dihasilkan dapat dirasakan oleh seluruh negara anggota.
Dalam hal ini, implementasi AEC perlu didukung oleh kebijakan dan instrumen yang tepat, serta
kerja sama yang erat antara negara-negara anggota ASEAN dan negara-negara di kawasan Asia
lainnya. Melalui implementasi yang efektif dan terintegrasi, AEC dapat memberikan manfaat
yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN dan kawasan Asia secara
keseluruhan.
2.2 Perkembangan Perdagangan Regional Asia
Perdagangan regional Asia telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Hal
ini terjadi karena adanya kebijakan liberalisasi perdagangan yang diterapkan oleh negara-

6
negara di kawasan Asia. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan perdagangan antar
negara di kawasan Asia dan memperkuat integrasi ekonomi di kawasan tersebut. Salah satu
contoh kebijakan liberalisasi perdagangan di Asia adalah ASEAN Free Trade Area (AFTA)
yang mulai diberlakukan pada tahun 1993. AFTA bertujuan untuk menghapuskan hambatan
perdagangan antar negara anggota ASEAN dan meningkatkan perdagangan intra-ASEAN.
Selain AFTA, terdapat juga beberapa perjanjian perdagangan regional lainnya di Asia, seperti
Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) dan
Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). CPTPP adalah perjanjian
perdagangan multilateral yang melibatkan 11 negara di kawasan Asia-Pasifik, termasuk
Jepang, Kanada, dan Australia. Sedangkan RCEP adalah perjanjian perdagangan multilateral
yang melibatkan 15 negara di kawasan Asia, termasuk China, Jepang, dan Korea Selatan.
Kedua perjanjian ini bertujuan untuk meningkatkan perdagangan antar negara di kawasan
Asia dan memperkuat integrasi ekonomi di kawasan tersebut.
Perkembangan perdagangan regional Asia juga didukung oleh adanya kemajuan teknologi
dan transportasi yang memudahkan perdagangan antar negara di kawasan Asia. Kemajuan
teknologi dan transportasi ini memungkinkan barang dan jasa dapat diangkut dengan lebih
cepat dan efisien dari satu negara ke negara lain di kawasan Asia. Selain itu, kemajuan
teknologi juga memungkinkan terciptanya pasar digital yang memudahkan perdagangan
antar negara di kawasan Asia.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan perdagangan regional Asia antara lain:
1. Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kawasan Asia telah
mendorong peningkatan perdagangan intra-regional. Sebagai contoh, China telah
menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia dan menjadi motor
penggerak ekonomi Asia.
2. Keuntungan Komparatif: Negara-negara di kawasan Asia memiliki keuntungan
komparatif dalam berbagai sektor, seperti industri manufaktur, teknologi informasi,
dan pariwisata. Hal ini membuat negara-negara tersebut memiliki daya saing yang
tinggi di pasar global dan regional.
3. Integrasi Ekonomi: Proses integrasi ekonomi di kawasan Asia juga telah mendorong
peningkatan perdagangan intra-regional. Salah satu contoh dari integrasi ekonomi ini
adalah ASEAN Economic Community (AEC), yang bertujuan untuk menciptakan
pasar tunggal dan basis produksi yang terintegrasi di kawasan Asia Tenggara.
4. Kebijakan Liberalisasi Perdagangan: Kebijakan liberalisasi perdagangan yang
dilakukan oleh negara-negara di kawasan Asia telah membuka peluang untuk
peningkatan perdagangan regional. Beberapa contoh kebijakan ini antara lain adalah
Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), Perjanjian Perdagangan Bebas Korea-
China (CKFTA), dan Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA).
Dalam konteks perdagangan regional Asia, AEC memiliki peran penting dalam mendorong
integrasi ekonomi dan peningkatan perdagangan antar negara anggotanya. Namun,
implementasi AEC juga menghadapi beberapa hambatan dan tantangan, seperti perbedaan

