Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya terutama
nikmat sehat dan kesempatan sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul
“Peranan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Bagi Perekonomian Indonesia” ini, sholawat
serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Baginda Muhammad saw yang
telah menjadikan suri tauladan bagi umat diseluruh alam.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran ekonomi. Selanjutnya penulis
mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ibu.Ratna Dwi Lestari S.E
selaku guru sekaligus pembimbing mata pelajaran ekonomi.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan-pembuatan
makalah yang akan datang.

Sangatta, 20 Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

                                                                                                                                                      

Halaman Judul………………………………………………………………...         

KATA PENGANTAR………………………………………………………...        

DAFTAR ISI………………………………………………………………….         

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Permasalahan……………………………………..............1

B.    Rumusan Masalah…………………………………………………........... 2

C.    Tujuan Makalah…………………………………………………….......... 2

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Masyarakat Ekonomi Asean..................................................... 3

B.    MEA dan Kebijakan Pemerintah................................................................ 3 - 4

C.    Pengaruh MEA terhadap pasar bebas tenaga kerja.................................... 5

D.    Pengaruh MEA terhadap ekonomi nasional dan regional.......................... 6-7

E.    Dampak MEA Bagi Indonesia.................................................................... 8

BAB III PENUTUP

1.      Kesimpulan…………………………………………………………...     9

2.      Saran…………………………………………………………………..    9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Permasalahan

Masyarakat Ekonomi Asean yang lebih dikenal dengan sebutan (MEA) adalah integrasi
dalam menghadapi perdagangan internasional bebas yang terjadi di antara negara-negara di
ASEAN. Perjanjian ini telah disepakati oleh seluruh anggota ASEAN untuk mewujudkan
wawasan ASEAN di tahun 2020. Dalam jangka waktu yang tidak panjang maka diharapkan
dengan adanya MEA ini para pekerja dan produk yang berasal dari negara – negara ASEAN
dapat di ekspor dan di impor ke Indonesia begitupun juga untuk sebaliknya. Dengan adanya
MEA maka suatu kompetensi yang baik bagi sumber daya manusia yang ada di Indonesia,
karena persaingan tidak lagi sesama anak bangsa tapi juga dengan negara kawasan Asia
Tenggara lainnya.

Dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
“Peranan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Bagi Perekonomian Indonesia”.

B.   Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai Peranan
Masyarakat Ekonomi ASEAN Bagi Perekonomian Indonesia. Masalah ini diambil karena
adanya pasar bebas ASEAN di Indonesia. Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :

1.  Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN?

2.  Bagaimana MEA dan Kebijakan Pemerintah?

3.  Bagaimana pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap pasar bebas tenaga


kerja?

4.  Bagaimana pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Ekonomi Nasional


Maupun Regional?

5.  Apa Dampak Masyarakat Ekonomi ASEAN Bagi Indonesia?

C.   Tujuan Makalah

Dari rumusan masalah diatas, maka secara umum tujuan makalah ini adalah untuk
menjelaskan Peranan Masyarakat Ekonomi ASEAN Bagi Perekonomian Indonesia agar
masyarakat mampu menghadapi persaingan pasar global. Adapun tujuan dari makalah ini
adalah untuk  mengetahui secara jelas mengenai:

1.  Mengetahui pengertian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN


2.  Mengetahui MEA dan Kebijakan Pemerintah

3.  Mengetahui pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap pasar bebas tenaga kerja
Indonesia

4.  Mengetahui pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Ekonomi Nasional atau


Regional

5.  Mengetahui Dampak Masyarakat Ekonomi Asean Bagi Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN
A.   Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN  adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN  dalam artian
adanya perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan Negara
ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian  Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau
ASEAN Economic Community (AEC). Pada KTT di kuala Lumpur pada desember 1997 para
pemimpin ASEAN memutuskan untuk merubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil,
makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi. ASEAN Vision 2020 pada KTT Bali bulan
oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa masyarakat Ekonomi ASEAN
akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun2020. ASEAN security
community dan communitas sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisah dari
komunitas ASEAN. Setiap pihak diharapkan untuk bekerja secara kuat dalam membangun
komunitas ASEAN pada selanjutnya, pertemuan mentri Ekonomi ASEAN yang
diselenggarakan pada bulan agustus 2006 di kuala lumpur Malaysia, sepakat untuk
memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN  dengan target yang jelas dan jadwal untuk
pelaksanaan pada KTT ASEAN  ke-12 pada bulan januari 2007, para pemimpin menegaskan
komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan komunitas ASEAN pada yang
diusulkan di Asean VISI 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani deklarasi Cebu
tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 secara khusus, pada
pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada
tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN  menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang,
jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih terampil.

B.    MEA dan Kebijakan pemerintah

Menjelang MEA yang sudah didepan mata pemerintah Indonesia diharapkan dapat
mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastruktur, dan sektor
industri. Dalam menghadapi MEA, pemerintah Indonesia menyiapkan respon kebijakan yang
berkaitan dengan pengembangan infrastruktur, pengembangan logistik, pengembangan
investasi, dan pengembangan perdagangan. Selain itu hal tersebut masing-masing
Kementrian dan Lembaga berusaha mengantisipasi MEA dengan langkah-langkah strategis.
Pemerintah berusaha mengubah paradigma kebijakan yang lebih mengarah ke kewirausahaan
dengan mengedepankan kepentingan nasional. Untuk bisa menghadapi MEA, tidak hanya
swasta (pelaku usaha) yang dituntut untuk siap namun juga pemerintah dalam bentuk
kebijakan yang pro usaha.

Negara lain sudah berfikir secara wirausaha, bagaimana agar pemerintah berjalan dan
berfungsi laksana sebuah organisasi wirausaha yang berorientasi pada bagi hasil. Maka
dengan momentum MEA ini sudah siap saatnya pemerintah Indonesia mengubah pola pikir
lama yang cenderung birokratis dengan pola pikir wirausaha yang lebih taktis, efektif, dan
efesien. Sebagai contohnya adalah kebijakan sunsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar
Rp. 300 triliun (US$ 30 miliar) yang kurang produktif diarahkan pada pembiayaan yang lebih
produktif misalnya investasi infrastruktur.

Dalam bidang pendidikan, pemerintah juga dapat melakukan pengembangan kurikulum


pendidikan yang sesuai dengan MEA. Pendidikan sebagai pencetak sumber daya manusia
9SDM) berkualitas menjadi jawaban terhadap kebutuhan sumber daya manusia. Oleh karena
itu meningkat standar mutu sekolah menjadi keharusan agar lulusannya siap menghadapi
persaingan. Kegiatan sosialisasi juga pada masyarakat juga harus ditingkatkan misalnya
dengan iklan layanan masyarakat tentang MEA yang berusaha menambah kesiapan
masyarakat menghadapinya.

Mendigbud Anies Baswedan mengatakan, meningkatkan standar mutu pendidikan adalah


satunya dengan menguatkan aktor pendidikan, yaitu kepala sekolah, guru, dan orang tua.
Menurutnya, kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci tumbuhnya ekosistem pendidikan
yang baik. Guru juga dilatih dengan metode yang tepat, yaitu mengubah pola pikir guru.

Dalam bidang perindustrian, mentri perindustrian Saleh Husin juga memaparkan strategi
kementrian perindustrian menghadapi yaitu dengan strategi ofensif dan desensif. Strategi
ofensif yang dimaksud meliputi penyiapan produk-produk unggulan. Dari pemetaan
kementrian, produk unggulan yang dimaksud ialah industri agro seperti kakao, karet, minyak
sawit, tekstil, dan produk tekstil, alas kaki kulit, mebel, makanan, dan minuman, pupuk dan
petrokimia, otomotif, mesin dan peralatan, serta produk logam besi dan baja. Adapun strategi
defensive dilakukan melalui penyusutan standar nasional Indonesia untuk produk-produk
manufaktur.