7
dalam regulasi dan standar teknis, ketidaksetaraan dalam pembangunan ekonomi antara
negara anggota, dan ketidakpastian ekonomi global. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama
yang erat antara negara anggota dan upaya yang terus-menerus dalam mengatasi hambatan
dan tantangan tersebut untuk mencapai tujuan AEC.
Namun, perkembangan perdagangan regional Asia juga menghadapi beberapa tantangan.
Salah satu tantangan utama adalah adanya ketegangan politik antara negara-negara di
kawasan Asia. Ketegangan politik ini dapat mempengaruhi perdagangan antar negara di
kawasan Asia dan memperlambat integrasi ekonomi di kawasan tersebut. Selain itu, adanya
perbedaan dalam regulasi perdagangan antar negara di kawasan Asia juga menjadi tantangan
dalam perkembangan perdagangan regional Asia.
Perkembangan perdagangan regional Asia dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti jumlah
perdagangan, jenis barang dan jasa yang diperdagangkan, dan perkembangan perjanjian
perdagangan bebas di wilayah tersebut. Berikut adalah beberapa poin terkait perkembangan
perdagangan regional Asia:
1. Pertumbuhan Perdagangan: Dalam beberapa dekade terakhir, perdagangan
regional Asia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Menurut data World
Trade Organization (WTO), total ekspor dan impor Asia meningkat dari US$ 2,3
triliun pada tahun 1990 menjadi US$ 16,3 triliun pada tahun 2019.
2. Jenis Barang dan Jasa: Komoditas utama yang diperdagangkan di wilayah ini
meliputi elektronik, mesin, kendaraan bermotor, dan pakaian. Selain itu, sektor
jasa seperti pariwisata, perbankan, dan logistik juga semakin berkembang di
wilayah ini.
3. Perjanjian Perdagangan Bebas: Terdapat berbagai perjanjian perdagangan bebas
yang telah ditandatangani di wilayah ini, seperti ASEAN Free Trade Area
(AFTA), ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA),
ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), dan Regional Comprehensive
Economic Partnership (RCEP).
4. Tantangan: Namun, masih terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam
perdagangan regional Asia, seperti hambatan perdagangan yang belum
sepenuhnya dihapuskan, persaingan antar negara, dan perbedaan regulasi
perdagangan di tiap negara.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, negara-negara di kawasan Asia perlu bekerja sama
untuk meningkatkan perdagangan antar negara di kawasan Asia dan memperkuat integrasi
ekonomi di kawasan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kerja sama
dalam bidang perdagangan, investasi, dan teknologi antar negara di kawasan Asia. Selain itu,
negara-negara di kawasan Asia juga perlu memperkuat regulasi perdagangan antar negara di
kawasan Asia untuk memudahkan perdagangan antar negara di kawasan Asia.
Dalam kesimpulannya, perdagangan regional Asia telah berkembang pesat dalam beberapa
dekade terakhir. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan liberalisasi perdagangan yang
diterapkan oleh negara-negara di kawasan Asia, kemajuan teknologi dan transportasi, serta

8
adanya perjanjian perdagangan regional di kawasan Asia. Namun, perkembangan
perdagangan regional Asia juga menghadapi beberapa tantangan, seperti ketegangan politik
antara negara-negara di kawasan Asia dan perbedaan dalam regulasi perdagangan antar
negara di kawasan Asia. Oleh karena itu, negara-negara di kawasan Asia perlu bekerja sama
untuk meningkatkan perdagangan antar negara di kawasan Asia dan memperkuat integrasi
ekonomi di kawasan tersebut
2.3 Hambatan dan Tantangan Pelaksanaan AEC dalam Konteks Perdagangan Regional
Asia
Meskipun AEC dirancang untuk menjadi platform perdagangan yang menguntungkan, tetapi
masih ada beberapa hambatan dan tantangan yang perlu diatasi dalam pelaksanaannya, terutama
dalam konteks perdagangan regional Asia. Beberapa hambatan dan tantangan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Persaingan yang kuat dari negara-negara lain di kawasan Asia, seperti Tiongkok dan
Jepang.
2. Kesenjangan ekonomi antara negara-negara anggota AEC yang masih cukup signifikan,
sehingga membutuhkan upaya yang lebih besar untuk mengurangi disparitas ini.
3. Tantangan dalam hal infrastruktur dan konektivitas, seperti transportasi, energi, dan
telekomunikasi, yang memengaruhi kelancaran perdagangan dan investasi.
4. Kebijakan proteksionis dan ketidakpastian dalam perdagangan internasional yang dapat
mempengaruhi akses pasar bagi negara-negara anggota AEC.
5. Perbedaan dalam hal regulasi dan kebijakan antara negara-negara anggota AEC, yang
dapat menghambat perdagangan dan investasi.
6. Keterbatasan sumber daya manusia dan kapasitas dalam implementasi AEC, khususnya
di negara-negara anggota yang masih berkembang.
7. Permasalahan keamanan dan stabilitas di kawasan Asia, seperti konflik politik dan
keamanan, yang dapat mempengaruhi perdagangan dan investasi.
Dalam mengatasi hambatan dan tantangan tersebut, diperlukan upaya dan kerja sama yang
intensif antara negara-negara anggota AEC, serta dukungan dari lembaga dan organisasi
internasional terkait.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi hambatan dan tantangan pelaksanaan
AEC dalam konteks perdagangan regional Asia adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kerja sama di antara negara-negara anggota AEC dalam hal infrastruktur
dan konektivitas, seperti membangun jaringan transportasi dan energi yang terintegrasi.
2. Meningkatkan koordinasi dan harmonisasi kebijakan dan regulasi antara negara-negara
anggota AEC, terutama dalam hal perdagangan dan investasi.
3. Meningkatkan kapasitas dan sumber daya manusia untuk memperkuat implementasi AEC
di negara-negara anggota.
4. Mengembangkan strategi bersama untuk menghadapi persaingan dari negara-negara lain
di kawasan Asia.

9
5. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga dan organisasi internasional terkait, seperti
WTO dan APEC, untuk memperkuat perdagangan dan investasi di kawasan Asia.
Dengan mengatasi hambatan dan tantangan pelaksanaan AEC, diharapkan dapat meningkatkan
perdagangan dan investasi di kawasan Asia, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat di negara-negara anggota AEC.

III. Implementasi ASEAN Economic Community (AEC)


3.1 Perkembangan Implementasi AEC
Sejak tahun 2021, ASEAN Economic Community (AEC) terus mengalami perkembangan dalam
implementasinya. AEC bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang
terintegrasi di kawasan ASEAN. Berikut adalah beberapa perkembangan terkini dalam
implementasi AEC:
1. Penyelesaian tarif bea masuk: Negara-negara anggota ASEAN secara bertahap
mengurangi atau menghapuskan tarif bea masuk di antara mereka. Hal ini bertujuan
untuk mendorong perdagangan bebas dan mendorong investasi di kawasan.
2. Fasilitasi perdagangan: Langkah-langkah telah diambil untuk meningkatkan efisiensi dan
kemudahan dalam melakukan perdagangan di ASEAN. Misalnya, sistem perizinan yang
terpadu dan harmonis telah diperkenalkan untuk mempercepat proses perdagangan.
3. Harmonisasi peraturan: Negara-negara anggota bekerja sama dalam mengharmonisasi
peraturan dan standar di berbagai sektor, seperti industri manufaktur, jasa keuangan, dan
perdagangan elektronik. Ini bertujuan untuk mengurangi hambatan non-tarif dan
meningkatkan akses pasar di antara negara-negara anggota.
4. Kebebasan mobilitas tenaga kerja: Langkah-langkah telah diambil untuk memfasilitasi
mobilitas tenaga kerja di kawasan ASEAN. Misalnya, skema visa kerja bersama telah
diperkenalkan untuk memudahkan perjalanan antara negara-negara anggota.
5. Kerja sama dalam sektor prioritas: Negara-negara anggota ASEAN telah meningkatkan
kerja sama dalam sektor-sektor prioritas, seperti infrastruktur, energi, pariwisata, dan
pendidikan. Ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas regional dan memperkuat
daya saing kawasan.
6. Peningkatan integrasi sektor keuangan: ASEAN telah bekerja untuk meningkatkan
integrasi sektor keuangan di kawasan. Langkah-langkah telah diambil untuk
memfasilitasi perdagangan mata uang lokal, memperkuat kerjasama pengawasan
perbankan, dan mempromosikan akses ke pasar modal di ASEAN.
7. Pengembangan rantai pasokan regional: AEC berupaya untuk memperkuat dan
memperluas rantai pasokan regional di kawasan ASEAN. Hal ini melibatkan peningkatan
kerja sama dalam hal logistik, infrastruktur, dan harmonisasi prosedur perdagangan.
Dengan memperkuat rantai pasokan, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi
dan perdagangan di ASEAN.
8. Inisiatif digital ASEAN: ASEAN telah mengadopsi inisiatif digital untuk mendorong
transformasi digital di kawasan. Inisiatif ini mencakup pengembangan ekonomi digital,
perlindungan data pribadi, keamanan siber, dan pemberdayaan masyarakat dalam

10
menghadapi era digital. Peningkatan digitalisasi diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan inovasi di ASEAN.
9. Penguatan kerja sama investasi: AEC terus memperkuat kerja sama investasi di antara
negara-negara anggota. Ini melibatkan langkah-langkah untuk meningkatkan iklim
investasi, melindungi hak kekayaan intelektual, dan memfasilitasi investasi lintas negara.
Kerja sama investasi yang kuat diharapkan dapat menarik investasi asing dan mendorong
pertumbuhan ekonomi di ASEAN.
10. Peningkatan kesadaran masyarakat: Upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai AEC dan manfaatnya. Melalui kampanye pendidikan
dan informasi, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami AEC dan terlibat dalam
pemanfaatan peluang yang ditawarkan.
11. Peningkatan kerja sama dalam industri kreatif: Negara-negara anggota ASEAN telah
meningkatkan kerja sama dalam sektor industri kreatif, seperti film, musik, desain, dan
fashion. Ini bertujuan untuk mempromosikan pertukaran budaya, meningkatkan ekspor
produk kreatif, dan menciptakan peluang bisnis di sektor ini.
12. Peningkatan konektivitas fisik: ASEAN terus berupaya meningkatkan konektivitas fisik
di kawasan, baik melalui pengembangan infrastruktur transportasi, jaringan jalan tol,
perluasan pelabuhan, dan peningkatan konektivitas udara. Ini akan memfasilitasi
pergerakan barang, orang, dan investasi antara negara-negara anggota.
13. Peningkatan perlindungan hak kekayaan intelektual: ASEAN telah meningkatkan kerja
sama dalam perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) di kawasan. Negara-negara
anggota bekerja sama dalam mengharmonisasi peraturan HKI, memperkuat penegakan
hukum, dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melindungi hak kekayaan
intelektual.
14. Pengembangan pasar keuangan regional: ASEAN telah bekerja untuk mengembangkan
pasar keuangan regional yang lebih terintegrasi. Langkah-langkah telah diambil untuk
memfasilitasi perdagangan dan investasi lintas negara, memperkuat pengawasan
keuangan, dan meningkatkan akses ke pembiayaan di kawasan ASEAN.
15. Penyelarasan kebijakan ekonomi: Negara-negara anggota ASEAN terus berupaya untuk
menyelaraskan kebijakan ekonomi mereka. Ini meliputi penyelarasan kebijakan
perdagangan, kebijakan investasi, kebijakan fiskal, dan kebijakan regulasi untuk
menciptakan iklim bisnis yang lebih terbuka dan berdaya saing di kawasan.
Perkembangan-perkembangan ini mencerminkan upaya yang terus dilakukan oleh ASEAN untuk
memperkuat integrasi ekonomi di kawasan. Dengan memperkuat kerja sama dalam berbagai
sektor dan mengatasi tantangan yang ada, AEC terus bergerak maju dalam mewujudkan tujuan
integrasi ekonomi yang lebih kuat di ASEAN.
Meskipun telah ada perkembangan dalam implementasi AEC, masih ada beberapa tantangan
yang perlu diatasi. Tantangan tersebut meliputi perbedaan peraturan dan standar antara negara-
negara anggota, hambatan non-tarif yang masih ada, serta kebutuhan untuk meningkatkan
kapasitas dan keterampilan tenaga kerja. Namun, dengan komitmen dan kerja sama yang kuat
antara negara-negara anggota, AEC terus bergerak maju dalam mewujudkan tujuannya.