Mentri perdagangan, Racmat Gobel punya langkah-langkah yang akan dilakukan untuk
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2019, salah satunya adalah merencanakan
nawa citra kementrian perdagangan, dengan menetapkan target ekspor sebesar tiga kali lipat
selama lima tahun kedepan. Dengan cara tersebut dapat bisa dilakukan dengan membangun
5.000 pasar. Pengembangan Usaha Mikro kecil dan menengah (pengembangan mikro kecil
dan menengah(UMKM) serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri. adapun target
ekspor pada tahun 2025 dibidik sebesar US$ 192,5 miliar. Selanjutnya pemerintah juga
menyiapkan untuk meningkatkan ekspor kan strategi subsidi impor untuk meningkatkan
ekspor, dan memberi nilai tambah produk dalam negeri. Pada saat ini 65 % ekspor produk
Indonesia masih mengandalkan komoditas mentah. Pemerintah berusaha membalik struktur
ekspor ini yaitu dengan komoditi primer ke manufaktur oleh karena itu, industri manufaktur
diharapkan tumbuh dan fokus pada peningkatan kapasitas produksi, untuk meningkatkan
ekspor sampai tahun 2019. Pemerintah juga mendekati industri yang berpotensi menyumbang
peningkatan ekspor, misalnya industri otomotif, diketahui industri otomotif berencana
mengekspor 50 rinu sepeda motor ke filipina. Kemendagri perdagangan juga mendorong
sektor model mebel untuk semakin menggenjot ekpornya. Selain itu, perikanan juga
memberikan optimisme terhadap peningkatan ekspor Indonesia tak hanya itu, pemerintah
juga akan memperkuat produk UKM dengan membina melaui kemasan, sertifikasi halal,
pendaftaran merek, dan meningkatkan daya saing produk dalam negri. Lalu, mereka juga
memfasilitasi pelaku UKM dalam pameran berskala internasional. Melalui fasilitas itu
kementrian perdagangan berharap produk serta merek yang dibangun oleh pelaku UKM di
Indonesia dapat dikenal secara global.  .

C.   Pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap pasar bebas tenaga kerja

Salah satu tantangan yang akan dihadapi Indonesia  dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015 adalah dimana akan terjadinya pasar bebas tenaga kerja. Ini berarti tenaga kerja
Indonesia akan bersaing dengan tenaga kerja dari negara ASEAN lainnya. Pasar bebas tenaga
kerja akan menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, mengingat saat ini konflik buruh
dengan pengusaha masih terus terkait dengan upah minimum sementara itu, Myanmar,
Kamboja, Vietnam, menawarkan upah buruh yang lebih murah dibandingkan upah buruh di
Indonesia. Direktur Indonesia for Global Justice Riza Damanik mewaspadai dampak buruk
penerapan MEA terhadap upah buruh. Menurutnya, penerapan MEA pada tahun 2015 nanti
dapat mendorong upah murah, sebagai strategi untuk menarik investasi keIndonesia. Padahal
menurutnya hingga saat ini pemerintah belum serius dalam meningkatkan kesejahteraan
buruh, dan ini akan diperparah dengan berlakunya MEA yang membebaskan arus investasi
dan kapital karna ditakutkan pemerintah akan menggunakan upah murah sebagai insentif
dalam menarik investasi ke Indonesia. Namun, pada dasarnya tingkat upah buruh dapat
ditingkatkan jika biaya logistik yang harus ditanggung oleh pengusaha dapat
ditekan. Pasalnya, menurut Ekonomi Institut for Development of Economic and Finance
(INDEF) Ahmad Erani Yustika, saat ini pengusaha sulit untuk menaikan besaran upah
minimum ketika mereka harus membayar biaya logistik hingga 17% dari biaya produksi dan
juga harus menghadapi tingginya suku bunga kredit yang mencapai 11-13% yang semakin
mempersempit ruang untuk menaikan besaran upah buruh. Seharusnya disini lah pemerintah
menunjukan kontribusinya dengan menurunkan beban yang harus dibayarkan pengusaha
tersebut, sehingga pengusaha memilih dengan menurunkan beban ruang untuk meningkatkan
upah buruh. Hal ini juga akan berdampak pada iklim usaha yang lebih kondusif dan
menaikkan daya saing indonesia namun tidak melalui upah murah. Lebih dari itu, kualitas
sumber daya manusia di Indonesia masih membutuhkan banyak peningkatan, sehingga di
masa mendatang Indonesia mampu untuk menyuplai tenaga kerja terampil, bukan buruh
seperti kondisi yang ada saat ini