11
3.2 Keuntungan dan Tantangan Implementasi AEC
Implementasi ASEAN Economic Community (AEC) memiliki berbagai keuntungan dan
tantangan yang perlu dipahami. Berikut adalah penjelasan tentang keuntungan dan tantangan
implementasi AEC:
Keuntungan Implementasi AEC:
1. Peningkatan perdagangan bebas: AEC bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal di
ASEAN yang memungkinkan perdagangan bebas antara negara-negara anggota.
Keuntungan dari perdagangan bebas ini termasuk peningkatan akses pasar bagi produsen,
pengurangan biaya perdagangan, dan peningkatan pilihan barang dan jasa bagi
konsumen.
2. Penarikan investasi asing: Dengan implementasi AEC, diharapkan akan terjadi
peningkatan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) di kawasan
ASEAN. Kebijakan yang lebih terbuka dan lingkungan bisnis yang lebih terintegrasi
dapat menarik investor untuk menanamkan modal di negara-negara ASEAN,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
3. Keterhubungan infrastruktur dan konektivitas: AEC mendorong pengembangan
infrastruktur dan konektivitas di ASEAN, seperti jaringan transportasi yang lebih baik,
pelabuhan yang lebih efisien, dan perluasan jaringan komunikasi. Hal ini akan
meningkatkan konektivitas regional, memfasilitasi pergerakan barang dan orang, serta
mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan.
4. Pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat: Melalui integrasi ekonomi yang lebih dalam,
implementasi AEC diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi di negara-negara
anggota ASEAN. Melalui peningkatan perdagangan, investasi, dan efisiensi produksi,
AEC dapat menciptakan kesempatan ekonomi baru dan meningkatkan daya saing
kawasan secara keseluruhan.
Tantangan Implementasi AEC:
1. Perbedaan dalam peraturan dan standar: Negara-negara anggota ASEAN memiliki
perbedaan dalam peraturan dan standar ekonomi, hukum, dan regulasi. Harmonisasi dan
koordinasi peraturan ini menjadi tantangan dalam implementasi AEC, karena diperlukan
kesepakatan dan kompromi untuk mencapai keseragaman yang memadai.
2. Hambatan non-tarif: Selain tarif bea masuk, masih ada hambatan non-tarif seperti
perbedaan prosedur perizinan, perbedaan aturan teknis, dan kebijakan proteksionis yang
dapat menghambat perdagangan dan investasi. Mengatasi hambatan non-tarif ini menjadi
tantangan yang perlu diatasi dalam implementasi AEC.
3. Ketimpangan pembangunan ekonomi: Negara-negara anggota ASEAN memiliki tingkat
pembangunan ekonomi yang berbeda-beda. Sementara beberapa negara mungkin lebih
maju secara ekonomi, yang lain masih dalam tahap pembangunan. Ketimpangan ini dapat
menjadi tantangan dalam mencapai integrasi yang seimbang dan memastikan manfaat
yang merata dari implementasi AEC.

12
4. Kekurangan infrastruktur: Beberapa negara anggota ASEAN masih menghadapi
tantangan terkait infrastruktur yang memadai, seperti jaringan transportasi yang terbatas,
kekurangan pasokan listrik, dan keterbatasan aksesibilitas ke wilayah pedesaan.
Kekurangan infrastruktur ini dapat memperlambat konektivitas dan mobilitas barang dan
jasa di kawasan, sehingga menjadi tantangan dalam implementasi AEC.
5. Ketidakseragaman sosial dan budaya: ASEAN terdiri dari negara-negara dengan
keanekaragaman sosial, budaya, dan bahasa yang kaya. Tantangan dalam implementasi
AEC adalah menghormati dan mengelola keragaman ini, serta mempromosikan inklusi
sosial dan pemberdayaan masyarakat di tengah proses integrasi ekonomi.
6. Penyesuaian dan restrukturisasi sektor industri: Implementasi AEC dapat mempengaruhi
sektor industri di negara-negara anggota. Beberapa sektor mungkin menghadapi
tantangan restrukturisasi dan penyesuaian untuk bersaing dalam pasar tunggal ASEAN
yang lebih terbuka. Tantangan ini termasuk peningkatan produktivitas, peningkatan
kualitas dan inovasi, dan peningkatan daya saing untuk menghadapi persaingan regional
yang lebih intensif.
7. Koordinasi dan harmonisasi kebijakan: Mencapai koordinasi dan harmonisasi kebijakan
di antara negara-negara anggota ASEAN dapat menjadi tantangan. Proses pengambilan
keputusan yang kompleks dan berbagai kepentingan nasional dapat memperlambat
implementasi dan pelaksanaan kebijakan yang seragam di seluruh kawasan.
8. Kesadaran dan partisipasi masyarakat: Meningkatkan kesadaran dan partisipasi
masyarakat mengenai AEC dan manfaatnya adalah tantangan yang penting. Memastikan
bahwa masyarakat luas memahami dan terlibat dalam proses integrasi ekonomi dapat
memperkuat dukungan dan keberhasilan implementasi AEC.
Pemahaman dan penanganan tantangan-tantangan ini akan menjadi kunci dalam mengatasi
hambatan dalam implementasi AEC dan memastikan keberhasilan integrasi ekonomi di ASEAN.

13
IV. Analisis Yuridis Pelaksanaan AEC dalam Konteks Perdagangan Regional Asia

4.1 Peran dan Kontribusi AEC dalam Perdagangan Regional Asia


Peran dan kontribusi ASEAN Economic Community (AEC) dalam perdagangan regional Asia
sangat penting. Berikut ini adalah beberapa poin yang menjelaskan peran dan kontribusi AEC
dalam perdagangan regional Asia:
1. Peningkatan perdagangan intra-ASEAN: Implementasi AEC telah mendorong
peningkatan perdagangan antara negara-negara anggota ASEAN. Melalui penghapusan
tarif bea masuk dan pengurangan hambatan non-tarif, AEC menciptakan pasar tunggal
yang memfasilitasi perdagangan barang dan jasa di antara negara-negara ASEAN. Ini
mengarah pada peningkatan perdagangan intra-ASEAN dan membantu memperkuat
integrasi ekonomi di kawasan.
2. Penarikan investasi asing: AEC juga telah memberikan kontribusi dalam menarik
investasi asing ke kawasan Asia. Dengan menciptakan pasar tunggal yang lebih
terintegrasi, AEC memberikan kepastian hukum dan kestabilan untuk investasi di negara-
negara ASEAN. Hal ini telah meningkatkan daya tarik kawasan ASEAN sebagai tujuan
investasi, mengarah pada peningkatan arus investasi asing langsung ke negara-negara
ASEAN.
3. Peran sebagai jembatan antara Asia Timur dan Asia Selatan: AEC memainkan peran
penting sebagai jembatan antara Asia Timur dan Asia Selatan dalam perdagangan
regional. Negara-negara ASEAN terletak di persimpangan jalur perdagangan dan
merupakan pintu gerbang untuk akses pasar di Asia Timur dan Asia Selatan. Dengan
memperkuat integrasi ekonomi di ASEAN, AEC memberikan konektivitas yang lebih
baik antara kedua kawasan tersebut, membuka peluang kerjasama dan perdagangan yang
lebih luas.
4. Peningkatan kerjasama ekonomi dengan mitra dialog ASEAN: AEC juga memainkan
peran penting dalam memperkuat kerjasama ekonomi antara ASEAN dan mitra
dialognya. Melalui berbagai kesepakatan perdagangan seperti ASEAN Free Trade Area
(AFTA), ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), ASEAN-Japan Comprehensive
Economic Partnership (AJCEP), dan ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA),
AEC telah meningkatkan akses pasar dan kerjasama perdagangan dengan mitra dialog
ASEAN. Ini membuka peluang perdagangan yang lebih besar dan memperkuat integrasi
ekonomi regional.
5. Peran sebagai kawasan produksi dan rantai pasokan: AEC juga berperan penting dalam
memperkuat peran ASEAN sebagai kawasan produksi dan rantai pasokan global. Dengan
adanya integrasi ekonomi di ASEAN, perusahaan-perusahaan dapat memanfaatkan
keuntungan komparatif negara-negara ASEAN dan memperluas produksi dan rantai
pasokan di kawasan. Hal ini membantu meningkatkan efisiensi dan daya saing industri di
ASEAN serta meningkatkan keterlibatan kawasan dalam rantai pasokan global.