D.   Pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Ekonomi Nasional Maupun


Regional

Salah satu tantangan bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi MEA adalah antisipasi
melalui optimalisasi perkembangan sumber daya alam yang akan memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat nasional maupun regional, memanfaatkan lahan yang ada dengan iklim yang
mendukung dengan berbagai tanaman yang dibutuhkan masyarakat dan tidak terlalu
berorientasi ekspor.
Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat menjadi kekuatan untuk menghadapai serangan
produk luar masuk. Mekanisme pasar Domestik akan mampu menghidupkan dan
memperkuat kondisi ekonomi dalam negri, kultur dan budaya yang konsumtif merupakan
anugerah yang perlu disyukuri kebutuhan untuk meningkatkan daya beli akan timbul dan
merupakan dorongan alami dari masyarakat dan menjadi kekuatan pasar Domestik. Rempah-
rempah adalah prospek yang paling menguntungkan untuk dijual ke luar negeri orintasi ekpor
harus bersumber dari potensi yang dihasilkan oleh dukungan alam, kekuatan kondisi alam
yang harus dicermati pola tanam rempah-rempah tidak terlalu sulit dan tidak terlalu banyak
memerlukan pemeliharaan yang intens, karena dengan mudahnya berkolaborasi dengan
kondisi alam dan iklim yang ada. Pengembangan pola tanam rempah-rempah didasarkan oleh
identifikasi jenis/perkluster jenis rempah-rempah yang akan memudahkan dalam menghitung
besaran kemampuan pemenuhan kebutuhan pasar. Pasar rempah-rempah tidak akan
berkurang karena sangat dibutuhkan dan pasarnya tersebar luas. Pemanfaatan lahan tidur
yang tersebar luas, perlu dimanfatkan dengan tenaga kerja yang ada (masyarakat),
menerjunkan penyuluhan pertanian dan akademis selaku tenaga profesional, fasilitas bibit
rempah-rempah dari pemerintah, dengan pola pengawasan dan pengendalian masa panen dan
pemasaran sangat efektif untuk memicu masyarakat berperan aktif meningkatkan dan
memperkuat ekonomi negara. Kejayaan dan kekuatan ekonomi tidak selamanya dengan
menggali potensi yang baru tetapi memperkuat potensi yang ada/ yang tersedia melalui
pengembangan mutu dan jumlah serta mempelajari kondisi pasar dan mekanisme pemasaran
melaui perluasan pasar produk dan segmentasi pasar.

Memakmurkan masyarakat dengan potensi yang ada bersumber dari alam negeri kita sendiri,
karena kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang intens dibutuhkan masyarakat dan itu bukan
kendaraan atau jenis industri lainnya, tetapi pangan sebagai kekuatan untuk memenuhi
kelangsungan hidup yang paling mendasar. Infrastruktur sebagai sarana pendukung distribusi
hasil rempah-rempah maupun pangan dari dan ke masyarakat hal pokok yang dibutuhkan dan
perlu di prioritaskan.