14
Peran dan kontribusi AEC dalam perdagangan regional Asia mencerminkan pentingnya integrasi
ekonomi dan kerjasama di kawasan ASEAN. Dalam lingkungan global yang semakin terhubung,
AEC telah menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi regional dan meningkatkan
akses pasar serta kesempatan kerjasama di antara negara-negara Asia. Dengan memperkuat
perdagangan intra-ASEAN, menarik investasi asing, menjadi jembatan antara Asia Timur dan
Asia Selatan, meningkatkan kerjasama dengan mitra dialog ASEAN, dan memperkuat peran
sebagai kawasan produksi dan rantai pasokan, AEC memberikan kontribusi yang signifikan
dalam menggalang perdagangan regional Asia yang lebih dinamis dan berkelanjutan.
4.2 Dampak Pelaksanaan AEC terhadap Negara-negara Anggota ASEAN dan Negara
Mitra Dagang di Asia
Pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) memiliki dampak yang signifikan bagi
negara-negara anggota ASEAN serta negara mitra dagang di Asia. Berikut ini adalah beberapa
poin yang menjelaskan dampak pelaksanaan AEC:
1. Dampak pada negara-negara anggota ASEAN:
• Peningkatan perdagangan: AEC telah mendorong peningkatan perdagangan antara
negara-negara anggota ASEAN. Penghapusan tarif bea masuk dan pengurangan
hambatan non-tarif membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk dan jasa. Hal ini
memberikan kesempatan bagi negara-negara anggota ASEAN untuk meningkatkan
ekspor dan diversifikasi perekonomian mereka.
• Peningkatan investasi: Pelaksanaan AEC telah meningkatkan daya tarik bagi investasi
asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) di negara-negara ASEAN. Dengan
adanya pasar tunggal dan kestabilan kebijakan, negara-negara anggota ASEAN menarik
lebih banyak investasi asing, yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja.
• Keterhubungan ekonomi: AEC berusaha meningkatkan konektivitas dan integrasi
ekonomi di ASEAN. Ini mencakup pengembangan infrastruktur transportasi dan
komunikasi yang lebih baik, serta harmonisasi peraturan dan standar. Dampaknya adalah
peningkatan keterhubungan antara negara-negara anggota ASEAN, yang mendukung
pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan pertukaran barang, jasa, dan tenaga kerja yang
lebih lancar.
• Transfer teknologi dan peningkatan daya saing: AEC mempromosikan transfer teknologi
dan peningkatan daya saing di negara-negara anggota ASEAN. Dalam kerangka integrasi
ekonomi, negara-negara anggota dapat berbagi pengetahuan, keterampilan, dan inovasi
untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka. Ini dapat mendorong
pertumbuhan sektor industri yang lebih maju dan berdaya saing.
2. Dampak pada negara mitra dagang di Asia:
• Peningkatan akses pasar: Dengan terciptanya pasar tunggal di ASEAN, negara mitra
dagang di Asia dapat mengakses pasar yang lebih besar dan terdiversifikasi. Pelaksanaan
AEC menghapuskan hambatan perdagangan seperti tarif bea masuk dan hambatan non-
tarif, yang membuka peluang bagi negara mitra dagang untuk meningkatkan ekspor dan
ekspansi bisnis di kawasan ASEAN.

15
• Peningkatan investasi: AEC juga dapat meningkatkan investasi asing dari negara mitra
dagang di Asia ke negara-negara ASEAN. Dengan adanya pasar tunggal yang lebih
terintegrasi dan kestabilan kebijakan di ASEAN, negara mitra dagang dapat melihat
peluang investasi yang menarik dalam sektor-sektor yang berkembang di negara-negara
anggota ASEAN.
• Peningkatan kerjasama ekonomi: AEC memberikan kerangka kerjasama ekonomi yang
lebih erat antara negara-negara mitra dagang di Asia. Dalam kerangka AEC, negara mitra
dagang di Asia dapat menjalin kerjasama yang lebih dalam dengan negara-negara
anggota ASEAN dalam berbagai bidang seperti perdagangan, investasi, teknologi, dan
pengembangan infrastruktur. Hal ini dapat memperkuat hubungan ekonomi antara negara
mitra dagang dengan ASEAN dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang saling
menguntungkan.
• Penyediaan peluang bisnis: Implementasi AEC membuka peluang bisnis baru bagi negara
mitra dagang di Asia. Dengan adanya pasar tunggal yang lebih terintegrasi di ASEAN,
negara mitra dagang dapat mengidentifikasi peluang investasi dan perdagangan yang
menjanjikan di negara-negara anggota ASEAN. Ini dapat menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan hubungan ekonomi yang saling
menguntungkan antara negara mitra dagang dan ASEAN.
• Pengaruh regional yang lebih kuat: Dengan perkembangan AEC, negara mitra dagang di
Asia dapat memperoleh pengaruh regional yang lebih kuat. Melalui kerjasama ekonomi
yang lebih erat dengan ASEAN, negara mitra dagang dapat memainkan peran yang lebih
signifikan dalam pembentukan kebijakan ekonomi regional dan ikut serta dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan integrasi ekonomi di Asia.
• Diversifikasi sumber daya dan pasokan: AEC juga memberikan kesempatan bagi negara
mitra dagang di Asia untuk diversifikasi sumber daya dan pasokan mereka. Dengan
terbukanya pasar tunggal di ASEAN, negara mitra dagang dapat mencari alternatif
pasokan bahan baku, komponen, dan produk jadi di negara-negara anggota ASEAN. Hal
ini dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi ketergantungan terhadap
satu pasokan atau pasar tertentu.
Pemahaman tentang dampak pelaksanaan AEC terhadap negara-negara anggota ASEAN dan
negara mitra dagang di Asia dapat ditemukan melalui laporan, studi, dan publikasi yang
diterbitkan oleh ASEAN Secretariat, lembaga-lembaga ekonomi regional seperti World Bank,
Asian Development Bank (ADB), dan publikasi akademik yang membahas topik ini di jurnal
ekonomi regional atau perdagangan internasional.

4.3 Evaluasi Pelaksanaan AEC dari Perspektif Hukum Internasional


Evaluasi pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) dari perspektif hukum
internasional melibatkan penilaian terhadap sejauh mana implementasi AEC sesuai dengan
prinsip-prinsip dan standar hukum internasional yang berlaku. Berikut ini adalah beberapa poin
yang dapat menjadi pertimbangan dalam evaluasi tersebut:

16
1. Kepatuhan terhadap perjanjian internasional: AEC melibatkan implementasi berbagai
perjanjian dan instrumen hukum internasional, termasuk ASEAN Charter, Protokol dan
Kesepakatan Ekonomi ASEAN, serta kesepakatan perdagangan dengan mitra dialog
ASEAN. Evaluasi harus mempertimbangkan sejauh mana negara-negara anggota
ASEAN mematuhi dan melaksanakan kewajiban mereka sesuai dengan ketentuan
perjanjian-perjanjian tersebut.
2. Konsistensi dengan hukum perdagangan internasional: Dalam konteks perdagangan
internasional, evaluasi AEC harus mempertimbangkan konsistensi langkah-langkah yang
diambil dalam implementasi AEC dengan peraturan-peraturan Organisasi Perdagangan
Dunia (World Trade Organization/WTO) dan perjanjian perdagangan bilateral atau
multilateral lainnya yang melibatkan negara-negara ASEAN.
3. Perlindungan hak kekayaan intelektual: Evaluasi juga harus memperhatikan perlindungan
hak kekayaan intelektual (intellectual property rights/IPR) dalam implementasi AEC.
Negara-negara anggota ASEAN harus memastikan bahwa kerangka hukum mereka
sejalan dengan standar internasional yang mengatur hak kekayaan intelektual, seperti
TRIPS Agreement (Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights)
dari WTO.
4. Harmonisasi peraturan dan standar: AEC bertujuan untuk mencapai harmonisasi
peraturan dan standar di antara negara-negara anggota ASEAN. Evaluasi harus
memperhatikan kemajuan dan keberhasilan dalam mencapai harmonisasi ini, termasuk
kesesuaian dengan prinsip-prinsip dan standar hukum internasional terkait peraturan
teknis, sanitasi dan fitosanitasi, dan standar lingkungan.
5. Penyelesaian sengketa: Evaluasi juga dapat mempertimbangkan efektivitas sistem
penyelesaian sengketa yang ada dalam AEC, baik yang terkait dengan perselisihan antara
negara-negara anggota ASEAN maupun dengan mitra dagang di luar ASEAN. Evaluasi
ini mencakup keberhasilan dalam menyelesaikan sengketa dan kepatuhan terhadap
prosedur penyelesaian sengketa yang diatur oleh perjanjian-perjanjian yang terkait.

17
V. Kesimpulan
1. Kesimpulan
• ASEAN Economic Community (AEC) merupakan langkah penting dalam meningkatkan
integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Implementasi AEC bertujuan untuk
menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang terintegrasi di antara negara-negara
anggota ASEAN.
• Secara yuridis, pelaksanaan AEC melibatkan implementasi berbagai perjanjian dan
instrumen hukum internasional, termasuk ASEAN Charter, Protokol dan Kesepakatan
Ekonomi ASEAN, serta kesepakatan perdagangan dengan mitra dialog ASEAN.
• Evaluasi pelaksanaan AEC dari perspektif hukum internasional melibatkan penilaian
terhadap kepatuhan terhadap perjanjian internasional, konsistensi dengan hukum
perdagangan internasional, perlindungan hak kekayaan intelektual, harmonisasi peraturan
dan standar, serta efektivitas sistem penyelesaian sengketa.
• Pelaksanaan AEC telah memberikan keuntungan dalam bentuk peningkatan perdagangan,
investasi, dan keterhubungan ekonomi di antara negara-negara anggota ASEAN. Ini telah
membuka akses pasar yang lebih luas, meningkatkan daya saing, dan menghasilkan
transfer teknologi.
• Namun, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi dalam pelaksanaan AEC, termasuk
kesenjangan dalam tingkat pengembangan ekonomi antara negara-negara anggota
ASEAN, perbedaan dalam regulasi dan kebijakan ekonomi, serta kendala dalam
harmonisasi peraturan dan standar.
• Dalam konteks perdagangan regional Asia, AEC telah memberikan kontribusi dalam
meningkatkan akses pasar dan peluang bisnis bagi negara mitra dagang di Asia.
Pelaksanaan AEC dapat memperkuat hubungan ekonomi antara negara mitra dagang
dengan ASEAN dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang saling menguntungkan.
Dalam kesimpulannya, pelaksanaan AEC memiliki potensi besar untuk mendorong integrasi
ekonomi di Asia Tenggara dan memberikan dampak positif terhadap negara-negara anggota
ASEAN serta negara mitra dagang di Asia. Namun, tantangan dalam implementasi dan
harmonisasi peraturan masih perlu diatasi untuk mencapai tujuan AEC secara efektif.