Pasar pangan matoritas ada di dalam negeri, sehingga ketahanan pangan dengan pola
pengembangan pertanian mutlak diperlukan melalui pemanfaatan lahan tidur. Pasar rempah-
rempah ada diluar negri, sebagai sumber untuk ekspor. Sumber daya alam lainnya seperti
minyak bumi dan gas atau batu bara tidak perlu di ekploitasi besar besaran dan harus segera
dibatasi karena akan merusak alam, dan akan habis seiring waktu dan merusak sumber hayati
lainnya. Mengembalikan negara industri menjadi negara agraris sangat sulit, tetapi merubah
negara agraris menjadi negara industri sangat mudah. Memperkecil hal yang mudah dengan
menghindari hal sulit harus dilakukan sehingga terjadi keseimbangan yang dapat
mensejahterahkan masyarakat.

E.   Dampak Masyarakat Ekonomi Asean Bagi Indonesia

Bagi Indonesia sendiri MEA akan menjadi kesempatan baik karena hambatan perdagangan
akan cendrung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan GDP (Gross Domestic Produck) Indonesia. Di satu sisi, muncul tantangan baru
bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjual belikan,
contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik.
Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya barang impor yang mengalir
dalam jumlah banyak di Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing
dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi negara Indonesia sendiri. Pada sisi investasi,
kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment
(FDI) yang dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi,
penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses
yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan
exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga
dapat menimbulkan tindakan exploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya
alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia  sebagai negara yang memiliki sumber
daya alam yang melimpah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Tidak tertutup
kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di
Indonesia. Sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk
menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alamyang terkandung. Dari aspek
ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena
banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka
ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negri untuk mencari pekerjaan menjadi lebih
mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang
baik bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang
diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan resiko ketenagakerjaan bagi Indonesia. Dilihat
dari sisi pendidikan dan memunculkan resiko ketenagakerjaan bagi Indonesia. Dilihat dari
sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang
berasal dari Malaysia, Singapura dan Thailand.

Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan
keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun
demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan resiko-resiko yang akan muncul
bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk profesional diharapkan dapat
lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi resiko-resiko yang
muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku
usaha diperlukan, infrastruktur baik secara fisik dan sosial ( hukum dan kebajikan) perlu
dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan
perusahaan di Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

MEA memiliki dampak positif dan negatif terhadap perekonomian yang ada di Indonesia

Dampak Positif MEA yaitu:

1. Kegiatan produksi dalam negeri menjadi meningkat secara kuantitatif dan kualitas.
2. Mendorong pertumbuhan ekonomi negara, pemeratan pendapatan masyarakat, dan
stabilitas ekonomi nasional.

3. Menambah devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas ekspor dan impor.

4. Memulai impor, kebutuhan dalam negeri terpenuhi.

5. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan masyarakat untuk bekerja.

Dampak Negatif MEA yaitu :

1. Barang-barang produksi dalam negeri terganggu akibat masuknya barang impor yang
dijual lebih murah dibandingkan di dalam negeri yang menyebabkan industri dalam
negeri mengalami kerugian besar.

2. Orang-orang asing akan lebih leluasa mengekploitasi alam Indonesia.

3. Persaingan yang sangat ketat.

SARAN

Agar orang Indonesia tidak kalah bersaing dengan negara-negara lainnya, dan agar
pengangguran tidak merajalela dan kemiskinan tidak semakin banyak, maka harus adanya
strategi yang harus dilakukan oleh Indonesia untuk memenangi MEA yaitu diantaranya
dengan cara :

1. Peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap produk Nasional di pasar Domestik.

2. Meningkatkan kemampuan tenaga kerja sesuai standar Internasional.

3. Meningkatkan mutu dari barang yang dibuat Indonesia, setiap barang yang di ekspor harus

bisa lulus dalam pengkontrolan yang ketat.

4. Bagi para pelaku usaha harus mulai meningkatkan kualitas produk, harus membuat produk
yang dicintai konsumen. Dengan membuat produk yang berkualitas serta harga yang
terjangkau.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.crmsindonesia.org/node/624

http://ekonomi.kabo.biz/2014/08/masyarakat-ekonomi-asean-

mea.htmlhttp://www.antaranews.com/berita/436319/kesiapan-koperasi-ukm-indonesia-
menatap-era-mea-2015

Anda mungkin juga menyukai