18
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN Economic Community: What You Need to Know" oleh ASEAN Briefing
(https://www.aseanbriefing.com/news/asean-economic-community-need-
know/)
ASEAN Economic Community: What You Need to Know" oleh ASEAN Briefing
(https://www.aseanbriefing.com/news/asean-economic-community-need-
know/)
Arizal, M., & Putri, H. R. (2021). Pelaksanaan Integrasi Ekonomi ASEAN Economic
Community (AEC) dalam Konteks Perdagangan Regional Asia. Jurnal
Ilmiah Hukum Legality, 29(2), 364-378.
Kusumawati, R. (2021). The Implementation of ASEAN Economic Community (AEC) 2025 in
Trade Sector: Opportunities and Challenges. Jurnal Ilmiah Hukum "Lex
Crimen", 13(2), 178-189.
Nurman, R., & Darmawan, A. (2019). Implementation of ASEAN Economic Community (AEC)
and its Impact on Regional Economic Integration. Jurnal Dinamika
Hukum, 19(1), 1-16.
Lim, H. T., & Kim, H. J. (2020). The ASEAN Economic Community: Achievements, Challenges
and the Way Forward. Asia Pacific Business Review, 26(3), 338-353.
Rachmawati, I. (2021). ASEAN Economic Community: The Legal Framework of Regional
Economic Integration. Journal of Southeast Asian Human Rights, 5(1), 55-
70.
Wulandari, D., & Nuryakin, A. (2021). The ASEAN Economic Community: Progress and
Challenges. Journal of Economics and Business, 4(1), 53-66.
ASEAN Economic Community Blueprint 2025 (https://asean.org/storage/2019/10/01.-aec-
blueprint-2025.pdf) Blueprint AEC 2025 merupakan panduan dan
roadmap untuk implementasi AEC, yang berisi rencana aksi, tujuan,
prinsip, dan pilar-pilar utama AEC.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) Agreement (https://asean.org/asean-economic-
community/sectoral-bodies-under-the-purview-of-aem/asean-free-trade-
area-afta/afta-agreement/) Perjanjian AFTA merupakan perjanjian
perdagangan bebas antara negara-negara anggota ASEAN untuk
menghapus tarif bea masuk di antara mereka.
Wijaya, R. T., & Farid, M. (2021). Legal Analysis on the Implementation of the ASEAN
Economic Community (AEC) in Indonesia. International Journal of
Advanced Science and Technology, 30(11), 9043-9051.

19
Alamsyah, A., & Gunawan, E. (2020). ASEAN Economic Community (AEC) and its Impact on
Indonesia's Trade. International Journal of Economics, Commerce and
Management, 8(10), 30-41.
Yap, J. T. (2018). The ASEAN Economic Community (AEC) and ASEAN Plus Three (APT):
Legal and Policy Challenges in Regional Economic Integration. Chinese
Journal of Comparative Law, 6(2), 261-276.
Prihartono, J. (2019). Indonesia's compliance with the ASEAN Economic Community (AEC)
2025 Blueprint: A review. Journal of ASEAN Studies, 7(1), 1-14.
Othman, R., Abdullah, A. M., & Jamalludin, N. A. (2019). The implementation of ASEAN
Economic Community (AEC): Malaysian perspectives. Journal of
Governance and Development, 15(1), 1-17.
Ratnawati, A., & Aprianti, M. R. (2018). The Implementation of ASEAN Economic Community
2025 in Indonesia. International Journal of Business and Society, 19(S3), 669-684.
Simatupang, T. M., & Sari, R. K. (2020). ASEAN Economic Community: Opportunities and
Challenges for Small and Medium Enterprises. In 2nd International Conference on
Entrepreneurship and Business Management (ICEBM 2019) (pp. 64-70). Atlantis Press.
Kusumastuti, R. D., & Dewi, R. K. (2018). The Implementation of ASEAN Economic
Community (AEC) in Indonesia: Opportunities and Challenges. KnE Social Sciences,
3(12), 22-34.
Lee, J. W. (2018). The Dynamics of Trade and Investment in Asia. In Asian Regionalism in the
World Economy (pp. 13-29). Springer.
Bhattacharya, D. (2017). Asia's Changing Role in Global Trade: Unpacking the Debate. The
Asia-Pacific Journal: Japan Focus, 15(24).
Chia, S. Y. (2020). The ASEAN Economic Community and Regional Economic Integration:
Progress, Prospects, and Challenges. Journal of Southeast Asian Economies, 37(1), 3-22.
Herdianto, E. F. (2016). Implementasi AEC dalam Peningkatan Jaringan Produksi Regional
Asean: Studi Kasus Industri Otomotif. Dauliyah: Journal of Islam and International
Affairs, 1(2), 95-114.
Wicaksono, S. H., Sugondo, A., & Roni, F. (2015). KESIAPAN KONSUMEN DALAM
NEGERI MENYIKAPI AFTA DAN AEC 2015. SNIT 2015, 1(1), 70-79.
Pudyastiwi, E., & Djatmiko, A. (2020). Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Indonesia
Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas Di ASEAN. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan Undiksha, 8(2), 138-156.
Anabarja, S. (2010). Kendala dan tantangan indonesia dalam mengimplementasikan asean free
trade area menuju terbentuknya asean economic community. Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”: Jawa Timur.

20
Rana, P.B. (2016). ASEAN Economic Community: Progress, Challenges, and Prospects. Journal
of Asian Public Policy, 9(3), 292-305.
Wong, S.W., & Pang, V.J. (2019). ASEAN Economic Community and Its Impacts on Trade and
Investment Flows in Southeast Asia. Journal of Southeast Asian Economies, 36(3), 327-
347.
Kagramanto, L. B., Setyawati, R., & Ashilah, S. (2015). EVALUASI HUKUM PERSAINGAN
USAHA DI INDONESIA DALAM MENYONGSONG ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY 2O15.

21

Anda mungkin juga menyukai